Selain
dua hal yang telah kami kemukakan di atas, yaitu tentang mayat firaun dan juga
air laut dan air tawar yang bersisian, masih terdapat beberapa hal lainnya
tentang hal hal yang ilmiah dikemukakan di dalam AlQuran yang kemudian
dibuktikan secara ilmiah pula oleh para ilmuwan tingkat dunia, yakni:
1. Prof. Yoshihide Kozai. Dia
adalah seorang Direktur Gunma Astronomical Observatory, mantan direktur
National Astronomical Observatory of Japan. Dia menghabiskan hampir separuh
hidupnya untuk meneliti dinamika langit hingga dikenal sebagai Mekanisme Kozai.
Mekanisme ini menggambarkan titik orbit asteroid, yang sekarang digunakan dalam
studi tabrakan galaksi dan exoplanets. Dalam pengamatannya terhadap pembentukan
bintang, dia berasumsi bahwa bintang terbentuk dari asap. Asap berkumpul di
bagian luar yang terlihat kemerah-merahan sebagai awal dari kumpulan panas.
Asap yang berkumpul dengan kepadatannya yang tinggi menghasilkan sinar. Karena
itu, bintang yang bersinar seperti yang kita lihat sekarang terbentuk dari asap
yang menghiasi alam semesta.
Para
ilmuwan lain menyatakan itu adalah asap yang berkabut. Namun Kozai mengatakan
kabut tidaklah cocok untuk menggambarkan asap tersebut, sebab kabut memiliki
sifat dingin yang khas dingin, sedangkan asap kosmis agak panas. Bertemulah
Kozai dengan Sheikh Abdul-Majeed A. Zindani yang menyajikan sejumlah ayat AlQuran
yang menjelaskan awal mula alam semesta dan langit, serta hubungan bumi dan
langit. Allah SWT berfirman: “kemudian Dia menuju kepada penciptaan
langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan
kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati
atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka
hati". Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan
pada tiap-tiap langit urusannya. dan Kami hiasi langit yang dekat dengan
bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya.
Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui. (surat Fushshilat
(41) ayat 11 dan 12).”
Ayat
di atas ini membuat Kozai heran sekaligus takjub, apalagi setelah mengatahui
bahwa AlQuran diturunkan pada 1400 tahun yang lalu. Menurut dia, AlQuran
menggambarkan alam semesta seperti yang terlihat dari titik pengamatan
tertinggi. Allah SWT berfirman: “dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap
yang terpelihara[959], sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda
(kekuasaan Allah) yang terdapat padanya. (surat Al Anbiyaa’ (21) ayat 32)
[959] Maksudnya: yang ada di
langit itu sebagai atap dan yang dimaksud dengan terpelihara ialah segala yang
berada di langit itu dijaga oleh Allah dengan peraturan dan hukum-hukum yang
menyebabkan dapat berjalannya dengan teratur dan tertib.
"
Saya
sangat terkesan dengan menemukan fakta-fakta astronomi yang benar dalam AlQuran,
dan bagi kami para astronom modern yang telah mempelajari potongan-potongan
yang sangat kecil dari semesta. Kami telah memusatkan upaya kami untuk memahami
bagian yang sangat kecil. Karena dengan menggunakan teleskop, kita dapat
melihat hanya sedikit bagian dari langit tanpa berpikir tentang seluruh alam
semesta. Jadi, dengan membaca AlQuran dan dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan, saya pikir saya dapat menemukan jalan masa depan saya
untuk investigasi alam semesta," kata Kozai. Karena itu, Kozai percaya
bahwa “AlQuran tidak mungkin berasal dari
manusia, tapi sang pencipta.” Profesor itu kemudian memusatkan
penelitiannya berdasarkan sumber AlQuran.
2. Dr. TVN Persaud. Dia
adalah ahli Anatomi, Profesor of Pediatrics and Child Health, dan Profesor
Obstetri, Ginekologi, dan Ilmu Reproduksi di Universitas Manitoba, Winnipeg,
Manitoba, Kanada. Di sana, ia menjadi Ketua Departemen Anatomi selama 16 tahun.
Persaud sangat terkenal di bidangnya. Dia adalah penulis atau editor dari 22
buku dan menerbitkan lebih dari 180 karya ilmiah. Pada tahun 1991, ia menerima
penghargaan paling terkemuka di bidang anatomi di Kanada, the JCB Grant Award
from the Canadian Association of Anatomists. Uniknya, Profesor Persaud
memasukan beberapa ayat Alquran dan hadits di beberapa buku-bukunya. Dia juga
kerap mengungkapkan ayat-ayat dan hadits di beberapa konferensi. Ketika ia
ditanya tentang keajaiban ilmiah dalam AlQuran yang telah diteliti.
Dan
inilah dua ayat AlQuran yang dimaksud, yaitu: “Apakah manusia mengira, bahwa
Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya? bukan demikian,
sebenarnya Kami Kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna. (Surat
Al Qiyaamah (75) ayat 3 dan 4) dan yang kedua adalah surat Az Zumar
(39) ayat 6 yang kami kemukakan berikut ini: “Dia menciptakan kamu dari
seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan
untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan
kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan[1306]. yang
(berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan.
tidak ada Tuhan selain dia; Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?.
[1306] Tiga kegelapan itu
ialah kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput
yang menutup anak dalam rahim.
Inilah
pernyataan takjub sang profesor tersebut: "Muhammad
hanya orang biasa, dia tidak dapat membaca atau menulis, dia seorang yang buta
huruf, dan kita berbicara mengenai seseorang yang hidup 1200 atau 1300 tahun
yang lalu, namun dapat mengeluarkan satu pernyataan tegas mengenai ilmu
pengetahuan alam yang secara ajaib ternyata sesuai dengan ilmu pengetahuan.
Saya pikir ini tidak mungkin bisa disebut kebetulan, terlalu banyak keakuratan
(yang terdapat di dalam AlQuran). Jadi, tidak sulit bagi saya menerima bahwa
ini adalah semacam ilham yang diterimanya yang membuatnya mampu
menyampaikan pernyataan itu.”
3. Prof. E. Marshall Johnson. Dia
adalah profesor dan Ketua Departemen Anatomi dan Perkembangan Biologi. Johnson
juga merupakan Direktur Institut Daniel Baugh, Thomas Jefferson University,
Philadelphia, Pennsylvania, USA. Johnson pun telah menulis lebih dari 200 karya
yang telah dipublikasikan. Profesor Johnson mulai tertarik pada tanda-tanda
ilmiah dalam AlQuran saat menghadiri Saudi Medical Conference ketujuh tahun
1982, ketika sebuah komite khusus dibentuk untuk menyelidiki tanda-tanda ilmiah
dalam AlQuran dan Hadits.
Pada
awalnya, Profesor Johnson tidak menerima bahwa ada ayat-ayat yang menjelaskan
tentang perkembangan biologi dalam AlQuran dan Hadits. Tapi setelah diskusi
dengan Sheikh Zindani, ia mulai berminat dan berkonsentrasi meneliti terkait
tahap internal serta pengembangan eksternal janin dalam tubuh manusia. Melalui
serangkain penelitian itulah dia berdecak kagum pada apa yang tertulis pada
kitab berumur 1400 tahun yang lalu. “Sebagai ilmuwan, saya hanya berurusan
dengan sesuatu yang secara spesifik dapat saya lihat. Saya bisa memahami
tentang embriologi, tahap perkembangan makhluk hidup, saya dapat memahami
tentang kata-kata yang diterjemahkan kepada saya yang berasal dari AlQuran.
Sebagaimana saya telah berikan contoh sebelumnya, seandainya saya dapat kembali
ke masa itu (zaman Nabi Muhammad), dengan pengetahuan yang saya miliki
sekarang, dan saya harus menjelaskan semua itu, saya tetap tidak dapat
menjelaskannya.
Saya
tidak melihat ada bukti yang kuat yang bisa digunakan untuk menyangkal konsep
bahwa Muhammad telah mendapatkan informasi ini dari suatu tempat. Jadi saya
melihat bahwa sebuah campur tangan ketuhanan telah menjelaskan hal-hal besar
yang kemudian diungkap oleh ilmu pengetahuan saat ini. “Mengingat bahwa dia (Muhammad saw) adalah seorang yang buta
huruf," katanya. Dia melanjutkan. "Dalam beberapa ayat AlQuran,
tercantum penggambaran yang jelas mengenai perkembangan manusia sejak masa
tercampurnya Gamet melalui proses organogenesis. Tidak ada catatan yang lengkap
dan jelas tentang perkembangan manusia, seperti klasifikasi, istilah dan
penggambaran nya, yang ada sebelum ini. Secara keseluruhannya, penggambaran
(dalam AlQuran) ini mendahului beberapa abad dalam hal penggambaran mengenai
berbagai tahap embrio manusia dan perkembangan janin yang terdapat dalam literatur
ilmiah yang ada.”
4. Prof. Keith L. Moore. Dia
adalah Presiden American Association of Clinical Anatomi (AACA) pada 1989. Juga
seorang ilmuawan Anatomi dan Embriologi dengan puluhan kedudukan dan gelar
kehormatan dalam bidang sains. Dia menulis bersama profesor Arthur F. Dalley
II, Clinically Oriented Anatomy, yang merupakan literatur berbahasa Inggris
paling populer dan menjadi buku kedokteran pegangan di seluruh dunia. Buku
mereka juga digunakan oleh para ilmuwan, dokter, fisioterapi dan siswa seluruh
dunia. Pada tahun 1980, Moore diundang ke Arab Saudi untuk memberikan kuliah
anatomi dan embriologi di Universitas King Abdulaziz.
Di
sana, Moore didekati oleh Komite Embriologi dari Universitas agar membantu
menafsirkan ayat-ayat tertentu dalam AlQuran dan Hadits tentang reproduksi
manusia dan perkembangan embriologi. Selama tiga tahun bekerja bersama Komite
Embriologi tersebut, dia telah membantu menafsirkan banyak pernyataan dalam
Alquran dan Sunnah yang mengacu pada reproduksi manusia dan perkembangan janin,
sebagaimana firman Allah SWT berikut ini: “kemudian Kami jadikan saripati itu air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging,
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk)
lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (surat Al Mu’minuun
(23) ayat 13 dan 14).”
Sang
profesor awalnya mengaku heran dengan akurasi isi surat yang terekam pada abad
ke-7 tersebut, sebelum ilmu embriologi didirikan. “Tidak mungkin ayat ini ditulis pada tahun 7 Masehi, karena apa yang
terkandung di dalam ayat tersebut adalah fakta ilmiah yang baru diketahui oleh
ilmu pengetahuan modern! Ini tidak mungkin, Muhammad pasti menggunakan
mikroskop!,” katanya. Namun, dia mengatakan ungkapan mikroskop itu hanya
candaan. "Saya hanya bercanda, tidak mungkin Muhammad yang mengarang ayat
seperti ini.” Moore mengungkapkan kebahagiaannya karena telah menemukan
kebenaran saat dia membantu mengklarifikasi isi ayat AlQquran tersebut. "Jelas bagi saya bahwa pernyataan AlQuran ini
telah diterima Muhammad dari Tuhan atau Allah. Karena semua hal ini tidak
terungkapkan hingga berabad-abad kemudian. Hal ini membuktikan kepada saya
bahwa Muhammad pasti seorang Rasul atau utusan Tuhan atau Allah.”
5. Profesor William Brown. Dia
adalah seorang pendidik dan pemimpin di Carnegie Mellon University, di mana dia
adalah seorang profesor ilmu biologi. Brown adalah anggota dari komunitas
Carnegie Mellon sejak tahun 1973, ketika ia bergabung dengan fakultas sebagai
asisten profesor ilmu biologi di Mellon College of Science (MCS). Pada 1981,
terbit Journal of Plant Molecular Biologies yang mengungkapkan hasil penelitian
sebuah tim ilmuwan Amerika Serikat yang dipimpin Profesor William Brown. Itu
tentang suara halus yang tidak bisa didengar oleh telinga biasa (ulstrasonik),
yang keluar dari tumbuhan.
Suara
itu berulang lebih dari 1.000 kali tiap detiknya. Tim berhasil merekam suara
itu menggunakan alat perekam canggih. Dari alat perekam itu, getaran ultrasonik
kemudian diubah menjadi gelombang elektrik optik yang dapat ditampilkan ke
layar monitor. Dengan teknologi ini, getaran ultrasonik tersebut dapat dibaca
dan dipahami, karena suara yang terekam menjadi terlihat pada layar monitor
dalam bentuk rangkaian garis. Para ilmuwan ini lalu membawa hasil penemuan
mereka ke hadapan tim peneliti Inggris, di mana salah seorangnya adalah
peneliti muslim. Yang mengejutkan, getaran halus ultrasonik yang tertransfer
dari alat perekam menggambarkan garis-garis yang membentuk lafadz Allah dalam
layar.
Para
ilmuwan Inggris ini lantas terkagum-kagum dengan apa yang mereka saksikan. Lalu
peniliti muslim mengatakan bahwa temuan tersebut sesuai dengan keyakinan kaum
Muslimin sejak 1400 tahun yang lalu. Allah SWT berfirman: “langit yang tujuh, bumi dan
semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. dan tak ada suatupun
melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti
tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (surat
Al Isra’ (17) ayat 44).” Setelah menjelaskan tentang Islam dan ayat
tersebut, sang peneliti muslim itu memberikan hadiah AlQuran dan terjemahanya
kepada Profesor William. "Dalam
hidupku, aku belum pernah menemukan fenomena semacam ini selama 30 tahun
menekuni pekerjaan ini, dan tidak ada seorang ilmuwan pun dari mereka yang
melakukan pengkajian yang sanggup menafsirkan apa makna dari fenomena ini.
Begitu pula tidak pernah ditemukan kejadian alam yang bisa menafsirinya. Akan
tetapi, satu-satunya tafsir yang bisa kita temukan adalah dalam AlQuran.
Hal ini tidak memberikan pilihan lain buatku selain mengucapkan
Syahadatain," kata William beberapa hari setelah mendapatkan terjemahan AlQuran.
6. Albert Einstein. Banyak
yang menganggap Albert Einstein yang lahir dari keluarga Yahudi Jerman adalah
seseorang yang tak mengenal agama. Namun, beberapa catatan mensyaratkan ilmuwan
besar abad 20 dan penemu teori relativitas itu dekat dengan agama. Melalui
surat yang ditujukan kepada temannya, Guy H. Raner Jr. pada Juli 1945 dan
September 1949, Einstein menyatakan dengan gamblang terkait pemikirannya
tentang Tuhan dan agama. "Dari sudut pandang seorang atheis, itu selalu
menyesatkan ketika menggunakan konsep anthropomorphical dalam
menangani hal terluar dari lingkungan manusia. Analogi yang
kekanak-kanakan," bunyi petikan surat Einstein kepada Raner.
Einstein,
dalam makalah terakhirnya 'Die Erklarung' (Deklarasi) yang ditulis pada tahun 1954
di Amerika Serikat dalam bahasa Jerman menelaah teori relativitas dalam
ayat-ayat AlQuran dan ucapan Imam Ali bin Abi Thalib dalam kitab Nahjul
Balaghah. Einstein menyebut penjelasan Imam Ali tentang mimpi perjalanan Mi’raj
jasmani Nabi Muhammad ke langit dan alam malaikat yang hanya dilakukan dalam
beberapa detik sebagai penjelasan paling bernilai. Einstain juga disebut pernah
menyurati ulama Iran, Ayatollah Al Udzma Sayid Hossein Boroujerdi, terkait
pandangannya terhadap Islam dan menyatakan ketertarikan terhadap konsep ajaran
agama yang dibawa nabi Muhammad SAW. Hal itu dilaporkan Radio Israel pada Maret
2014.
Laporan
tersebut mengutip video dari Ketua Majelis Ahli Iran, Ayatollah Mahadavi Kani.
Ia menjelaskan ketika Einstein mendengar tentang peristiwa kenaikan Nabi
Muhammad, sebuah proses yang lebih cepat daripada kecepatan cahaya, dia
menyadari hal ini merupakan gerakan relativitas yang sama dengan apa yang
Einstein telah pahami. "Einstein berkata, 'ketika saya mendengar tentang
kisah Nabi Muhammad dan tentang Ahlul Bait (keluarga nabi), saya menyadari
mereka mengerti hal ini jauh sebelum kita," kata Kani, mengutip perkataan
Einstein. Namun tidak ada satu bukti autentik yang menyatakan Einstein menerima
Islam dan memeluk agama Islam.
Saat
ini apa apa yang telah dikemukakan oleh Muhammad bin Abdullah sudah ada yaitu ada
di dalam kitab suci AlQuran dan apa-apa yang telah dikemukakannya pun sudah
dibuktikan secara ilmiah dan terbukti keilmiahannya serta tidak terbantahkan
kebenarannya. Jika sudah seperti ini keadaannya, masihkah kita meragukan
kebenaran AlQuran adalah wahyu Allah SWT! Semoga dengan adanya keterangan dan
pembelajaran ini, kita sekarang mampu mengatakan bahwa benar AlQuran adalah
wahyu Allah SWT, kata kita sendiri berikut hujjahnya.
Sekarang
mari kita hubungkan antara kebenaran AlQuran adalah wahyu Allah SWT dengan
pelaksanaan syahadat terutama persaksian Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah
SWT. Untuk itu mari kita pelajari terlebih dahulu tentang kemahaan dan
kebesaran Allah SWT berikut ini:
1. Dzat
Allah SWT Tidak Bisa Dilihat Dengan Mata Manusia. Kita
tidak bisa melihat Allah SWT dengan langsung, kita hanya dapat melihat cahaya
dari cahaya yang berasal ciptaan-Nya saja, seperti matahari dan bintang. Inilah
kehebatan dan kedasyatan dari DzatNya Allah SWT sehingga tidak akan ada yang
sanggup melihatnya akan tetapi Allah SWT dapat melihat apapun juga dalam
kondisi apapun juga. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al An’am (6) ayat 103
berikut ini: “Dia tidak dapat
dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu
dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”
3. Gunung Hancur Karena Nur-Nya. Saking hebat dan dasyatnya kemampuan yang dimiliki
oleh Allah SWT mengakibatkan gunungpun tidak sanggup melihat apalagi menandingi
kebesaran dan kemahaan Allah SWT. Hancur, luluh lantah yang dialami oleh gunung
disebabkan takut akan kebesaran dan kemahaan Allah SWT. Jika gunung saja yang
kelihatannya kuat sampai takut kepada Allah SWT, kenapa justru kita berani menantang Allah SWT
dengan cara tidak mempercayai adanya Tuhan selain Allah SWT, padahal kita
menumpang di langit dan di bumi Allah SWT! Sebagaimana dikemukakan dalam
firmanNya berikut ini: “Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur’an ini
kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah
disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk
manusia supaya mereka berfikir. (surat
Al Hasyr (59) ayat 21).”
4. Manusia
Tidak Bisa Berbicara Dengan-Nya Karena Kehebatan Kalam-Nya. Kalam yang dimiliki oleh Allah SWT memiliki
kemampuan dan kehebatan yang tiada taranya sehingga membuat manusia tidak dapat
berbicara secara langsung kepada Allah SWT. Untuk itu Allah SWT mengutus
Malaikat Jibril a.s. sebagai perantara di dalam menyampaikan kalam (wahyu)
Allah SWT kepada Nabi-Nya. Sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Dan tidak ada bagi seorang manusiapun bahwa Allah
berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir
atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu di wahyukan kepadanya
dengan seizinNya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha
Bijaksana.(surat Asy Syuura (42) ayat 51).”
Adanya peran
malaikat atau adanya tugas malaikat, dalam hal ini Malaikat Jibril as, di dalam
menyampaikan kalam (wahyu) Allah SWT kepada seorang Nabi, hal ini menunjukkan kepada kita bahwa Allah SWT
sayang kepada umat manusia, termasuk kepada diri kita dan juga dalam rangka
menjaga keutuhan langit dan bumi akibat dari ketidakmampuan nya melihat secara
langsung kemahaan dan kebesaran yang dimiliki oleh Allah SWT.
5. Binasa Alam Dan Segala Isinya Karena
Melihat-Nya. Jika sampai Allah SWT memperlihatkan Dzatnya maka
hancurlah seluruh alam semesta ini. Untuk itulah Allah SWT tetap berada di Arsy
sehingga kehancuran dan kebinasaan alam tidak terjadi, sebagaimana dikemukakan
dalam hadits berikut ini: “Ibnu Abbas
r.a berkata: “Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman:“Wahai Musa. Engkau tidak dapat
melihatKu. Sesungguhnya tidaklah akan melihatKu suatu makhluk hidup melainkan
ia mati dan suatu makhluk yang kering melainkan ia tergelincir dan makhluk yang
basah melainkan ia bercerai-berai. Sesungguhnya hanyalah ahli syurga yang tidak
kehilangan pandangan dan tidak rusak/hancur jasadnya dapat melihatKu”. (Hadits Qudsi Riwayat Al Hakim, 272:202).”
Melihat
kondisi kemampuan dari kemahaan dan kehebatan Allah SWT yang tidak akan mungkin
diperlihatkan kepada langit dan bumi secara langsung, atau kepada segala
ciptaan-Nya secara langsung maka Allah SWT telah menetapkan hal-hal sebagai
berikut sebagai wujud tanggung jawab Allah SWT dan sayang-Nya kepada seluruh makhluknya
dan juga terhadap rencana besar kekhalifahan di muka bumi, terutama kepada manusia
yang telah dijadikannya sebagai hamba dan khalifah, yaitu:
1. Adanya AlQuran sebagai tuntunan tertulis merupakan
sebuah media atau alat bantu dan juga sebagai sarana untuk memperkenalkan
diri-Nya sendiri baik sebagai Allah SWT yang mempunyai kemampuan serta
kehebatan yang tiada banding maupun sebagai inisiator, pencipta dan pemilik
alam semesta;
2. Adanya utusan atau manusia-manusia pilihan
atau adanya Nabi dan Rasul sebagai
sarana atau alat bantu untuk menerangkan keberadaan Allah SWT serta segala
ciptaan-Nya;
3. Adanya malaikat sebagai perantara untuk
menyampaikan wahyu atau kalam-Nya kepada utusan yang telah dipilihnya.
Sekarang
jika tidak ada 3(tiga) hal yang kami kemukakan di atas ini, dapatkah keberadaan
Allah SWT diketahui dan selanjutnya dapatkah diimani oleh seluruh umat manusia?
Tanpa adanya kitab suci AlQuran sebagai pegangan dan tuntunan tertulis dan
adanya nabi dan rasul sebagai utusan untuk menerangkan keberadaan Allah SWT
serta adanya malaikat sebagai perantara turunnya wahyu maka apa yang Allah SWT
kehendaki tidak akan dapat terlaksana. Dan jika sekarang kita diwajibkan untuk
melaksanakan rukun iman yang enam dalam satu kesatuan maka sesuailah apa yang
di kehendaki oleh Allah SWT sebab sarana untuk itu telah ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar