Berikut ini akan kami kemukakan beberapa ilmu pengetahuan yang terdapat di dalam AlQuran, yang siap untuk digali, ditanya, didebat, diinterograsi, atau bahkan mungkin kita bantah, yaitu:
1. Ilmu Astronomi. Allah SWT
memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta umatnya untuk memerhatikan apa
yang ada di langit dan di bumi secara lebih mendetail. Perintah ini mengandung
maksud agar manusia menggunakan ilmu dan akalnya untuk mempelajari, meneliti
dan mengelola sumber kekayaan alam dan ciptaan Allah SWT yang lain, sehingga
mengharuskan manusia harus belajar untuk menguasai berbagai pengetahuan dan
teknologi untuk mengelola apa apa yang ada di alam ini untuk kemaslahatan
manusia itu sendiri. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Yunus (10) ayat 101
berikut ini “Katakanlah: “Perhatikanlah
apa yaag ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah
dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman”. Serta yang dikemukakan pula dalam surat Yaasiin (36) ayat 38-39-40
berikut ini: “dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah
ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.dan telah Kami tetapkan bagi
bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah Dia sampai ke manzilah yang
terakhir) Kembalilah Dia sebagai bentuk tandan yang tua[1267]. Tidaklah mungkin
bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan
masing-masing beredar pada garis edarnya.”
[1267] Maksudnya: bulan-bulan itu pada Awal bulan, kecil
berbentuk sabit, kemudian sesudah menempati manzilah-manzilah, Dia menjadi
purnama, kemudian pada manzilah terakhir kelihatan seperti tandan kering yang
melengkung.
Sedangkan berdasarkan
surat Ar Rahman (55) ayat 33 berikut ini: “Hai jamaah jin
dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi,
Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.” Tidaklah mungkin bagi
seseorang untuk menembus langit kecuali setelah memperoleh kekuatan cukup.
Ungkapan Allah SWT bahwa manusia tidak akan dapat menembusnya kecuali dengan kekuasaanpun perlu
memperoleh penafsiran kembali. Dulunya mereka menafsirkanya sebagai sesuatu
yang tidak mungkin sama sekali dilakukan. Akan tetapi sekarang kata-kata ini harus
diartikan sebagai petunjuk dan kemudian sebagai pendorong untuk berusaha.
Demikianlah sekalipun kenyataan bahwa wilayah langit dan bumi tidaklah
ditentukan dengan mencapai bulan ataupun planet mars. Akan tetapi setelah
dicapai kemajuan dan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan setelah kita
mempersiapkan diri untuk menjelajahi planet-planet menjadi kewajiban kita
sekarang untuk mencoba menelaah lebih dalam lagi makna yang di kandung ayat
ini.
Allah SWT lah yang menciptakan
segala sesuatu dengan hak atau dengan
penuh hikmah sehingga kesemuanya tidak sia sia keberadaannya sepanjang kita mau
mempelajarinya dari waktu ke waktu, sebagaimana dikemukakan dalam surat Yunus
(10) ayat 5 berikut ini: “Dia-lah yang menjadikan
matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah
(tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan
tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu
melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada
orang-orang yang mengetahui.”
Ayat ini menyajikan
pengertian-pengertian dasar yang sesuai dengan konsep ilmiah dimana Allah SWT
membedakan antara “sinar” (radiasi, pancaran) yang berasal dari matahari dan
“cahaya” yang datang dari bulan. Matahari digambarkan sebagai cahaya yang
bersumber dari dirinya sendiri, sedangkan bulan memberikan cahaya yang
bersumber dari benda lain (bukan berasal dari dirinya sendiri). Apa yang
dikemukakan di dalam AlQuran 14 (empat belas) abad yang lalu ternyata terbukti
kebenarannya secara ilmiah. Disinilah letaknya kita harus belajar untuk
memiliki ilmu tentang ciptaan Allah SWT
melalui ayat ayat Kauniyah Nya.
Sesungguhnya AlQuran
itu kitab segala zaman dan selalu sesuai dengan nafas setiap zaman. Tiada
keraguan lagi dalam pengetahuan Allah lah bahwa suatu waktu manusia akan
memperoleh tingkat ilmu yang tinggi dan membuat kemajuan yang pesat dalam
bidang ilmu pengetahuan. Dan di zaman ruang angkasa ini sudah tepat waktunya
mengingatkan manusia bahwa kitab suci ini diturunkan oleh Allah SWT.
2. Ilmu Geologi. Berdasarkan Surat An-Nazi’at (79) ayat 30 berikut ini: “dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.” membuktikan bahwa
Allah SWT Yang Maha Kuasa telah
menciptakan bumi dalam bentuk bulat telur (tidak bundar sama sekali). Fakta ini
dibenarkan oleh ilmu pengetahuan yang membuktikan pula, bahwa bumi benar-benar
berbentuk demikian itu. Sesungguhnya gambaran manusia tentang bentuk bumi telah
mengalami kemajuan, mula-mula orang meyakini bahwa bentuk bumi terhampar rata
tanpa batas, kemudian ia menyadari bahwa bumi itu bulat.
Setelah peradaban
semakin maju, dan pengetahuan manusia di bidang matematika dan astronomi kian
maju, orang telah sanggup mengukur dan menghitung garis tengah bumi yang
membawanya pada kesimpulan, bahwa bumi ini tidak bulat sama sekali, akan tetapi
berbentuk elips. Ini selanjutnya memberikan
bukti lagi, bahwa kitab suci itu benar-benar diturunkan oleh yang Maha
Pencipta lagi, Maha Mengetahui, kepalsuan tidak mungkin ada padanya,
sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit
matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya[1442]. (surat Ar
Rachman (55) ayat 17)
[1442] Dua tempat terbit matahari dan dua tempat
terbenamnya ialah tempat dan terbenam matahari di waktu musim panas dan di
musim dingin.
Seandainya bola bumi
datar, maka mesti hanya ada satu tempat terbit dan satu pula tempat terbenam di
atas permukaan bumi ini. Tetapi karena
bumi bulat, maka ketika matahari berada di timur bumi, ia akan menyinari sisi
bagian timur bumi saja lalu membuat gelap sisi bumi bagian barat karena
terhalang mendapat cahaya. Demikian pula sebaliknya. Ketika matahari terbit
di bahagian barat bumi, ia hanya akan menyinari bagian barat saja sementara
bagian timur bumi mengalami kegelapan karena terhalang mendapat cahaya
matahari. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan dalam surat An Naba (78)
ayat 6-7 berikut ini: Bukankah Kami telah
menjadikan bumi itu sebagai hamparan?,
dan gunung-gunung sebagai pasak?,” Hamparan di sini diartikan sebagai datarnya
bumi dan berarti pula ia sebagai tempat tinggal dan tempat berlindung yang
dicari umat manusia.
Bagian kedua (ayat 7)
mengibaratkan gunung sebagai pasak, yang bisa menahan tenda berdiri kokoh
apabila diikatkan kepadanya. Ini adalah contoh suatu pernyataan ilmiah yang
orisinal. Tak seorangpun dapat memahaminya kecuali mereka yang ahli dalam
bidang geologi. Setelah orang mencapai kemajuan sebagai hasil peradaban, dan
geologi menjadi bidang kajian yang nyata, barulah orang mengetahui bahwa tanpa
adanya gunung, kerak bumi yang padat tidak akan stabil, sebagai akibat dari
ketidakseimbangan yang terus menerus antara isi perut bumi yang padat, dan juga
faktor- faktor penggundulan yang dialaminya.
Berikut ini akan kami
kemukakan ayat lainnya yang mengandung makna yang serupa dengan apa yang kami
kemukakan di atas, yaitu: ada pada surat An Nazi’at (79) ayat 32 berikut ini: “dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh,”. Allah SWT juga berfirman: “dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi
dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. dan menjadikan padanya
semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi
kaum yang memikirkan. (surat Ar Ra’d (13) ayat 3).” serta ada pada
surat Al Hijr (15) ayat 19 berikut ini:
“dan Kami telah menghamparkan bumi dan
menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu
menurut ukuran.” Tidakkah kita mau memperhatikan. Tidakkah kita mau
merenungkannya. Tidakkah kita mau mengambil pelajaran bahwa yang menciptakan
ini semua adalah Allah SWT. Jika apa yang kemukakan di atas ini tidak bisa
menjadikan diri kita beriman kepada Allah SWT berarti ada sesuatu yang salah
dalam diri kita.
3. Ilmu Geografi. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kita
dapat memikirkan, merenungkan dan meneliti apa yang ada di alam ini. Hal itu
dapat dijadikan sarana meningkatkan kualitas iman dan membuktikan kebenaran
ciptaan Allah dan adanya Allah SWT. Hal ini termaktub dalam surat Al Baqarah
(2) ayat 164 berikut ini: Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di
laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari
langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati
(kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran
angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat)
tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.”
Adanya ayat ini
mendorong kita untuk berfikir dan merenung tentang sekian banyak ciptaan Allah
SWT. Selanjutnya berdasarkan ayat ini, kita akan mendapatkan bahan pemikiran
dan perenungan sebagai berikut :
a. Kejadian
langit dan bumi. Lafadz
khalq pada ayat ini yang diterjemahkan dengan penciptaan, dapat juga berarti
pengukuran yang teliti atau pengaturan yang tepat. Dalam penciptaan langit dan
bumi, dapat kita lihat dalam pengaturan sistem kerja yang sangat teliti. Yang
dimaksud langit adalah benda-benda angkasa, seperti matahari, bulan dan jutaan
gugusan bintang. Semua itu beredar dengan teratur sesuai dengan garis edarnya
masing yang sekaligus menunjukkan kesempurnaan kekuasaan Allah di langit serta
kemampuan Allah SWT yang Maha Hebat.
a. Pergantian siang dan
malam. Perputaran
bumi pada porosnya mengakibatkan terjadinya siang dan malam. Perputaran bumi
mengelilingi matahari dapat menjadikan adanya hisab atau hitungan dalam
menentukan (tahun, bulan, hari, jam, menit, detik dan pergantian musim). Adanya
kondisi ini akan memudahkan diri kita melaksanakan ibadah, terutama ibadah
mendirikan shalat yang waktu waktunya tidak bisa sembarangan, memudahkan diri
kita berpuasa, memudahkan diri kita melaksanakan ibadah haji terutama wukuf di
Arafah dan jumroh di Mina dan lain sebagainya. Sebagaimana dikemukakan dalam
firmanNya dalam surat Yunus (10) ayat 6 berikut ini:“Sesungguhnya pada pertukaran
malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi,
benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang- orang yang
bertakwa.”
b. Peletakan Bayangan. Adanya rotasi bumi merupakan sesuatu yang
sangat penting bagi kepentingan makhluk hidup yang ada di muka bumi. Hal ini
dikarenakan apabila bumi tidak berotasi, maka bayangan akan menetap dan panjang
pendeknya tidak berubah. Sinar matahari akan separoh bumi secara terus menerus.
Sedangkan bagian lainnya akan diselimuti kegelapan malam yang panjang.
Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Furqaan (25) ayat 45 dan 46 berikut ini:
“Apakah
kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan
memendekkan) bayang-bayang dan kalau Dia menghendaki niscaya Dia menjadikan
tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas
bayang-bayang itu,kemudian Kami menarik bayang-bayang itu kepada kami dengan
tarikan yang perlahan-lahan.”
d. Turunnya air hujan. Air hujan sangat
bermanfaat bagi kelangsungan hidup binatang, tumbuh-tumbuhan dan manusia.
Dengan hujan tumbuh-tumbuhan dapat hidup dengan subur dengan membawa manfaat
bagi kepentingan hidup manusia dengan pengetahuannya manusia dapat mempelajari
proses terjadinya hujan dan bahkan sudah bisa membuat hujan buatan. Melalui
hujan yang diturunkan Allah SWT selain berguna untuk mensirkulasi air dari satu
tempat ke tempat lain, juga salah satu sarana bagi Allah SWT untuk menambah jumlah air yang sangat
dibutuhkan oleh makhluknya. Sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya berikut
ini: “dan Kami turunkan air dari
langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan
Sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya. (surat Al Mu’minuun
(23) ayat 18).”
Adanya hujan yang lebat
disamping menyuplai pepohonan dengan air yang mencukupi juga untuk mencuci, untuk
membersihkan, dan untuk menghilangkan debu yang terkumpul di atasnya
sebagaimana ia menghilangkan apa-apa yang terdapat di atas daunnya segala
sesuatu yang menghambat eksudasi kulit dari daunnya, atau menyumbat mulut-mulut
daun sehingga menyulitkan pembuat daun untuk melaksanakan tugasnya yang lain,
seperti eksudasi mulut daun, penerimaan cahaya, bernapas dan lain sebagainya.
e. Satuan-Satuan Waktu. Ilmuwan astronomi dan
geografi berpendapat bahwa sesungguhnya satuan satuan waktu yang dipergunakan
oleh manusia untuk menentukan waktu di dunia kita ini berhubungan dengan rotasi
bumi pada porosnya sekali dalam 24 jam, dan peredarannya mengitari matahari
sekali dalam setahun (revolusi bumi).
Sehingga, apabila kita berpindah ke planet-planet lain, maka panjang pendek satuan
waktunya akan berbeda beda, sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Dia
mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam
satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu[1190]. (surat
As Sajdah (32) ayat 5)
[1190] Maksud urusan
itu naik kepadanya ialah beritanya yang dibawa oleh malaikat. ayat ini suatu
tamsil bagi kebesaran Allah dan keagunganNya.
f. Perkisaran angin dan pergeseran awan. Adanya angin
terkadang membawa rahmat, azab atau kabar gembira berupa turunnya hujan. Dengan
ilmu pengetahuan yang dipelajari manusia dan usahanya untuk meneliti akhirnya
dapat diketahui keadaan angin atau keadaan cuaca di suatu tempat, sebagaimana
dalam firmanNya berikut ini: “dan Kami telah meniupkan angin untuk
mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami
beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang
menyimpannya. (surat Al Hijr (15) ayat 22) Hal ini menjadi suatu bukti
adanya keteraturan alam dan tentunya ada yang mengatur yaitu Allah SWT.
4. Ilmu Genetika. Di dalam ayat-ayat
kauniyah yang terdapat di dalam AlQuran maka kita akan menjumpai dan menemukan
tentang ilmu genetika, sebagai berikut:
a. Ilmu Genetika (ilmu
keturunan). Pada
tahun 1912 ilmu genetika modern melalui seorang ilmuwan Morgan, menemukan
peranan kromosom dan gen dalam proses pembentukan janin yang ditentukan oleh
sperma dan ovum. Bahkan pengaruh keturunan dalam gen berlansung berabad abad
sehingga bertalian sampai kepada nenek moyang, sebagaimana dikemukakan oleh Allah
SWT dalam firmanNya berikut ini:“binasalah manusia; Alangkah Amat sangat
kekafirannya? dari Apakah Allah menciptakannya? dari setetes mani, Allah
menciptakannya lalu menentukannya [1557]. (surat Abasa (80) ayat 17, 18, 19)
[1557] Yang dimaksud dengan menentukannya ialah
menentukan fase-fase kejadiannya, umurnya, rezkinya, dan nasibnya.
Ilmu pengetahuan modern menemukan bahwa dalam komposisi
gen yang luar biasa kecil menyimpan banyak rahasia yang akan diperlihatkan oleh
Allah SWT bila Dia menghendakinya. Diantara rahasia tersebut adalah sifat dan
karakter yang menentukan bentuk, tabiat, pembawaan, sifat jasmani dan kejiwaan.
Bahkan kesiapannya untuk menerima atau melawan berbagai mikroba dan bakteri.
b. Pernikahan Antar
Kerabat. Ilmu
pengetahuan modern menyatakan bahwa perkawinan antar kerabat akan menghasilkan
keturunan yang cacat dan rentan terhadap berbagai penyakit, menurunnya
tingkatan reproduksi seksual sampai kepada kemandulan. Sedangkan perkawinan
antar pihak yang berjauhan kerabat akan menghasilkan kuturunan yang lebih baik
dari orang tuanya dalam segala segi. Sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya
berikut ini: “diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang
perempuan[281]; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang
perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari
saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu
yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan;
ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari
isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu
itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan
diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan
(dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi
pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (surat
An Nisaa’ (4) ayat 23)
[281] Maksud ibu di sini
ialah ibu, nenek dan seterusnya ke atas. dan yang dimaksud dengan anak
perempuan ialah anak perempuan, cucu perempuan dan seterusnya ke bawah,
demikian juga yang lain-lainnya. sedang yang dimaksud dengan anak-anak isterimu
yang dalam pemeliharaanmu, menurut jumhur ulama Termasuk juga anak tiri yang
tidak dalam pemeliharaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar