C. ALQURAN ADALAH ILMU ALLAH SWT YANG TELAH DIILMUKAN.
Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa untuk bisa menciptakan
sesuatu maka di dalam diri seseorang harus ada tiga hal yaitu adanya kehendak
(iradat), adanya kemampuan (qudrat) dan adanya ilmu dalam satu kesatuan. Jika
yang ada hanyalah kehendak (iradat) tanpa didukung oleh kemampuan dan ilmu maka
yang keluar adalah angan angan untuk membuat sesuatu. Sedangkan jika yang hanya
ilmu tanpa didukung oleh kehendak (iradat) dan kemampuan yang ada hanyalah
konsep untuk membuat sesuatu. Demikian pula jika yang ada hanyalah kemampuan
(qudrat) semata tanpa didukung oleh ilmu dan kehendak (iradat) maka yang ada
hanyalah cita cita untuk membuat sesuatu.
Sekarang langit dan bumi sudah ada dihadapan diri kita dan dengan adanya
diri kita menunjukkan kekhalifahan di muka bumi juga telah ada. Adanya kondisi
ini menunjukkan bahwa yang menciptakan itu semua pasti memiliki kehendak
(iradat), pasti memiliki kemampuan (qudrat) dan pasti memiliki ilmu yang sangat
luar biasa hebatnya dalam satu kesatuan karena tanpa itu semua langit dan bumi
dan kekhalifahan ini tidak akan pernah ada.
Selain daripada itu, dengan adanya langit dan bumi dan juga adanya
rencana besar kekhalifahan di muka bumi merupakan salah satu sarana bagi Allah SWT
untuk menunjukkan, untuk memperlihatkan, untuk mempertontonkan eksistensi Allah
SWT di alam semesta ini. Lalu apakah dengan telah diciptakannya langit dan bumi
serta kekhalifahan yang ada lalu kemampuan dan kemahaan Allah SWT berkurang?
Allah SWT selaku Dzat Yang Maha Agung tidak akan pernah mengalami penurunan
kemampuan dan kemahaanNya walaupun sudah menciptakan segala sesuatu dan ini
berarti apa yang sudah diimplementasikan oleh Allah SWT adalah sesuatu yang
tidak pernah mengurangi kemahaan dan kebesaran yang dimilikiNya.
Timbul persoalan, bagaimana makhluk akan tahu dan mengerti tentang Allah
SWT yang begitu luar biasa kehebatan dan kemahaanNya jika tidak ada media atau
alat bantu tertentu untuk memberitahukan kepada makhluk-Nya? Untuk itu Allah
SWT lalu membuat dan menurunkan AlQuran sebagai buku manual bagi kepentingan kekhalifahan
yang ada di muka bumi ini, sebagaimana firmanNya dalam surat Huud (11) ayat 14 berikut
ini: “jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima
seruanmu (ajakanmu) itu Maka ketahuilah, Sesungguhnya AlQuran itu diturunkan
dengan ilmu[713] Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, Maka maukah
kamu berserah diri (kepada Allah)?.”
[713] Yakni: Allah saja yang
dapat membuat Al Quran itu.
Berdasarkan surat Huud (11) ayat 14 di atas, AlQuran dapat dikatakan
adalah sarana dan alat bantu bagi Allah SWT untuk menerangkan dan menunjukkan
tentang keberadaanNya yang begitu luar biasa, dalam hal ini dari sisi
kehendakNya (iradat), dari sisi kemampuanNya (qudrat) dan dari sisi
IlmuNya melalui AlQuran yang diturunkan
ke muka bumi ini. Sehingga apa apa yang diciptakan oleh Allah SWT juga dapat dikatakan sebagai salah satu
bentuk manifestasi dari aktifnya kebesaran dan kemahaan dari kehendak, dari kemampuan dan dari ilmu yang
dimiliki oleh Allah SWT dalam satu kesatuan.
Dan ada yang harus kita pahami dalam persoalan ini, apa apa yang telah diwujudkan, atau apa apa
yang telah diciptakan oleh Allah SWT merupakan ilmu Allah SWT yang telah “diilmukan”; kehendak (iradat) yang
telah “diiradatkan” dan
kemampuan (qudrat) yang telah “diqudratkan”
yang tidak mencerminkan kebesaran dan kemahaan Allah STW yang masih di tangan
Allah SWT, atau dapat dikatakan pula bahwa kehendak, kemampuan dan ilmu yang
masih di tangan Allah SWT masih sangat luar biasa kemahaannya.
Saat ini Allah SWT telah menunjukkan dan memperlihatkan kepada kita semua
bahwa segala ciptaanNya termasuk juga AlQuran yang telah diturunkanNya ke muka
bumi juga merupakan bahagian dari Ilmu Allah SWT yang telah diilmukan; juga
bahagian dari. kehendak (iradat) Allah SWT yang telah “diiradatkan” serta bahagian dari kemampuan (qudrat) Allah SWT
yang telah “diqudratkan”.Jika
anda tidak percaya lihatlah, pelajarilah isi dan kandungan AlQuran yang telah
diturunkan oleh Allah SWT untuk diri kita yang mampu menjawab seluruh apa-apa
yang berhubungan dengan alam, yang berhubungan dengan diri kita, yang
berhubungan dengan hubungan sesama manusia dan lain sebagainya yang kesemuanya
selalu sesuai dengan kebutuhan dan jaman.
Untuk itu mari kita lihat apa yang telah dipertunjukkan oleh Allah SWT. Allah
SWT selaku pemilik sifat Ilmu; sifat Iradat dan sifat Qudrat dan pemilik Asma
Al Aliem, tentu wajib bagi Allah SWT untuk menunjukkan dan memperlihatkan atau
menzahirkan hal itu kepada makhluk-Nya. Adanya pen-zhahiran sifat Ilmu, Iradat,
Qudrta dan Asma Al Aliem yang dimiliki Allah SWT maka hal itu akan dapat
terlihat dan diperlihatkan oleh Allah SWT di dalam AlQuran melalui apa-apa yang
diciptakannya. Sehingga di dalam setiap yang diciptakan oleh Allah SWT akan
terdapat tiga tingkatan, secara tersurat semuanya adalah ciptaan Allah SWT,
secara tersirat setiap ciptaan adalah tanda-tanda Kebesaran dan Kemahaan Allah
SWT dan secara tersembunyi setiap ciptaan tidak bisa dilepaskan dari Kebesaran
dan Kemahaan Allah SWT karena Allah SWT selalu menyertai ciptaan-Nya tersebut.
Dan salah satu bentuk penzhahiran dari sifat Ilmu, Iradat, Qudrat dan
Asma Al Aliem, yang dimiliki Allah SWT yaitu dengan menciptakan air, udara, hewan,
tumbuhan dan ruh manusia. Sekarang adakah yang mampu membuat, atau menciptakan air,
udara, hewan, tumbuhan dan ruh manusia selain dari Allah SWT? Sampai dengan saat ini dan sampai
dengan kapanpun juga hanya Allah SWT sajalah yang mampu menciptakan air, udara,
hewan, tumbuhan dan ruh manusia dan lain sebagainya, yang mana hal ini sudah
dikemukakan oleh Allah SWT di dalam
AlQuran.
Di lain sisi, ilmu dapat kami kategorikan menjadi dua kelompok yaitu Ilmu Syariat dan
Ilmu tentang Al Hikmah dan Filsafat. Dimana ilmu syariat itu sendiri terdiri
dari beberapa cabang ilmu pengetahuan seperti ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu
fiqih, ilmu ushul fiqih, serta ilmu kalam dan lain sebagainya, sebagaimana
Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang berakal. (surat Ali Imran (3) ayat 190).” Sedangkan Ilmu Al
Hikmah dan Filsafat pada pokoknya mengandung empat macam ilmu, yaitu ilmu
manthiq, ilmu alam, ilmu pasti dan ilmu ketuhanan. Yang termasuk ilmu alam
ialah ilmu kimia, ilmu kedokteran, farmasi, ilmu hewan, ilmu antariksa dan ilmu
pertanian.Yang termasuk ilmu pasti ialah berhitung, aljabar, ilmu ukur, ilmu
mekanika, ilmu falak dan geografi.Yang termasuk ilmu ketuhanan ialah
metafiksika yaitu pembahasan mengenai pencipta, jiwa, jin, malaikat dan
sebagainya.
Timbul pertanyaan, untuk siapakah Ilmu yang Allah SWT kemukakan di dalam
AlQuran? Berdasarkan surat Shaad (38) ayat 87-88 yang kami kemukakan berikut
ini: “AlQuran ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam. dan
Sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al Quran setelah beberapa
waktu lagi[1305].”
[1305] Kebenaran
berita-berita Al Quran itu ada yang terlaksana di dunia dan ada pula yang
terlaksana di akhirat; yang terlaksana di dunia seperti kebenaran janji Allah
kepada orang-orang mukmin bahwa mereka akan menang dalam peperangan dengan kaum
musyrikin, dan yang terlaksana di akhirat seperti kebenaran janji Allah tentang
Balasan atau perhitungan yang akan dilakukan terhadap manusia.
Berdasarkan surat Shaad (38) ayat 87 dan 88 di atas dikemukakan bahwa isi
dan kandungan AlQuran bukan untuk Allah SWT akan tetapi dari Allah SWT untuk
seluruh alam, termasuk untuk diri kita, sepanjang diri kita mau mengimani
AlQuran serta mau mempelajari AlQuran yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Sekarang
mari kita perhatikan apa yang dikemukakan oleh Allah SWT dalam surat Ar Rahman
(55) ayat 2 berikut ini: “yang telah mengajarkan
AlQuran.” Allah SWT selaku pemilik AlQuran akan mengajarkan
kepada siapapun, termasuk kepada diri kita, sepanjang diri kita mau belajar
AlQuran secara langsung kepada Allah SWT, bukan kepada yang lainnya.
Lalu, butuhkah kita dengan ilmu Allah SWT? Jika kita merasa butuh dengan ilmu
Allah SWT saat diri kita melaksanakan tugas kekhalifahan di muka bumi, sudahkah
kita mengimani AlQuran sebagai bagian dari pelaksanaan Rukun Iman dan juga
sebagai pelaksanaan Diinul Islam secara kaffah? Lalu ilmu yang manakah yang
kita butuhkan saat hidup di muka bumi ini, apakah ilmu Allah SWT yang telah
diilmukan ataukah ilmu Allah SWT yang masih di Allah SWT? Sebagai abd’ (hamba)-Nya
yang juga khalifah-Nya di muka bumi dapat dipastikan kita sangat membutuhkan,
dan mungkin sangat berketergantungan dengan ilmu Allah SWT yang sudah
di-ilmukan ke alam maupun ilmu Allah SWT yang masih di sisi Allah SWT. Yang
menjadi persoalan adalah ilmu Allah SWT yang manakah yang kita butuhkan, apakah
ilmu Allah SWT yang telah di-ilmukan ke alam atau melalui AlQuran ataukah ilmu
Allah SWT yang masih ada di sisi Allah SWT? Adanya 2(dua) buah kategori Ilmu Allah
SWT yang dimiliki oleh Allah SWT akan memberikan 2(dua) implikasi yang berbeda
pula, yaitu:
1.
Untuk memperoleh dan mendapatkan Ilmu Allah SWT yang
yang telah di-ilmukan ke alam semesta, atau untuk mendapatkan ilmu Allah SWT
yang telah diilmukan melalui isi dan kandungan yang terdapat di dalam AlQuran
ketahuilah bahwa siapapun orangnya, laki laki atau perempuan, tua atau muda,
kaya atau miskin, beriman ataupun tidak, kesemuanya dapat memperoleh ilmu yang
telah diilmukan tersebut sepanjang mereka mau mempelajari dan mau meminta untuk
diajarkan ataupun tidak melalui apa apa yang telah diciptakan oleh Allah SWT
atau melalui apa apa yang telah diwahyukan oleh Allah SWT melalui AlQuran.
2.
Untuk memperoleh ilmu Allah SWT yang masih di sisi
Allah SWT berlaku ketentuan khusus dan tidak sembarang orang yang bisa
memperolehnya yaitu kita harus bisa menjadi khalifah yang juga makhluk yang
terhormat sehingga mampu menampilkan penampilan di muka bumi, atau khalifah
yang beriman dan beramal shaleh, atau khalifah yang beriman dan bertaqwa.
Adanya pemenuhan persyaratan khusus akhirnya kita bisa memanfaatkan Ilmu yang
telah ada di alam dan juga kita diberikan tambahan Ilmu yang berasal dari
kebesaran Ilmu Allah SWT yang masih disisiNya.
Jika kita termasuk orang yang sudah tahu diri, tahu siapa diri kita yang sesungguhnya
dan siapa Allah SWT yang sesungguhnya maka kita harus bisa menempatkan AlQuran
hanyalah petunjuk, atau jalan yang dikemukakan oleh Allah SWT untuk memperoleh
Ilmu Allah SWT yang masih di Allah SWT. Selanjutnya, masih melalui surat Ar
Rahman (55) ayat 2 di atas, Allah SWT juga sudah menyatakan kesiapannya akan
mengajarkan Ilmu-Nya kepada diri kita, lalu sudahkah diri kita meminta kepada Allah
SWT untuk diajarkan tentang Ilmu-Nya tersebut? Sepanjang diri kita tidak pernah
meminta untuk diajarkan maka sepanjang itu pula Allah SWT tidak akan pernah
mengajarkan ilmu-Nya kepada diri kita.
Hal yang harus kita perhatikan adalah setelah diri kita menerima ilmu Allah
SWT terutama yang berasal dari ilmu yang masih di Allah, jangan pernah kita
simpan ilmu itu untuk kepentingan diri kita semata. Akan tetapi ajarkan ilmu
itu secara utuh tanpa ditutup-tutupi oleh sebab apapun juga, atau jangan pernah
mengajarkan ilmu Allah SWT karena takut kalah dengan murid. Jika sampai konsep
takut kalah dengan murid kita lakukan maka Ilmu yang telah diberikan oleh Allah
SWT kepada diri kita tidak akan pernah
bisa berkembang, atau ditambah oleh Allah SWT lagi.
Sekarang mari kita perhatikan surat Qamar (54) ayat 17 yang kami
kemukakan berikut ini: “Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka
Adakah orang yang mengambil pelajaran?.” Allah SWT dengan tegas menyatakan bahwa AlQuran adalah mudah dan
dimudahkan bagi orang yang mau mempelajarinya.Jika Allah SWT sudah menyatakan
hal ini kepada diri kita, sekarang tergantung kepada diri kita maukah menerima
kemudahan Allah SWT di dalam mempelajari AlQuran atau di dalam memperoleh ilmu
Allah SWT yang masih di Allah SWT? Selanjutnya jika diri kita bodoh, jika diri
kita tidak memiliki ilmu tentang AlQuran, tidak memiliki ilmu tentang Allah
SWT, tidak memiliki ilmu tentang alam, jangan pernah sedikitpun menyalahkan Allah
SWT.
Hal ini dikarenakan ulah kita
sendiri yang tidak mau menerima ajakan Allah SWT, atau karena ulah kita sendiri
yang menolak mentah-mentah kemudahan yang berasal dari Allah SWT, atau karena
perilaku kita sendiri yang ala kadarnya mempelajari AlQuran yang sudah ada
dihadapan diri kita dikarenakan malas dan merasa cukup hanya dengan membaca
AlQuran, kita bisa mengetahui isi dan kandungan AlQuran. Dan jika yang terjadi adalah kita kalah bersaing, jika kita bodoh, jika
kita menjadi pecundang dan syaitan menjadi pemenang, jangan pernah salahkan Allah
SWT tetapi salahkanlah diri kita sendiri yang tidak mau meminta dan memohon
kepada Allah SWT untuk diajarkan serta untuk ditambahkan ilmu yang masih di
Allah SWT. Berdasarkan uraian ini maka tidak ada alasan lagi bagi diri kita
untuk tetap mempertahankan AlQuran sebagai buku bacaan yang cukup dibaca saja,
atau cukup dihapalkan saja tanpa tahu makna dan isinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar