Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Selasa, 09 April 2024

JANGAN JADIKAN AYAT-AYAT KAULIYAH DAN AYAT-AYAT KAUNIYAH BERJALAN SENDIRI-SENDIRI (PART 1 of 4)

 

Sebagaimana telah kita ketahui bersama ayat-ayat yang terdapat di dalam AlQuran dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu adanya ayat-ayat kauliyah (ayat ayat quraniyah) dan adanya ayat-ayat kauniyah (ayat ayat alam semesta). Dan sekarang mari kita bahas apa yang disebut dengan ayat-ayat kauliyah dan juga ayat-ayat kauniyah sebagaimana berikut ini: 

 

A.     AYAT AYAT KAULIYAH (AYAT AYAT QURANIYAH)

 

Ayat-Ayat Kauliyah (Ayat-Ayat Quraniyah) adalah kalam Allah (wahyu Allah) yang diturunkan secara formal kepad Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril as,. Ayat-ayat kauliyah ini menyentuh berbagai aspek kehidupan sehingga kita mampu tahu diri, tahu aturan main dan tahu tujuan akhir sehingga mampu menghantarkan diri kita menjadi hamba yang sekaligus khalifah yang dibanggakan oleh Allah SWT yang pada akhirnya kita mampu pulang kampung ke kampung kebahagiaan yang bernama syurga.

 

Ayat ayat Kauliyah terdiri dari ayat ayat yang menunjukkan perintah, ayat ayat yang menunjukkan larangan, ayat ayat yang menunjukkan ancaman, ayat ayat yang menunjukkan janji, ayat yang menunjukkan tentang ketentuan halal dan haram, ayat ayat yang menunjukkan tentang nasikhmansukh, ayat ayat yang menunjukkan perumpamaan perumpamaan, ayat ayat yang menunjukkan proses kejadian dan peristiwa masa lalu dan juga masa akan datang serta ayat ayat yang menunjukkan dzikir, doa, tasbih dan tahmid serta istighfar. Dan yang pasti adalah jumlah ayat-ayat kauliyah lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan jumlah ayat-ayat kauniyah.

 

Ayat-ayat Kauliyah pada prinsipnya memang sangat berbeda isinya dengan isi ayat-ayat Kauniyah, namun untuk memahami apa yang terkandung di dalam ayat- ayat Kauliyah tetap tidak bisa kita peroleh hanya melalui cara membaca dan menghapal semata serta juga tidak bisa dipisahkan begitu saja dengan ayat-ayat Kauniyah. Untuk bisa mempelajari ayat-ayat Kauliyah dengan baik dan benar kita harus mempergunakan pola berpikir ilmiah sebagaimana saat diri kita mempelajari ayat-ayat Kauniyah sehingga tidak hanya berpatokan kepada unsur tajwid semata.

 

Sebagai contoh, berikut ini akan kami kemukakan sebuah ayat Kauliyah, sebagaimana firman-Nya berikut ini: ”Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sinai, dan demi kota (Mekkah) ini yang aman; sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka). (surat At Tin (95) ayat 1,2,3,4,5).” Makna yang hakiki yang terkandung dari ayat di atas ini, tetap akan terkubur di dalam AlQuran jika kita hanya mampu membaca apa yang tertulis (tersurat) dengan berpedoman kepada aturan tajwid semata.

 

Namun kita harus bisa mengkombinasikan aturan tajwid dengan pola berpikir ilmiah yang di dukung oleh pendekatan ilmu dan teknologi maka apa yang dikemukan dalam contoh di atas mulai bisa kita ketahui dan pahami. Sekarang bisakah kita menelaah maksud dari kata demi buah tin, buah zaitun, bukit Sinai dan kota Makkah yang aman dengan penciptaan manusia dalam bentuk yang sebaik baiknya lalu dikembalikan ke tempat yang serendah rendahnya, jika kita hanya membaca saja? Akan tetapi jika kita mampu mempergunakan pola berpikir secara ilmiah, kita akan memperoleh jawaban dari apa yang sesungguhnya Allah SWT maksudkan dari ayat dimaksud.

 

Allah SWT telah mengingatkan kepada diri kita bahwa demi buah tin dan buah zaitun (maksudnya tempat tinggal dari Nabi Nuh as, yang tumbuh subur buah tin dan zaitun) dan demi bukit Sinai (maksudnya tempat Nabi Musa as, menerima wahyu) dan demi kota Makkah (maksudnya tempat Nabi Muhamamd SAW dilahirkan) ketahuilah bahwa asal muasal manusia adalah telah diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya baik dari sisi ruh dan juga dari sisi jasmani. Namun hal ini bukanlah jaminan yang akan berlaku tetap karena semuanya bisa dikembalikan ke tempat yang serendah-rendahnya, masuk neraka. Inilah salah satu bentuk peringatan dari Allah SWT agar diri kita berhati hati dalam mengarungi kehidupan ini.

 

Selanjutnya Allah SWT berfirman: “Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah shalat untuk mengingat Aku. (surat Thaahaa (20) ayat 14).” Ayat ini jika dipelajari berdasarkan ketentuan ilmu tajwid yang berlaku akan di dapatkan informasi bacaan AlQuran yang begitu indah dan terjemah sebagaimana di atas ini. Namun apabila kita mempergunakan pola berpikir ilmiah yang dipadu dengan unsur tajwid hasilnya menjadi:

 

1.  Ayat ini menunjukkan bahwa Allah SWT sendirilah yang memperkenal dirinya sendiri adalah Allah SWT sehingga yang menamakan dirinya Allah adalah Allah SWT itu sendiri, bukan yang lainnya, atau bukan pula Nabi Muhammad SAW. Dan adanya ayat ini maka kita tahu tentang Allah;

2.   Allah SWT juga menyatakan bahwa Ia adalah Tuhan sehingga tidak ada tuhan selain Dia yang berarti Tuhan yang ada di alam semesta ini hanya satu, yaitu Allah;

3. Kita diperintahkan untuk menyembah Allah SWT semata dan shalat merupakan media dan sarana bagi diri kita untuk mengingat Allah SWT sehingga diri kita akan selalu bersama-Nya.

 

Lalu apakah surat Thaaha (20) ayat 14 di atas hanya sebatas ini yang bisa diungkap melalui pendekatan ilmiah? Kami yakin masih banyak rahasia yang belum terungkap. Keterbatasan dari kami lah yang tidak mampu mengungkapkan rahasia di balik ayat di atas.

 

Selain dua contoh ayat-ayat Kauliyah seperti yang telah kami kemukakan di atas, Allah SWT juga masih memiliki ayat-ayat Kauliyah yang berisi tentang perumpamaan perumpamaan. Allah SWT seringkali memberikan perumpamaan agar AlQuran lebih mudah dimengerti dan juga memberikan kesan yang sangat mendalam kepada diri manusia.Namun demikian, apa yang dimaksudkan di dalam perumpamaan itu tidak akan pernah terkuak, atau dapat kita ketahui melalui metode membaca semata. Selanjutnya kami akan mengemukakan dua buah contoh dari ayat-ayat Kauliyah yang di dalamnya mengungkapkan adanya perumpamaan dan adanya ayat-ayat yang menginspirasi (memotivasi) diri sebagaimana kami kemukakan di bawah ini:

 

1.  Adanya Perumpamaan-Perumpamaan. Allah SWT memberikan berbagai macam bentuk perumpamaan kepada jiwa manusia agar mereka mengetahui apa yang tidak terjangkau oleh pendengaran dan penglihatan lahiriah mereka melalui sesuatu yang dapat mereka saksikan. Untuk memperolehnya kita harus berusaha memahami apa yang telah kita baca dengan menelaah secara mendalam barulah pesan yang tersembunyi bisa kita dapatkan dan kita ketahui.

 

a. Perumpamaan tentang kaum munafik. Orang munafik yang mengucapkan keimanan agar dianggap beriman oleh manusia laksana orang yang menyalakan api dan berjalan dalam naungan cahaya selama apinya menyala. Bila meninggalkan keimanan, ia pun berada dalam kegelapan seperti orang yang apinya padam. Akhirnya, ia tidak mendapat petunjuk dan tidak dapat melihat. “Allah lenyapkan cahaya yang menyinari mereka” maknanya Allah melenyapkan keimanan yang telah mereka nyatakan dan “membiarkan mereka dalam kegelapan tidak dapat melihat” bermakna: Allah meninggalkan mereka dalam kesesatan, sehingga mereka tidak bisa melihat petunjuk. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 14-15-16-17-18 berikut ini:  “Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, “Kami telah beriman.” Tetapi apabila mereka kembali kepada setan setan (pemimpin mereka), mereka berkata, “Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok olok.” Allah akan mengolok olokkan mereka dan membiarkan mereka terombang ambing dalam kesesatan. Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk. Maka perdagangan mereka itu tidak beruntung dan mereka tidak mendapat petunjuk. Perumpamaan mereka seperti orang orang yang menyalakan api, setelah menerangi sekelilingnya. Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, sehingga mereka tidak dapat kembali.”  

 

Perumpamaan di atas ini, Allah SWT berikan untuk orang munafik yang secara lahiriah mengaku beriman. Dengan pengakuannya itu, ia bisa menikah dan mendapat warisan. Darah dan hartanya pun terlindungi. Namun ketika kematian datang dan hatinya tetap ingkar, maka hak haknya tercabut. Ia pun dibiarkan dalam penderitaan dan kegelapan. Ia terombang ambing dalam kebingungan sebagaimana sikapnya terhadap Allah SWT di dunia. Dilain sisi, “Api itu menerangi sekelilingnya” adalah ketika mereka mendatangi kaum mukmin serta petunjuk dan “Allah lenyapkan cahaya yang menerangi mereka” saat mereka mendatangi kaum musyrik. Hati orang munafik itu miring. Tidak ada yang bisa menetap padanya. Setiap kali cahaya kebenaran bersinar, ia keluar lagi dari sisi yang lain. Hatinya seperti lubang tikus, ia masuk dari satu pintu dan keluar dari pintu yang lain.

 

Diatas ini kami telah mengemukakan salah satu contoh tentang ayat Kauliyah yang mengemukakan tentang perumpamaan tentang orang munafik, lalu mungkinkah kita bisa memahami apa yang tertuang di dalam surat Al Baqarah (2) ayat 14,15,16,17,18 di atas melalui tulisannya semata? Ayo segera pelajari AlQuran yang sesuai dengan kehendak Allah SWT mulai saat ini juga dan jangan sampai di sisa usia yang kita miliki kita tetap mempertahankan pendapat bahwa cukup membaca AlQuran dengan tajwid dan tartil yang baik tetapi tidak tahu isi yang kita baca tersebut.

 

b.  Keledai Si Pembawa Kitab. Allah SWT menyerupakan bangsa Yahudi dengan keledai, karena mereka tidak mempelajari dan mengetahui isi Taurat tetapi tidak mengamalkannya. Dengan begitu, mereka sebenarnya hanya melelahkan diri sendiri tanpa mendapat manfaat. Sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Perumpamaan orang orang yang diberi tugas disuruh membawa Taurat, kemudian mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya) adalah seperti keledai yang membawa kitab kitab tebal. Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat ayat Allah. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang orang yang zhalim (surat Al Jumu’ah (62) ayat 5).”  Di lain sisi, Allah SWT juga telah memberikan perumpamaan lain kepada keledai sebagaimana firmanNya berikut ini: “Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk buruk suara adalah suara keledai. (surat Luqman (31) ayat 19)

 

c.  Budak yang Mengabdi kepada Banyak Tuan. Seorang yang beriman (bertauhid) menyerahkan diri semata mata kepada Allah SWT, sedangkan orang musyrik menyerahkan diri kepada banyak tuhan. Bagaimanakan kondisinya di dunia selama ia melakukan ibadah yang sia sia kepada mereka? Bagaimanakah kondisinya di akhirat? Ia dan para tuhannya berada di dalam neraka. Sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki laki (hamba sahaya) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan, dan seorang hamba sahaya yang menjadi milik penuh dari seorang (saja). Adalah kedua hamba sahaya itu sama keadaannya? Segala puji bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (surat Az Zumar (39) ayat 29).

 

d.   Sarang laba laba. Allah SWT membuat perumpamaan lain untuk orang kafir sebagaimana firmanNya berikut ini: “Perumpamaan orang orang yang mengambil pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba, sekiranya mereka mengetahui. (surat Al Ankabut (29) ayat 41).” Mereka menyembah para pelindung yang tidak bisa memberikan manfaat kepada mereka di akhirat sebagaimana rumah laba laba tidak bisa melindungi laba laba dari panas dan dingin. Demikianlah ketidakmampuan berhala. Pantaslah Allah SWT berfirman, “rumah yang paling lemah adalah rumah laba laba.” Begitulah kondisi semua sesembahan selainNya. Jadi orang yang kafir terlepas dari hijab Allah. Ia keluar menuju Allah dalam keadaan telanjang tanpa busana. Semua aib dan keburukannya tersingkap di hadapan seluruh mata.

 

Itulah 4 (empat) buah perumpamaan yang dapat kami kemukakan dari ayat ayat Kauliyah dimana kesemuanya adalah contoh nyata dari sesuatu yang tak terjangkau oleh penglihatan dan pendengaran. Semua itu diperuntukkan bagi jiwa agar ia dapat mengetahui kenyataan yang sesungguhnya yang diberitakan dalam AlQuran.

 

2.    Adanya Ayat-Ayat Yang Menginspirasi dan Memotivasi Hidup. Berikut ini akan kami kemukakan beberapa contoh ayat Kauliyah yang di dalamnya memuat tentang inspirasi dan motivasi hidup agar kita menjadi lebih baik dari waktu ke waktu, yakni:

 

a.   Jangan Berhenti Belajar. Allah SWT berfirman: “Hai orang orang beriman, apabila dikatakan kepadamu, “Berlapang lapanglah dalam majelis,’ maka lapangkanglah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu, “maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (surat Al Mujadalah (58) ayat 11). Ayat ini  memberi pesan kepada diri kita untuk jangan pernah berhenti belajar, lalu pernahkah kita membayangkannya. Coba kita bayangkan kalimat motivasi yang dikemukakan oleh Allah SWT di atas ini, “berlapang lapanglah dalam majelis maka lapangkanlah” dan “berdirilah kamu maka berdirilah”.

 

Dua buah kalimat ini bermakna bahwa ilmu baru bisa diraih dengan semangat tinggi dan usaha keras disertai sifat sabar atas berbagai cobaan yang menimpa. Jika tidak sabar atas cobaan menuntut ilmu, maka terima saja keadaan yang penuh dengan kebodohan. Kesembuhan diperoleh dari obat yang pahit, begitu pula kenikmatan ilmu pengetahuan yang diperoleh sehingga meningkat beberapa derajat dengan perjuangan yang pahit, dalam hal berlapang lapang dalam majelis dan berdiri di dalam majelis. Setiap usaha belajar perlu dilandasi dengan niat yang mulia untuk meningkatkan ketaqwaan dan keimanan. Hal ini sejalan dengan maksud dan tujuan awal diciptakannya manusia, yaitu agar manusia menyembah Allah SWT. Jadi dengan karunia intelektualitas tidak membuat manusia lupa akan Tuhan yang telah memberi kenikmatan tersebut. Sebagaimana Qarun yang ingkar kepada Tuhannya.

 

b.     Jangan Malu Untuk Bertanya. Orang yang hebat adalah orang yang mau bertanya. Pepatah mengatakan: ‘Malu bertanya sesat di jalan, malu berkayuh perahu hanyut.” Bertanya adalah salah satu usaha untuk menjadi orang yang sukses karena setiap perjuangan untuk menuju kesuksesan membutuhkan petunjuk. Di tengah jalan sering kali orang yang ingin sukses mendapatkan rintangan dan beragam problem. Dengan bertanya ia berusaha untuk menyelesaikan problem problem yang dimilikinya. Sebagaimana firmanNya berikut ini:  “Dan kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang laki laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui. (surat An Nahl (16) ayat 43).

 

Ada tiga alasan kenapa orang ingin bertanya, alasannya semua bernilai positif dan lagi baik, yaitu:

 

Pertama, adalah bertanya karena memang tidak tahu untuk mencari tahu.Hal ini dilakukan oleh orang yang memiliki rasa ingin tahu supaya mengerti.

 

Kedua, adalah penyamaan persepsi atau klarifikasi. Hal ini lebih kepada upaya untuk mengklarifikasi pemahaman agar sama sama mengerti dan tidak ada salah paham.

 

Ketiga, adalah bertanya untuk menguji. Dan sebagai pendidik perlu memberi pertanyaan ke peserta didiknya agar mereka berpikir untuk menemukan jawaban.

 

Dengan pertanyaan menguji maka seorang pendidik juga akan mengetahui kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik. Walaupun bertanya adalah mulia, tetapi jika bertanya dengan maksud dan tujuan yang negatif tidak akan mendatangkan manfaat. Sebaliknya bertanya dengan maksud negatif malah akan mendatangkan bencana, ketidaknyamanan, pertengkaran dan lain sebagainya. Untuk itu berhati hatilah jika kita hendak bertanya kepada siapapun juga.

 

c.   Kontinuitas. Kontinuitas merupakan strategi yang sangat penting untuk kita laksanakan. Adanya kontinuitas perbuatan maka kebaikan untuk diri akan akan mengikuti pola kontinuitas yang kita lakukan. Sebagaimana firmanNya berikut ini: “Sesungguhnya orang orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka tetap istiqamah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada pula berduka cita. (surat Al Ahqaf (46) ayat 13).  Hal ini sebagaimana ajaran Nabi Muhammad SAW tentang sifat amal ibadah yang disukai Allah SWT. Sayyidah Aisyah ra, meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW ditanya: “Amal apakah yang paling baik dimata Allah? Nabi pun menjawab: “Amal yang kontinu (terus menerus) walaupun sedikit” (Hadits Riwayat Bukhari)

 

d.     Jangan Mengadukan Musibah kepada selain Allah. Jangan mengadukan musibah kepada selain Allah, karena Allah yang menurunkannya. Bagaimana mungkin selain Allah dapat mengangkat musibah yang telah ditetapkan-Nya? Bagaimana mungkin orang yang tidak bisa mengangkat musibah dari dirinya sendiri bisa mengangkat musibah dari orang lain? Setiap masalah ada solusi spiritualnya. “Barangsiapa bertaqwa pada Allah niscaya Dia akan menyediakan jalan keluar untuknya. Dan memberi rezeki dari jalan yang tidak terduga”.(surat Ath  Thalaq (65) ayat 2, 3). Untuk itu jangan takut menghadapi cobaan, ujian, musibah karena Allah SWT telah memberikan jaminan-Nya sepanjang kita mampu bertaqwa kepada Allah.

 

e.   Bersikap Santun dan Lemah Lembut. Suatu hari, ada seorang laki laki datang menemui Khalifah Al Makmun. Di hadapan sang Khalifah, ia menyampaikan amar ma’ruf dan nahi munkar. Akan tetapi, orang tadi menyampaikannya dengan kata kata yang kasar. Ia tidak memperhatikan etika dalam menyampaikan sebuah nasehat. Lalu, Al Makmun mengatakan kepada orang yang menasehati tadi, “Bersikap lemah lembutlah Anda! Allah telah mengutus orang yang lebih baik dari Anda kepada orang yang lebih jahat dari saya. Allah menyuruh orang tersebut untuk tetap bersikap dan berkata lembah lembut. Dia telah mengutus Musa dan Harun (dan mereka berdua lebih baik dari Anda) kepada Firaun (dan ia lebih jahat dari saya). Dia berpesan kepadanya keduanya, sebagaimana terabadikan dalam firman-Nya: “Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata kata yang lemah lembut, mudah mudahan ia ingat atau takut.” (surat Thahaa (20) ayat 42, 43)

 

f.  Sering Seringlah Melihat dan Memperhatikan. Allah membolehkan dirimu melihat apa yang terdapat di alam, namun tidak mengizinkan dirimu berhenti padanya. Karena itu, Dia berkata, “Katakanlah, perhatikanlah  apa yan ada di langit dan bumi!” (surat Yunus (10) ayat 101) bukan berkata, “Perhatikan langit!” Agar perhatianmu tidak tertuju ke benda langit. Akhirnya kita mampu melihat dan mencerna bahwa Allah SWT adalah pencipta dan juga apa yang diciptakan-Nya adalah tanda tanda dari keberadaan dan kemahaan-Nya dan juga Allah SWT tidak bisa dipisahkan dengan ciptaan dan tanda tandaNya sampai kapanpun juga.

 

g.  Jangan Pernah Berhenti Berusaha dan Berdoa. Suatu hari Umar bin Khathab pernah melihat sekumpulan orang duduk santai di sudut masjid setelah selesai shalat Jumat. “Siapa kalian?” tanya Umar. “Kami adalah orang orang yang bertawakkal kepada Allah,” jawab mereka. Mendengar jawaban itu, lalu Umar menghalau mereka dengan cemetinya, seraya berkata: “Janganlah salah seorang di antara kalian berhenti dari mencari rezeki dan hanya berdoa, ‘Ya Allah, berilah aku rezeki’, padahal kalian semua tahu bahwa langit belum pernah menghujamkan emas dan perak. Bukankah Allah telah berfirman: “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kalian di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak banyak supaya kalian beruntung.” (surat Al Jumuah (62) ayat 10) 

 

h.  Istighfar sebagai sebuah Solusi. Suatu hari, tiga orang laki laki datang menemui Imam Asy Syafi’i. Yang petama, minta solusi karena dirinya dililit hutang. Yang kedua, minta solusi karena istrinya mandul. Yang ketiga, mengadu bahwa dirinya bergelimang dosa. Ternyata, solusi untuk ketiga orang itu, Imam Syafi’i hanya memberikan sebuah jawaban, “Beristighfarlah kepada Allah!” “Wahai Imam, apakah Anda tidak punya solusi selain dari Isthigfar,” kata ketiga orang laki laki tersebut. Imam Syafi’i menjawab, “Apa yang saya katakan itu bukan pendapat saya. Akan tetapi solusi itu terdapat dalam firman Allah: “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak anakmu, dan mengadakan untukmu kebun kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai sungai.” (surat Nuh (71) ayat 10, 11,12)

 

Dan masih banyak lagi  ayat-ayat Kauliyah yang terdapat di dalam AlQuran seperti adanya peristiwa masa lalu dan juga peristiwa yang akan datang, adanya perintah dan larangan, adanya ancaman dan janji dan lain sebagainya. Ayo kita ungkap dan kita rasakan rasa diajarkan oleh Allah SWT melalui upaya mempelajari ayat-ayat Kauliyah yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar