Sebagaimana
telah kita ketahui bersama ayat-ayat yang terdapat di dalam AlQuran dapat
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu adanya ayat-ayat kauliyah (ayat ayat
quraniyah) dan adanya ayat-ayat kauniyah (ayat ayat alam semesta). Dan sekarang
mari kita bahas apa yang disebut dengan ayat-ayat kauliyah dan juga ayat-ayat
kauniyah sebagaimana berikut ini:
A. AYAT AYAT KAULIYAH (AYAT AYAT QURANIYAH)
Ayat-Ayat Kauliyah (Ayat-Ayat Quraniyah) adalah
kalam Allah (wahyu Allah) yang diturunkan secara formal kepad Nabi Muhammad SAW
melalui perantaraan Malaikat Jibril as,. Ayat-ayat kauliyah ini menyentuh
berbagai aspek kehidupan sehingga kita mampu tahu diri, tahu aturan main dan
tahu tujuan akhir sehingga mampu menghantarkan diri kita menjadi hamba yang
sekaligus khalifah yang dibanggakan oleh Allah SWT yang pada akhirnya kita
mampu pulang kampung ke kampung kebahagiaan yang bernama syurga.
Ayat
ayat Kauliyah terdiri dari ayat ayat yang menunjukkan perintah, ayat ayat yang
menunjukkan larangan, ayat ayat yang menunjukkan ancaman, ayat ayat yang
menunjukkan janji, ayat yang menunjukkan tentang ketentuan halal dan haram,
ayat ayat yang menunjukkan tentang nasikhmansukh, ayat ayat yang menunjukkan
perumpamaan perumpamaan, ayat ayat yang menunjukkan proses kejadian dan
peristiwa masa lalu dan juga masa akan datang serta ayat ayat yang menunjukkan
dzikir, doa, tasbih dan tahmid serta istighfar. Dan
yang pasti adalah jumlah ayat-ayat kauliyah lebih banyak jumlahnya dibandingkan
dengan jumlah ayat-ayat kauniyah.
Ayat-ayat Kauliyah pada prinsipnya memang
sangat berbeda isinya dengan isi ayat-ayat Kauniyah, namun untuk memahami apa
yang terkandung di dalam ayat- ayat Kauliyah tetap tidak bisa kita peroleh
hanya melalui cara membaca dan menghapal semata serta juga tidak bisa
dipisahkan begitu saja dengan ayat-ayat Kauniyah. Untuk bisa mempelajari
ayat-ayat Kauliyah dengan baik dan benar kita harus mempergunakan pola berpikir
ilmiah sebagaimana saat diri kita mempelajari ayat-ayat Kauniyah sehingga tidak
hanya berpatokan kepada unsur tajwid semata.
Sebagai contoh, berikut ini akan kami
kemukakan sebuah ayat Kauliyah, sebagaimana firman-Nya berikut ini: ”Demi
(buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sinai, dan demi kota (Mekkah) ini
yang aman; sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya
(neraka). (surat At Tin (95) ayat 1,2,3,4,5).” Makna yang hakiki yang
terkandung dari ayat di atas ini, tetap akan terkubur di dalam AlQuran jika
kita hanya mampu membaca apa yang tertulis (tersurat) dengan berpedoman kepada
aturan tajwid semata.
Namun kita harus bisa mengkombinasikan aturan
tajwid dengan pola berpikir ilmiah yang di dukung oleh pendekatan ilmu dan
teknologi maka apa yang dikemukan dalam contoh di atas mulai bisa kita ketahui
dan pahami. Sekarang bisakah kita menelaah maksud dari kata demi buah tin, buah
zaitun, bukit Sinai dan kota Makkah yang aman dengan penciptaan manusia dalam
bentuk yang sebaik baiknya lalu dikembalikan ke tempat yang serendah rendahnya,
jika kita hanya membaca saja? Akan tetapi jika kita mampu mempergunakan pola
berpikir secara ilmiah, kita akan memperoleh jawaban dari apa yang sesungguhnya
Allah SWT maksudkan dari ayat dimaksud.
Allah SWT telah mengingatkan kepada diri kita
bahwa demi buah tin dan buah zaitun (maksudnya tempat tinggal dari Nabi Nuh as,
yang tumbuh subur buah tin dan zaitun) dan demi bukit Sinai (maksudnya tempat
Nabi Musa as, menerima wahyu) dan demi kota Makkah (maksudnya tempat Nabi
Muhamamd SAW dilahirkan) ketahuilah bahwa asal muasal manusia adalah telah
diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya baik dari sisi ruh dan juga dari
sisi jasmani. Namun hal ini bukanlah jaminan yang akan berlaku tetap karena
semuanya bisa dikembalikan ke tempat yang serendah-rendahnya, masuk neraka.
Inilah salah satu bentuk peringatan dari Allah SWT agar diri kita berhati hati
dalam mengarungi kehidupan ini.
Selanjutnya Allah SWT berfirman: “Sungguh,
Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah
shalat untuk mengingat Aku. (surat Thaahaa (20) ayat 14).” Ayat ini
jika dipelajari berdasarkan ketentuan ilmu tajwid yang berlaku akan di dapatkan
informasi bacaan AlQuran yang begitu indah dan terjemah sebagaimana di atas
ini. Namun apabila kita mempergunakan pola berpikir ilmiah yang dipadu dengan
unsur tajwid hasilnya menjadi:
1. Ayat
ini menunjukkan bahwa Allah SWT sendirilah yang memperkenal dirinya sendiri adalah
Allah SWT sehingga yang menamakan dirinya Allah adalah Allah SWT itu sendiri,
bukan yang lainnya, atau bukan pula Nabi Muhammad SAW. Dan adanya ayat ini maka
kita tahu tentang Allah;
2. Allah
SWT juga menyatakan bahwa Ia adalah Tuhan sehingga tidak ada tuhan selain Dia
yang berarti Tuhan yang ada di alam semesta ini hanya satu, yaitu Allah;
3. Kita
diperintahkan untuk menyembah Allah SWT semata dan shalat merupakan media dan
sarana bagi diri kita untuk mengingat Allah SWT sehingga diri kita akan selalu
bersama-Nya.
Lalu
apakah surat Thaaha (20) ayat 14 di atas hanya sebatas ini yang bisa diungkap
melalui pendekatan ilmiah? Kami yakin masih banyak rahasia yang belum
terungkap. Keterbatasan dari kami lah yang tidak mampu mengungkapkan rahasia di
balik ayat di atas.
Selain
dua contoh ayat-ayat Kauliyah seperti yang telah kami kemukakan di atas, Allah
SWT juga masih memiliki ayat-ayat Kauliyah yang berisi tentang perumpamaan
perumpamaan. Allah SWT seringkali memberikan perumpamaan agar AlQuran lebih
mudah dimengerti dan juga memberikan kesan yang sangat mendalam kepada diri
manusia.Namun demikian, apa yang dimaksudkan di dalam perumpamaan itu tidak
akan pernah terkuak, atau dapat kita ketahui melalui metode membaca semata.
Selanjutnya kami akan mengemukakan dua buah contoh dari ayat-ayat Kauliyah yang
di dalamnya mengungkapkan adanya perumpamaan dan adanya ayat-ayat yang
menginspirasi (memotivasi) diri sebagaimana kami kemukakan di bawah ini:
1. Adanya Perumpamaan-Perumpamaan. Allah
SWT memberikan berbagai macam bentuk perumpamaan kepada jiwa manusia agar
mereka mengetahui apa yang tidak terjangkau oleh pendengaran dan penglihatan
lahiriah mereka melalui sesuatu yang dapat mereka saksikan. Untuk memperolehnya
kita harus berusaha memahami apa yang telah kita baca dengan menelaah secara
mendalam barulah pesan yang tersembunyi bisa kita dapatkan dan kita ketahui.
a. Perumpamaan tentang kaum munafik. Orang
munafik yang mengucapkan keimanan agar dianggap beriman oleh manusia laksana
orang yang menyalakan api dan berjalan dalam naungan cahaya selama apinya
menyala. Bila meninggalkan keimanan, ia pun berada dalam kegelapan seperti
orang yang apinya padam. Akhirnya, ia tidak mendapat petunjuk dan tidak dapat
melihat. “Allah lenyapkan cahaya yang
menyinari mereka” maknanya Allah melenyapkan keimanan yang telah mereka
nyatakan dan “membiarkan mereka dalam
kegelapan tidak dapat melihat” bermakna: Allah meninggalkan mereka dalam
kesesatan, sehingga mereka tidak bisa melihat petunjuk. Sebagaimana dikemukakan
dalam surat Al Baqarah (2) ayat 14-15-16-17-18 berikut ini: “Dan apabila mereka berjumpa dengan orang
yang beriman, mereka berkata, “Kami telah beriman.” Tetapi apabila mereka
kembali kepada setan setan (pemimpin mereka), mereka berkata, “Sesungguhnya
kami bersama kamu, kami hanya berolok olok.” Allah akan mengolok olokkan mereka
dan membiarkan mereka terombang ambing dalam kesesatan. Mereka itulah yang
membeli kesesatan dengan petunjuk. Maka perdagangan mereka itu tidak beruntung
dan mereka tidak mendapat petunjuk. Perumpamaan mereka seperti orang orang yang
menyalakan api, setelah menerangi sekelilingnya. Allah melenyapkan cahaya (yang
menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.
Mereka tuli, bisu dan buta, sehingga mereka tidak dapat kembali.”
Perumpamaan
di atas ini, Allah SWT berikan untuk orang munafik yang secara lahiriah mengaku
beriman. Dengan pengakuannya itu, ia bisa menikah dan mendapat warisan. Darah
dan hartanya pun terlindungi. Namun ketika kematian datang dan hatinya tetap
ingkar, maka hak haknya tercabut. Ia pun dibiarkan dalam penderitaan dan
kegelapan. Ia terombang ambing dalam kebingungan sebagaimana sikapnya terhadap
Allah SWT di dunia. Dilain sisi, “Api itu
menerangi sekelilingnya” adalah ketika mereka mendatangi kaum mukmin serta
petunjuk dan “Allah lenyapkan cahaya yang
menerangi mereka” saat mereka mendatangi kaum musyrik. Hati orang munafik
itu miring. Tidak ada yang bisa menetap padanya. Setiap kali cahaya kebenaran
bersinar, ia keluar lagi dari sisi yang lain. Hatinya seperti lubang tikus, ia
masuk dari satu pintu dan keluar dari pintu yang lain.
Diatas
ini kami telah mengemukakan salah satu contoh tentang ayat Kauliyah yang
mengemukakan tentang perumpamaan tentang orang munafik, lalu mungkinkah kita
bisa memahami apa yang tertuang di dalam surat Al Baqarah (2) ayat
14,15,16,17,18 di atas melalui tulisannya semata? Ayo segera pelajari AlQuran
yang sesuai dengan kehendak Allah SWT mulai saat ini juga dan jangan sampai di
sisa usia yang kita miliki kita tetap mempertahankan pendapat bahwa cukup
membaca AlQuran dengan tajwid dan tartil yang baik tetapi tidak tahu isi yang
kita baca tersebut.
b. Keledai Si Pembawa Kitab. Allah
SWT menyerupakan bangsa Yahudi dengan keledai, karena mereka tidak mempelajari
dan mengetahui isi Taurat tetapi tidak mengamalkannya. Dengan begitu, mereka
sebenarnya hanya melelahkan diri sendiri tanpa mendapat manfaat. Sebagaimana
firman-Nya berikut ini: “Perumpamaan orang orang yang diberi tugas
disuruh membawa Taurat, kemudian mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya)
adalah seperti keledai yang membawa kitab kitab tebal. Sangat buruk perumpamaan
kaum yang mendustakan ayat ayat Allah. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang orang yang zhalim (surat Al Jumu’ah (62) ayat 5).” Di lain sisi, Allah SWT juga telah memberikan
perumpamaan lain kepada keledai sebagaimana firmanNya berikut ini: “Dan
sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk
buruk suara adalah suara keledai. (surat Luqman (31) ayat 19)
c. Budak yang Mengabdi kepada Banyak Tuan. Seorang
yang beriman (bertauhid) menyerahkan diri semata mata kepada Allah SWT,
sedangkan orang musyrik menyerahkan diri kepada banyak tuhan. Bagaimanakan
kondisinya di dunia selama ia melakukan ibadah yang sia sia kepada mereka? Bagaimanakah
kondisinya di akhirat? Ia dan para tuhannya berada di dalam neraka. Sebagaimana
firman-Nya berikut ini: “Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang
laki laki (hamba sahaya) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang
dalam perselisihan, dan seorang hamba sahaya yang menjadi milik penuh dari
seorang (saja). Adalah kedua hamba sahaya itu sama keadaannya? Segala puji bagi
Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (surat Az Zumar (39) ayat
29).
d. Sarang laba laba. Allah
SWT membuat perumpamaan lain untuk orang kafir sebagaimana firmanNya berikut
ini: “Perumpamaan
orang orang yang mengambil pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang
membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba,
sekiranya mereka mengetahui. (surat Al Ankabut (29) ayat 41).” Mereka
menyembah para pelindung yang tidak bisa memberikan manfaat kepada mereka di
akhirat sebagaimana rumah laba laba tidak bisa melindungi laba laba dari panas
dan dingin. Demikianlah ketidakmampuan berhala. Pantaslah Allah SWT berfirman,
“rumah yang paling lemah adalah rumah
laba laba.” Begitulah kondisi semua sesembahan selainNya. Jadi orang yang
kafir terlepas dari hijab Allah. Ia keluar menuju Allah dalam keadaan telanjang
tanpa busana. Semua aib dan keburukannya tersingkap di hadapan seluruh mata.
Itulah
4 (empat) buah perumpamaan yang dapat kami kemukakan dari ayat ayat Kauliyah
dimana kesemuanya adalah contoh nyata dari sesuatu yang tak terjangkau oleh
penglihatan dan pendengaran. Semua itu diperuntukkan bagi jiwa agar ia dapat
mengetahui kenyataan yang sesungguhnya yang diberitakan dalam AlQuran.
2. Adanya Ayat-Ayat Yang Menginspirasi dan
Memotivasi Hidup. Berikut ini akan kami kemukakan beberapa
contoh ayat Kauliyah yang di dalamnya memuat tentang inspirasi dan motivasi
hidup agar kita menjadi lebih baik dari waktu ke waktu, yakni:
a. Jangan Berhenti Belajar. Allah
SWT berfirman: “Hai orang orang beriman, apabila dikatakan kepadamu, “Berlapang
lapanglah dalam majelis,’ maka lapangkanglah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu, “maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang orang yang beriman di antaramu dan orang
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan. (surat Al Mujadalah (58) ayat 11). Ayat
ini memberi pesan kepada diri kita untuk
jangan pernah berhenti belajar, lalu pernahkah kita membayangkannya. Coba kita
bayangkan kalimat motivasi yang dikemukakan oleh Allah SWT di atas ini, “berlapang lapanglah dalam majelis maka
lapangkanlah” dan “berdirilah kamu
maka berdirilah”.
Dua
buah kalimat ini bermakna bahwa ilmu baru bisa diraih dengan semangat tinggi
dan usaha keras disertai sifat sabar atas berbagai cobaan yang menimpa. Jika
tidak sabar atas cobaan menuntut ilmu, maka terima saja keadaan yang penuh
dengan kebodohan. Kesembuhan diperoleh dari obat yang pahit, begitu pula
kenikmatan ilmu pengetahuan yang diperoleh sehingga meningkat beberapa derajat
dengan perjuangan yang pahit, dalam hal berlapang lapang dalam majelis dan
berdiri di dalam majelis. Setiap usaha belajar perlu dilandasi dengan niat yang
mulia untuk meningkatkan ketaqwaan dan keimanan. Hal ini sejalan dengan maksud
dan tujuan awal diciptakannya manusia, yaitu agar manusia menyembah Allah SWT.
Jadi dengan karunia intelektualitas tidak membuat manusia lupa akan Tuhan yang
telah memberi kenikmatan tersebut. Sebagaimana Qarun yang ingkar kepada
Tuhannya.
b. Jangan Malu Untuk Bertanya. Orang yang hebat adalah
orang yang mau bertanya. Pepatah mengatakan: ‘Malu bertanya sesat di jalan,
malu berkayuh perahu hanyut.” Bertanya adalah salah satu usaha untuk menjadi
orang yang sukses karena setiap perjuangan untuk menuju kesuksesan membutuhkan
petunjuk. Di tengah jalan sering kali orang yang ingin sukses mendapatkan
rintangan dan beragam problem. Dengan bertanya ia berusaha untuk menyelesaikan
problem problem yang dimilikinya. Sebagaimana firmanNya berikut ini: “Dan kami tidak mengutus sebelum engkau
(Muhammad), melainkan orang laki laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka
bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak
mengetahui. (surat An Nahl (16) ayat 43).
Ada
tiga alasan kenapa orang ingin bertanya, alasannya semua bernilai positif dan
lagi baik, yaitu:
Pertama,
adalah bertanya karena memang tidak tahu untuk mencari tahu.Hal ini dilakukan
oleh orang yang memiliki rasa ingin tahu supaya mengerti.
Kedua,
adalah penyamaan persepsi atau klarifikasi. Hal ini lebih kepada upaya untuk
mengklarifikasi pemahaman agar sama sama mengerti dan tidak ada salah paham.
Ketiga,
adalah bertanya untuk menguji. Dan sebagai pendidik perlu memberi pertanyaan ke
peserta didiknya agar mereka berpikir untuk menemukan jawaban.
Dengan
pertanyaan menguji maka seorang pendidik juga akan mengetahui kompetensi yang
dimiliki oleh peserta didik. Walaupun
bertanya adalah mulia, tetapi jika bertanya dengan maksud dan tujuan yang
negatif tidak akan mendatangkan manfaat. Sebaliknya bertanya dengan maksud
negatif malah akan mendatangkan bencana, ketidaknyamanan, pertengkaran dan lain
sebagainya. Untuk itu berhati hatilah jika kita hendak bertanya kepada siapapun
juga.
c. Kontinuitas. Kontinuitas
merupakan strategi yang sangat penting untuk kita laksanakan. Adanya
kontinuitas perbuatan maka kebaikan untuk diri akan akan mengikuti pola
kontinuitas yang kita lakukan. Sebagaimana firmanNya berikut ini: “Sesungguhnya
orang orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka tetap
istiqamah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada pula
berduka cita. (surat Al Ahqaf (46) ayat 13). Hal ini sebagaimana ajaran Nabi Muhammad SAW
tentang sifat amal ibadah yang disukai Allah SWT. Sayyidah Aisyah ra,
meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW ditanya: “Amal apakah yang paling baik dimata
Allah? Nabi pun menjawab: “Amal yang kontinu (terus menerus) walaupun sedikit”
(Hadits Riwayat Bukhari)
d. Jangan
Mengadukan Musibah kepada selain Allah. Jangan mengadukan musibah
kepada selain Allah, karena Allah yang menurunkannya. Bagaimana mungkin selain
Allah dapat mengangkat musibah yang telah ditetapkan-Nya? Bagaimana mungkin
orang yang tidak bisa mengangkat musibah dari dirinya sendiri bisa mengangkat
musibah dari orang lain? Setiap masalah ada solusi spiritualnya. “Barangsiapa
bertaqwa pada Allah niscaya Dia akan menyediakan jalan keluar untuknya. Dan
memberi rezeki dari jalan yang tidak terduga”.(surat Ath Thalaq (65) ayat 2, 3). Untuk itu jangan
takut menghadapi cobaan, ujian, musibah karena Allah SWT telah memberikan
jaminan-Nya sepanjang kita mampu bertaqwa kepada Allah.
e. Bersikap Santun dan Lemah Lembut. Suatu
hari, ada seorang laki laki datang menemui Khalifah Al Makmun. Di hadapan sang
Khalifah, ia menyampaikan amar ma’ruf dan nahi munkar. Akan tetapi, orang tadi
menyampaikannya dengan kata kata yang kasar. Ia tidak memperhatikan etika dalam
menyampaikan sebuah nasehat. Lalu, Al Makmun mengatakan kepada orang yang
menasehati tadi, “Bersikap lemah lembutlah Anda! Allah telah mengutus orang yang
lebih baik dari Anda kepada orang yang lebih jahat dari saya. Allah menyuruh
orang tersebut untuk tetap bersikap dan berkata lembah lembut. Dia telah
mengutus Musa dan Harun (dan mereka berdua lebih baik dari Anda) kepada Firaun
(dan ia lebih jahat dari saya). Dia berpesan kepadanya keduanya, sebagaimana
terabadikan dalam firman-Nya: “Pergilah kamu berdua kepada Firaun,
sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya
dengan kata kata yang lemah lembut, mudah mudahan ia ingat atau takut.”
(surat
Thahaa (20) ayat 42, 43)
f. Sering
Seringlah Melihat dan Memperhatikan. Allah membolehkan dirimu
melihat apa yang terdapat di alam, namun tidak mengizinkan dirimu berhenti
padanya. Karena itu, Dia berkata, “Katakanlah, perhatikanlah apa yan ada di langit dan bumi!” (surat Yunus
(10) ayat 101) bukan berkata, “Perhatikan langit!” Agar perhatianmu
tidak tertuju ke benda langit. Akhirnya kita mampu melihat dan mencerna bahwa
Allah SWT adalah pencipta dan juga apa yang diciptakan-Nya adalah tanda tanda
dari keberadaan dan kemahaan-Nya dan juga Allah SWT tidak bisa dipisahkan
dengan ciptaan dan tanda tandaNya sampai kapanpun juga.
g. Jangan Pernah Berhenti Berusaha dan
Berdoa. Suatu hari Umar bin Khathab pernah melihat sekumpulan
orang duduk santai di sudut masjid setelah selesai shalat Jumat. “Siapa
kalian?” tanya Umar. “Kami adalah orang orang yang bertawakkal kepada Allah,”
jawab mereka. Mendengar jawaban itu, lalu Umar menghalau mereka dengan
cemetinya, seraya berkata: “Janganlah salah seorang di antara kalian berhenti
dari mencari rezeki dan hanya berdoa, ‘Ya Allah, berilah aku rezeki’, padahal
kalian semua tahu bahwa langit belum pernah menghujamkan emas dan perak. Bukankah
Allah telah berfirman: “Apabila telah ditunaikan shalat, maka
bertebaranlah kalian di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyak banyak supaya kalian beruntung.” (surat Al Jumuah (62) ayat
10)
h. Istighfar sebagai sebuah Solusi. Suatu
hari, tiga orang laki laki datang menemui Imam Asy Syafi’i. Yang petama, minta
solusi karena dirinya dililit hutang. Yang kedua, minta solusi karena istrinya
mandul. Yang ketiga, mengadu bahwa dirinya bergelimang dosa. Ternyata, solusi
untuk ketiga orang itu, Imam Syafi’i hanya memberikan sebuah jawaban,
“Beristighfarlah kepada Allah!” “Wahai Imam, apakah Anda tidak punya solusi
selain dari Isthigfar,” kata ketiga orang laki laki tersebut. Imam Syafi’i
menjawab, “Apa yang saya katakan itu bukan pendapat saya. Akan tetapi solusi
itu terdapat dalam firman Allah: “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya
Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan
lebat, dan membanyakkan harta dan anak anakmu, dan mengadakan untukmu kebun kebun
dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai sungai.” (surat Nuh
(71) ayat 10, 11,12)
Dan masih banyak lagi ayat-ayat Kauliyah yang terdapat di dalam AlQuran seperti adanya peristiwa masa lalu dan juga peristiwa yang akan datang, adanya perintah dan larangan, adanya ancaman dan janji dan lain sebagainya. Ayo kita ungkap dan kita rasakan rasa diajarkan oleh Allah SWT melalui upaya mempelajari ayat-ayat Kauliyah yang sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar