Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Senin, 22 April 2024

PUPUK KEIMANAN KEPADA ALLAH SWT (PART 2 of 4)


C.     PUPUKLAH IMAN DENGAN IMAN.

 

Sebelum kami membahas pupuklah iman dengan iman, perkenankan kami mengemukakan hal-hal sebagai berikut: Alam semesta sebagai salah satu ciptaan Allah SWT telah  mengajarkan kepada diri kita, bahwa: (a) Air tidak akan mungkin bersatu dengan minyak, untuk itu perhatikanlah kawanan burung pipit ia hanya akan terbang dan bergabung dengan burung pipit pula. Burung pipit tidak akan pernah bergabung dengan buruk jalak; (b) Sesuatu yang putih bersih akan menjadi kotor atau tidak bersih lagi jika telah terkontaminasi dengan yang kotor pula; (c) Untuk mempertahankan atau memelihara sesuatu yang bersih maka kita harus mempergunakan sesuatu yang bersih pula untuk menjaganya, untuk merawatnya.

 

Lihatlah air yang putih jernih, ia akan tetap putih dan jernih jika ia dicampur dengan air yang putih jernih pula. Bandingkan air yang putih jernih jika dicampur dengan kopi, maka air masih tetap ada akan tetapi sifat dan kondisi yang putih dan jernih telah digantikan oleh sifat dan kondisi kopi.

 

Adanya 3(tiga) buah pelajaran dari alam yang kami kemukakan di atas ini, timbul pertanyaan dapatkah pelajaran dari alam ini kita aplikasikan dengan iman yang ada di dalam diri? Apabila pelajaran dari alam  kita aplikasikan dengan iman kepada Allah SWT, maka kita akan mendapatkan hal-hal baru sebagai berikut:

 

a.    Orang  yang  beriman  dan  orang  yang kafir pasti berbeda dihadapan Allah SWT sehingga orang yang beriman dan orang yang kafir tidak akan pernah diperlakukan sama oleh Allah SWT;

b.   Iman  jika  dianggap  sebagai  sesuatu  yang putih bersih maka iman akan menjadi kotor atau tidak bersih lagi jika telah terkontaminasi dengan sesuatu yang kotor, dalam hal ini pengaruh ahwa (hawa nafsu) dan juga syaitan;

c.  Untuk mempertahankan atau memelihara iman sebagai sesuatu yang suci maka kita harus mempergunakan sesuatu yang suci pula untuk menjaganya, atau  untuk merawatnya.

 

Dan jika pelajaran dari alam, kita jadikan asumsi untuk memelihara, merawat dan menjaga kualitas iman yang sesuai dengan kehendak Allah SWT, maka iman hanya akan dapat menerima sesuatu yang sama kodratnya, sama fitrahnya dengan iman. Adanya kondisi ini berarti jika iman disambung, dijaga, dirawat, dipelihara dengan iman pula maka akan terjadi sinergi yang positif di antara keimanan yang ada di dalam dada setiap manusia.

 

Untuk itu lihatlah diri kita, jika iman telah ada di dalam dada (hati), apa yang kita rasakan? Di dalam diri akan timbul sebuah perasaan berupa kecintaan kepada keimanan itu sendiri, sehingga iman itu terasa indah, terasa enak di dalam hati serta timbulnya rasa benci dan tidak suka kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan serta perbuatan dosa. Timbul pertanyaan kenapa hal ini bisa terjadi dan siapakah yang menjadikan ini semua? Allah SWT melalui surat Al Hujuraat (49) ayat 7 berikut ini mengemukakan: “dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu ‘cinta’ kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.”

 

Allah SWTlah yang melakukan itu semua. Allah SWT memberikan Pupuk Iman dan Yakin dengan Iman kepada manusia yang telah merasakan nikmatnya Iman dan Yakin kepada Allah SWT. Adanya kondisi ini berarti  Allah SWT hanya akan memberikan pupuk Iman kepada orang yang telah mengimani dan meyakini Allah SWT semata.

  

Setelah kita mengimani dan kemudian kita juga telah mampu pula memberikan pupuk iman,  sekarang lakukanlah perbuatan yang bertentangan dengan iman itu sendiri, seperti tidak melaksanakan shalat, tidak berpuasa di bulan Ramadhan, tidak bayar zakat, mabuk, judi, apa yang kita rasakan? Jika kita merasa menyesal, jika kita merasa janggal, jika kita merasa bersalah, ini berarti kualitas keimanan yang ada di dalam diri kita masih tinggi kualitasnya, atau jiwa kita tergolong dalam jiwa lawwamah. Jika kondisi ini yang terjadi pada diri kita setelah melakukan tindakan yang bertentangan dengan keimanan maka kita harus secepatnya melakukan Taubatan Nasuha kepada Allah SWT.  Akan tetapi jika setelah melanggar atau melakukan perbuatan yang bertentangan dengan iman itu malah diri kita biasa-biasa saja, atau tidak timbul rasa menyesal di dalam diri, berhati-hatilah sebab kualitas keimanan dalam diri kita masih rendah, atau karena ada sesuatu yang salah di dalam diri kita.

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi, kami berharap jangan pernah lakukan tindakan “zigzaq” dalam bentuk beriman lalu kafir lalu beriman lalu kembali ke kafir lagi yang pada akhirnya bertambah tebal tingkat kekafiran diri kita. Sebagaimana dikemukakan oleh Allah SWT dalam surat An Nisaa’ (4) ayat 136-137 yang kami kemukakan berikut ini:  “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman (pula), kamudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, Maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada jalan yang lurus.”

 

Apabila hal ini terjadi pada diri kita bersiap-siaplah menerima penghargaan berupa ditutupnya pintu ampunan dari Allah SWT serta tidak ada lagi petunjuk jalan yang lurus dari Allah SWT. Jika hal ini terjadi pada diri kita maka bersiaplah pulang kampung ke Neraka Jahannam untuk hidup bertetangga dengan syaitan sanglaknatullah.

 

D.    PUPUKLAH IMAN DENGAN SYUKUR.

 

Pupuk yang sangat baik bagi iman kepada Allah SWT adalah syukur. Syukur mudah diucapkan, tetapi sulit untuk dilaksanakan sebab ungkapan rasa syukur tidak cukup hanya dengan mengucapkan terima kasih dan juga Alhamdulillah. Untuk dapat dikatakan kita telah bersyukur, tentu harus ada parameter lainnya selain terima kasih dan ungkapan Alhamdulillah. Sebagai contoh, jika kita diberi hadiah berupa baju koko kemudian baju koko tersebut dipakai untuk membersihkan mobil, apakah hal ini sudah dikatakan bersyukur walaupun kita sudah mengucapkan terima kasih dan juga ungkapan Alhamdulillah? Ucapan terima kasih dan ungkapan Alhamdulillah bukanlah ungkapan syukur, melainkan adab dan sopan Santun jika kita menerima sesuatu dari orang lain.

 

Untuk itu setelah menerima baju koko, maka kita harus dapat meletakkan dan menempatkan baju koko dan juga pemberi baju koko, sebagai berikut: (1) Baju koko bukanlah sarana untuk membersihkan mobil, apabila kita melakukannya berarti kita telah keluar dari maksud dan tujuan dihadiahkannya baju koko kepada kita; (2) Menerima sebuah pemberian tidak terlepas dari menyenangkan hati pemberi hadiah; (3) Memakai baju koko sesuai dengan peruntukkannya merupakan penghormatan kepada pemberi hadiah.

 

Ketiga ketentuan yang kami kemukakan di atas, berlaku secara umum dan harus kita laksanakan dalam rangka kita menjaga hubungan yang harmonis antar esame umat manusia. Sekarang mari kita perhatikan diri kita sendiri yang telah diberikan ruh yang berasal dari Nur-Nya Allah SWT; kita juga telah diberikan jasmani yang begitu canggih oleh Allah SWT; dan kita juga telah diberikan Amanah 7 yang berasal dari sifat Ma’ani Allah SWT sebagai modal dasar melaksanakan tugas sebagai abd’ (hamba) yang juga khalifah di muka bumi. Allah SWT juga telah mensibhghah diri kita dengan Asmaul Husna-Nya serta Allah SWT juga telah memberikan Af’idah, Akal, Hubbul serta Diinul Islam kepada diri kita, lalu wajibkah kita bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan itu semuanya kepada diri kita?

 

Sampai dengan saat ini, hanya Allah SWT sajalah yang mampu memberikan hal-hal yang kami sebutkan di atas. Jika hal ini adalah kondisi dasar dari yang diberikan Allah SWT kepada diri kita, apakah cukup dengan mengucapkan terima kasih dan ungkapan Alhamdulillah saja maka kita sudah dapat dikatakan mensyukuri segala apa-apa yang telah diberikan Allah SWT? Ucapan terima kasih dan ungkapan Alhamdulillah tidak dapat kita jadikan acuan dan pedoman bagi kesuksesan pelaksanaan syukur kepada Allah SWT seperti yang dikemukakan Allah SWT dalam surat  Al Baqarah (2) ayat 152 berikut ini: karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu[98], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”

 

[98] Maksudnya: aku limpahkan rahmat dan ampunan-Ku kepadamu.

 

Setiap manusia yang ada di muka bumi ini, termasuk diri kita adalah penerima ruh dan jasmani yang begitu canggih, penerima Amanah yang 7, penerima sibghah Asmaul Husna, penerima Akal dan Perasaan, penerima Hubbul, serta penerima Diinul Islam, lalu sudahkah kita mensyukuri pemberian Allah SWT tersebut? Jika kita ingin bersyukur kepada Allah SWT, maka kita harus berpedoman kepada surat Al Baqarah (2) ayat 152 yang kami kemukakan di atas, karena Allah SWT telah memberikan tuntunannya kepada kita jika ingin bersyukur kepada-Nya, yaitu:  

 

a.  Jika kita bersyukur telah menerima ruh dari Allah SWT, sudahkah kita melaksanakan pernyataan  bertuhankan kepada  Allah SWT?

b.     Jika kita bersyukur telah menerima Ilmu sebagai bagian Amanah yang 7, lalu sudahkah Ilmu tersebut kita manfaatkan sesuai dengan peruntukkannya dan juga apakah sudah kita ajarkan dengan baik kepada yang membutuhkannya tanpa ada yang disembunyikan?

c.    Jika kita bersyukur telah menerima af’idah atau perasaan dan juga akal dari Allah SWT, apakah kita masih juga terus menyakiti orang lain?

d.    Jika kita bersyukur telah menerima Hubbul Maal dari Allah SWT, sudahkan sebahagian rezeki yang kita peroleh kita zakatkan, infaqkan, untuk orang yang tidak mampu?

e.   Jika kita bersyukur telah menerima Ar Rahman dan Ar Rahhim dari Allah SWT, sudahkah kita berkasih sayang dengan kepada esame manusia?

f.   Jika kita bersyukur telah menerima jasmani yang canggih dari Allah SWT, sudahkah kekuatan yang ada di dalam tubuh kita dipergunakan untuk kebaikan?

g.  Jika kita besyukur telah menerima Diinul Islam sebagai Agama yang haq, sudahkah kita menjalankannya secara kaffah?

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya yang tidak lain tamu di muka bumi yang diciptakan oleh Allah SWT, sudahkah kita mampu melaksanakan 7(tujuh) ketentuan yang kami kemukakan di atas sebagai wujud syukur kita kepada Allah SWT? Semoga diri kita, keluarga dan anak keturunan mampu menjadi orang yang selalu bersyukur kepada Allah SWT. Dan untuk membuktikan bahwa kita telah mampu bersyukur kepada Allah SWT, kedua hal yang akan kami kemukakan di bawah ini harus sudah mampu kita laksanakan saat hidup di dunia ini, yaitu:

 

1.   Saat kita bersyukur kepada Allah SWT maka kita harus saling memberi dan saling menerima, contohnya setelah menerima rezeki dari Allah SWT jangan simpan rezeki itu untuk kepentingan diri sendiri saja, bagilah kepada yang membutuhkannya maka Allah SWT akan memberikan kembali rezeki tersebut kepada kita, sebagaimana termaktub dalam surat Al Israa’ (17) ayat 19 berikut ini: “dan Barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, Maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.”

 

2.  Saat kita bersyukur kepada Allah SWT maka sudah tidak ada lagi dusta di antara kita dengan Allah SWT, atau jangan pernah mengingkari segala nikmat yang pernah Allah SWT berikan, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 152 berikut ini: karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu[98], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya yang sedang melaksanakan tugas di muka bumi, sudahkah kita melakukan tindakan-tindakan yang sesuai dengan kehendak Allah SWT selaku pemberi ruh, Amanah yang 7, af’idah (perasaan), akal, Hubbul yang 7 serta Diinul Islam? Kami berharap jamaah sekalian termasuk orang-orang yang tahu dan mengerti serta paham akan arti dan makna bersyukur kepada Allah SWT yang bukan sekedar mengucapkan terimakasih ataupun hamdallah.


E.      PUPUKLAH IMAN DENGAN SABAR.


Pupuk iman selanjutnya adalah sabar. Sabar adalah salah satu perbuatan (af’al) Allah SWT yang termaktub dalam Ash Shabur (Yang Maha Sabar) yang posisinya berada di urutan ke 99 (sembilan puluh sembilan) dari Nama Nama Allah SWT yang indah lagi baik. Sehingga jika kita bicara tentang sabar maka kita harus berbicara tentang Allah SWT yang memiliki nama Ash Shabur. Ash Shabur adalah perbuatan (af’al) Allah SWT. Ash Shabur menurut bahasa, berasal dari kata benda Shabr artinya: menahan diri untuk tidak mengungkapkan kesedihan atau dukacitanya. Ash Shabur adalah Yang Maha Sabar, Yang kesabaran-Nya jauh lebih besar dibanding siapapun. Ash Shabur, Allah SWT adalah Maha Pemurah, Yang tidak mengejutkan orang orang yang durhaka kepadaNya dengan tiba tiba menghukum mereka. Dia justru memberikan maaf dan menangguhkan pelaksanaan hukuman. Ash Shabur tidak pernah tergesa gesa, Dia mengelola urusan berdasarkan perhitungan tertentu. Dia menangani urusan berdasarkan rencanaNya yang jelas. Dia tidak memundurkan dan tidak memajukan sesuatu. Dia justru melakukan sesuatu pada waktunya, dengan sebaik baiknya, seperti yang semestinya.

 

Dan tidak berlebihan pula jika kita mengatakan sabar itu adalah ilmu tingkat tinggi. Belajarnya setiap hari. Latihannya setiap saat. Ujiannya pun tak pernah kita tahu kapan. Bahkan seringkali mendadak. Sang pengujinya pun bisa siapa saja. Mulai dari keluarga yang kita kenal sampai orang yang belum kita kenal sekalipun. Bahkan ada diantaranya yang baru kita temui pertama kali seumur hidup. Lama sekolahnya pun tidak tanggung tanggung seumur hidup.

 

Namun kita tidak usah bersedih hati karena ketika lulus dari ujian kesabaran, hadiahnya adalah kebahagiaan dan keselamatan serta kemenangan dalam hidup di dunia dan akhirat kelak, sebagaimana dikemukakan dalam firmanNya berikut ini: “apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. dan Sesungguhnya Kami akan memberi Balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (surat An Nahl (16) ayat 96).” serta yang dikemukakan pula dalam surat Az Zumar (39) ayat 10 berikut ini: Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu". orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (surat Az Zumar (39) ayat 10)

 

Semua ini Allah SWT lakukan tanpa sedikitpun menghadapi kesulitan yang dapat merintangi kehendakNya. Ash Shabur tetap memberimu sekalipun kamu bersikap kurang ajar kepadaNya. Dia memaafkan meskipun kamu menjauh dari Nya dan durhaka kepadaNya. Untuk itu perhatikan firmanNya berikut ini:“dan kalau Sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu mahluk yang melatapun [1262] akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu; Maka apabila datang ajal mereka, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya. (surat Faathir (35 ayat 45)

 

[1262] Daabbah artinya ialah makhluk yang melata. tetapi yang dimaksud di sini ialah manusia.

 

Berdasarkan ayat di atas ini, Allah SWT selaku pemilik nama Ash Shabur tidak buru buru menghukum orang orang yang durhaka kepadaNya atau orang orang yang berdosa. Allah SWT tak akan melakukan sesuatu, kecuali bila menurut kearifanNya, kemuliaanNya dan keagunganNya, sudah tepat. Dia sedikitpun tidak dirugikan oleh orang orang yang berbuat doasa. Ash Shabur memberikan perintah dan kelonggaran kepada hamba hambaNya yang diperintahNya. Kalau melakukan apa saja, selalu pada waktunya, dan tidak pernah gegabah. PerintahNya selalu didasarkan pada perhitungan tertentu. Allah SWT menangguhkan pemberian hukuman, bahkan setelah sudah waktunya hukuman itu dijatuhkan. Ash Shabur mendorong makhluk makhlukNya untuk sabar dan tabah.

 

Makna sifat Ash Shabur sangat dekat dengan makna sifat Al Halim. Perbedaan antara Ash Shabur dan Al Halim adalah, kalau terhadap Ash Shabur tidak ada yang merasa aman dari hukumanNya.

 

1.  Apa itu Sabar (Kesabaran). Sekarang mari kita pelajari dengan seksama tentang kondisi dasar dari sabar (kesabaran) yang sesuai dengan kehendak Allah SWT sebagaimana berikut ini:

 

a.    Ash Shabar (Yang Maha Sabar) adalah salah satu dari perbuatan (af’al) Allah SWT yang tertuang dalam nama nama Allah SWT yang indah lagi baik (Asmaul Husna). Dan jika kita melihat tata urutan Nama Nama Allah SWT yang indah lagi  baik dimulai dari Ar Rahman, Ar Rahiem yang diakhiri dengan Ash Shabur. Posisi Ash Shabur berada di posisi ke 99 (sembilan puluh sembilan), posisi paling atas dibandingkan dengan yang lainnya;

 

b. Sifat Sabar adalah fitrah manusia. Hal ini dikarenakan sifat sabar merupakan sifat yang melekat pada setiap ruh manusia melalui proses shibghah sehingga setiap ruh harus mencerminkan sifat sabar sehingga kesabaran harus menjadi perilaku ruh di dalam mengarungi hidup dan kehidupan. Jika tidak berarti ada sesuatu yang salah dengan ruh, dikarenakan kondisinya sudah tidak fitrah lagi atau kalah karena dipengaruhi oleh ahwa (hawa nafsu) dan syaitan.

 

Adanya 2 (dua) buah kondisi dasar dari sifat sabar di atas, lalu apa yang terjadi dengan dua sifat sabar di atas? Berikut ini akan kami kemukakan beberapa hal yang menyangkut sifat sabar, yaitu:

 

a.   Dari sisi Allah SWT. Adanya posisi af’al Ash Shabur yang dimiliki Allah SWT yang berada paling atas, menunjukkan Allah SWT sangat sayang kepada diri kita. Allah SWT masih memberikan kesempatan ke dua bagi diri kita untuk berbuat kebaikan dan kebaikan atau membuat diri kita menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Allah SWT tidak berkehendak kepada diri kita untuk tetap dalam keburukan karena Allah SWT masih menunda keputusan akhir atau belum melaksanakan keputusan akhirnya kepada diri kita. Apakah hal ini akan kita sia siakan begitu saja berlalu tanpa kesan.

 

Sekarang coba kita bayangkan jika sampai Allah SWT terburu buru, tergesa gesa untuk melaksanakan ketetapan yang berlaku bagi diri kita maka tamatlah diri kita. Hilang sudah visi akhirat yang kita cita citakan, sia sia karya nyata di dunia, akhirnya kita masuk neraka. Dan sekarang Allah SWT sudah menyatakan bahwa Allah SWT adalah Dzat Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang serta Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang, lalu bagaimana mungkin Allah SWT bisa merealisasikan ke dua hal tersebut jika Allah SWT tidak memiliki perbuatan (af’al) Ash Shabur sehingga Allah SWT terburu buru untuk merealisasikan keputusanNya? Disinilah Allah SWT menunjukkan kebesaran yang sesuai dengan kemahaan yang dimilikiNya, yaitu Allah SWT mampu mengasihi dan menyayangi, Allah SWT mampu mengampuni lagi maha menyayangi, dikarenakan Allah SWT tidak tergesa gesa dalam merealisasikan keputusan yang menjadi hak mutlakNya. Sehingga manusia masih diberi kesempatan untuk memperbaiki diri sebelum akhirnya ketentuan itu diberlakukan oleh Allah SWT.

 

b.     Dari Sisi Manusia. Sekarang mari kita perhatikan sifat sabar yang dimiliki oleh diri kita, yang mana sifat sabar harus dijadikan perilaku diri kita yang sesungguhnya.

 

(1) Bayangkan jika kita tidak memiliki sifat sabar, apa yang bisa kita lakukan saat menghadapi ahwa dan syaitan yang begitu sabar, konsisten, tanpa pernah menyerah kalah untuk mengalahkan diri kita? Sabar adalah senjata rahasia yang diberikan Allah SWT untuk menghadapi ahwa dan syaitan yang dengan penuh kesabaran menunggu kita lengah untuk ditipu, digelincirkan, dipengaruhi untuk keluar dari kehendak Allah SWT sebagaimana dikemukakan oleh  Ibnu Qayyim al Jauziyah, syaitan selalu mengitari seseorang hamba untuk mengetahui lewat jalan mana ia dapat masuk ke dalam hatinya. Biasanya ia menemukan jalan masuk hanya melalui hawa nafsunya. Maka dari itu, orang yang menentang hawa nafsunya berarti ia telah membuat syaitan berputus asa terhadapnya.

 

(2)  Pernahkah terbayang oleh kita sewaktu hidup berumah tangga tanpa dibarengi dengan kesabaran, apa yang terjadi pada rumah tangga kita? Sabar adalah kekuatan yang tersembunyi di dalam diri manusia untuk menghadapi sesuatu hal yang tidak mengenakkan sewaktu kita hidup berumah tangga.

 

(3)  Sewaktu kita hidup bermasyarakat, berinteraksi dengan masyarakat, tentu kita akan menghadapi masyarakat dengan karakter berbeda beda, lalu jika sampai kita tidak memiliki kesabaran, maka terjadilah apa yang dinamakan kegaduhan. Sabar adalah obat atau kekuatan dalam diri untuk menghilangkan ego sehingga terciptalah hidup rukun, aman, damai dan bersahaja.

 

(4)  Sabar adalah energi positif untuk bangkit dari bencana, ujian, cobaan yang kita hadapi sehingga kita mampu keluar dari itu semua dalam kondisi sehat, semangat dan siap untuk kembali hidup normal. Bayangkan jika sabar atau kesabaran tidak kita miliki saat bencana alam terjadi, lalu apa yang bisa kita perbuat? Semua kacau balau, semua mementingkan diri, keluarga, anak dan keturunan semata, tanpa mengindahkan orang lain yang juga membutuhkan bantuan, kondisi inilah yang paling disukai syaitan. Sekarang mari kita perhatikan dengan seksama beberapa ayat AlQuran yang berhubungan erat dengan sabar (kesabaran) sebagaimana firmanNya berikut ini: “tetapi orang yang bersabar dan mema'afkan, Sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diutamakan. (surat Asy Syuura (42) ayat 43)

 

Allah SWT berfirman: “dan berapa banyaknya Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (surat Ali Imran (3) ayat 146).”

 

Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. (surat Ali Imran (3) ayat 200).”

 

Allah SWT berfirman: “dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (surat Al Anfaal (8) ayat 46).”

 

Allah SWT berfirman: “dan bersabarlah kamu, Sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu. (surat Ar Ruum (30) ayat 60).”

 

Berdasarkan uraian yang kami kemukakan di atas, tidak terlihat sedikitpun keburukan dari sifat sabar (kesabaran) yang kita lakukan saat hidup di muka bumi ini. Sabar adalah ibadah yang diutamakan. Sabar adalah ibadah yang mulia. Allah SWT menyukai orang yang sabar. Allah SWT beserta orang yang sabar. Orang yang sabar adalah orang yang beruntung atau memperoleh keuntungan yang besar. Orang yang sabar hatinya tenang lagi menyenangkan orang lain. Semoga kita mampu menjadi orang yang sabar yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar