Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Selasa, 02 April 2024

AYO KITA BUKTIKAN BAHWA ALQURAN ADALAH WAHYU ALLAH SWT (PART 1 of 6)

 

Sebagai orang yang telah beragama Islam, tentu kita tidak akan pernah berani mengatakan baik langsung maupun tidak langsung bahwa AlQuran itu bukan wahyu Allah SWT. Kita pasti mengatakan dengan gagah berani bahwa AlQuran itu wahyu Allah SWT. Lalu pernahkah kita bertanya kepada diri sendiri, atas dasar apakah kita berani menyatakan dengan gagah berani bahwa AlQuran itu adalah wahyu yang berasal dari Allah SWT. Selama ini kita hanya tahu sebatas AlQuran itu adalah wahyu Allah SWT, tanpa memiliki hujjah untuk memperkuat pernyataan yang telah kita buat, atau kita hanya berani mengatakan AlQuran adalah wahyu Allah SWT tanpa memiliki dasar dan alasan yang mendukung atas pernyataan yang telah kita kemukakan di atas.

 

Banyak sebab kenapa kita tidak memiliki hujjah, banyak alasan kenapa kita tidak memiliki dasar untuk menyatakan bahwa benar AlQuran itu adalah wahyu Allah SWT. Hal ini karena kita memang tidak tahu, atau karena kita tidak pernah mau mempertanyakan hal itu, atau karena tidak ada orang yang mau mengemukakan kebenaran AlQuran adalah Wahyu dari Allah SWT, atau karena tidak adanya orang yang memiliki kemampuan untuk menerangkan kebenaran AlQuran adalah Wahyu Allah SWT  melalui “dalil Aqli dan dalil Naqli” atau karena  kita malu untuk mempertanyakan hal ini kepada yang mengerti, atau bisa juga karena kita takut dianggap berdosa jika mempertanyakan hal ini.

 

Jika kondisi ini sampai berlarut-larut berarti akan terjadi dua kemungkinan, yang pertama adalah kita telah memberikan kesempatan berharga bagi syaitan untuk menggoyang keimanan diri kita kepada AlQuran sehingga memudahkan syaitan melaksanakan aksinya agar diri kita tidak bisa melaksanakan rukun iman yang enam dan berarti pula kepercayaan diri kita atas buku panduan dan pedoman yang berasal langsung dari Allah SWT saat melaksanakan kekhalifahan di muka bumi menjadi sangat rendah, atau bahkan kita tidak mau mempercayai AlQuran sebagai bagian dari pelaksanaan Diinul Islam secara kaffah.

 

Yang kedua adalah kita telah memberikan kesempatan bagi orang kafir melaksanakan aksinya sebagaimana termaktub dalam surat Fushilaat (41) ayat 26 berikut ini: Dan orang orang yang kafir berkata, “Janganlah kamu mendengarkan (bacaan) AlQuran ini dan buatlah kegaduhan terhadapnya agar kamu dapat mengalahkan mereka.”. Akhirnya alangkah buruknya diri kita, alangkah tidak tahu dirinya diri kita, yang tidak tahu tentang kitabnya sendiri. 

 

Sekarang, kami ingin mengajak jamaah sekalian untuk membuktikan sendiri tentang kebenaran AlQuran adalah wahyu Allah SWT. Bukan karena kata atau pernyataan dari orang lain, melainkan dari pembelajaran langsung yang kita laksanakan melalui bukti-bukti ilmiah sehingga kita bisa membuktikan benar AlQuran wahyu Allah SWT. Akhirnya dengan mampunya diri kita membuktikan AlQuran adalah wahyu Allah SWT maka kita memiliki hujjah sebagai dasar atas pernyataan syahadat yang kita persaksikan, baik kepada Allah SWT maupun kepada Nabi Muhammad SAW sehingga mampu menambah keimanan dan semangat untuk mempelajari AlQuran yang sesuai dengan kehendak Allah SWT dan akhirnya kita mengetahui konsep dasar dari kitab suci yang kita butuhkan ini.

 

Untuk memulai pembahasan tentang hal ini, perkenankan kami untuk mempergunakan pendekatan, yang kami istilahkan dengan pendekatan Muhammad bin Abdullah. Pendekatan Muhammad bin Abdullah adalah sebuah pendekatan yang mempergunakan kriteria atau batasan atau kondisi saat Nabi Muhammad SAW belum diangkat menjadi Nabi dan Rasul, yang mana Beliau masih berstatus sebagai manusia biasa, sehingga masih bernama Muhammad bin Abdullah. Adapun yang dimaksud dengan Muhammad bin Abdullah itu sendiri  adalah : “Manusia Biasa yang usianya atau berusia antara 1 (satu) hari sampai dengan berusia 40 (empat puluh) tahun, atau manusia biasa yang belum menerima wahyu dari Allah SWT melalui perantaraan Malaikat Jibril as, sehingga belum diangkat menjadi Nabi dan Rasul sehingga  belum mempunyai kewajiban untuk menyampaikan Risalah yang diterimanya kepada umat manusia”.

 

Timbul pertanyaan, kenapa kami harus membedakan antara Muhammad bin Abdullah dengan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul? Hal ini kami lakukan dalam rangka untuk memudahkan pembahasan serta untuk membedakan kondisi saat masih sebagai Muhammad bin Abdullah dengan kondisi setelah Beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Dan yang harus kita perhatikan adalah setelah kita mampu membuktikan bahwa benar Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul Allah SWT, atau benar bahwa AlQuran itu adalah Wahyu  Allah SWT maka kita tidak boleh lagi memberlakukan hal itu kepada Nabi Muhammad SAW, apalagi menganggap bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki kondisi seperti Muhammad bin Abdullah.

 

Muhammad bin Abdullah, berdasarkan sejarah dan sumber sumber informasi Islam yang ada saat ini dan juga menurut penanggalan para ahli sejarah Islam, dilahirkan pada tanggal 12 Rabiulawal tahun Gajah atau pada tanggal 20 April 571 Masehi di  kota Makkah. Pada saat dilahirkan Muhammad sudah dalam keadaan yatim, karena bapaknya yang bernama Abdullah telah meninggal dunia, 7 (tujuh) bulan sebelum Beliau dilahirkan. Nama ibu Muhammad adalah Siti Aminah. Nama Muhammad diberikan oleh kakeknya yang bernama Abdul Muthalib, dimana pada saat itu nama Muhammad belum pernah ada sebelumnya.

 

Muhammad bin Abdullah adalah keturunan dari suku Quraisy. Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdulmanaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah dari golongan Arab Bani Ismail. Sedangkan ibunya bernama Aminah binti Wahab bin Abdulmanaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah, disinilah silsilah keturunan ayah dan ibu Muhammad bin Abdullah bertemu.

 

Baik keluarga dari pihak bapak maupun ibu kandungnya termasuk golongan bangsawan dan terhormat dalam kalangan kabilah-kabilah Arab dan masih menurut sumber-sumber informasi Islam lainnya, kota Makkah pada waktu Muhammad bin Abdullah dilahirkan adalah suatu tempat yang paling terbelakang, jauh dari pusat perdagangan, jauh dari pusat seni maupun pusat ilmu pengetahuan. Dimana kehidupan masyarakat pada waktu itu masih bersifat jahiliah atau masih bersifat terbelakang jauh dari sentuhan teknologi atau peradaban baru.

 

Lalu seperti apakah kondisi dasar dan keadaan Muhammad bin Abdullah itu sebelum menerima wahyu atau sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul oleh Allah SWT? Berikut ini akan kami kemukakan keterangan-keterangan atau dalil-dalil atau fakta-fakta yang terdapat di dalam kitab suci AlQuran yang sangat berhubungan erat dengan Muhammad bin Abdullah, yaitu :

 

A.  MANUSIA BIASA.

 

Kondisi dasar dari Muhammad bin Abdullah adalah manusia biasa, dimana secara phisik kondisi dasar Beliau sama dengan kondisi diri kita. Tidak ada perbedaan yang mencolok, atau tidak ada perbedaan yang khusus antara phisik atau jasmani diri kita dengan phisik atau jasmani Muhammad bin Abdullah baik sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul ataupun sesudah diangkat menjadi Nabi dan  Rasul oleh Allah SWT. Dan jika ini adalah kondisi dasar dari Muhammad bin Abdullah sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul oleh Allah SWT berarti keadaan Muhammad bin Abdullah benar-benar manusia biasa yang tidak dibedakan oleh Allah SWT.

 

Sebagaimana dikemukakan dalam surat Fushshilat (41) ayat 6 berikut ini: “katakanlah: “Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaanlah yang besarlah bagi orang-orang yang empersekutukan-(Nya),”. Dan juga berdasarkan surat Al Kahfi (18) ayat 110 yang kami kemukakan berikut ini: “Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". Selanjutnya apa yang dimaksud dengan manusia biasa itu atau apa yang dimaksud dengan manusia pada umumnya?

 

Setiap manusia pasti terdiri dari unsur jasmani dan juga unsur ruh, yang dalam hal ini ruh  berasal langsung dari Allah SWT. Jika ruh dipersatukan dengan jasmani maka hiduplah manusia dan jika ruh dipisahkan dengan jasmani maka meninggallah manusia sehingga selesai sudah hidup kita di muka bumi, sebagaimana dikemukakan dalam surat As Sajdah (32) ayat 7-8-9 yang kami kemukakan berikut ini: “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” Ruh setelah dipisahkan dengan jasmani untuk sementara akan kembali atau pulang ke alam Barzah untuk menunggu sampai datangnya hari kiamat sedangkan unsur jasmani kembali ke tanah, dalam hal ini dikubur.

 

Jika ini kondisi dasar dari setiap manusia, maka hal yang samapun berlaku juga kepada Muhammad bin Abdullah, dimana Beliau juga terdiri dari unsur jasmani dan unsur ruh dan juga menunjukkan bahwa setiap manusia adalah makhluk dwidimensi. Setelah memiliki apa yang dinamakan dengan unsur jasmani dan juga unsur ruh, maka setiap manusia tanpa terkecuali tanpa memandang apakah ia muslim ataukah non muslim, apakah ia Nabi dan Rasul ataukah manusia biasa, akan memiliki apa-apa yang akan kami kemukakan di bawah ini, yaitu:

1.       Setiap manusia akan memiliki modal dasar yang berasal dari sifat Ma’ani Allah SWT (seperti sifat qudrat, sifat iradat, sifat kalam, sifat hayat, sifat ilmu, sifat sami’, sifat bashir) atau yang kami istilahkan dengan Amanah yang 7, yang kesemuanya akan dimintakan pertanggung jawaban oleh Allah SWT di hari kiamat kelak.

 

2.       Setiap ruh telah disibghah atau telah disifati dengan sifat sifat ilahiah yang berasal dari  Nama Nama Allah SWT yang indah lagu baik yang mencerminkan Nilai Nilai Kebaikan. Sedangkan jasmani memiliki sifat sifat alamiah yang mencerminkan Nilai Nilai Keburukan sehingga pada saat keduanya bersatu terjadilah apa yang dinamakan dengan tarik menarik (saling pengaruh mempengaruhi) antara kepentingan ruh yang mencerminkan nilai nilai kebaikan dengan kepentingan jasmani yang mencerminkan nilai nilai keburukan.

 

Adanya pertarungan kepentingan antara jasmani dengan ruh di dalam diri manusia akan mengakibatkan timbulnya apa yang dinamakan dengan kondisi kejiwaan manusia, dimana jiwa manusia dapat digolongkan menjadi 2(dua) yaitu: jiwa fujur (seperti jiwa hewani, jiwa amarah, jiwa mushawwilah) dan jiwa taqwa (seperti jiwa  lawwamah & jiwa uthmainnah). Dan setiap manusia telah diberikan apa yang dinamakan dengan af’idah atau perasaan serta akal, ketentraman, kenyamanan yang diletakkan di dalam hati nurani.

 

3.       Adanya Hubbul (keinginan) sebagai motor penggerak untuk berbuat dan bertindak seperti Hubbul Syahwat  (ingin berhubungan dengan lawan jenis), Hubbul Hurriyah (ingin bebas), Hubbul Istitlaq (ingin tahu), Hubbul Jam’i (ingin berkumpul), Hubbul Maal (ingin harta), Hubbul Maadah (ingin dipuji) dan Hubbul Riasah (ingin jadi pemimpin).

 

4.       Adanya syaitan yang selalu menyertai setiap manusia termasuk juga kepada Nabi dan Rasul dan juga adanya malaikat pencatat atau adanya malaikat pengawas pada diri setiap manusia.

 

Selain daripada itu, setiap manusia tanpa terkecuali termasuk juga yang terjadi pada diri kita dan juga  yang juga pasti dialami oleh Muhammad bin Abdullah, baik sebagai manusia biasa dan juga setelah menjadi Nabi dan Rasul, adalah:  

 

1.        Setiap manusia tidak ada yang kekal atau abadi selamanya hidup di dunia ini. Sehingga setiap manusia dapat dipastikan akan mengalami apa yang dinamakan dengan kematian yaitu saat berpisahnya antara jasmani yang berasal dari alam dengan ruh yang berasal dari  Allah SWT dimana jasmani akan kembali ke alam yaitu masuk ke dalam liang lahat (tanah) sedangkan ruh akan kembali kepada Allah SWT atau untuk sementara waktu ruh akan ditempatkan di alam barzah sampai dengan hari kiamat kelak. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Anbiyaa (21) ayat 34 yang kami kemukakan berikut: “Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau  kamu mati, apakah mereka akan kekal?.”

 

2.        Setiap manusia tanpa terkecuali dapat dipastikan memerlukan makanan dan minuman untuk kepentingan jasmani atau phisik. Tanpa adanya asupan makanan dan minuman bagi kepentingan jasmani, maka phisik atau jasmani manusia akan menjadi lemah dan tidak mempunyai tenaga saat menjadi khalifah di muka bumi. Hal yang samapun berlaku juga kepada Muhammad bin Abdullah baik sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul maupun sesudah diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Sebagaimana dikemukakan dalam surat surat Al Mu’minuun (23) ayat 33 yang kami kemukakan berikut ini: “Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang men dustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia: “(orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu makan, dan meminum dari apa yang kamu minum.”

 

3.        Setiap manusia diciptakan dari tanah atau dari saripati tanah melalui saripati makanan dan minuman yang di konsumsi oleh bapak dan ibu kita, demikian pula dengan Muhammad bin Abdullah yang juga berasal dari saripati tanah untuk jasmaninya dan dari Allah SWT untuk ruh nya. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Hijr (15) ayat 28 yang kami kemukakan berikut ini: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.”

 

Apa-apa yang kami kemukakan di atas adalah kondisi dasar dari setiap manusia secara umum. Sekarang apakah hal itu berlaku juga bagi Muhammad bin Abdullah? Hal yang sama juga berlaku kepada Muhammad bin Abdullah sehingga dapat dikatakan Muhammad bin Abdullah kondisinya sama dengan kondisi dan keadaan diri kita ini. Sehingga dapat dipastikan Muhammad bin Abdullah pasti memiliki jasmani dan ruh beserta perlengkapan-perlengkapan atau perhiasaan yang diberikan Allah SWT seperti Amanah yang 7 (qudrat, iradat, ilmu, sami’, bashir, kalam, dan hayat), Hubbul yang 7 (hubbul syahwat, hubbul maal, hubbul hurriyah, hubbul jam’i, hubbul istitlaq, hubbul riasah,dan hubbul maadah), akal serta perasaan, adanya pertarungan antara kepentingan jasmani yang membawa nilai nilai keburukan dengan kepentingan ruh yang membawa nilai nilai kebaikan, mempunyai ajal & diciptakan dari tanah atau dari saripati tanah serta membutuhkan makan dan minum. Adanya kondisi seperti ini yang dimiliki oleh Muhammad bin Abdullah maka penampilan atau tampilan phisik Muhammad bin Abdullah sama dengan manusia biasa, sebab tidak ada perbedaan yang khusus pada diri Muhammad bin Abdullah walaupun yang bersangkutan akan dijadikan Allah SWT sebagai Nabi dan Rasul, atau menjadi Utusan Allah SWT di muka bumi.

 

B.   UMMI.

 

Ummi yang dialami atau ummi yang dimiliki atau ummi yang dijalani oleh Muhammad bin Abdullah adalah ciri khas, atau ciri khusus yang hanya dimiliki oleh Muhammad bin Abdullah dibandingkan dengan Nabi dan Rasul Allah SWT yang lainnya yang pernah ada dan yang telah pernah diutus oleh Allah SWT ke muka bumi ini.

 

Hal yang harus kita ingat adalah bahwa pengertian, kata, maupun sebutan ummi yang disebutkan dalam surat Al A’raaf (7) ayat  158  yang kami kemukakan berikut ini: “Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk". adalah penilaian yang berasal dari Allah SWT kepada Muhammad baik sebagai manusia biasa dan juga sebagai Nabi dan Rasul. Sehingga penilaian Ummi ini tidak berlaku bagi penilaian manusia kepada Muhammad baik sebagai manusia biasa maupun Muhammad sebagai Nabi dan Rasul. Hal ini dikarenakan AlQuran itu adalah Kalam yang berasal dari Allah SWT bukan Kalam yang berasal dari manusia.

 

Pengertian dari “Ummi” bagi Muhammad bin Abdullah adalah suatu kondisi dimana Muhammad bin Abdullah yang belum memperoleh pengajaran baik melalui tulisan maupun bacaan dari siapapun juga sehingga kondisi Muhammad bin Abdullah dapat dikatakan sebagai manusia biasa yang masih polos, yang belum pernah menerima masukan, belum pernah menerima pengajaran apapun dan dari siapapun juga sehingga Muhammad bin Abdullah dapat dikatakan seperti “kertas putih” yang belum ternoda oleh apapun juga.

 

C. TIDAK PERNAH BELAJAR.

 

AlQuran akan sangat mudah dipahami dan sangat mudah dimengerti bagi orang-orang yang berilmu. Tanpa Ilmu yang memadai, maka isi dan kandungan AlQuran tidak akan mudah didapatkan dan diketemukan. Hal ini dikarenakan isi dan kandungan AlQuran jika diteliti dan ditelaah secara mendalam akan terdiri dari 3(tiga) buah isi dan kandungan yaitu isi dan kandungan yang tersurat, isi dan kandungan yang tersirat serta isi dan kandungan yang tersembunyi, dalam hal ini disebut juga dengan istilah ayat-ayat Muhkamat dan ayat-ayat Mutasyabihat.

 

Inilah kondisi dasar dari AlQuran yang akan diturunkan oleh Allah SWT ke muka bumi melalui perantaraan Malaikat Jibril as, yang akan dijadikan buku pedoman (manual handbook) bagi kekhalifahan di muka bumi. Sekarang lihatlah, perhatikanlah, renungkanlah keadaan diri dari Muhammad bin Abdullah, dimana Beliau tidak pernah belajar secara formal maupun informal dan juga Ummi.

 

Dan jika kita melihat kondisi di atas dibandingkan dengan apa yang terdapat di dalam surat Al Ankabuut (20) ayat 43 berikut ini: “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang  memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.”  maka akan terdapat dua kutub sangat yang berlawanan. Di satu sisi AlQuran membutuhkan orang yang berilmu.  Di sisi lainnya orang yang diberi tanggung jawab oleh Allah SWT untuk menerima wahyu kondisinya manusia biasa yang “Ummi” dan tidak pernah belajar. Disinilah letak kekuasaan Allah SWT kepada Muhammad bin Abdullah dalam rangka melaksanakan skenario Allah SWT, terutama untuk menjaga keaslian, kesucian, keutuhan serta kemurnian dari AlQuran yang hanya berasal dari Allah SWT serta tidak ada masukan apapun dari diri Muhammad bin Abdullah itu sendiri kepada AlQuran yang diturunkan oleh Allah SWT untuk kepentingan manusia.

 

D.  TIDAK BISA MENULIS.

 

Tidak bisa menulis juga merupakan ciri khusus yang ada di dalam diri Muhammad bin Abdullah. Hal ini dikemukakan oleh Allah SWT dalam firmannya yang terdapat di dalam surat Al Jumu’ah (62) ayat 2 berikut ini: “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” Adanya kondisi ini menunjukkan bahwa Muhammad bin Abdullah sudahlah tidak pernah belajar, ia juga tidak bisa menulis sehingga di dalam perkembangannya Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah SWT tidak pernah sekalipun ditulis langsung oleh Muhammad bin Abdullah. 

 

Sekarang apa jadinya jika Muhammad bin Abdullah bisa dan mampu menulis, kemudian Beliau sendiri yang menuliskan apa-apa yang telah diwahyukan kepadanya melalui perantaraan Malaikat Jibril as, maka hal-hal sebagai berikut mungkin akan terjadi setelah AlQuran menjadi kitab suci yang berlaku, yaitu:  (a) Siapakah yang berani mengoreksi Beliau jika terjadi kesalahan penulisan; (b) siapakah yang tahu kelebihan ataupun kekurangan dari AlQuran itu sendiri; (c) Akan menimbulkan fitnah/sanggahan dikemudian hari sebab teknologi ataupun media untuk menulis belum secanggih saat ini. Kenyataan  yang  terjadi  adalah  setiap wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW selalu ditulis oleh orang lain dan selalu dihafalkan oleh banyak orang serta Beliau sendirilah yang langsung  menjadi penilai akhir dari apa yang ditulis maupun apa yang telah dihafalkan oleh para sahabatnya pada waktu-waktu tertentu selama Beliau hidup di dunia.

     

E.   TIDAK BISA MEMBACA.

 

Muhammad bin Abdullah selain tidak bisa menulis, Beliau juga tidak dapat membaca sehingga dengan demikian Muhammad bin Abdullah dapat dikatakan dengan buta aksara, atau tidak bisa membaca dan tidak bisa menulis sebelum menerima wahyu. Untuk apa semua ini dilekatkan di dalam diri Muhammad bin Abdullah? Disinilah letak kekuasaan Allah SWT dengan menjadikan Muhammad bin Abdullah dalam kondisi ummi serta buta aksara agar kemurnian, kesucian dan keutuhan AlQuran dapat terjaga sejak awal dan sampai kapanpun juga, termasuk tidak ada masukan apapun yang berasal dari diri Muhammad bin Abdullah. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam firmanNya berikut ini: “Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk". (surat Al A’raaf (7) ayat 158).” 

 

Sekarang coba kita bayangkan jika Muhammad bin Abdullah tidak ummi dan tidak pula buta aksara dan kemudian wahyu yang diterima dari Allah SWT itu ditulis langsung oleh Beliau serta serta jika terjadi kesalahan, lalu siapakah yang mampu dan berani memprotes Beliau. Selain daripada itu, dapatkah kita mengetahui jika wahyu yang diterima oleh Muhammad bin Abdullah telah ditambah, atau telah dikurangi oleh Beliau sendiri?

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar