5. Adanya Unsur Unsur
Yang Berpasang pasangan. Ilmuwan Inggris, Paul Dirac, yang telah dianugerahi
hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun 1933, telah menyatakan bahwa materi
diciptakan secara berpasangan. Penemuan ini, yang disebut "parité",
menyatakan bahwa materi berpasangan dengan lawan jenisnya: anti-materi. Anti-materi
memiliki sifat-sifat yang berlawanan dengan materi. Misalnya, berbeda dengan
materi, elektron anti-materi bermuatan positif, dan protonnya bermuatan
negatif. Fakta ini dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut:
"…setiap partikel memiliki anti-partikel dengan muatan yang berlawanan …
… dan hubungan ketidakpastian mengatakan kepada kita bahwa penciptaan
berpasangan dan pemusnahan berpasangan terjadi di dalam vakum di setiap saat,
di setiap tempat." Apa yang dikemukakan oleh Paul Dirac tentang
unsur yang berpasang pasangan diatas,
bukanlah sesuatu yang baru, namun sudah dikemukakan oleh Allah SWT dalam
AlQuran.
Lalu apakah yang berpasang pasangan itu ada
dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan ataukah konsep berpasang pasangan
itu merupakan bagian dari proses alam? Berdasarkan surat Yaa Siin (36) ayat 36 berikut
ini: “Maha
suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa
yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak
mereka ketahui.” Berdasarkan ayat ini, Allah
SWT lah yang telah menciptakan segala sesuatu dengan berpasang pasangan, baik
apa apa yang ada di muka bumi maupun yang ada pada diri manusia maupun dari apa
apa yang tidak kita ketahui. Lalu, pernahkah kita membayangkan, butuh seribu tahun
lebih, konsep berpasang pasangan baru bisa dipecahkan oleh umat manusia,
terutama jika kita mengambil patokan kepada hasil penelitian Paul Dirac yang
memperoleh hadiah Nobel bidang fisika tahun 1933. Apakah hal ini masih kurang
sehingga kita masih tidak meyakini AlQuran itu benar wahyu Allah SWT atau
bahkan tidak mempercayai Allah SWT?
Sebagai Abd’ (hamba)Nya yang sekaligus khalifahNya
di muka bumi, pernahkah kita memikirkan adanya sesuatu yang berpasang pasangan
baik yang ada di muka bumi ataupun yang ada pada diri kita? Begitu banyak yang berpasang pasangan
seperti laki laki dan perempuan, tua dan muda, kaya dan miskin, negatif dan
positif, atas dan bawah, proton dan neutron, langit dan bumi, jiwa taqwa dan
jiwa fujur, ruhani dan jasmani dan lain sebagainya. Apakah Allah SWT
menciptakan hal ini tanpa ada maksud dan tujuan yang haq? Lalu apa yang
dimaksud dengan berpasang pasangan itu? Dan sebelum kami membahas lebih lanjut tentang
konsep berpasang pasangan, sudahkah kita mengetahui dan memahami tentang konsep
dasar dari aturan main yang berlaku sampai dengan hari kiamat kelak?
Untuk itu mari kita pelajari hadits yang kami
kemukakan berikut ini: “Abu Na’im dalam kitabnya ‘al Hilyah’ telah meriwayatkan sebagai
berikut: Allah telah memberi wahyu kepada Musa, Nabi Bani Israil, bahwa
barangsiapa bertemu dengan Aku, padahal ia ingkar kepada Ahmad, niscaya Aku
masukkan dirinya ke dalam neraka. Musa berkata: “Siapakah Ahmad itu, Ya Rabbi?”
Allah berfirman; “Tidak pernah Aku ciptakan satu ciptaan yang lebih mulia
menurut pandanganKu daripadanya. Telah kutuliskan namanya bersama namaKu di
Arasy sebelum Aku ciptakan tujuh lapis langit dan bumi. Sesungguhnya syuga itu
terlarang bagi semua makhlukKu, sebelum ia dan umatnya terlebih dahulu
memasukinya.” Musa as, berkata: Siapakah umatnya itu?” Firmannya: Mereka yang
banyak memuji Allah. Mereka memuji Allah sambil naik, sambil turun dan pada
setiap keadaan. Mereka mengikat pinggang (menutup aurat) dan berwudhu, membersihkan anggota badan.
Mereka shaum (puasa) siang hari, bersepi diri dan berdzikir sepanjang malam.
Aku terima amal yang dikerjakan dengan ikhlas, meskipun sedikit. Akan
kumasukkan mereka ke dalam syurga karena kesaksiannya: Tiada Tuhan yang
sebenarnya wajib diibadahi selain Allah. Musa berkata: “Jadikanlah saya Nabi Ummat
itu?” Allah berfirman: “Nabi ummat itu dari mereka sendiri.” Musa berkata lagi: “Masukkanlah saya ke dalam
golongan ummat Nabi itu. Allah menerangkan: “Engkau lahir mendahului Nabi dan ummat
itu, sedangkan dia lahir kemudian. Aku berjanji kepadamu untuk mengumpulkan
engkau bersamanya di Darul Jalal (Syurga). (Hadits Qudsi Riwayat Abu Na’im
dalam Al Hilyah)
Berdasarkan hadits di atas, Allah SWT telah
mengemukakan kepada umat manusia bahwa sudah memiliki konsep syahadat sebelum
menciptakan langit dan bumi yaitu dengan menyandingkan nama Allah SWT dengan
nama Muhammad dengan bunyi hadits sebagai berikut: “Telah kutuliskan namanya bersama namaKu di
Arsy sebelum Aku ciptakan tujuh lapis langit dan bumi.” Setelah memiliki
memiliki konsep syahadat yang mengharuskan diri kita mempersaksikan Allah SWT
dan juga Nabi Muhammad SAW sebagai rasulNya. Allah SWT juga telah memiliki konsep dasar dari
aturan main yang bersifat berpasangpasangan yang akan diberlakukan bagi umat
manusia yaitu adanya dua buah tempat kembali yaitu adanya syurga dan adanya
neraka. Adanya konsep syurga dan neraka sebagai bagian dari konsep
berpasang-pasangan yang dipersiapkan oleh Allah SWT untuk tempat kembali bagi
seluruh umat manusia menunjukkan bahwa:
a. Allah
SWT selaku pencipta dan pemilik konsep syurga dan neraka dapat dipastikan Allah
SWT penguasa tunggal yang berhak menentukan siapa yang berhak masuk syurga dan
yang akan dimasukkan ke neraka;
b. Adanya
konsep syurga dan neraka menunjukkan akan adanya hak hidup bagi calon calon
penghuni syurga dan adanya hak hidup bagi calon calon penghuni neraka sehingga
hidup di muka bumi bukanlah hidup yang bersifat homogen (satu golongan
saja) namun hidup yang bersifat
heterogen (lebih dari satu golongan);
c. Agar
syurga dan neraka bisa diisi secara adil dan beradab maka Allah SWT sajalah
yang berhak menentukan aturan main yang baku, dalam hal ini Diinul Islam, di
dalamnya terdapat ukuran (parameter) yang bersifat informatif yang berlaku bagi
seluruh umat manusia dan selalu sesuai dengan perkembangan zaman;
d. Setiap
manusia akan dihadapkan dengan konsep keadilan pada saat hari berhisab (hari
perhitungan) sebelum menempati syurga ataupun neraka melalui konsep apa apa
yang telah manusia perbuat maka kondisi itulah yang akan dinilai dan diadili
secara adil oleh Allah SWT.
Sekarang konsep syurga dan neraka sebagai
bentuk dari konsep berpasang pasangan sudah diberlakukan oleh Allah SWT. Lalu
sudahkah kita selaku abd’ (hamba)Nya yang sekaligus khalifahNya dan juga
sekaligus orang yang akan menempati syurga atau neraka meneliti secara mendalam
tentang konsep berpasangan pasangan itu? Apakah konsep berpasangan pasangan
itu hanya syurga dan neraka semata?
Konsep berpasang pasangan bukanlah konsep yang bersifat statis hanya untuk satu
pengertian saja. Konsep berpasangan adalah suatu konsep yang bersifat dinamis
sehingga konsep ini bermakna sangat luas, seluas ilmu Allah SWT.
Berikut ini akan kami kemukakan beberapa
makna lainnya dari konsep berpasangan pasangan itu yang kesemuanya tidak bisa
dipisahkan dengan konsep syurga dan neraka, yaitu:
a. Konsep berpasang pasangan
dapat kita maknai sebagai ibadah yang tidak bisa dipisahkan antara ibadah yang
satu dengan ibadah yang lainnya. Contohnya mendirikan shalat dengan menunaikan zakat sebagaimana
firmanNya berikut ini: “Dan janganlah
kamu mencampuradukkan kebenaran dengan kebhatilan dan janganlah kamu
menyembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya. Dan tegakkanlah shalat,
tunaikanlah zakat, dan rukuklah bersama orang orang yang rukuk.” (surat Al
Baqarah (2) ayat 42, 43). Adanya perintah mendirikan shalat yang
dipasangkan dengan dengan perintah menunaikan zakat maka konsep berpasangan
yang seperti bisa bermakna bahwa ibadah shalat dengan ibadah menunaikan zakat
merupakan ibadah yang tidak bisa dipisahkan begitu saja sehingga ibadah shalat
yang dipasangkan dengan ibadah zakat ini memiliki makna:
1) ibadah habblumminallah
(ibadah shalat) harus diimbangi dengan ibadah habblumminanass (menunaikan
zakat);
2) kita tidak bisa hanya
menerima saja namun juga harus memberi kepada sesama sehingga akan tampillah
kesalehan diri dalam bentuk kesalehan sosial;
3) kita tidak bisa hanya
berbuat untuk kepentingan duniawi semata dengan mengorbankan kepentingan
akhirat;
4) kita harus bisa
melaksanakan secara seimbang ibadah badaniah (jasmani) dengan ibadah ruhiyah
dalam kerangka kebaikan diri dan juga masyarakat.
Jika sampai diri kita memisahkan ketentuan
ini berarti kita telah menganiaya diri sendiri karena menghilangkan
keseimbangan dalam beribadah, menghilangkan keseimbangan dalam berbuat dan
bertindak (dalam berkarya nyata) yang telah ditetapkan Allah SWT.
b. Konsep berpasang pasangan
juga bisa kita maknai sebagai keselarasan dan keseimbangan antara yang satu
dengan yang lainnya.
Contohnya seperti mengurangi dengan menambah, atas dengan bawah, tua dengan
muda, proton dengan neutron, positif dengan negatif, aktiva dengan pasiva,
mendengar dengan melihat; patuh dan taat, keshalehan diri dan keshalehan sosial,
yang kesemuanya terikat dengan konsekuensi (atau terikat dengan hukum
kausalitas atau hukum sebab akibat). Jika sampai diri kita memisahkan ketentuan
ini berarti kita telah merusak tatanan keseimbangan yang ada di dalam kehidupan
yang pada akhirnya akan terjadi perbedaan kualiatas antar individu umat
manusia. Akhirnya dengan terjadinya perbedaan perbedaan ini maka tampillah
kebesaran dan kemahaan Allah SWT dihadapan diri kita.
c. Konsep berpasang pasangan
juga bermakna pilihan. Contohnya seperti apakah mau beriman ataukah mau kafir, apakah mau
berbuat kebaikan ataukah keburukan, apakah mau syurga ataukah neraka, apakah
mau bahagia ataukah mau celaka, mau halal ataukah mau haram, mau maju ataukah
mau mundur, mau jalan lurus ataukah jalan yang bengkok dan lain sebagainya.
Untuk itulah Allah SWT menciptakan dua buah makhluk ghaib berupa Malaikat
sebagai bentuk manifestasi makhluk yang patuh dan taat serta berupa iblis (syaitan)
sebagai manifestasi makhluk yang pembangkang. Jika kita sampai salah memilih
atau salah dalam menentukan sikap maka hasil akhir dari pilihan yang kita pilih
akan memberikan dampak yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Jika kita
memilih kebaikan maka kebaikan yang akan kita terima, namun jika kita memilih
keburukan maka keburukan yang akan kita terima.
d. Konsep berpasang pasangan
juga memiliki makna petunjuk untuk memperoleh atau menuju pola hidup sehat. Contohnya melalui konsep halal dengan haram;
melalui konsep thayyib (kebaikan bagi tubuh) dengan khabits (menjijikkan,
merusak bagi tubuh); melalui konsep keseimbangan asam dengan basa; melalui
konsep air dengan udara, melalui konsep manis dengan pahit, yang kesemuanya
sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Hal ini sejalan dengan fungsi dari lambung
yang mana lambung adalah kolamnya tubuh dan pembuluh darah bersumber darinya.
Jika lambung itu baik, maka pembuluh darah yang keluar darinya pun akan sehat.
Dan jika lambung itu sakit, maka pembuluh darahnya pun akan sakit. Dan lambung itu
sendiri hanya memiliki kapasitas sebesar satu liter untuk menampung sepertiga
makanan, sepertiga air dan sepertiga udara. Alangkah bijak seseorang jika maka
tidak berlebih lebihan, sebagaimana hadits Nabi SAW berikut ini: “Isilah lambung kalian dengan sepertiga
makanan, sepertiga air dan sepertiga udara. (Hadits Riwayat Ahmad, Ath
Thirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim)
Dilain sisi, keseimbangan asam dan basa dalam
tubuh ini tidak bisa disepelekan. Untuk itulah kita harus bisa mengetahui nilai pH (potensial
hidrogen) dalam diri kita karena nilai pH adalah tolak ukur keseimbangan kadar
asam dan basa dalam darah. Dilansir dari Medicine Net, pH tubuh dalam keadaan
normal idealnya berkisar pada rentang netral-cenderung basa, yaitu sekitar 7.35
sampai 7.45. Kadar pH yang kurang dari 7 dikatakan bersifat asam dan jika lebih
dari 7 sudah tergolong basa.Tubuh menjaga kadar pHnya dengan bantuan ginjal dan
paru-paru untuk mengatur kadar bikarbonat. Bikarbonat digunakan sebagai
pelindung jika tiba-tiba pH mengalami perubahan. Sedangkan Ginjal berperan
untuk mengubah jumlah asam dan basa yang ada di dalam tubuh, sementara pusat
pernapasan di dalam otak mengatur paru-paru untuk mengendalikan jumlah
karbondioksida yang Anda keluarkan saat bernapas. Gangguan pada salah satu atau
ketiga faktor penyeimbang pH tubuh ini akan membuat sifat darah menjadi terlalu
asam atau terlalu basa. Dan jika kita ingin
memiliki tubuh yang sehat, jangan abaikan sayur sayuran dan buah buahan. Selain
kaya vitamin, mineral, serta enzim; sayur sayuran dan buah buahan juga berperan
sebagai penyeimbang asam dan basa dalam tubuh yang paling ampuh.
Adanya 4 (empat) buah contoh konsep
berpasang-pasangan yang kami kemukakan di atas, ketahuilah bahwa inilah aturan
main yang paling mendasar yang berlaku di muka bumi ini yang mana kesemuanya
sudah sesuai dengan konsep manusia adalah makhluk dwidimensi (terdiri dari
jasmani (insan) yang berasal dari alam dan ruh (nass) yang berasal dari Allah
SWT). Lalu untuk apakah Allah SWT
menetapkan adanya 4 (empat) buah ketentuan berpasang pasangan seperti yang kami
kemukakan di atas? Adanya konsep dasar berpasangan pasangan yang telah
ditetapkan oleh Allah SWT maka akan melahirkan hal hal sebagai berikut, yaitu:
a. Hidup ini bukanlah sesuatu yang bersifat
monoton, namun bersifat dinamis karena adanya perbedaan-perbedaan diantara
sesama umat manusia. Adanya kondisi ini akan diketahui siapa yang terbaik
diantara yang terbaik atau bahkan akan menunjukkan siapakah yang terburuk dari
yang terbaik sehingga akan terlihat dengan jelas siapa yang beriman, siapa yang
kafir dan siapa yang munafik yang akhirnya akan diketahui siapa yang berhak
masuk syurga dan siapa yang akan dimasukkan ke dalam neraka secara adil dan
beradab;
b. Terjadilah pembeda (adanya perbedaan
perbedaan terutama tentang ukuran dari kualitas keimanan dan ketaqwaan) antara
manusia yang satu dengan yang lainnya seperti kafir dengan beriman, jalan yang
lurus dengan jalan yang bengkok, jiwa taqwa dengan jiwa fujur, taat dan patuh,
riya dengan ikhlas dan lain sebagainya, yang pada akhirnya akan menghasilkan hasil
akhir (output) yang berbeda pula sehingga terlihatlah tingkatan tingkatan
manusia baik yang di syurga maupun yang di neraka;
c. Untuk menjadikan manusia melaksanakan pola
hidup sehat, baik untuk kepentingan sehat jasmani maupun untuk menjaga
kesehatan (kefitrahan) ruh.
Adanya 3(tiga) buah kondisi yang kami
kemukakan di atas ini, maka kita wajib bersikap tegas untuk menentukan sikap
karena konsekuensi dari pilihan di atas akan menentukan kualitas hidup baik di
dunia maupun di akhirat kelak, yang pada akhirnya akan menentukan kemana kita
akan pulang kampung apakah ke syurga ataukah ke neraka. Ingat, pilihan ini kita
yang menentukan bukan Allah SWT yang menentukan.
Setelah diri kita mengetahui adanya konsep
berpasang pasangan seperti yang kami kemukakan di atas, sekarang bisakah kita
membayangkan jika di langit dan di bumi ini tidak ada konsep berpasang pasangan?
Allah
SWT menciptakan segala sesuatu secara berpasang pasangan tidak lain agar
terjadi keseimbangan, keteraturan, dan adanya kepastian terhadap proses yang terjadi di alam semesta
ini, yang kesemuanya untuk kebaikan makhluk yang hidup di muka bumi ini. Adanya
siang dan malam maka terjadilah suatu kepastian kapan manusia bekerja dan kapan
manusia akan istirahat. Adanya syurga dan adanya neraka sebagai tempat kembali
manusia maka terjadilah proses seleksi yang berbeda beda bagi calon penghuni syurga dan calon penghuni
neraka, dan seterusnya.
Sekarang apa yang bisa kita perbuat jika
tidak ada malam dan siang? Apa yang bisa kita rasakan jika tidak ada konsep
positif dan konsep negatif atau jika tidak ada laki laki dan perempuan atau
jika tidak ada kebaikan dan keburukan? Semuanya sama sehingga yang ada hanyalah
satu tanpa ada perbedaan yang mengakibatkan hidup bersifat monoton dan searah.
Sedangkan melalui perbedaan perbedaan yang terjadi dalam kehidupan ini akan menunjukkan
betapa hebatnya Allah SWT dalam menciptakan segala sesuatu serta aktif pula
kemahaan dan kebesaran Allah SWT. Hal ini sejalan dan sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Allah SWT dalam surat Adz Dzariyaat (51) ayat 49 berikut ini: “dan segala sesuatu Kami ciptakan
berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.”
Berdasarkan ketentuan ayat ini, Allah SWT lah
yang telah menciptakan segala sesuatu dengan konsep berpasang pasangan lalu
Allah SWT juga yang mengingatkan kita bahwa dibalik berpasang pasangan itu ada
kebesaran Allah SWT yang menyertainya. Sudahkah kita menyadarinya! Lalu sampai
kapankah konsep berpasang pasangan ini berlaku? Konsep berpasang pasangan sebagai sebuah sunnatullah (ketetapan Allah
SWT) akan terus berlaku di alam semesta ini
sampai dengan hari kiamat kelak. Mahasuci Allah, begitu hebat Allah
SWT dan begitu jelas dan transfaran Allah SWT dalam menciptakan segala sesuatu.
Sekarang tinggal bagaimana kita menyikapinya.
Saat ini dan seterusnya, kebaikan telah
dipasangkan dengan keburukan oleh Allah SWT, apa yang harus kita sikapi?
Sebagai Abd’ (hamba) yang sekaligus khalifah Allah SWT di muka bumi kita harus
memilih atau menentukan sikap apakah menjadikan kebaikan sebagai cerminan (label)
bagi diri kita ataukah menjadikan keburukan sebagai cerminan (label) bagi diri
kita. Kebaikan dan Keburukan sebagai
sebuah pilihan yang harus dipilih, keduanya memiliki karakteristik yang
berbeda. Jika kebaikan yang kita pilih lalu kebaikan itu pula yang kita
lakukan maka kebaikan pula yang akan kita raih dan rasakan saat hidup di dunia
ini. Jika keburukan yang kita pilih lalu keburukan itu pula yang kita lakukan
maka keburukan pula yang akan kita raih dan rasakan saat hidup di dunia ini.
Dan hal yang tidak akan terjadi adalah jika kita berbuat keburukan hasil
akhirnya adalah adalah kebaikan. Demikian pula sebaliknya, jika kita berbuat
kebaikan hasil akhirnya adalah keburukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar