Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Kamis, 04 April 2024

IQRA BUKANLAH MENJADIKAN ALQURAN SEBAGAI BUKU BACAAN SEMATA (PART 1 of 2)

 

Sekarang kita sudah mengetahui apa itu AlQuran yang sesungguhnya yang telah diturunkan oleh Allah SWT kepada diri kita. Dan agar diri kita mampu menjadikan AlQuran yang sudah ada dihadapan diri kita sesuai dengan kehendak Allah dan juga sebagai sebuah kebutuhan diri sehingga kita mampu menempatkan AlQuran sebagai sarana dan alat bantu bagi diri kita agar mampu melaksanakan konsep datang fitrah kembali fitrah untuk pulang kampung ke tempat yang fitrah. Untuk itu ada baiknya kita mengetahui dan memahami tentang pesan yang terkandung di dalam wahyu yang pertama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril.

 

Hal ini menjadi penting kita ketahui dan pahami karena masih banyak kekeliruan yang masih saja terjadi di dalam masyarakat, terutama menempatkan AlQuran sebagai buku bacaan wajib sehingga AlQuran hanya sekedar dibaca tanpa pernah mengetahui isi dan kandungannya yang sesungguhnya, atau AlQuran hanya dibaca agar mudah dihafalkan tanpa makna. Hal ini terjadi karena masih banyak anggapan di dalam masyarakat bahwa wahyu pertama yang diturunkan Allah SWT adalah Iqra (baca) tanpa ada lanjutannya. Padahal wahyu pertama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril as, berupa ayat ayat Quraniyah (ayat ayat kauliyah) sebagaimana kami kemukakan berikut ini: bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam (pena) [1589], Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (surat Al Alaq (96) ayat 1 sampai 5)

 

[1589] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.

 

Berdasarkan wahyu pertama sebagaimana kami kemukakan di atas ini, ada beberapa hal yang akan kami garis bawahi dan semoga hal ini menjadi perhatian di sisa usia yang kita miliki bahwa AlQuran yang diturunkan oleh Allah SWT bukan untuk kepentingan Allah SWT, melainkan untuk kepentingan umat manusia, termasuk di dalamnya untuk kepentingan diri kita.

 

Selain itu, dengan diri kita mengetahui dan memahami pesan yang mendasar yang terkandung dalam wahyu pertama maka kita mampu memiliki ilmu dan pengetahuan yang paling mendasar tentang kitab yang kita butuhkan untuk kepentingan diri kita sendiri dan jangan sampai kita tidak paham dengan kitab kita sendiri. Dan kami sengaja mengemukakan hal ini karena masih banyak pemahaman yang keliru tentang wahyu pertama dan juga tentang AlQuran di tengah masyarakat dan inilah catatan yang bisa kami berikan, yaitu:

 

A. ALQURAN DITURUNKAN ALLAH SWT BUKAN MELALUI PENDEKATAN TERTULIS.

 

AlQuran diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui pendekatan lisan berupa wahyu (kalam Allah/kata kata Allah) melalui perantaraan Malaikat Jibril as, setelah itu barulah konsep lisan ini dituangkan ke dalam bentuk tulisan, dan kumpulan dari tulisan-tulisan yang berasal dari wahyu setelah terkumpul semuanya lalu dibukukan dan dinamakan dengan AlQuran. Melalui pendekatan lisan, disinilah Allah SWT berkehendak untuk menunjukkan kehebatan (atau kemukjizatan) AlQuran kepada semua orang. Dimana ayat ayat AlQuran yang diturunkan oleh Allah SWT di dalamnya tidak terjadi pertentangan antar ayat yang satu dengan ayat yang lainnya walaupun ayat-ayat yang diturunkan Allah SWT melalui pendekatan lisan. Kita bisa membayangkan betapa sempurnanya ayat ayat AlQuran jika kita mampu memahaminya. Ayat ayat AlQuran isinya saling melengkapi, isinya saling menguatkan dan saling menyempurnakan serta saling menafsirkan antara satu ayat dengan ayat yang lainnya. Sehingga apabila kita makin mempelajari AlQuran secara mendalam, makin terlihat kesempurnaan dan kemukjizatan AlQuran yang mencerminkan kebesaran Allah SWT. Dan yang pasti AlQurannya sendiri sudah ada dihadapan diri kita.

 

Dan jika sudah begini keadaannya, maka kita tidak bisa hanya dengan mengandalkan kemampuan untuk membaca kumpulan huruf-huruf yang diberi tanda baca, jika tanpa diiringi dengan pembelajaran yang mendalam, dan juga tanpa pemahaman yang bertingkat- tingkat, serta penelaahan yang mendalam, maka kita tidak akan pernah bisa merasakan rasa betapa luar biasanya AlQuran itu, yang mencerminkan betapa luar biasanya Allah SWT. Ayo segera merubah pola pembelajaran AlQuran yang kita lakukan saat ini dengan pendekatan yang sesuai dengan kehendak Allah SWT, yaitu pendekatan baca dan tulis sebagaimana termaktub dalam surat Al Alaq (96) ayat 4 berikut ini: “yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam (pena).”. sehingga kita tidak bisa lagi menempatkan AlQuran sebagai buku bacaan wajib yang cukup dibaca huruf-hurufnya yang ada tanda bacanya lalu dilantunkan dengan tartil dan tajwid yang berlaku.

 

Sekali lagi kami kemukakan bahwa AlQuran diturunkan oleh Allah SWT bukan untuk dijadikan sebagai buku bacaan wajib yang cukup sekedar dibaca sehingga hilang maknanya (membaca tanpa mengetahui maknanya). AlQuran menghendaki orang-orang yang beriman, berilmu, rajin, telaten, konsisten, konsekuen, dan juga orang yang memiliki disiplin yang tinggi yang bisa mempelajarinya dan juga mampu mengajarkannya. Mudah mudahan itulah diri kita. Amiin.

 

B. ALLAH SWT MENGAJARKAN LANGSUNG KEPADA NABI MUHAMMAD SAW MELALUI PENDEKATAN LISAN.

 

Pada waktu Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama dari Allah SWT, ketahuilah bahwa konsep dasar AlQuran sebagai “buku manual” bagi umat manusia yang ada di muka bumi belumlah sempurna, karena baru ada lima ayat sebagaimana tertuang dalam surat Al Alaq (96) ayat 1 sampai  5 diatas. Akan tetapi Nabi Muhammad SAW sudah  diperintahkan oleh Allah SWT untuk membaca atas nama Allah SWT yang menciptakan. Lalu apa yang harus dibaca oleh Nabi Muhammad SAW sedangkan AlQurannya sendiri belum sempurna karena AlQuran diturunkan secara bertahap selama kurun waktu 23 (dua puluh tiga) tahun?

 

Nabi Muhammad SAW membaca sesuatu yang ada dibalik perintah membaca atas nama Allah yang menciptakan, seperti:

 

1.     Membaca tentang adanya ciptaan Allah (mampu membaca sesuatu yang tersurat);

2.    Membaca tentang dibalik setiap ciptaan Allah pasti ia merupakan tanda tanda dari kebesaran dan kemahaan Allah (mampu membaca sesuatu yang tersirat) dan;

3.   Membaca bahwa Allah SWT yang selalu bersama ciptaanNya dan bersama tanda-tanda-Nya sehingga Allah SWT tidak bisa dipisahkan dengan ciptaan dan tanda-tanda-Nya (mampu membaca sesuatu yang tersembunyi).

 

Akhirnya dengan mampunya Nabi Muhammad SAW membaca ketiga tingkatan membca di atas maka Nabi Muhammad SAW mampu memahami arti dan kandungan AlQuran sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah SWT.

 

Selain daripada itu, dengan adanya wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril melalui pendekatan lisan merupakan cara yang terbaik bagi Allah SWT untuk mengajarkan, untuk membimbing dan bahkan untuk menegur Nabi Muhammad SAW saat melaksanakan tugas kenabiannya. Sehingga apa apa yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW merupakan sesuatu yang berasal dari Allah SWT, tetap original, tetap terjaga kesuciannya dan kemurniannya hanya dari Allah SWT semata tanpa ada unsur masukan dari siapapun, termasuk masukan dari diri Nabi Muhammad SAW itu sendiri. Begitu sempurna Allah SWT mempersiapkan AlQuran untuk kepentingan umat manusia. Sekarang tinggal manusianya maukah menerima dan melaksanakan AlQuran yang telah diturunkan oleh Allah SWT menjadi buku manual saat diri kita melaksanakan tugas sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi ini.

 

C. ALLAH SWT BERKEHENDAK AGAR MANUSIA MELAKSANAKAN TULIS DAN BACA.

 

Di dalam kehidupan ini, setiap manusia  tidak akan dapat dipisahkan dengan kegiatan membaca. Membaca dalam arti sempit adalah melihat tulisan dan mengerti atau melisankan apa apa yang tertulis. Membaca dalam arti luas adalah melihat dan mengerti segala apa yang tergelar di alam semesta ini sebagai tanda-tanda atau ayat-ayat atau kalimat-kalimat Allah, pencipta segala sesuatu. Dari aktivitas membaca, manusia akan memperoleh pengertian pengertian yang akan memperluas pengalaman dan pengetahuannya. Dengan kata lain, tanpa membaca manusia tidak akan memperoleh pengertian dan pengetahuan. Tanpa membaca, manusia akan bodoh, picik, terkebelakang, dan akan mudah tersesat dan disesatkan.

 

Pada hakekatnya tidak ada hari tanpa membaca. Baik membaca dalam arti sempit maupun dalam arti luas. Membaca adalah kunci ilmu pengetahuan. Karena itu membaca yang paling banyak pahalanya adalah membaca AlQuran yang diiringi dengan mengimani, memahami, melaksanakan serta mendakwahkan dan menyebarluaskannya serta yang terakhir menjadikan AlQuran menjadi akhlak bagi diri kita. Rasulullah SAW pernah menjelaskan tentang kelebihan martabat dan keutamaan orang yang mempelajari AlQuran yang tidak sekedar membaca kumpulan huruf-huruf yang disertai tanda baca sebagaimana hadits berikut ini: “Perumpamaan orang mukmin yang membaca AlQuran adalah seperti bunga utrujjah, baunya harum dan rasanya lezat; orang mukmin yang tidak suka membaca AlQuran adalah seperti buah kurma, baunya tidak begitu harum tetapi manis rasanya; orang munafik yang membaca AlQuran ibarat sekuntum bunga, berbau harum, tetapi pahit rasanya, dan orang munafik yang tidak membaca AlQuran tidak ubahnya seperti buah hanzalah, tidak berbau dan rasanya pahit sekali” (Hadits Riwayat Bukhari Muslim).” Selain itu, Rasulullah SAW juga menyatakan betapa pentingnya membaca AlQuran di dalam rumah kita sendiri seperti dalam hadits yang kami kemukakan berikut ini: “Hendaklah kamu beri cahaya rumah tanggamu dengan mendirikan shalat dan membaca AlQuran.” (Hadits Riwayat Al Baihaqi dari Anas ra’)

 

Dalam mempelajari AlQuran yang sudah ada dihadapan diri kita, hendaknya benar-benar diresapi arti dan maksudnya, dimulai dari arti yang tersurat, kemudian arti yang tersirat dan arti yang tersembunyi. Kondisi ini baru akan bisa kita laksanakan jika kita melakukan aktifitas baca dan tulis (mencatat) apa-apa yang kita baca. Tanpa aktifitas baca dan tulis sulit bagi kita untuk memahami isi dan kandungan AlQuran.

 

Saat diri kita membaca AlQuran disunahkan dengan suara yang bagus dan merdu serta sedapat mungkin membaca AlQuran tidak (jangan) diputuskan hanya karena akan berbicara dengan orang lain (hendaknya diteruskan sampai batas yang ditentukan). Dan tentang AlQuran ini, Allah SWT juga telah memperingatkan melalui firman-Nya sebagaimana berikut ini: “Maka Apakah mereka tidak memperhatikan AlQuran? kalau kiranya AlQuran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (surat An Nisa” (4) ayat 82).” Allah SWT juga berfirman melalui surat Muhammad (47) ayat 24 berikut ini: “Maka Apakah mereka tidak memperhatikan AlQuran ataukah hati mereka terkunci?.” Serta Allah SWT juga berfirman: “Maka Apakah kamu menganggap remeh saja AlQuran ini? (surat Al Waaqiah (56) ayat 81).” 

 

Sekarang kita sudah tahu tentang AlQuran, lalu jangan pernah kita hanya sibuk membaca AlQuran dari sisi kumpulan huruf-huruf yang disertai tanda baca semata tanpa pernah tahu dan mengerti apa arti dan makna yang sesungguhnya yang terdapat di dalam AlQuran yang kita baca. Dan jika kita hanya mampu membaca AlQuran sebatas tulisannya saja maka tidak ada bedanya kita menonton televisi tanpa ada volume suaranya atau membaca koran tanpa pernah tahu apa isi beritanya. Dan jika ini yang terjadi maka kondisi dan keadaan yang seperti ini sangat tidak dikehendaki oleh Allah SWT namun sangat didambakan oleh syaitan sang laknatullah.

 

Untuk itu kita bisa menjadikan apa yang dikemukakan oleh Al Hakim Al Tirmidzi”, dalam bukunya “Rahasia Perumpamaan dalam Quran dan Sunnah sebagai sebuah motivasi kepada diri kita untuk merubah pola pendekatan pembelajaran AlQuran yang bukan terfokus hanya kepada bacaannya semata, melainkan juga kepada isi kandungannya, sebagaimana berikut ini: 

 

1.  Membaca Dalam Gelap dan Membaca Dalam Terang. Diriwayatkan oleh Umar ibn Abu Imran dengan sanad dari Sufyan ibn Husayn yang mengatakan, “Ilyas ibn Mu’awiyyah berkata kepadaku, “Kulihat engkau mengetahui ilmu AlQuran. Bacakan untukku sebuah surah dan tafsirkanlah ia agar aku bisa mengetahui konteksnya! Aku pun membacakan dan menafsirkan sebuah surah untuknya. Dia kemudian berkata, “Wahai Sufyan, tidak ada ilmu yang lebih mulia daripada ilmu AlQuran. Tahukah engkau apa perumpamaan orang yang membaca AlQuran sekaligus mengetahui tafsirnya dan (pembaca AlQuran) yang tidak mengetahui tafsirnya? Perumpamaan mereka seperti suatu kaum yang mendapat kitab dari seorang teman pada malam hari, sementara mereka tidak memiliki lampu. Kitab tersebut membuat mereka cemas dan takut. Mereka tidak mengetahui isinya. Ketika lampu datang, barulah mereka mengetahui isinya.

 

2.  Antara Rasa dan Aroma. Ali bin Abi Thalib ra, berkata: “Kuberitahukan kepada kalian orang yang diberi AlQuran namun tidak diberi iman, orang yang berima namun tidak diberi AlQuran, orang yang diberi AlQuran dan diberi iman, serta orang yang tidak diberi AlQuran dan tidak diberi iman. Orang yang diberi iman namun tidak diberi AlQuran ibarat buah yang rasanya enak namun tidak beraroma. Orang yang diberi AlQuran tetapi tidak diberi iman ibarat pohon yang wangi, namun rasanya tidak enak. Orang yang diberi AlQuran dan diberi iman ibarat buah uttrujjah, rasanya enak dan aromanya enak. Dan, orang yang tidak diberi AlQuran dan tidak diberi iman ibarat buah hanzhalah, rasa dan aromanya tidak enak. 

 

Semoga dengan adanya dua buah perumpamaan yang kami kemukakan di atas ini mampu memotivasi diri kita untuk belajar AlQuran menjadi lebih baik lagi. Ayo segera lakukan perubahan, jika bukan sekarang kapan lagi.

 

D.    ALQURAN TIDAK CUKUP HANYA DIBACA.

 

Iqra secara harfiah artinya baca, namun baca yang dikehendaki oleh Allah SWT adalah baca yang dimulai dengan menyebut nama Allah SWT selaku pemilik dari bacaan yang kita baca, yang diikuti dengan mengimaninya, memahaminya, melaksanakannya, menghayatinya, mengelaborasinya serta menyebarluaskan hasil dari tantangan Iqra yang telah kita laksanakan dan yang terakhir menjadikan AlQuran sebagai akhlak bagi diri kita sehingga kita mampu menjadi AlQuran yang berjalan. Jangan sampai kita hanya mampu melaksanakan tantangan Iqra sebatas mampu membaca semata tanpa pernah tahu makna yang terdalam dari apa yang kita baca sehingga akhirnya kita hanya mampu menjadi penghapal AlQuran tanpa makna.

 

Agar diri kita selaku umat Nabi Muhammad SAW mampu membaca yang sesuai dengan kehendak Allah SWT maka Allah SWT sendiri telah menentukan methodenya sebagaimana firmanNya berikut ini: “yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (pena), (surat Al Alaq (96) ayat 4).” Sehingga sejak AlQuran lengkap diturunkan maka pendekatan untuk mempelajari AlQuran harus melalui pendekatan tulis dan baca (atau pendekatan mendengar dan melihat (mengamati) serta merasakan dalam satu kesatuan. Sekali lagi kami tegaskan, kita  tidak bisa hanya melalui pendekatan baca semata, melainkan harus diimbangi dengan pendekatan tulis karena Allah SWT yang menghendakiNya.

 

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah mengangkat derajat beberapa kaum (suku bangsa) dengan sebab kalam ini (AlQuran) dan merendahkan derajatnya (kaum) yang lain dengan sebabnya (AlQuran)” (Hadits Riwayat Muslim).” Hal ini dimungkinkan terjadi karena tingkat perjuangan saat mempelajari AlQuran antar satu kaum dengan kaum yang lainnya berbeda yang pada akhirnya akan mengakibatkan adanya perbedaan kualitas pemahaman. Bisa saja satu kaum hanya mampu memahami arti yang tersurat semata, karena memang kemampuan terbatas. Namun bisa juga suatu kaum mampu memahami arti yang tersirat dan yang tersembunyi karena mampu memenuhi syarat dan ketentuan yang dikehendaki oleh AlQuran, seperti tingkat keimanan yang diikuti dengan tingkat keseriusan untuk mempelajari AlQuran yang ditunjang dengan ilmu yang memadai. Ayo mulai saat ini kita wajib belajar memahami AlQur’an tidak hanya sebatas tulisannya saja atau  tajwidnya saja, melainkan sampai dengan arti dan makna yang sesungguhnya yang terdapat di dalam AlQuran.

 

Selanjutnya, tidak ada petunjuk yang dapat menyelamatkan kehidupan diri kita maupun seluruh umat manusia baik di dunia maupun di akhirat, selain petunjuk dalam Kitabullah (dalam hal ini AlQuran) yang telah diturunkan oleh Allah SWT dan yang telah pula diajarkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Dimana petunjuk ini akan berlaku sepanjang zaman dan tidak memerlukan perubahan lagi karena sudah sempurna, itulah petunjuk AlQuran. AlQuran sebagai petunjuk adalah bacaan yang harus diikuti, bacaan yang harus dipelajari, bacaan yang harus dilaksanakan tanpa bantahan apapun sebagaimana tersebut dalam surat Al Qiyamah (75) ayat 17-18 berikut ini: “Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaan itu.”  

 

Saat ini AlQuran sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa yang ada di muka bumi ini, tanpa terkecuali di negara kita sendiri, Indonesia. AlQuran juga telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa daerah yang ada di Indonesia, yang berarti AlQuran sudah mudah untuk dipelajari. Sekarang tergantung diri kita maukah mempelajarinya, maukah kita memahaminya, maukah kita mengamalkannya? Disinilah letak dari perjuangan diri kita yang merasa membutuhkan AlQuran dan jika kita memang nyata-nyata membutuhkan AlQuran maka dibutuhkan niat dan tekad yang kuat untuk mempelajarinya. Jika bukan sekarang kapan lagi!

 

E.      ALLAH SWT YANG AKAN MENGAJARKAN MANUSIA.

 

Apabila umat Nabi Muhammad SAW mampu mempelajari AlQuran yang sesuai dengan kehendak Allah SWT maka berlakulah firmanNya berikut ini: “Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (surat Al Alaq (96) ayat 5). Inilah janji Allah SWT kepada umat manusia yang mau mempelajari AlQuran yang sesuai dengan kehendakNya. Sekarang tergantung kepada diri kita maukah diajarkan oleh Allah SWT tentang apa apa yang tidak kita ketahui melalui AlQuran yang sudah ada dihadapan diri kita. Ingat, janji Allah SWT ini berlaku umum sehingga berlaku kepada siapapun juga, sepanjang seseorang mau mempelajarinya maka sepanjang itu pula Allah SWT akan mengajarkannya.

 

Lalu apakah mungkin Allah SWT akan mengajar seseorang secara mendalam jika seseorang yang mempelajari AlQuran dengan cara malas malasan, atau hanya sibuk dengan urusan bacaan saja sehingga waktunya habis untuk hal hal yang berkaitan dengan masalah tajwid, qiraat dan tasdit yang pada akhirnya kita bisa membaca AlQuran tapi tidak tahu apa isi dan kandungannya, atau mampu menghapalkan AlQuran tanpa makna. Disinilah letak nilai perjuangan diri kita yang membutuhkan AlQuran, terutama keseriusan di dalam mempelajarinya dan juga usaha keras dari diri kita untuk memahaminya serta kemampuan dan kesempatan untuk menyebarluaskannya.

 

Ingat, Allah SWT di dalam memberikan pengajaran kepada diri kita tidak secara sekaligus, namun secara perlahan lahan namun pasti. Semakin kita berusaha memahami AlQuran yang diikuti dengan mengamalkan dan mengajarkannya (mendakwahkan) maka Allah SWT akan menambah pemahaman yang kita miliki dengan tidak terburu-buru, namun melalui sebuah proses, sebagaimana firmanNya dalam surat Al Qiyamah (75) ayat 16 berikut ini: “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) AlQuran karena hendak cepat cepat (menguasainya). (surat Al Qiyamah (75) ayat 16).”  

 

Namun apabila pemahaman yang kita peroleh dari Allah SWT hanya untuk kepentingan diri sendiri sehingga kita saja yang bisa menikmatinya,  maka sampai disitu pula Allah SWT memberikan pengajaran kepada diri kita. Allah SWT tidak berkenan menambah pemahaman yang baru dan yang lebih mendalam kepada diri kita akibat ulah diri kita sendiri yang pelit membagikan ilmu kepada sesama umat manusia sehingga ilmu dan pemahaman yang kita miliki tidak pernah berkembang.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar