Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Jumat, 12 April 2024

HIKMAH DITURUNKANNYA ALQURAN BAGI UMAT MANUSIA (PART 3 of 5)

 

C.   MAMPU MEMAHAMI DAN MENGETAHUI KONDISI DASAR RUH DAN TUJUAN HIDUP.

 

Berikut ini akan kami kemukakan beberapa ketentuan dasar dari ruh yang harus kita ketahui dan pahami, yaitu:

 

1.  Ruh adalah Jati Diri Manusia Yang Sesungguhnya Asalnya Dari Allah SWT.  Ruh  asalnya dari Allah SWT sebagaimana firmanNya: dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang roh. Katakanlah, “Roh itu urusan Tuhanku, sedangkan sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit. (surat Al Israa’ (17) ayat 85) dan ketahuilah bahwa ruh/ruhani memiliki ketentuan “datang fitrah kembali harus fitrah” maka ruh sangat membutuhkan sesuatu yang berasal dari Allah SWT dalam hal ini adalah sebuah konsep Ilahiah berupa Diinul Islam yang harus dilaksanakan secara kaffah (menyeluruh dalam satu kesatuan), yang di dalamnya adalah AlQuran yang tidak lain adalah buku manual bagi kekhalifahan yang ada di muka bumi. Selain daripada itu, ruh adalah jati manusia yang sesungguhnya karena ruh selamanya tidak akan mati serta ruh ini pulalah yang akan menerima azab dan nikmat di kehidupan akhirat. Jika ruh kembali tidak fitrah maka azab yang dirasakannya karena masuk neraka sedangkan jika ruh kembali fitrah maka nikmat yang akan dirasakannya karena masuk syurga.

 

2.  Kualitas Ruh sangat berhubungan erat dengan pelaksanaan Diinul Islam secara kaffah. Kemampuan ruh tidak berhubungan langsung dengan tua atau mudanya  seseorang, melainkan sejauh mana kita mampu melaksanakan Diinul Islam secara kaffah. Semakin kaffah (khusyu’) kita melaksanakan Diinul Islam maka semakin berkualitas atau semakin fitrah ruh seseorang dari waktu ke waktu. Untuk itu jangan pernah menjadikan ruh mengikuti sunnatullah yang berlaku bagi jasmani, yaitu “semakin tua semakin berkurang kemampuannya.” Untuk itu cukup jasmani saja yang menjadi tua atau berkurang kemampuannya karena faktor bertambahnya usia, namun kondisi ruh haruslah tetap muda (maksudnya tetap berkualitas, atau tetap fitrah sesuai dengan kehendak Allah SWT) walaupun usia bertambah, atau jadilah seperti kelapa semakin tua semakin berminyak, semakin tua semakin kembali fitrah.

 

3.  Jangan Sampai Kualitas (Kefitrahan) Ruh Mengikuti bertambahnya Usia Jasmani. Sebagai khalifah di muka bumi ketahuilah jangan sampai tuanya jasmani diikuti dengan tuanya ruh (maksudnya jangan sampai penurunan kualitas jasmani yang dipengaruhi oleh semakin bertambahnya usia, diikuti dengan menurunnya kefitrahan ruh) dan jika sampai ini terjadi maka sesuailah diri kita dengan kehendak setan. Karena akan memudahkan setan melaksanakan aksinya kepada diri kita melalui lemahnya ruh dan juga lemahnya jasmani. Disinilah letak permainan yang sesungguhnya, yaitu di tengah semakin berkurangnya fungsi fungsi jasmani karena faktor usia, dimana kita harus bisa tetap istiqamah dalam beribadah terutama mampu melaksanakan ibadah secara hakekat tanpa melanggar syariat. Yang mana hal ini hanya bisa kita laksanakan jika ruh tetap dalam kondisi fitrah yang sesuai dengan kehendakNya sehingga walaupun tubuh semakin tua namun ruhani tetap dalam kefitrahannya  maka semakin tua semakin nikmat beribadah kepada Allah SWT sehingga tuanya jasmani bukanlah penghalang bagi diri  kita untuk terus dan tetap istiqamah dalam beribadah dan bermanfaat bagi orang banyak.

 

4.  Ruh Yang Berkualitas (Fitrah) Mampu Menyehatkan Jasmani. Ruh yang tetap dalam kondisi fitrah (terjaga kefitrahannya) akan sangat membantu kondisi dan keadaan jasmani yang sedang mengalami penurunan kemampuan (sakit), sehingga kita tetap mampu hidup berkualitas dari waktu ke waktu serta mampu bermanfaat bagi orang banyak walaupun usia dan kemampuan jasmani sudah mengalami penurunan fungsinya (sakit) sehingga diri kita masih mampu melaksanakan konsep keshalehan diri yang tercermin dalam keshalehan sosial dari waktu ke waktu selama hayat di kandung badan.

 

5.  Hati-Hati Dengan Ahwa (Hawa Nafsu) dan Setan. Sekarang bagaimana dengan diri kita yang sesungguhnya (dalam hal ini ruhani) yang tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh buruk ahwa (hawa nafsu) dan setan serta harus pula mampu melaksanakan tugas sebagai abd’ (hamba) yang sekaligus khalifah Allah SWT di muka bumi serta harus pula mempertahankan kefitrahan ruhani dari waktu ke waktu sampai kembali kepada Allah SWT kelak? Agar diri kita mampu melepaskan diri dari pengaruh buruk ahwa (hawa nafsu) dan juga setan serta mampu sukses melaksanakan tugas sebagai abd’ (hamba) dan khalifah di muka bumi maka kita tidak bisa bertindak secara sembrono, apalagi melanggar ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Untuk itu tidak ada jalan lain bagi diri kita untuk melaksanakan konsep Ilahiah yang telah diciptakan oleh Allah SWT untuk kepentingan manusia baik itu untuk kepentingan ruhani juga untuk kepentingan jasmani manusia, sebagaimana Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam.” (surat Ali Imran (3) ayat 19) yang mana harus dilaksanakan sesuai dengan firmanNya sebagaimana berikut ini: “Wahai orang orang yeng beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah langkah syaitan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu. (surat Al Baqarah (2) ayat 208)

 

Berdasarkan dua uraian di atas baik yang berhubungan dengan kondisi dasar jasmani dan juga dengan kondisi dasar ruhani, yang mana keduanya memiliki cara dan perlakuan yang berbeda (tidak bisa disamakan). Kita tidak bisa hanya mementingkan ruhani semata dengan mengabaikan kepentingan jasmani, atau sebaliknya kita juga tidak bisa hanya mementingkan jasmani semata dengan mengabaikan kepentingan ruhani. Kita diwajibkan oleh Allah SWT menjaga dan merawat keduanya secara seimbang dan berkesinambungan sesuai dengan kehendak Allah SWT yang tertuang dalam surat Al Baqarah (2) ayat 143: “Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan…..”. Lalu seperti apakah kita merawat dan memeliharanya, mari kita lanjutkan pembelajaran ini.

 

Setiap manusia pasti terdiri dari jasmani dan juga ruh dan ini berarti diri kira adalah makhluk dwidimensi. Adanya ketentuan bahwa setiap manusia adalah makluk dwidimensi maka baik jasmani maupun ruh harus dijaga dan harus dirawat dari waktu ke waktu yang tentunya harus sesuai dengan konsep Sang Maha Pencipta. Untuk menjaga kesehatan jasmani maka kita harus mempelajari dan melaksanakan ketentuan ilmu kesehatan dan juga ilmu gizi serta olahraga. Allah SWT berfirman: “Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagimu. (surat Al Baqarah (2) ayat 168), yang dilanjutkan dengan membaca Basmallah dan Doa sebelum mengkonsumsi sesuatu serta makanlah dikala lapar dan berhenti sebelum kenyang.

 

Sedangkan untuk menjaga kesehatan ruh maka kita harus mempelajari dengan seksama apa yang diperintahkan Allah SWT dalam surat Ar Ruum (30) ayat 30 berikut ini: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168],(surat Ar Ruum (30) ayat 30) yaitu jangan pernah keluar dari konsep Diinul Islam yang berasal dari fitrah Allah SWT dan diri kitapun juga diciptakan dari fitrah Allah SWT.

 

[1168] Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan.

 

Dan agar pengabdian diri kita kepada Allah SWT selaku abd’ (hamba)Nya dan juga sebagai  khalifahNya di muka bumi berhasil dengan baik dan benar maka kita harus menjaga, merawat kesehatan jasmani dan ruh secara seimbang. Lalu bayangkan betapa nikmatnya beribadah jika jasmani sehat dan ruh fitrah secara bersamaan.  

 

Dan agar hidup dan kehidupan yang kita jalani sesuai dengan konsep Allah SWT maka hidup yang kita jalani saat ini  harus memiliki tujuan. Lalu, bagaimana kita bisa menemukan tujuan hidup? Beruntunglah diri kita yang telah menyatakan diri sebagai seorang muslim, karena telah memiliki tujuan hidup, yang kesemuanya sudah ada di dalam kitab suci AlQuran. Berikut ini penjelasan dari tujuan hidup manusia menurut AlQuran.

 

1.   Jika kita diciptakan oleh Pencipta, maka pastilah Pencipta memiliki alasan, tujuan, dalam menciptakan kita. Karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui tujuan penciptaan manusia, termasuk keberadaan diri kita. Islam adalah respons terhadap pencarian manusia akan makna. Tujuan penciptaan bagi semua pria dan wanita selama ini adalah: untuk mengenal dan menyembah Tuhan. Allah SWT melalui AlQuran telah mengajarkan kepada kita bahwa setiap manusia dilahirkan sadar akan adanya Tuhan dan telah bertuhankan kepada Allah SWT.

 

Sebagaimana firman-Nya berikut ini: "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Tuhan kalian?” Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.”(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kalian tidak mengatakan, "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (kekuasaan Tuhan), atau agar kalian tidak mengatakan, 'Sesungguhnya orang tua-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedangkan kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu'?” (surat Al A’raf (7) ayat 172-173). Allah SWT berbicara langsung kepada jiwa (ruh) manusia, sehingga membuat jiwa (ruh) manusia bersaksi bahwa Allah adalah Tuhan bagi jiwa (ruh) setiap manusia. Karena Allah SWT telah membuat semua jiwa (ruh) umat manusia bersumpah dengan menjadikan Allah SWT sebagai Tuhan, sehingga setiap seorang anak yang dilahirkan ke muka bumi sudah memiliki keyakinan alamiah (fitrah) tentang Keesaan Allah SWT.

 

2.   Tentang tujuan hidup manusia, AlQuran juga telah memaparkannya dengan sangat jelas. Allah SWT berfirman: “Dan mereka tidaklah disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat serta menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (surat Al-Bayyinah (98) ayat 5). Berdasarkan ketentuan ini manusia diciptakan Allah untuk suatu tujuan yang besar dan misi yang penting yaitu beribadah kepada Allah SWT semata. Dimana pengertian ibadah sangatlah luas dan tidak hanya terbatas pada ritual-ritual khusus semata. Semua aktivitas manusia yang dilakukan dalam rangka mewujudkan ketaatan kepada Allah SWT dan sejalan dengan ridha Allah maka ia termasuk ibadah. Ibadah juga dapat dijelaskan sebagai segala sesuatu dalam Islam yang dilakukan seseorang untuk cinta dan kesenangan Allah. Ini sama sekali tergantung pada tindakan yang benar atau tidak benar dari seseorang yang mencakup poin-poin kekuatan berikut: (a) Keyakinan agama; (b) Kegiatan sosial; (c) Kontribusi untuk kesejahteraan masyarakat dan sesama manusia.

 

3. Orang-orang Mukmin sangat percaya bahwa Allah SWT menurunkan AlQuran dan mengutus Nabi Muhammad SAW untuk mengajarkan kita bagaimana menyenangkan dan menyembah Sang Pencipta yang sesuai dengan kehendak Allah SWT: "... sungguh telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan Kitab yang menjelaskan, dengan Kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti keridhaanNya ke jalan keselamatan dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya dengan izinNya, dan menunjukkan ke jalan yang lurus. (surat Al Maaidah (5) ayat 15-16).”

 

Allah SWT juga berfirman dalam surat Ali Imran (3) ayat 31 berikut ini:  “Katakanlah (hai Muhammad), jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, dan Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosamu. Dan Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” Berdasarkan ketentuan ini dikemukakan bahwa jika kita benar-benar mencintai-Nya, maka ikutilah rasul-Nya. Adanya kondisi ini menunjukkan bahwa Allah SWT telah menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan saat diri kita hidup di dunia ini. Adanya suri tauladan akan memudahkan diri kita melaksanakan tugas sebagai khalifah di muka bumi.

 

4.  Tujuan hidup manusia adalah melakukan perbuatan baik dan benar dalam kerangka ibadah ikhsan termasuk di dalamnya memberikan dan berbuat amal shaleh, membebaskan budak, berdoa, menepati janji, dan bersabar selama kesulitan. Allah SWT berfirman: “Bukanlah kebenaran bahwa kamu memalingkan wajahmu ke timur atau barat. Tetapi adalah kebenaran untuk percaya kepada Tuhan, dan Hari Terakhir, dan para Malaikat, dan Kitab, dan para Utusan; untuk menghabiskan harta Anda, karena cinta untuk-Nya, untuk sanak saudara Anda, untuk yatim piatu, untuk yang membutuhkan, untuk musafir, untuk mereka yang meminta, dan untuk tebusan budak; untuk tabah dalam doa, dan mempraktekkan kasih amal biasa, untuk memenuhi kontrak yang telah kamu buat; dan untuk menjadi tegas dan sabar, dalam kesakitan (atau penderitaan) dan kesulitan, dan di semua periode panik. Demikianlah orang-orang yang benar, yang takut akan Allah.” (surat Al Baqarah (2) ayat 177). Selain daripada itu, bekerja untuk menjaga perdamaian atau berusaha untuk mendamaikan diantara orang-orang adalah perbuatan besar yang lebih baik daripada amal, puasa, dan doa. Nabi Muhammad (saw) berkata: “Apakah Anda tahu apa yang lebih baik daripada amal dan puasa dan doa? Itu menjaga perdamaian dan hubungan yang baik antara orang-orang, karena pertengkaran dan perasaan buruk menghancurkan umat manusia.” (Hadits Riwayat Bukhari, Muslim)

 

5.  Adanya peringatan untuk kemanusiaan, dimana AlQuran dan juga Hadits sudah memberikan peringatan bagi umat manusia bahwa mereka akan mempertanggung jawabkan setiap tindakan yang mereka lakukan dalam kehidupan ini. Sebagaimana Allah SWT berfirman berikut ini: “Katakan, 'Tuhanlah yang memberimu hidup, lalu membuatmu mati; dan pada akhirnya Dia akan mengumpulkanmu pada Hari Kebangkitan (kedatangan) yang tidak diragukan, tetapi kebanyakan orang tidak mengerti. Kepunyaan Tuhan adalah kerajaan langit dan bumi. Dan pada hari itu ketika kiamat datang, pada hari itu semua orang yang menolak untuk beriman adalah orang-orang yang merugi. Dan kamu akan melihat semua orang tertatih-tatih berlutut, karena semua orang akan dipanggil untuk (menghadapi) catatan mereka: 'Hari ini kamu akan mendapat balasan atas semua yang pernah kamu lakukan. Ini adalah catatan Kami, ini berbicara tentang Anda dalam semua kebenaran; karena Kami telah mencatat semua yang kamu lakukan. (surat Al Jasiyah (45) ayat 26,27, 28,29).”

 

Allah juga SWT berfirman: "Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat atom, ia akan melihatnya, dan barangsiapa berbuat jahat terhadap atom, akan melihat (balasannya)." (surat Az Zalzalah (99) ayat 7,8).” Adanya ketentuan untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatan yang kita lakukan kelak dihadapan Allah SWT, menunjukkan bahwa hidup yang kita jalani tidak bisa dilaksanakan seenaknya saja tanpa melihat aturan main yang telah ditetapkan berlaku oleh Allah SWT selaku Tuan Rumah. Berdasarkan uraian di atas ini berarti salah satu tujuan hidup yang harus kita laksanakan adalah bagaimana kita berupaya sebaik mungkin agar laporan pertanggungjawaban kita dapat diterima oleh Allah SWT dengan sebaik baiknya.

 

6.  Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan kita juga telah menggemakan (mengingatkan) kepada umatnya tentang pesan pertanggungjawaban, sebagaimana hadits berikut ini: “Seorang pria akan ditanya mengenai lima (hal) pada Hari Kebangkitan: tentang hidupnya dan bagaimana ia menghabiskannya, tentang masa mudanya dan bagaimana ia menjadi tua, tentang kekayaannya: di mana ia memperolehnya dan dengan cara apa ia menghabiskannya, dan apa yang dia lakukan dengan pengetahuan yang dia miliki. "(Hadits Riwayat Ath Thirmidzi). Nabi Muhammad SAW juga bersabda: “Tiga hal mengikuti almarhum: anggota keluarganya, kekayaannya dan tindakannya. Dua dari mereka kembali dan satu tetap bersamanya. Anggota keluarga dan kekayaannya kembali, dan tindakannya tetap bersamanya.” (Hadits Riwayat Bukhari, Muslim).” Berdasarkan ketentuan hadits ini, tujuan hidup seorang pria adalah bagaimana bersikap dan berbuat terhadap apa apa yang dimilikinya, seperti harta, ilmu serta waktu. Lalu bagaimana memperolehnya serta untuk apa harta, ilmu dan waktu yang dimilikinya, apakah untuk kepentingan duniawi semata ataukah untuk kepentingan akhirat?.

 

Hal yang harus kita jadikan pedoman adalah bahwa Allah SWT memiliki kriteria sendiri di dalam menilai seseorang sebagaimana hadits berikut ini: Nabi SAW menyatakan, Allah Yang Mahakuasa menghakimi kamu bukan dari wajahmu atau kekayaanmu, tetapi oleh kemurnian hatimu dan perbuatanmu." (Hadits Riwayat Muslim). Berdasarkan ketentuan ini, penampilan, kekayaan, keturunan, harta kekayaan, pangkat dan jabatan, pendidikan warna kulit yang kita miliki bukanlah kriteria yang akan dipergunakan oleh Allah SWT untuk menilai keberhasilan diri kita.

 

Adanya konsep tujuan hidup di atas, akhirnya kita akan dihadapkan dengan konsep hidup adalah kesempatan dan juga pilihan serta hidup adalah perjalanan. Kesempatan untuk melaksanakan apa apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT berlaku kepada diri kita  atau tidak mau melaksanakan apa apa yang telah ditetapkan berlaku. Sehingga hidup yang kita jalani saat ini adalah pilihan, pilihan memilih apa yang baik atau apa yang buruk, mau masuk ke syurga atau mau masuk ke neraka, mau menjadikan hati yang hidup lagi sehat atau mau menjadikan hati yang mati lagi sakit, mau jalan kebaikan atau mau jalan keburukan, mau jiwa yang fitrah atau mau jiwa yang fujur. Pilihan dan konsekuensi dari pilihan yang kita ambil akan menentukan hasil akhir sehingga sebab bukanlah karena akibat.

 

Dan yang pasti setiap manusia, siapapun dia, apapun kedudukannya, dapat dipastikan ia pasti akan bercita cita untuk masuk syurga. Karena tidak ada satupun yang ingin masuk neraka. Akan tetapi ketahuilah berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 214 berikut ini: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat. (surat Al Baqarah (2) ayat 214)”. 

 

Untuk bisa masuk syurga tidak serta merta begitu saja dapat kita raih. Kita akan diuji dengan cobaan/kesulitan terlebih dahulu. Sekarang tahukah kita dengan syarat dan ketentuan ini? Adalah sesuatu yang mustahil diakal jika kita ingin masuk syurga namun kita sendiri yang menentukan aturan mainnya, padahal kita hanyalah pemain (obyek, ciptaan, tamu) semata yang tidak memiliki apapun saat hadir ke muka bumi ini.

 

Sedangkan berdasarkan surat Al Mu’minuun (23) ayat 115 berikut ini: “Maka Apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami?”. Allah SWT dengan tegas mengatakan bahwa sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu  termasuk manusia dengan sungguh sungguh, bukan secara main main. Lalu seluruh manusia akan dikembalikan kepada Allah SWT atau dengan kata lain “dari Allah SWT akan kembali kepada Allah SWT”.

 

Inilah salah satu konsep dasar dari rencana besar kekhalifahan di muka bumi yang harus kita ketahui dan pahami dengan baik dan benar. Allah SWT selaku pencipta dan pemilik rencana besar kekhalifahan di muka bumi, tentu sudah mempersiapkan segalanya dengan baik dan benar, terutama mempersiapkan apa yang dinamakan dengan buku manual, dalam hal ini adalah AlQuran. Yang mana buku manual ini diturunkan oleh Allah SWT untuk kepentingan manusia. Sekali lagi kami tegaskan, Allah SWT menurunkan “AlQuran yang tidak lain adalah buku manual” bukan untuk kepentinganNya,  melainkan untuk kepentingan manusia yang telah diangkat oleh Allah SWT menjadi khalifah di muka bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar