Dan
sebagai informasi tambahan bagi jamaah dan pembaca sekalian, kami akan
mengemukakan tentang cara-cara turunnya wahyu Allah SWT kepada Nabi Muhammad
SAW dan inilah beberapa cara turunnya wahyu itu kepada Nabi Muhammad SAW,
yaitu:
1. Berupa ar-ru'ya ash-shadiqah (mimpi yang benar)
dan ini merupakan permulaan turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW.
2. Berupa sesuatu yang dibisikkan oleh malaikat
terhadap jiwa dan hati Nabi tanpa beliau lihat. Hal ini sebagaimana disabdakan
Nabi: "Sesungguhnya Ruhul Quds (Malaikat Jibril) menghembuskan (membisikkan)
ke dalam hatiku, bahwasanya jiwa tidak akan mati hingga disempurnakan rezeki
baginya. Oleh karena itu, bertaqwalah kalian kepada Allah, berindah-indahlah
dalam meminta serta janganlah keterlambatan rezeki atas kalian mendorong kalian
untuk memintanya dengan cara melakukan perbuatan maksiat terhadapNya, karena
sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah tidak akan didapat kecuali dengan
melakukan ketaatan kepadaNya."
3. Berupa malaikat yang berwujud laki-laki,
lantas mengajak beliau berbicara hingga beliau memahaminya dengan baik apa yang
dikatakan kepadanya. Dalam hal ini, terkadang para sahabat dapat melihat
malaikat tersebut.
4. Berupa bunyi gemericing lonceng yang datang
kepada beliau, diikuti malaikat (yang menyampaikan wahyu) secara samar. Cara
ini merupakan cara yang paling berat, sampai-sampai terjadi pada hari yang amat
dingin. Demikian pula, mengakibatkan unta beliau duduk bersimpuh ke bumi bila
beliau sedang menungganinya. Dan pernah juga suatu kali, wahyu datang dengan
cara tersebut, saat itu paha beliau berada di atas paha Zaid bin Tsabit.
Sehingga, Zaid merasakan beban demikian berat yang hampir saja membuatnya
remuk.
5. Berupa malaikat dalam bentuk aslinya yang
dilihat langsung oleh beliau. Lalu diwahyukan kepada belau beberapa wahyu yang
dikehendaki Allah. Peristiwa seperti ini dialami oleh beliau sebanyak dua kali
sebagaimana disebutkan oleh Allah dalam surat An-Najm.
6. Berupa wahyu yang diwahyukan Allah kepada
beliau. Yaitu, saat beliau berada di atas langit pada malam mi'raj ketika
mewajibkannya shalat dan lainnya.
7. Berupa kalamullah (ucapan Allah) kepada
beliau tanpa perantaraan malaikat, sebagaimana Allah berbicara kepada Musa bin
Imran. Peristiwa seperti ini juga dialami oleh Nabi Musa AS dan diabadikan
secara qath'i berdasarkan nash Alquran. Sedangkan kepada Nabi Muhamamd SAW terjadi
dalam hadits tentang peristiwa isra.
Itulah tujuh buah bentuk atau cara diturunkannya
wahyu Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril
yang kesemuanya saat ini telah menjadi AlQuran, yang sudah ada dihadapan diri
kita.
Dan selanjutnya, kami masih ingin mengemukakan
tentang wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW terutama
tentang wahyu pertama, wahyu ke dua, wahyu ke tiga dan wahyu ke empat
sebagaimana dikemukakan oleh “Dr
Rashad Khalifa Phd dan Ahmad Deedat” yang tertuang dalam bukunya “Penemuan Ilmiah Tentang Kandungan AlQuran”,
sebagaimana berikut ini:
1. Wahyu
Pertama Yang Diturunkan Allah SWT. Ummul mu’minin,
A’isyah r.a. berkata: Pertama
turunnya wahyu kepada Nabi SAW, berupa mimpi yang baik dan tepat, maka ia tiap
mimpi pada waktu malam, terjadilah pada esok harinya bagaikan pastinya terbit
fajar subuh, kemudian digemarkan untuk menyendiri di gua Hiraa’, disana ia
beribadat beberapa hari dengan malamnya sebelum kembali kepada isterinya untuk
berbekal dan kembali ke tempat khalwatnya, kemudian kembali kepada isterinya
Siti Khadijah dan berbekal pula seperti yang semula, sehingga tibalah masa
turunnya wahyu yang hak ketika Nabi di gua Hiraa’, maka datanglah Malaikat dan
menyuruh kepadanya: Iqra’ (bacalah). Nabi SAW. Berkata: Ma ana biqaari’ (Aku
tidak dapat membaca), tiba-tiba Malaikat itu mendekapnya sehingga habis
tenaganya, kemudian dilepas dan diperintah: Iqra’. Dijawab: Aku tidak dapat
membaca. Maka didekap ia kedua kalinya sehingga terasa payah, kemudian dilepas
dan diperintah: Iqra’ (bacalah). Dijawab: Ma ana biqaari’ (Aku tidak dapat
membaca), maka didekap untuk ketiga kalinya, kemudian dilepas dan diperintah
Iqra’ bismi rabbikalladzi khalawa, khalaqal insaana min alaq, iqra’ warabbukal
akram (bacalah dengan nama Tuhanmu yang menjadikan, menjadikan manusia dari
sekepal darah, bacalah dan Tuhanmu yang termulia). Maka kembalilah Rasulullah
SAW, dengan hati yang gemetar, sehingga sampai ke rumah Khadijah binti
Khuwailid r.a. dan berkata: Selimutilah aku (zammiluni, zammiluni), lalu
diselimuti dan ditenangkan hilang rasa takut dan gemetarnya, lalu Nabi SAW,
bersabda pada Khadijah sesudah menceritakan semua kejadian yang terjadi
padanya: Tidak, jangan kuatir, demi Allah, Allah tidak akan menghinakan anda
untuk selamanya, anda selalu menghubungi famili kerabat, dan suka menanggung
kesukaran yang berat, dan membantu pada orang yang fakir miskin, dan menjamu
tamu, dan membantu meringankan penderitaan yang hak. Kemudian Khadijah
membawanya ke rumah Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abduluzza sepupu Siti
Khadijah. Waraqah seorang yang telah masuk Nasrani di masa Jahilliyah, dan
biasa menulis Injil yang berbahasa Ibrani, dan ia seorang yang telah tua bahkan
buta, maka berkata Khadijah: Hai Ibn Am, dengarkanlah apa yang diutarakan oleh
kemenakanmu ini. Waraqah berkata: Hai kemenakan, apakah yang telah anda alami?
Maka Nabi SAW memberitakan semua yang dialaminya dan dilihatnya. Lalu berkata
Waraqah: Itu Malaikat yang telah diturunkan oleh Allah kepada Musa, aduhai andaikan
aku masih muda kuat, semoga aku masih hidup ketika anda diusir oleh kaummu.
Nabi SAW bertanya: Apakah mereka akan mengusir aku? Jawab Waraqah: Ya, tiada
seorang pun yang mengajar kaumnya seperti ajaranmu itu melainkan dimusuhi, dan
sekiranya aku mendapati saat itu pasti aku akan membantu padamu bantuan yang
sepuasnya dan sangat gemilang. (Hadits Riwayat Bukhari, Muslim, Al Lulu Wal
Marjan: 99)
Dalam
sebuah hadis riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Aisyah ra, berkata:
“Peristiwa awal turunnya wahyu kepada Rasulullah SAW adalah diawali dengan
Ar-ru'yah ash-shadiqah (mimpi yang benar) di dalam tidur. Tidaklah Beliau
bermimpi, kecuali yang Beliau lihat adalah sesuatu yang menyerupai belahan
cahaya subuh. Dan di dalam dirinya dimasukkan perasaan untuk selalu ingin
menyendiri.” Setelah mendapatkan mimpi tersebut, Rasulullah SAW memutuskan
pergi ke Gua Hira untuk berdiam diri. Beliau beribadah di sana setiap malam
selama beberapa hari. Hingga pada 17 Ramadhan, datanglah malakiat Jibril
kepadanya.
Sebagaimana
dikatakan oleh Aisyah ra, Malaikat Jibril mendatangi Rasulullah seraya berkata
“Iqra”. Kemudian Muhammad menjawab “aku tidak bisa membaca”. Lalu, malaikat pun
kemudian menarik dan menutupi Rasulullah hingga ia merasa kepayahan. Kemudian
malaikat kembali lagi kepada Muhammad dan berkata “Iqra”. Dan beliau pun
menjawab kembali dengan mengatakan “aku tidak bisa membaca”. Kemudian malaikat
menarik dan mendekap lagi Rasulullah sampai ketiga kalinya hingga beliau merasa
kesusahan. Kemudian Malaikat Jibril menyuruh Beliau membaca: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah dan
Tuhanmulah yang Maha Mulia, Yang mengajar (manusia) dengan qalam (pena), Dia
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” Setelah Rasulullah
SAW mengucapkan bacaan surat tersebut, sang malaikat pun meninggalkannya pergi.
Ini adalah 5 (lima) ayat pertama dari surat Al Alaq
yang tercantum sebagai surah nomor 96 dari AlQuran yang memulai Kenabian
Muhammad SAW oleh Malaikat Jibril pada kunjungan pertamanya. Tuhan telah
memilihnya sebagai ‘penyambung lidah’ tetapi bagi Nabi Muhammad SAW, ini
bukanlah merupakan suatu “tanda wisuda” atau “peresmian pengangkatannya”
sebagai Nabi. Beliau tidaklah sama sekali mempersiapkan diri untuk kejutan yang
demikian serius itu. Kemudian Rasulullah SAW pulang dengan keadaan
gelisah dan menggigil seperti demam. Sesampainya di rumah, beliau meminta
Khadijah istrinya untuk menyelimutinya. Kemudian Rasulullah SAW menceritakan
apa yang dialaminya kepada Khadijah seraya berkata, “Wahai Khadijah, apa yang terjadi denganku? Sungguh aku merasa
khawatir atas diriku sendiri." Dan kemudian Khadijah menjawab, "Tidak, bergembiralah engkau. Demi
Allah, Allah selamanya tidak akan menghinakan engkau. Sesungguhnya engkau
selalu menyambung tali persaudaraan, selalu menanggung orang yang kesusahan,
selalu mengupayakan apa yang diperlukan, selalu menghormati tamu dan membantu
derita orang yang membela kebenaran."
Setelah rasa terkejutnya hilang, Beliau merenungkan
apa yang telah didengarnya tadi. Rasa rindu dan keingintahuannya jadi memuncak.
Beliau menunggu sangat terasa lama antara waktu percakapan pertama atas
Kemahatinggian dan Kemahamulian Tuhan. Mulut mulut pun di sana sini mulai usil
terhadap Nabi Muhammad. Para penginjil serta musuh musuh lainnya mulai
menyindir secara tak langsung bahwa Muhammad “gila dan kesurupan”. Untuk
menyangkal tuduhan pada kunjungan Malaikat Jibril yang pertama kali itu, Beliau
diberikan beberapa potong ayat lagi yang sekarang menempati surah 68 dari
AlQuran, terkenal dengan surat Al Qalam.
2. Wahyu Kedua Yang Diturunkan Allah SWT. Wahyu kedua yang diturunkan Allah SWT adalah
sanggahan atas tuduhan yang dilontarkan kepada
Nabi Muhammad SAW, yaitu: “Nun,
Demi pena dan apa yang mereka tuliskan, dengan karunia Tuhanmu engkau
(Muhammad) bukanlah orang gila. Dan Sesungguhnya engkau pasti mendapat pahala
yang besar yang tidak putus putusnya. Dan Sesungguhnya engkau benar benar
berbudi pekerti yang luhur, Maka kelak engkau akan melihat dan mereka (orang
orang kafir) pun akan melihat, siapa diantara kamu yang gila. (surat Al Qalam
(68) ayat 1 sampai 6). Dalam ayat ayat ini Tuhan Yang Mahakuasa menolak
tuduhan yang merugikan Nabi Muhammad SAW. Dan Kita setuju bahwa kunjungan
Malaikat Jibril yang kedua merupakan jawaban atas tuduhan yang dilontarkan
kepada Nabi Muhammad.
3. Wahyu Ketiga Yang Diturunkan Allah SWT. Kemudian tibalah kunjungan Malaikat Jibril yang
ketiga, ketika itu kepada Nabi Muhammad diberikan beberapa potong ayat pertama
dari surat Al Muzzammil, yaitu surah ke 73 dari AlQuran, sebagaimana berikut
ini: “Wahai orang yang berselimut
(Muhammad), bangunlah (untuk shalat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil,
yaitu separuhnya atau kurang sedikit dari itu, atau lebih dari (seperdua) itu,
dan bacalah AlQuran itu dengan perlahan lahan. Sesungguhnya Kami akan
menurunkan perkataan yang berat kepadamu. (surat Al Muzzammil (73) ayat 1
sampai 5). Adapun ayat yang menarik perhatian dari wahyu ketiga
terdapat pada ayat ke lima, yaitu: “Sesungguhnya
Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu”. Dan Nabi Muhammad SAW
selaku utusan Allah yang sangat sederhana ini, ketahuilah bahwa apa yang
diterimanya adalah baik, bagus, penting dan berat. Akan tetapi jika Beliau
dituduh sebagai pengarang wahyu merupakan tuduhan yang berlebihan dan tidak
memiliki dasar.
4. Wahyu Keempat Yang Diturunkan Allah SWT.
Pada kedantangannya yang ke empat, Malaikat Jibril
memberikan kepada Nabi Muhammad SAW lebih dari separuh surat Al Muddassir,
surah yang ke 74 dalam AlQuran, sebagaimana berikut ini: “Wahai orang yang berkemul (berselimut),
bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan agungkanlah Tuhanmu dan bersihkanlah
pakaianmu dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji. Dan janganlah engkau
(Muhammad) memberi (dengan maksud) memperoleh balasan yang lebih banyak. Dan
karena Tuhanmu, bersabarlah……………………..…, di atasya ada sembilan belas (surat Al
Muddassir (74) ayat 1 sampai 30)) Kata,
“diatasnya ada sembilan belas” adalah ayat terakhir yang diberikan kepada Nabi
Muhammmad SAW oleh Malaikat Jibril pada kunjungan yang ke empat. Sampai
sebegitu jauh, Nabi Muhammad SAW telah diberikan isi ayat yang lebih berat
daripada setiap yang diberikan sebelumnya.
Itulah rangkaian dari wahyu Allah SWT yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW diawal diangkatnya Muhammad bin Abdullah
menjadi Nabi dan Rasul dan kumpulan dari wahyu itu sendiri telah ada dihadapan
diri kita yaitu AlQuran, yang mana AlQuran itu akan berlaku terus sampai dengan
hari kiamat tiba tanpa ada perubahan sedikitpun, atau AlQuran akan tetap
original sampai dengan kapanpun juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar