B. PENDEKATAN
MELALUI SIFAT.
Seperti apakah sifat Allah SWT itu? Berikut ini akan kami kemukakan sifat
yang dimiliki oleh Allah SWT melalui pendekatan Route to 1.6.7.99, yaitu :
1. Sifat Salbiyah. Apakah itu Sifat Salbiyah? Sifat Salbiyah adalah sifat yang khusus
berlaku hanya untuk Allah SWT semata, sehingga sifat ini tidak akan mungkin
dimiliki oleh selain Allah SWT. Selain dari pada itu melalui pendekatan sifat
Salbiyah ini kita akan mengetahui makna dari angka 6 (enam) yang terdapat dalam
istilah “Route to 1.6.7.99” Lalu
seperti apakah sifat Salbiyah yang dimiliki oleh Allah SWT itu sehingga tidak
ada satupun makhluk yang memiliki sifat seperti sifat Salbiyah Allah SWT, dan
berapakah jumlah sifat Salbiyah yang dimiliki Allah SWT? Berikut ini akan kamu
uraikan sifat Salbiyah yang dimiliki oleh Allah SWT dimaksud, yaitu :
a. Wujud. Wujud artinya ada;
Allah SWT wajib ada-Nya, Allah SWT pasti ada-Nya, Mustahil kalau Allah SWT itu
tidak ada yang lain ada. Allah SWT ada dengan sendirinya. Allah SWT ada tidak
ada yang menyertainya. Allah SWT ada bukan karena ada yang mengadakannya,
sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya dalam enam masa kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy[1188]. tidak ada
bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang
pemberi syafa'at[1189]. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?(surat As Sajdah (32) ayat 4)
[1188] Bersemayam di atas
'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran
Allah dsan kesucian-Nya.
[1189] Syafa'at: usaha
perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan
sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah
adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.
Adanya kondisi ini menunjukkan kepada diri kita bahwa Allah SWT pasti
ada sebelum segala ciptaan-Nya ada sehingga segala ciptaan tidak akan mungkin
ada sebelum Allah SWT ada untuk menciptakan segala ciptaan-Nya serta mustahil
di akal jika ciptaan ada sebelum penciptanya ada.
b. Qidam. Qidam artinya sedia
ada, tidak berawal dan tidak berakhir, adanya Allah SWT pasti sedia ada, tidak ada pangkal dan tidak ada ujungnya,
sebagaimana firman-Nya berikut ini: “semua yang ada
di bumi itu akan binasa. dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran
dan kemuliaan. (surat Ar Rahman (55) ayat 26-27). Adanya kondisi ini menunjukkan kepada diri
kita bahwa keberadaan Allah SWT tidak akan berakhir sampai dengan kapanpun juga
sehingga Allah SWT dapat dikatakan tidak berawal dan tidak berakhir, sehingga
Allah SWT selamanya ada.
c. Baqa. Baqa artinya
kekal abadi selama-lamanya, Allah SWT adalah Yang Maha Ada pasti ada sesuai
dengan keberadaannya Yang Maha Ada. Hal yang mustahil terjadi adalah jika
sampai Allah SWT bisa berubah-ubah, atau satu waktu bisa punah, hal ini tidak
akan pernah mungkin terjadi pada Allah SWT, walaupun setelah hari kiamat kelak,
Allah SWT pasti ada karena Allah SWT Yang Maha Ada. Sebagaimana firman-Nya
berikut ini: “janganlah kamu sembah di samping (menyembah)
Allah, Tuhan apapun yang lain. tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia. tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. bagi-Nyalah segala
penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (surat Al Qashash (28) ayat
88). Adanya kondisi ini
menunjukkan kepada diri kita bahwa keberadaan Allah SWT tidak akan mungkin
hancur, tidak akan mungkin terpengaruh oleh apapun juga yang mengakibatkan
Allah SWT berubah menjadi tidak kekal.
d. Mukhalafah Lil Hawadish. Mukhalafah Lil Hawadish artinya tidak ada yang serupa (tidak ada yang
mampu menandingi-Nya), berbeda atau tidak sama dengan sesuatu yang baru sampai
kapanpun juga, sebagaimana firman-Nya berikut ini: “(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis
kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-
pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. tidak ada
sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat.
(surat Asy
Syuura (42) ayat 11). Adanya
kondisi ini menunjukkan kepada diri kita bahwa sampai dengan kapanpun juga
Allah SWT tidak akan pernah punah, serta tidak akan ada makhluk yang dapat mengalahkan dan menandingi Allah
SWT sepanjang makhluk itu ada langit dan di bumi yang diciptakan dan yang
dimiliki oleh Allah SWT.
e. Qiyamuhu Binafsih. Qiyamuhu Binafsih artinya Allah SWT berdiri dengan sendirinya, Allah SWT
berdiri sendiri tidak memerlukan kawan berunding dan bermusyawarah dan tidak
memerlukan bantuan dari siapapun juga. Hal ini sebagaimana firman-Nya berikut
ini: “Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada
Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha
Terpuji. (surat Fathir (35) ayat 15). Adanya kondisi ini menunjukkan kepada diri kita bahwa Kemampuan dan
Kemahaan serta Kebesaran yang dimiliki oleh Allah SWT bukanlah berasal dari
makhluk lain, atau segala Kemampuan, segala Kemahaan, segala Kebesaran yang
dimiliki oleh Allah SWT adalah milik pribadi Allah SWT sampai dengan kapanpun
juga.
f. Wahdaniyah. Wahdaniyah artinya esa, satu, tunggal, tidak berbilang, Allah SWT tunggal
tidak ada sekutu baginya, yang Maha Ada itu pasti tunggal, atau esa. Kalau
sampai Allah SWT lebih dari satu berarti
ada saingannya dan pasti akan ada konsekuensinya, hal ini tidak bisa terjadi di
alam semesta ini. Sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Allah berfirman: "Janganlah kamu menyembah dua Tuhan; Sesungguhnya
Dialah Tuhan yang Maha Esa, Maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut". dan
kepunyaan-Nya-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi, dan untuk-Nya-lah
ketaatan itu selama-lamanya. Maka mengapa kamu bertakwa kepada selain Allah?
dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, Maka dari Allah-lah (datangnya), dan
bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, Maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta
pertolongan. (surat An Nahl (16) ayat 51-52-53).
Adanya kondisi ini menunjukkan kepada diri
kita bahwa Allah SWT hanya satu sampai dengan kapanpun juga sehingga yang
memiliki sifat Salbiyah yang berjumlah 6 (enam) sampai kapanpun juga hanya
Allah SWT semata, yaitu Allah SWT yang satu.
Sekarang kita telah mengetahui sifat Salbiyah yang
6(enam) yang hanya dimiliki oleh Allah SWT semata, lalu apa yang harus kita
perbuat? Kita harus mengimani yang dilanjutkan kita harus meyakini dengan
sepenuh keyakinan, atau kita harus bisa haqqul yakin dengan segala kemampuan,
segala kehebatan, segala kebesaran Allah
SWT yang sangat hebat, yang sangat dahsyat, yang sangat agung, yang sangat
kuat, yang akan kekal abadi selamanya dan jangan pernah sekalipun
menyangsikannya. Sehingga tak akan ada satupun dari makhluk-Nya yang sanggup
mengalahkannya dan karena hal itulah maka alam semesta ini ada dan juga
kekhalifahan di muka bumi ada, Diinul Islam ada, syurga dan neraka ada dan yang
terakhir adalah kita tidak akan mungkin bisa mensejajarkan diri dengan Allah
SWT..
2. Sifat Ma’ani. Sifat Ma’ani adalah
sifat yang dimiliki oleh Allah SWT dalam rangka Allah SWT menunjukkan
eksistensi atas keberadaan sifat Salbiyah yang dimiliki-Nya serta dalam rangka
Allah SWT melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya kepada langit dan bumi yang
telah diciptakannya, atau kepada seluruh ciptaannya seperti memelihara,
mengawasi, menjaga, dan mencegah hal-hal yang akan merusak ciptaan-Nya. Timbul
pertanyaan untuk siapakah sifat ma’ani Allah SWT itu dan wajibkah bagi Allah
SWT berbuat sesuai dengan sifat Ma’ani yang dimiliki-Nya? Allah SWT sudah maha
dan akan maha selamanya sehingga sifat Ma’ani yang dimiliki Allah SWT bukanlah
untuk Allah SWT itu sendiri, melainkan untuk seluruh makhluk yang
diciptakan-Nya, termasuk untuk diri kita dan anak keturunan kita.
Allah SWT selaku pemilik sifat Ma’ani yang 7 (tujuh)
wajib berbuat, wajib bertindak, wajib mempertunjukkan kebesaran dan kemahaan
sifat Ma’ani yang dimiliki-Nya kepada seluruh makhluk-Nya tanpa terkecuali,
sebagai bukti bahwa Allah SWT benar adanya, yang tentunya sesuai dengan sifat
Salbiyah yang dimiliki-Nya. Selain dari pada itu melalui pendekatan sifat
Ma’ani ini, kita akan mengetahui makna dari angka 7(tujuh) yang terdapat dalam
istilah “Route to 1.6.7.99”. Adapun sifat Ma’ani yang dimiliki oleh Allah SWT dan yang juga terdapat di dalam
diri setiap manusia yang merupakan modal dasar untuk mensukseskan manusia
sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi dan inilah
sifat Ma’ani yang dimiliki oleh Allah SWT yaitu:
a. Qudrat (Kuasa, Kekuatan, Kemampuan). Sekarang apa yang dimaksud dengan Qudrat itu? Qudrat artinya Kuasa, Kekuatan, Kemampuan. Siapakah yang memiliki kekuasaan, kekuatan dan kemampuan itu? Allah SWT
adalah pemilik dari kekuasaan, kekuatan, kemampuan yang ada di alam semesta ini. Seperti apakah
kekuasaan, kekuatan dan juga kemampuan Allah SWT itu? Kekuasaan, Kekuatan,
serta Kemampuan Allah SWT bersifat mutlak, permanen, kekal dan abadi serta
tidak dibatasi oleh jarak, ruang dan waktu. Sekarang apa jadinya jika sampai
Allah SWT tidak mempunyai kekuasaan, kekuatan, dan kemampuan? Adanya kekuasaan, kekuatan, kemampuan yang bersifat mutlak, permanen,
kekal dan abadi memungkinkan Allah SWT berbuat sekehendaknya sendiri serta
dalam rangka menunjukkan sifat Salbiyah yang dimiliki-Nya.
Adanya kondisi ini berarti Allah SWT mempunyai kekuasaan, kekuatan dan
kemampuan untuk melakukan sesuatu dalam rangka membuktikan bahwa Allah SWT
adalah pencipta, pengawas, serta pemelihara seluruh alam dengan segala isinya.
Timbul pertanyaan, apa buktinya Allah SWT itu hebat? Salah satu contoh bahwa Allah SWT itu hebat adalah Allah SWT mampu
menciptakan alam semesta ini tanpa bantuan siapapun juga serta mampu menurunkan
hujan, dan dengan turunnya hujan banyak manfaat yang
tercurah ke bumi, seperti yang dikemukakan oleh Allah SWT dalam surat An Nuur
(24) ayat 43 berikut ini: “Tidakkah kamu
melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara
(bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah
olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan
(butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari gumpalan-gumpalan awan seperti)
gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang
dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan
kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.
Sekarang adakah makhluk lain, atau Tuhan lain yang mampu menciptakan air
dan juga menurunkan hujan seperti yang diciptakan oleh Allah SWT? Jawaban dari
pertanyaan ini adalah mustahil di akal ada Tuhan lain yang mampu menandingi,
apalagi mengalahkan kebesaran dan kemahaan Allah SWT. Hal yang harus kita
imani adalah segala kemahaan dan kebesaran dari sifat Qudrat yang dimiliki oleh
Allah SWT bukanlah untuk Allah SWT itu sendiri, melainkan untuk seluruh
makhluk-Nya, termasuk untuk diri kita dan juga anak dan keturunan kita
sepanjang diri kita selalu berada di dalam Kehendak Allah SWT. Sebagai khalifah
di muka bumi yang sedang menumpang di bumi Allah SWT, apakah fasilitas dan
kesempatan yang telah disediakan oleh Allah SWT akan kita sia-siakan begitu
saja karena kita sudah merasa hebat, sehingga kita tidak butuh lagi dengan
pertolongan Allah SWT melalui Qudrat yang dimiliki-Nya?
b. Iradat (Kehendak,
tanpa ada paksaan, Kehendak Allah SWT pasti terjadi) Sekarang apa yang dimaksud dengan sifat Iradat itu? Iradat artinya kehendak, atau tanpa ada paksaan. Seperti apakah sifat
Iradat Allah SWT itu? Kehendak Allah SWT pasti terjadi, sebab kehendak Allah
SWT berbeda dengan kehendak makhluk. Kehendak Allah SWT selalu di dalam
Management System yang terdiri dari “Planning, Organizing, Actualizing, and
Controlling”, atau kehendak Allah SWT wajib mencerminkan kemahaan Allah SWT itu
sendiri sehingga kehendak Allah SWT tidak bisa dipersamakan dengan kehendak
makhluk. Lalu bagaimanakah cara Allah SWT merealisasikan kehendak-Nya? Jika
Allah SWT berkehendak melakukan sesuatu, maka dengan kemampuan kekuatan dan
kehebatan yang dimilikinya, Allah SWT sanggup melakukan apa saja tanpa ada
paksaaan dari siapapun, cukup mengatakan “Jadilah maka Jadilah”. Sebagaimana
firmanNya berikut ini: “Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki
sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia. (surat Yaasin (36) ayat 82)
Hal yang harus
benar-benar kita imani adalah Allah SWT sudah Maha dan akan Maha selamanya
sehingga sifat Iradat yang dimiliki oleh Allah SWT bukanlah untuk kepentingan
Allah SWT itu sendiri, melainkan untuk kepentingan seluruh makhluknya, termasuk
untuk diri kita dan juga anak dan keturunan kita. Sepanjang diri kita meminta,
memohon kepada Allah SWT, atau diri kita selalu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh Allah SWT. Allah
SWT berfirman: “Dan bersabarlah kamu
bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari
dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah ke dua matamu berpaling dari mereka
(karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu
mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta
menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (surat Al
Kahfi (18) ayat 28). Lalu sebagai khalifah di muka bumi yang sedang menumpang
di bumi Allah SWT, apakah kesempatan dan juga fasilitas yang telah diberikan
oleh Allah SWT ini akan kita sia-siakan begitu saja sehingga kita lebih senang
meminta pertolongan kepada syaitan?
Sifat Iradat yang
dimiliki Allah SWT merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sifat Qudrat
dan sifat llmu yang dimiliki pula oleh Allah SWT. Hal ini dikarenakan untuk
menciptakan segala sesuatu harus di dahului dengan adanya Kehendak dan
Kemampuan serta Ilmu secara berbarengan. Hal ini dikarenakan jika yang ada
hanya Kehendak saja tanpa diiringi kemampuan dan Ilmu artinya angan-angan,
sedangkan jika yang ada hanyalah Kemampuan saja tanpa di iringi oleh Kehendak
artinya omong kosong. Sedangkan jika yang ada hanya Ilmu saja tanpa ada
Kehendak dan Kemampuan artinya yang ada hanyalah konsep belaka dan hal ini
tidak akan mungkin terjadi pada Allah SWT karena bukti dari Allah SWT memiliki
Kehendak, Kemampuan dan Ilmu adalah adanya langit dan bumi beserta isinya serta
adanya kekhalifahan di muka bumi.
c. Ilmu (Ilmu, Maha
Mengetahui, Ilmu Allah SWT sangat luas dan tidak terbatas). Sekarang apakah yang dimaksud dengan sifat Ilmu itu? Ilmu artinya Ilmu,
Maha Mengetahui. Seperti apakah sifat Ilmu yang dimiliki Allah SWT?
Sifat Ilmu dan Maha Mengetahui Allah SWT sangat Luas dan Tidak Terbatas, jika
Allah SWT tidak memiliki sifat Ilmu yang
didukung oleh kehendak dan kemampuan yang sangat tidak terbatas, mungkinkah
terjadi segala sesuatu ini? Semuanya tidak akan mungkin terjadi dan mustahil
jika Allah SWT itu tidak memiliki sifat Ilmu. Sifat Ilmu Allah SWT sangat
berbeda dengan sifat ilmu manusia. Hal ini dikarenakan sifat ilmu manusia ada
batasnya, sedangkan Ilmu Allah SWT adalah tidak terbatas dan tidak akan pernah
habis-habisnya, walaupun ilmu yang dimiliki-Nya telah dipelajari oleh siapapun
juga dalam jangka waktu yang tidak terhingga.
Ilmu Allah SWT meliputi segala sesuatu dan
jika lautan menjadi tinta dan pepohonan menjadi kalam untuk mencatat Ilmu-Nya,
maka tidaklah cukup meskipun ditambah sebanyak itu pula.Sebagaimana dua buah
firman Allah
SWT berikut ini: “Katakanlah; Sekiranya lautan menjadi tinta untuk
(menulis) kalimat kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis
(ditulis) kalimat kalimatTuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu
pula. (surat Al Kahfi (18) ayat 109) dan juga Allah SWT berfirman
sebagaimana berikut ini: “Sesungguhnya
Allah mengetahui yang tersembunyi di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia Maha
Mengetahui segala isi hati. (surat Faathir (35) ayat 38).” Allah SWT selaku
pemilik sifat Ilmu, sudah pula mempertunjukkan kebesaran dan kemahaan Ilmu yang
dimiliki-Nya yang dipadukan dengan kehendak dan kemampuan yang juga
dimiliki-Nya dengan menciptakan langit dan bumi beserta isinya.
Lalu untuk siapakah
sifat Ilmu Allah SWT yang begitu hebat? Allah SWT yang sudah Maha dan akan Maha
selamanya, tidak akan membutuhkan sifat Ilmu yang dimilikinya untuk kepentingan
Allah SWT semata. Akan tetapi sifat Ilmu yang dimilikinya untuk kepentingan seluruh
makhluk-Nya, termasuk untuk diri kita dan juga anak keturunan kita. Adanya
kondisi ini maka dapat dipastikan Allah SWT pasti akan mengajarkan Ilmu-Nya
kepada diri kita, pasti akan menambah Ilmu kepada orang yang meminta
kepada-Nya, dengan syarat orang tersebut harus beriman dan bertaqwa kepada-Nya.
Sebagai abd’ (hamba)Nya yang juga khalifahNya di muka bumi sudahkah fasilitas
ini kita manfaatkan sebaik mungkin saat hidup di dunia?
d. Sami' (Mendengar, Maha Mendengar). Sekarang apakah artinya sifat Sami' itu? Sami’ artinya Mendengar, Maha Mendengar. Seperti
apakah sifat Sami' yang dimiliki Allah SWT? Pendengaran Allah SWT sangat nyata.
Pendengaran Allah SWT tidak terpengaruh oleh jarak, ruang dan waktu, sedangkan
pendengaran makhluk, atau pendengaran diri kita sebaliknya, yaitu memiliki
keterbatasan. Jika kondisi sifat Sami'
(pendengaran) Allah SWT seperti ini, berarti kemampuan, ketajaman, kehebatan
mendengar dari Allah SWT tidak ada yang
dapat menandingi-Nya, serta tidak akan ada yang mampu mengalahkan-Nya.
Adanya kemampuan mendengar dan juga pendengaran yang sangat hebat maka Allah
SWT selaku Dzat Yang Maha Mendengar maka Allah SWT pasti akan mengetahui
seluruh aktivitas makhluknya di muka bumi ini tanpa ada yang terkecuali
meskipun itu adalah telapak kaki semut yang sedang berjalan pasti dapat
didengar dan diketahui oleh Allah SWT dengan jelas.
e. Bashir (Melihat, Maha
Melihat).
Apakah
artinya sifat Bashir? Bashir artinya Melihat, Maha Melihat. Seperti apakah sifat
Bashir yang dimiliki oleh Allah SWT? Penglihatan Allah SWT adalah terang dan
jelas, tidak ada satupun yang tersembunyi dari penglihatan-Nya, meskipun ulat
di dalam batu, hatta sekecil atom sekalipun dan dimanapun adanya. Ini berarti
seluruh makhluk yang memiliki kemampuan memandang dan melihat tidak akan mampu
melawan, menandingi, mengalahkan penglihatan Allah SWT. Adanya penglihatan (sifat Bashir) dan sifat pendengaran (sifat Sami’) yang dimiliki oleh
Allah SWT secara bersamaan, maka Allah SWT dapat memantau seluruh aktivitas
makhluk-Nya baik yang nyata maupun yang ghaib
tanpa ada hijab, tanpa
penghalang sedikitpun.Sekarang mau kemana diri kita pergi bersembunyi,
sedangkan Allah SWT pasti tahu keberadaan kita, sebagaimana firmanNya berikut
ini: “(Kedudukan)
mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang
mereka kerjakan. (surat Ali Imran (3) ayat
163)
f. Kalam (Berkata-kata,
Maha Berkata-kata). Apakah artinya sifat Kalam itu? Sifat Kalam
artinya Berkata-Kata, Maha Berkata-Kata. Seperti apakah sifat Kalam yang
dimiliki Allah SWT? Sifat Kalam Allah SWT adalah perkataan Allah SWT yang tidak
terpengaruh oleh susunan huruf dan bunyi, sehingga pembicaraan dan perkataan
Allah SWT tidak berupa huruf dan bunyi, karena bila berupa huruf dan bunyi
berarti Allah SWT dipengaruhi oleh susunan huruf dan bunyi atau nada. Mustahil
Allah SWT akan bisa terpengaruh oleh apapun juga dan oleh siapapun juga. Adanya
kondisi ini berarti Kalam yang
dimiliki oleh Allah SWT adalah Kalam
yang berdiri sendiri, dengan Kalam yang dimilikinya Allah SWT mampu
berkomunikasi dengan seluruh ciptaannya baik yang nyata atau yang dapat dilihat
dengan mata maupun yang ghaib,
kapanpun, dimanapun, dalam situasi apapun tanpa mengenal jarak, ruang dan
waktu.
Salah satu bentuk dari kumpulan Kalam Allah
SWT adalah AlQuran. Dimana
AlQuran berfungsi sebagai sarana penghubung dan informasi bagi umatNya tentang
keberadaan Allah SWT dan juga sebagai wujud kasih sayang-Nya kepada seluruh
umat manusia. Selanjutnya untuk membuktikan bahwa Allah SWT mempunyai sifat Kalam, Allah SWT berbicara
langsung dengan Nabi Musa a.s sehingga Nabi Musa a.s disebut Kalimullah,
sebagaimana firmanNya berikut ini: “Dan (Kami
telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan
rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah
berbicara kepada Musa dengan langsung. (surat An Nisaa (4) ayat 164)
[381] Allah berbicara
langsung dengan Nabi Musa a.s. merupakan keistimewaan Nabi Musa a.s., dan
karena Nabi Musa a.s. disebut: Kalimullah sedang Rasul-rasul yang lain mendapat
wahyu dari Allah dengan perantaraan Jibril. dalam pada itu Nabi Muhammad s.a.w.
pernah berbicara secara langsung dengan Allah pada malam hari di waktu mi'raj.
Sedangkan Nabi
Muhammad SAW juga pernah berbicara langsung dengan Allah SWT, saat peristiwa Mi'raj, yaitu
sewaktu Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW mendirikan shalat.
Sedangkan Nabi Adam as, juga pernah berbicara dengan Allah SWT sebagaimana
firmanNya berikut ini: “Kemudian Adam menerima
beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima Taubatnya. Sesungguhnya
Allah Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (surat Al Baqarah (2) ayat 37). Sifat Kalam pasti ada
di dalam diri kita. Apa buktinya? Lihatlah dan perhatikanlah bayi yang baru
lahir, ia hanya bisa menangis untuk segala apapun permasalahan yang
dihadapinya, contohnya lapar nangis, buang air nangis, digigit nyamuk nangis,
tidak aman nangis. Dari manakah asalnya tangis itu? Tangis bayi ada karena adanya Kalam Allah SWT yang ada pada bayi
tersebut. Tangis bayi merupakan bahasa, atau kata-kata dari bayi untuk
menyampaikan suatu pesan kepada orang tuanya. Bayi hanya bisa menangis
karena pita suara, atau selaput suara yang dimilikinya belum sempurna,
sebagaimana firmanNya berikut ini: Allah SWT berfirman: “dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa
dan dia termasuk di antara orang-orang yang saleh.” (surat Ali ‘Imran (3) ayat
46)
g. Hayat (Hidup, Maha Hidup). Apakah artinya sifat Hayat itu? Hayat artinya
Hidup, Maha Hidup. Seperti apakah Sifat Hayat yang dimiliki oleh
Allah SWT? Sifat Hayat yang dimiliki oleh Allah SWT adalah maha, kekal lagi
abadi sebab Allah SWT kekal abadi selamanya. Selanjutnya jika Allah SWT sampai
binasa, berarti Allah SWT sama dengan makhluk yang diciptakan-Nya, hal ini
mustahil adanya. Adanya kondisi ini berarti Allah SWT akan terus ada sampai
kapanpun juga. Allah SWT adalah Dzat Yang Maha Hidup, yang menghidupkan
ciptaan-Nya adalah sangat bertolak belakang jika Allah SWT sampai mati atau
binasa. Tidaklah demikian Allah SWT dengan Maha Hidup-Nya sebab Maha Hidup-Nya
juga bersifat baqa (kekal) dan qiyamuhu binafsih (berdiri sendiri),
ingat sifat baqa yang dimiliki
oleh Allah SWT juga berlaku kepada seluruh sifat yang dimiliki-Nya. Sehingga
akan memberikan sifat Hayat sebaik mungkin kepada setiap makhkuk yang
diciptakannya. Allah SWT berfirman: Mengapa kamu kafir kepada
Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu
dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan? (surat Al Baqarah (2) ayat 28).
Allah SWT adalah Dzat
Yang Maha Hidup, yang menghidupkan ciptaan-Nya adalah sangat bertolak belakang
jika Allah SWT sampai mati atau binasa. Tidaklah demikian Allah SWT dengan Maha
Hidup-Nya sebab Maha Hidup-Nya juga bersifat baqa (kekal) dan qiyamuhu
binafsih (berdiri sendiri), ingat sifat baqa yang dimiliki oleh Allah SWT juga berlaku kepada seluruh
sifat yang dimiliki-Nya. Sehingga akan memberikan sifat Hayat sebaik mungkin
kepada setiap makhkuk yang diciptakannya. Sekarang adakah sifat Hayat dalam
diri kita dan dimanakah sifat Hayat diletakkan di dalam diri? Kita bisa hidup
di dunia ini karena dihidupkan oleh Allah SWT melalui bersatunya jasmani dengan
ruh, atau adanya sifat hayat di dalam diri manusia di dalam mempersatukan jasmani
dengan ruh.
Itulah sifat Ma’ani yang 7 (tujuh) yang dimiliki
oleh Allah SWT yang tidak bisa dipisahkan dengan sifat Salbiyah Allah SWT yang
6(enam) dan yang menunjukkan bahwa Allah SWT adalah penguasa, pencipta
yang juga sekaligus pemilik dari alam semesta ini. Adanya kondisi dan keadaan
ini maka mustahil bagi Allah SWT jika mempunyai sifat-sifat yang mengingkari
keagungannya, atau yang menjatuhkan kemahaan dan kebesaranNya.
Dan untuk menambah
wawasan pengetahuan diri kita tentang sifat Allah SWT, berikut ini akan kami
kemukakan 20 (dua puluh) sifat yang mustahil ada bagi Allah yang perlu
diketahui oleh umat manusia yang tidak lain adalah abd’ (hamba)-Nya yang juga
khalifah-Nya yang ada di muka bumi ini, yaitu:
1. Adam. Adam
artinya tiada. Ini merupakan kebalikan sifat wujud. Mengapa Allah mustahil
memiliki sifat adam? Langit, bumi, dan seluruh semesta ini merupakan bukti
keberadaan Allah SWT. Sebagaimana termaktub dalam surat Al A’raaf (7) ayat 54
berikut ini: “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan
bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy . Dia menutupkan malam
kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan matahari, bulan dan
bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, segala penciptaan dam
urusan menjadi hakNya. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.”
2. Huduts. Huduts artinya permulaan atau ada yang
mendahului. Ini adalah kebalikan dari sifat qidam yang artinya awal atau
mendahului. Allah berfirman: “Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir
dan Yang Bathin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (surat Al Hadiid (57)
ayat 3).
3. Fana. Fana artinya binasa, tidak kekal, dan
memiliki kesudahan. Fana adalah kebalikan sifat baqa' yang berarti kekal.
Segala sesuatu di bumi ini akan musnah, kecuali Allah Azza wa Jalla.
4. Mumatsalatu lil
hawaditsi. Mumatsalatu lil hawaditsi artinya menyerupai
makhluk ciptaan-Nya, kebalikan dari Mukholafatul Lilhawaditsi. Allah SWT adalah
Zat Yang Maha Sempurna dan tidak ada satupun makhluk di dunia ini yang mampu
menyerupai-Nya.
5. Ihtiyaju lighairihi. Ihtiyaju lighairihi berarti memerlukan
yang lain. Sebagai Zat yang Maha Agung, mustahil bagi Allah SWT untuk meminta
pertolongan dari makhluk ciptaannya sendiri.
6. Ta’adud. Ta’adud artinya berjumlah
lebih dari satu, kebalikan dari wahdaniyah. Bukti keesaan Allah ini tercantum
dalam surat Al-Ikhlas yang berbunyi: “Katakanlah ‘Dia-lah Allah, Yang Maha Esa,
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak
dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”
7.
Ajzun. Ajzun artinya lemah dan tidak berkuasa.
Allah tidak mungkin bersifat lemah karena Ia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
8. Karahah. Karahah artinya terpaksa,
tidak atas kehendak sendiri, atau tidak berkemauan. Segala sesuatu terjadi
sesuai kehendak-Nya dan tidak ada satu pun yang mampu mencegahnya.
9. Jahlun. Jahlun artinya tidak mengetahui atau bodoh.
Ini kebalikan dari 'ilmun yang artinya mengetahui. Allah SWT mengetahui atas
segala sesuatu baik yang tampak maupun yang tidak tampak.
10. Maut. Maut artinya mati, padahal
Allah SWT bersifat kekal. “Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup
(kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia
Maha Mengetahui dosa hamba hambaNya” (surat Al-Furqan (25) ayat 58).
11. Shamamun. Shamamun
artinya
tuli atau tidak mendengar. Shamamun adalah sifat mustahil bagi Allah karena
Allah Maha mendengar apa yang diucapkan hambanya baik yang dikatakan secara
terang-terangan maupun yang disembunyikan.
12. Ama. Ama artinya buta atau
tidak melihat. Mustahil Allah bersifat ama karena tidak ada satu hal pun yang
luput dari pengelihatan-Nya.
13. Bakamun. Bakamun
artinya
bisu atau tidak berbicara. Kebalikan dari Qadam yang memiliki arti berfirman.
14. Kaunuhu ‘Ajiza. Arti kaunuhu ‘Ajizan adalah keadaan yang
lemah dan tidak berkuasa. Sifat mustahil bagi Allah ini adalah kebalikan dari
sifat wajib Qadiran yang artinya berkuasa.
15. Kaunuhu Karihan. Kaunuhu
Karihan
artinya keadaan yang terpaksa dan tidak atas kehendak sendiri. Sifat ini
kebalikan dari Muridan yang artinya berkehendak.Dalam surat Hud ayat 107, Allah
berfirman: “Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika
Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap
apa yang Dia kehendaki.” (surat Hud (11) ayat 107).
16. Kaunuhu jahilan. Kaunuhu
jahilan artinya dzat yang sangat bodoh. Kebalikan dari Aliman yang artinya mengetahui.
17. Mayyitan. Arti mayyitan adalah dzat yang mati.
Mustahil bagi Allah untuk mati karena Ia tidak pernah tidur, bersifat kekal,
dan tidak akan binasa.
18. Kaunuhu Ashamma. Kaunuhu
Ashamma
artinya keadaannya yang tuli dan tidak mendengar. Padahal pendengaran Allah tak
terbatas dan meliputi segala sesuatu.
19. Kaunuhu 'Ama. Kaunuhu
'Ama artinya keadaaannya
yang buta dan tidak melihat. Ini adalah kebalikan dari sifat Bashiran yang
artinya melihat. Mustahil Allah bersifat kaunuhu ‘ama karena Dia Maha Sempurna
dengan seluruh keagungan-Nya.
20. Kaunuhu abkama. Artinya keadaannya yang bisu dan tidak
berbicara. Allah tidak bisu karena Ia berfirman. Firman-Nya tertuang dalam
kitab-kitab suci yang diturunkan lewat para nabi.
Itulah 20 sifat
mustahil bagi Allah SWT yang wajib diketahui oleh seluruh hamba-Nya yang juga
adalah khalifah-Nya yang ada di muka bumi ini. Semoga dengan diri kita
mengetahui sifat-sifat tersebut, semakin meningkatkan keimanan kita kepada
Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar