AlQuran merupakan buku pedoman (manual
handbook) yang diturunkan oleh Allah SWT
dalam kerangka mensukseskan rencana besar penghambaan kepada-Nya dan
juga program kekhalifahan yang ada di muka bumi. AlQuran sebagai buku manual
yang berasal dari Allah SWT berarti AlQuran adalah sesuatu yang bersifat
original tanpa ada masukan dari siapapun juga termasuk dari diri Nabi Muhammad
SAW ke dalamnya.
Sebagai
kitab suci yang bersifat original hanya dari Allah SWT maka kebesaran dan
kemahaan Allah SWT selaku narasumber utama dan satu satunya dalam AlQuran maka
segala isi dan kandungannya dapat dipastikan memiliki sesuatu yang istimewa dan
juga menakjubkan.
AlQuran jika diteliti lebih dalam akan membuat takjub serta mendapatkan sesuatu
yang tidak terpikirkan sebelumnya. Kondisi dan keadaan inilah yang kami
istilahkan dengan mukjizat dan kebesaran AlQuran.
Salah satu bentuk mukjizat dan kebesaran
AlQuran adalah: Ayat-ayat AlQuran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui
perantaraan Malaikat Jibril bukan melalui pendekatan tulisan, melainkan melalui
pendekatan lisan. Namun disinilah letak kemukjizatan AlQuran itu, walaupun
diturunkan melalui pendekatan lisan, ayat-ayatnya mampu saling menafsirkan
antara satu sama lainnya dan tidak ada ayatnya yang saling kontradiksi (saling
menjatuhkan) dan alasan untuk hal itu adalah:
1. Ayat ayat AlQuran diturunkan/sampaikan oleh Allah SWT. Ayat apapun
yang kita perhatikan, bukan hanya tidak bertentangan antara satu ayat dengan
ayat yang lain, bahkan di antara ayat ayatnya saling melengkapi dan memperkaya,
karena tiap tiap ayat tersebut menggambarkan bagian dari kebenaran tentang
Allah SWT dan alam semesta terkait dengan “manusia sebagaimana dia” dan
“manusia sebagaimana seharusnya”. Jika ada pertentangan antara ayat ayat
AlQuran, kesatuan maknanya akan berantakan dan efek kemukjizatannya akan
lenyap.
2. AlQuran telah dipelajari oleh para kritikus dan ahli
kothbah. Jika mereka memang menemukan, bahkan sekecil apapun, perselisihan atau
pertentangan di dalamnya, mereka pasti telah menyampaikannya kepada masyarakat,
terutama pada saat Islam baru muncul; dan kekuasaan keberhalaan bisa membalas
dengan melakukan yang terbaik untuk menghancurkannya, karena mereka telah
kehilangan semua kepercayaan, kekayaan, sejarah, dan budaya mereka disebabkan
oleh kehadiran agama Islam. Namun faktanya, mereka tak mampu menampilkan
kontrakdiksi sedikitpun dalam AlQuran. Jika mereka punya, itu akan memberikan
kemenangan mudah bagi mereka, dan tidak perlu sampai terjadi peperangan dan
keributan yang berlarut larut.
3. Kesatuan dan struktur sistematis AlQuran dalam menyajikan
banyak fakta tentang teologi, ilmu pengetahuan alam, manusia dan alam semesta,
keputusan dan perintah, etika moral, dan kisah kisah, tidak meninggalkan
keraguan bahwa ayat ayatnya bisa saling menafsirkan satu sama lain tanpa ada
kontradiksi.
Berdasarkan tiga uraian
di atas, terlihat adanya bukti bahwa AlQuran adalah buku Ilahiah (buku yang berasal dari Allah SWT semata) yang
bersifat original dikarenakan belum ada satu bukupun yang ditulis manusia
mengenai kebenaran manusia dan alam semesta yang tidak mengalami keterbatasan
dan kekurangan, semuanya mengalami adanya keterbatasan dan semuanya ada
kekurangan karena penulisnya memiliki keterbatasan kemampuan. Ada beberapa
alasan yang membuktikan bahwa AlQuran adalah buku Ilahiah yang bersifat
original hanya dari Allah SWT semata, yaitu:
1. Adanya makna dominasi dan kendali absolut. Tidak ditemukan satu karya (buku) buatan manusia seperti
AlQuran. Ini adalah salah satu dari kualitas AlQuran yang paling luar biasa.
Untuk itu pertimbangkanlah dan renungkanlah dua ayat AlQuran sebagaimana
berikut ini: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
Dia. (surat Al Isra’ (17) ayat 23).” Dan juga sebagaimana dikemukakan
dalam firmanNya berikut ini: “Dan Tuhanmua telah memerintahkan supaya
kamu jangan menyembah selain Dia. (surat Al Insyiqaq (84) ayat 6).” Kedua ayat ini memiliki konteks
membahas bahwa seluruh alam semesta ini di bawah kontrol dan penguasaan Allah
SWT sehingga Allah SWT mampu mengawasi dan menguasai seluruh umat manusia.
Kalimat yang luar biasa
ini, yang terdapat dalam ayat di atas, Allah SWT sajalah yang mampu menentukan
dengan kekuasaan dan pengendalian total terhadap sifat dan tindak tanduk
manusia, menentukan tujuan akhir dan jalan yang harus dilalui oleh manusia.
Pernyataan seperti itu tidak mungkin dikatakan oleh manusia. Kalimat seperti
itu tidak mungkin tanpa dengan kekuasaan mutlak atas ide, cita-cita, pikiran
dan penyelewengan manusia. Lalu Allah SWT berfirman: “Maka ke manakah kamu akan pergi
(surat At Takwir (81) ayat 26). Pertanyaan “Kemanakah kamu akan pergi?” tentu saja diajukan dari posisi yang
memiliki kekuasaan mutlak dan kontrol atas asal (dari mana) manusia, kemana dia
pergi setelah di sini dan mengapa dia datang ke sini.
Sekarang mari kita
perhatikan firman Allah SWT berikut ini: “Dan kami hujani mereka dengan hujan (batu).
Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang orang yang berbuat dosa itu.(surat
Al A’raf (7) ayat 84).” Pernyataan “perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang orang yang berbuat dosa” menunjukkan bahwa Allah SWT memiliki kekuasaan
mutlak terhadap orang orang yang berdosa. Hukum yang mendominasi keinginan baik
dan buruk dari manusia adalah latar belakang yang disiapkan oleh Allah SWT demi
mengalirnya hukum hukum alam semesta, tempat di mana kehendak Tuhan
ditampilkan. Lalu, masihkah diri kita berlaku angkuh dan sombong saat hidup di
dunia?
2. Tidak adanya kontradiksi dalam Ayat-Ayat AlQuran. Adalah sebuah fakta bahwa konflik dan kontradiksi sama
sekali tidak ada diantara ayat-ayat AlQuran sehingga akan sangat membantu dan
memudahkan diri kita untuk mengetahui isi dan kandungan AlQuran secara lebih
baik. Meskipun ayat ayat AlQuran telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW pada
saat saat Beliau sibuk dalam hidupnya yang penuh suka dan duka, seperti pada
awal misinya, akhir misinya, periode ketika umat Islam didera kesulitan yang
menyakitkan, ketika Islam telah menaklukkan seluruh tanah Arab, di saat
kemenangan dan kekalahan, suka dan duka, faktanya tidak ada tanda-tanda
pertentangan atau konflik antara ayat yang satu dengan ayat yang lainnya.
Padahal kita tahu
bahwa ayat-ayat AlQuran yang diturunkan oleh Allah SWT melalui perantaraan
Malaikat Jibrila as, kepada Nabi Muhammad SAW melalui budaya lisan. Namun
setelah semuanya dikumpulkan lalu dibukukan yang diawasi oleh Nabi Muhammad SAW
secara langsung hasilnya sangat luar biasa, yaitu tidak ada satupun ayat di
dalam AlQuran yang saling kontradiksi dan itu berlaku sampai dengan hari kiamat
kelak. Bayangkan budaya lisan saat dibukukan menjadi budaya tulisan, hasilnya
sangat sempurna. Inilah salah satu mukjizat dan kebesaran AlQuran yang sangat
luar biasa dan yang menunjukkan bahwa AlQuran original hanya dari Allah SWT
semata.
Berikut ini akan kami
kemukakan beberapa contoh yang menunjukkan ayat-ayat AlQuran tidak memiliki
kelemahan terutama dari sisi tidak adanya kontradiksi di dalam ayat ayatnya,
yaitu:
Contoh pertama, Nabi Musa as, dan
Nabi Isa as, adalah dua nabi yang diutus untuk umat Bani Israil dan pada saat
yang bersamaan berlaku ketentuan azas patriakat atau garis keturunan
bapak. Saat Nabi Musa as, menyampaikan
sesuatu, Ia selalu mengatakan “wahai
kaumku” karena Nabi Musa as, bahagian atau anak keturunan dari Bani Israil
sebagaimana firman Allah SWT berikut ini: “Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada
kaumnya, “Wahai kaumku! Mengapa kamu menyakitiku, padahal kamu sungguh
mengetahui bahwa sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu? (surat As Saff (61)
ayat 5).”
Akan tetapi saat Nabi
Isa as, menyampaikan sesuatu, Nabi Isa as, tidak mengatakan wahai kaumku,
melainkan “wahai Bani Israil’,
sebagaimana firman Allah SWT berikut ini: “Dan ingatlah ketika Isa putra Maryam
berkata, “Wahai Bani Israil! Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu yang
membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar
gembira dengan seorang rasul yang akan datang setelahku, yang namanya Ahmad
(Muhammad).” Namun ketika rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti
bukti yang nyata, mereka berkata, “Ini adalah sihir yang nyata” (surat As Saff
(61) ayat 6).” Hal ini dikarenakan Nabi Isa as, bukanlah bagian atau
anak keturunan dari Bani Israil, melainkan Isa adalah putra Maryam. Contoh ini
menunjukkan bahwa Allah SWT selaku narasumber utama AlQuran sudah mempertimbangkan
kondisi ini dengan sebaik baiknya sehingga tidak menimbulkan kontradiksi
dikalangan Bani Israil saat itu sampai dengan hari kiamat kelak.
Contoh kedua, ada pada surat Al
A’raf (7) ayat 17 berikut ini: “Kemudian pasti aku akan mendatangi mereka
dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak
akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.”
Untuk bisa melihat kesempurnaan AlQuran, kita harus
mempelajarinya melalui “kata dari depan dan kata dari belakang” pada dasarnya
hampir sama jaraknya dengan “kata dari kanan dan kata dari kiri” sehingga
keempat kata ini seharusnya diawali dengan kata “mim” namun kenyataannya tidak.
Kata “mim”dipergunakan untuk posisi
depan dan belakang, sedangkan untuk kanan dan kiri mempergunakan kata “wa’an”. Lalu apa yang sebenarnya terjadi
dengan perbedaan kata “mim” dan “wa’an” ini? Hal ini dikarenakan di kanan
dan di kiri manusia, terdapat malaikat penjaga manusia sehingga jarak syaitan
ke kanan dan ke kiri manusia memiliki perbedaan dibandingkan dengan jarak dari
depan dan dari belakang karena di kanan dan di kiri manusia ada malaikat
penjaga. Maha Sempurna Allah SWT di dalam meniadakan kontradiksi yang terdapat
di dalam AlQuran.
Contoh ke tiga, ada pada surat Al
Baqarah (2) ayat 109 dan surat Al Baqarah (2) ayat 110 di mana kedua ayat ini
bisa saling berlawanan jika kita melihat dan mempelajarinya secara sendiri
sendiri. Maksudnya surat Al Baqarah (2) ayat 109 jika dipelajari berdiri
sendiri sendiri dan surat Al Baqarah (2)
ayat 110 juga dipelajari berdiri sendiri sendiri. Namun jika kita memadukan
antara ayat 109 dalam surat Al Baqarah dengan ayat 110 dalam surat Al Baqarah
akan terdapat keserasian diantara keduanya. Untuk itu perhatikanlah firmanNya berikut
ini: “Banyak
di antara Ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu
setelah kamu beriman, menjadi kafir kembali, karena rasa dengki dalam diri
mereka, setelah kebenaran jelas bagi mereka. Maka maafkanlah dan berlapang
dadalah, sampai Allah memberikan perintahNya. Allah Mahakuasa atas segala
sesuatu. (surat Al Baqarah (2) ayat 109).
Ayat ini mengemukakan
tentang reaksi para Ahli Kitab kepada orang yang beriman, yang mana mereka akan
berusaha untuk mengembalikan orang yang beriman menjadi kafir kembali. Dan jika
kita bereaksi kepada sikap Ahli Kitab terjadilah permusuhan diantara kita
dengan mereka. Namun, Allah SWT menjawabnya melalui surat Al Baqarah (2) ayat
110 berikut ini: “Dan laksanakanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan segala kebaikan
yang kamu kerjakan untuk dirimu, kamu akan mendapatkannya (pahala) di sisi
Allah. Sungguh, Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”.
Agar upaya Ahli Kitab
tidak terlaksana, atau gagal mengembalikan orang yang beriman menjadi kafir
lagi, atau agar tidak terjadi permusuhan di antara kita dengan para Ahli Kitab,
maka Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk mendirikan shalat dan menunaikan
zakat dalam satu kesatuan sehingga dengan diri kita mampu mendirikan shalat dan
menunaikan zakat berarti kita telah mampu melaksanakan habbluminallah dan juga
habblumminannas secara satu kesatuan. Akhirnya dengan diri kita mampu
mendirikan shalat dan menunaikan zakat secara satu kesatuan, maka usaha Ahli
Kitab dengan sendirinya tidak akan mampu menggoyahkan orang yang beriman agar
kembali kepada kekafirannya yang dahulu. Adanya contoh ini menunjukkan kepada
diri kita begitu luar biasanya isi dan kandungan AlQuran itu. Lalu apakah
kondisi ini akan kita sia siakan saja?
Contoh ke empat, ada pada surat Al
Mudaddsir (74) ayat 3 yang jika dibaca dari belakang (terbalik) maka huruf
hurufnya sebagaimana aslinya yaitu “rabbaka
fakabbir.” Jika dari depan huruf dibaca “rabbaka fakabbir” dan dari belakang (terbalik) juga bisa dibaca “rabbaka fakabbir.” yang artinya “Dan agungkanlah Tuhanmu.” Sebuah kata
yang sangat luar biasa yang tidak akan mungkin bisa dibuat oleh manusia.
Apalagi kata “rabbaka fakabbir” pertama kali diturunkan melalui pendekatan
lisan, yang kemudian setelah dituliskan terlihat kehebatanannya.
Untuk lebih mempertegas
bahwa AlQuran adalah wahyu (kata kata) yang berasal dari Allah SWT semata yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang memiliki banyak keajaiban keajaiban
yang menunjukkan kemukjizatan AlQuran, maka kita harus memiliki ilmu dan
pengetahuan tentang mukjizat AlQuran. Mukjizat AlQuran tidak boleh dibatasi oleh
pemahaman yang kita miliki, akan tetapi pemahaman kitalah yang terbatas
sehingga membatasi kemampuan kita untuk memahami kemukjizatan AlQuran. AlQuran
memang sudah menjadi mukjizat yang posisinya sudah berada di atas pemahaman
diri kita sehingga AlQuran tidak bisa dibatasi kemukjizatannya oleh sebab
apapun juga. Jika kita mampu menghargai AlQuran dengan segala
kemukjizatan yang ada di dalamnya berarti kita telah mampu menghargai kebesaran
dan kemahaan Allah SWT selaku narasumber tunggal AlQuran.
Lalu untuk apa kita
harus mempelajari mukjizat AlQuran? Mempelajari kemukjizatan AlQuran sangatlah
penting bagi diri kita. Hal ini dikarenakan apabila kita hanya mendengarkan
AlQuran, atau kita mempelajari bacaan AlQuran kita baru sampai pada tahap
mendengarkan atau mempelajari pesan yang disampaikan oleh Allah SWT kepada umat
manusia. Namun, jika hanya pesan saja yang sampai kepada diri kita maka pesan
tersebut belum tentu sampai menjadi pemahaman diri kita karena pesan yang masuk
ke kuping kanan bisa keluar ke kuping kiri atau sebaliknya.
Akan tetapi jika kita mampu mengetahui dan memahami
kemukjizatan AlQuran yang kita pelajari maka kita mulai memiliki pemahaman
AlQuran melalui mukjizatnya masuk ke dalam hati kita. Disinilah letaknya kita
wajib mempelajari kemukjizatan AlQuran karena dengan masuknya kemukjizaran
AlQuran ke dalam hati kita maka sedikit demi sedikit pemahaman AlQuran sudah
mulai kita miliki yang pada akhirnya akan menambah keimanan dan ketaqwaann diri
kita.
Lalu, semakin tenteram hati kita, semakin tenang hidup kita, dan semakin yakin
dan percaya kepada AlQuran, yang pada akhirnya kita mampu menerima AlQuran
sebagai cahaya, petunjuk dan pedoman hidup yang memang diturunkan oleh Allah
SWT untuk kepentingan umat manusia.
Dan hal yang harus
kita ketahui tentang hal ini adalah ketertutupan diri kita kepada AlQuran atau
terkuncinya hati kita kepada AlQuran, akan menyulitkan masuknya pesan yang ada
di dalam AlQuran. Jika pesan yang ada di
dalam AlQuran tidak bisa masuk ke dalam hati kita, lalu bagaimana mungkin
kemukjizatan AlQuran bisa masuk ke dalam diri lalu memantapkan dan menentramkan
hati ini karena ulah diri kita sendiri.
Ayo segera persiapkan
diri (hati yang bersih) untuk menerima kemukjizatan AlQuran sehingga secara
otomatis kita mampu menerima pesan terdalam yang terdapat di dalam AlQuran lalu
masuk ke dalam relung hati nurani. Sekarang mari kita bahas tentang
kemukjizatan, kebesaran serta kisah kisah tentang keajaiban AlQuran, yang akan
kami kemukakan berikut ini:
A.
YANG DIATASNYA ADA
SEMBILAN BELAS.
Adanya tinjauan
terhadap isi dan kandungan AlQuran yang dihubungkan dengan ilmu matematika maka
akan menghantarkan diri kita pada sebuah kesimpulan bahwa AlQuran itu bukanlah
sesuatu yang dibuat oleh Muhammad bin Abdullah, atau sesuatu yang berasal dari
hasil pemikiran Muhammad bin Abdullah karena kemampuan dasar yang dimilikinya
sangat bertolak belakang dengan isi dan kandungan AlQuran. Terdapat banyak
sekali contoh yang membuktikan bahwa AlQuran itu sangat mengagumkan karena
berasal dari Allah SWT dan juga menunjukkan sebagai sebuah mukjizat yang mulia
bagi Nabi Muhammad SAW.
Sekarang kami ingin mengajak jamaah sekalian untuk mengkaji, merenungkan
dan lalu membuktikan sendiri tentang ada apa di balik angka sembilan belas yang
terdapat di dalam surat Al Muddassir (74) ayat 30, “Di atasnya ada sembilan belas.” Angka 19 adalah angka
sederhana. Angka 19 adalah sepuluh ditambah sembilan (10 + 9). Dari
pengungkapan tentang angka 19 yang diperoleh sejak 14 abad yang lalu sampai
hari ini apakah ada yang berubah? Tidak ada! Sembilan belas tetap saja angka 19
= 10 + 9. Dan inilah beberapa rahasia
yang terdapat di dalam angka 19 itu, terutama yang berhubungan dengan wahyu
pertama, wahyu kedua, wahyu ketiga dan wahyu keempat, serta ayat ayat yang
lainnya sebagaimana berikut ini:
1. Angka 19 melambangkan jumlah kata yang terdapat dalam wahyu yang pertama
yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang termaktud dalam
surat Al Alaq (96) ayat 1 sampai 5.
2. Angka 19 juga melambangkan jumlah huruf dari wahyu yang diturunkan oleh
Allah SWT sebagaimana tertuang dalam surat Al Alaq (96) ayat 1 sampai 5 yang
berjumlah 76 huruf yang merupakan perlambang dari kelipatan angka 19 dikalikan
4 yaitu 76.
3. Angka 19 juga merupakan perlambang dari jumlah seluruh ayat yang terdapat
di dalam surat Al Alaq, dimana surat Al
Alaq merupakan surat ke 96 dalam susunan AlQuran.
4. Angka 19 melambangkan jumlah seluruh surat yang ada di dalam AlQuran
yaitu 114 yang tidak lain adalah 19 dikalikan dengan 6.
5. Surat Al Alaq merupakan surat yang ke 96 ini jika kita mulai menghitung
ke belakang dari surah terakhir yaitu 114, ke 113, ke 112, ke 111 dan
seterusnya, maka apabila sampai ke surah 96 ini, ternyata adalah surah ke 19
dari penghabisan surah surah yang ada di dalam AlQuran.
6. Jumlah huruf yang ada di dalam kata
Bismillahirahmanirrahim berjumlah 19 (sembilan belas) huruf yang berarti 19
dikalikan 1.
7. Kata Allah dalam arti Tuhan yang Maha Esa, di dalam
AlQuran disebut sebanyak 2.698 kali yang berarti 19 dikalikan 142.
8. Kata Arrahman dalam arti Maha Pengasih di dalam AlQuran
disebut sebanyak 57 kali yang berarti 19 dikalikan 3.
9. Kata Arrahiem dalama arti Maha Penyayang, di dalam
AlQuran disebut sebanyak 114 kali yang berarti 19 dikalikan 6.
10.
Jumlah kata Bismillahirahmanirrahim berjumlah 114 kali
yang di dapat dari 113 kali di awal surah dalam AlQuran dan satu kali di dalam
surat An Naml (27) ayat 30 yang berarti 19 dikalikan 6.
Adanya 10 (sepuluh) kondisi yang kami kemukakan tentang angka 19 di atas
ini, apakah hal ini sebuah kebetulan belaka ataukah Allah SWT berkehendak untuk
menunjukkan inilah mukjizat AlQuran kepada seluruh umat manusia? Jika kita
berpedoman kepada kondisi dasar Muhammad bin Abdullah adalah sesuatu yang
mustahil di akal jika seseorang yang memiliki kemampuan terbatas seperti
manusia biasa, ummi, tidak bisa membaca, tidak bisa menulis mampu mengarang atau membuat kitab yang
dikemudian hari bisa menampilkan 10 (sepuluh) buah kebetulan yang luar biasa
dari angka 19 ini. Disinilah salah satu letak kemukjizatan AlQuran yang hendak
Allah SWT tunjukkan kepada seluruh umat manusia hanya melalui angka 19 yang
terdapat di dalam surat Al Muddassir (74) ayat 30. Akhirnya tidaklah janggal apabila
orang orang Muslim selalu mengulang ulang kalimat “yang atasnya ada sembilan
belas” selama 14 abad.
Angka 19 dari AlQuran tidak mencemarkan. Sembilan belas tetap sembilan belas. Oleh karena nomor ini diberikan adalah dalam rangka menjawab kata kata: “Muhammad yang telah menulis buku tersebut!” namun kenyataannya adalah Allah SWT berasal dari Allah SWT untuk kepentingan manusia. Mengapa harus angka sembilan belas? Karena mudah mengerjakannya? Bukan! Bahkan lebih sukar, karena tidak ada persamaan persamaannya. Bukan seperti nomor yang satu lebih rendah dibawahnya, yaitu 18 yang dapat dibagi dengan 2, 3, 6, dan 9 dan satu angka yang lebih tinggi yaitu 20 yang dapat dibagi dengan 2, 4, 5, dan 10. Angka Sembilan belas adalah angka yang tidak dapat dibagi yang disebut invisible number, atau angka primer dalam ilmu matematika dan juga angka yang unik karena dimulai dengan angka satu yaitu angka yang terendah dalam sistem perhitungan dan diakhiri dengan angka sembilan angka yang terakhir dalam sistem perhitungan kita (alpha dan omega). Akhirnya kita bisa membuktikan bahwa Nabi Muhammad SAW bukanlah pengarang dan pembuat AlQuran, akan tetapi Beliau hanyalah pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan kepada seluruh umat manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar