Iman adalah keyakinan dalam hati, yang diikrarkan melalui lisan (ucapan) dan di amalkan dengan perbuatan dalam kehidupan
sehari-hari. Iman itu kadang-kadang bertambah kuat, kadang-kadang bisa
berkurang, bahkan kadang-kadang bisa rusak atau bahkan hilang. Ini berarti iman
itu bisa berubah-ubah, sebagaimana dikemukakan dalam hadits: “iman
itu ucapan dan amalan kadang-kadang bertambah, kadang-kadang berkurang” (Hadits
Riwayat Bukhari). Iman itu laksana tanaman, jika dipelihara dengan
baik, disiram, di pupuk maka akan tumbuh subur, tetapi bila tidak terpelihara
dengan baik tanaman itu akan kurus bahkan akan mati. Demikian pula dengan iman,
ia perlu dipeliharan, dijaga dan dirawatr dengan baik melalui berbagai kegiatan
keagamaan seperti: mengikuti pengajian, membaca AlQuran, berdzikir, berdoa,
selalu beribadah, menjalankan syariat agama maka iman seseorang akan tumbuh
subur dan kuat. Sebaliknya apabila kita tidak mau menjaga keimanan maka
iman yang sudah ada mudah terserang
penyakit yang akhirnya akan mati imanya.
Dan dalam rangka
diri kita mampu mempertahankan, atau mampu memiliki keimanan kepada Allah SWT
terus terjaga kualitasnya dari waktu ke waktu kualitasnya, atau dalam rangka
mempertahankan kondisi dan kualitas keimanan kepada Allah SWT yang sudah baik.
Berikut ini akan kami kemukakan perkara perkara yang dapat menghancurkan, yang
dapat mengurangi, dan yang menjadi pengacau iman kepada Allah SWT yang kiranya
harus kita jadikan rambu-rambu saat mempertahankan kualitas iman kepada Allah
SWT sebagaimana kami kemukakan berikut ini:
A. MUSYRIK DAN
SYIRIK.
Dalam kehidupan yang kita jalani saat ini, banyak orang yang mengira jika
kita telah melakukan dan melaksanakan Diinul Islam dengan melaksanakan Rukun
Islam secara baik dan benar, yang terdiri mengucapkan syahadat, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, puasa, pergi haji, sudah cukup baik dan sempurna kita
beragama Islam dan kemudian Allah SWT akan memberikan ridha-Nya kepada kita,
yang dilanjutkan kita akan menerima kebahagiaan di syurga dengan segala
keindahannya dan kita pun merasa aman dari siksa api neraka. Namun kita lupa, walaupun kita telah
melakukan dan melaksanakan rukun Islam, akan tetapi jika kita melakukan setitik
saja perbuatan musyrik dan syirik baik langsung ataupun tidak langsung, maka
apa yang telah kita lakukan akan menjadi batal, atau akan mempengaruhi
penilaian yang mengakibatkan penurunan kualitas dari keimanan dan keyakinan
kita kepada Allah SWT.
Untuk itu jangan pernah mencampur-adukkan Diinul Islam dengan kemusyrikan,
atau mencampur adukkan Diinul Islam dengan perbuatan syirik sebab tindakan ini
akan membatalkan Iman, Islam dan Ikhsan diri kita.
1. Apa itu Musyrik? Musyrik adalah orang
yang menyamakan Allah SWT dengan selain Allah dalam hal-hal yang berkaitan
dengan kekhususan Allah. Musyrik juga
diartikan sebagai orang yang memalingkan sesuatu kepada selain Allah. Orang
yang musyrik ialah mereka yang mempersekutukan Allah baik dalam bentuk i’tikad
(kepercayaan), ucapan, maupun dalam bentuk amal perbuatan. Adapun ciri-ciri
orang musyrik antara lain: (a) suka memalingkan bentuk ibadah kepada selain
Allah SWT; (b) Tujuan beribadahnya untuk selain Allah SWT; (c) Menaati selain
Allah SWT dalam hal kemaksiatan kepada Allah SWT; (d) Menyamakan dengan selain
Allah SWT dalam hal kecintaan. Dan adanya empat perbuatan yang kami kemukakan
di atas, telah menunjukkan kepada kita bahwa perbuatan musyrik adalah perbuatan
sangat berdosa (kedzaliman yang sangat besar), sebagaimana dikemukakan dalam
firmanNya berikut ini: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada
anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya: ’Wahai anakku! Janganlah
engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kedzaliman yang besar.” (surat Luqman (31) ayat 13)
Ingat, Allah tidak
akan mengampuni orang yang berbuat syirik kepada-Nya, sebagaimana dikemukakan
dalam firmanNya berikut ini: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni
(dosa) karena mempersekutukanNya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang
selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan
Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar. (surat An-Nisaa (4)
ayat 48).” Dan ketika orang yang
berbuat musyrik meninggal dunia dalam posisi masih dalam kemusyrikannya, maka
syurga pun diharamkan atas orang orang musyrik, sebagaimana firmanNya berikut
ini: “…..Sesungguhnya barangsiapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,
maka sungguh Allah mengharamkan syurga baginya, dan tempatnya ialah neraka. Dan
tidak ada seorang penolongpun bagi orang orang yang dzalim itu. (surat Al
Maaidah (5) ayat 72).” Adanya ketetapan Allah SWT yang seperti ini maka
neraka adalah satu satunya tempat kembali yang berlaku bagi orang orang yang
musyrik.
2. Apa Itu Syirik? Syirik adalah
menyekutukan Allah SWT dalam segala hal, baik dari sisi DzatNya, dari sisi
sifat SalbiyahNya, dari sisi sifat Ma’aniNya dan juga dari sisi asmaul husna
(nama nama Allah yang indah lagi baik).
Adapun tanda-tanda kesyirikan yang paling mencolok dan sesuai dengan
perkataan Alquran ialah: (a) berjalan bukan dijalan Allah SWT; (b) keagungan dan kehinaan diri digantungkan
kepada selain Allah SWT; (c) menjalankan
hukum yang diproduksi selain Allah SWT. Selain daripada itu, orang orang
yang syirik menjalankan serikat dengan selain-Nya; menyongkong kegiatan yang tidak diridhoi
Allah SWT; gentar (takut) terhadap
selain-Nya, serta berusaha demi selain Allah SWT. Adapun contoh nyata dari
perbuatan syirik dapat kami kemukakan sebagai berikut:
a. Menyembah sesuatu selain Allah, maksudnya menyembah
sesuatu selain Allah adalah termasuk syirik yang paling berat dan tinggi. Orang
syirik ini menyembah benda-benda, patung, batu, kayu, kubur bahkan manusia dan
lain-lainnya. Mereka percaya bahwa benda-benda (makhluk) tersebut adalah
tuhan-tuhan yang dapat mendatangkan kebaikan dan keburukan.
b. Mempersekutukan Allah, maksudnya mempercayai bahwa
makhluk selain Allah itu mempunyai sifat sifat seperti yang ada pada Allah.
c. Mempertuhankan manusia, maksudnya mempertuhankan manusia
atau menjadikan manusia sebagai tuhannya adalah termasuk syirik atau
mempersekutukan Allah. Misalnya, mentuhankan pemuka-pemuka agama, ulama,
pendeta, dan lain sebagainya. Dalam ajaran ilmu Tauhid, terlalu mengagungkan
atau mendewakan seseorang itu dinamakan Ghuluwwun. Artinya, keterlaluan dalam
mengagungkan dan meninggikan derajat makhluk sehingga ditempatkan pada
kedudukan yang bukan sepatutnya menempati kedudukan itu kecuali Allah.
Syirik kepada Allah
SWT merupakan kedzaliman yang sangat besar dan mungkin saja sama besarnya
dengan pembangkangan iblis kepada perintah Allah SWT untuk sujud kepada Nabi
Adam,as.. Hal ini karena seseorang yang berbuat syirik berarti telah menodai
hak prioritas Allah atas hamba-Nya, yaitu mentauhidkan Allah dengan tidak
menyekutukan-Nya. Perbuatan syirik akan merontokkan dan menyapu bersih seluruh
amal kebaikan yang pernah kita lakukan. Dalam ungkapan Alquran, segenap
perbuatan baik manusia akan menjadi sia-sia belaka. Dalam Islam, syirik adalah
dosa yang tak bisa diampuni kecuali dengan taubat dan meninggalkan kemusyrikan
sejauh-jauhnya.
Dan Allah SWT bersikap keras tanpa ampun kepada
siapapun juga yang melakukan perbuatan syirik dan musyrik, sekalipun orang
tersebut telah melakukan ibadah dan amal shaleh baik yang besar maupun yang
kecil, dikarenakan Allah SWT tersinggung, dikarenakan Allah SWT telah dihina, dikarenakan Allah SWT
telah dianggap tidak ada, dikarenakan Allah SWT telah dianggap tidak mampu oleh
orang tersebut padahal Allah SWT adalah Inisiator, Pencipta, Pemilik,
Pemelihara dari langit dan bumi beserta isinya.
Untuk itu berhati-hatilah
dengan perbuatan syirik dan musyrik, sebab perbuatan syirik dan musyrik yang
dilakukan oleh manusia tidak dinilai dari siapa diri kita, siapa orang tua
kita, apakah jabatan kita, apakah pekerjaan kita, apakah kedudukan kita. Akan tetapi berapapun ukuran dari perbuatan syirik dan musyrik yang kita
lakukan pasti akan dapat menjadi amunisi dan penghancur keimanan dan keyakinan
kita kepada Allah SWT, dapat menjadikan jiwa kita dikategorikan sebagai jiwa fujur
serta menjadikan diri kita memiliki tiket pulang kampung ke Neraka Jahannam.
Adanya kondisi ini berarti jika kita ingin terhindar dari perbuatan syirik dan
musyrik, maka kita harus memiliki Ilmu tentang Allah SWT, memiliki Ilmu tentang
syirik dan Musyrik, saat menjadi khalifah di muka bumi.
Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi, ketahuilah
bahwa syirik dan musyrik adalah sumber yang kotor, mula-mula ia muncul dalam hati
dengan memercikkan tetesan, dan lama kelamaan berubah menjadi air bah yang
mendobrak segala-galanya sehingga hati ruhani kita tidak ada tempat untuk iman kepada
Allah SWT. Syirik dan musyrik dapat pula diibaratkan sebagai virus yang
membahayakan kesehatan diri kita, virus akan terus berkembang sampai
menggerogoti diri kita dan pada akhirnya terkaparlah diri kita dengan
gelimangan dosa yang tidak terampuni. Dan jika ini yang terjadi maka syaitan
sang laknatullah beserta bala tentaranya sangat senang dan sangat bergembira
dengan keadaan ini, sebab mereka telah mendapatkan teman, konco, sahabat,
tetangga yang baik untuk mengarungi bahtera kehidupan di neraka Jahannam kelak.
Sekarang coba kita bayangkan pencipta dan pemilik
dari alam semesta ini memberikan penilaian yang sangat buruk dan sangat
menjijikkan dengan istilah “Najis” kepada ciptaannya sendiri, sebagaiman
dikemukakanNya dalam surat At Taubah (9) ayat 28 berikut ini, ““Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik
itu najis[634], Maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam[635] sesudah
tahun ini[636]. dan jika kamu khawatir menjadi miskin[637], Maka Allah nanti
akan memberimu kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia menghendaki.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
[634] Maksudnya: jiwa musyrikin itu dianggap kotor, karena menyekutukan Allah.[635] Maksudnya: tidak dibenarkan mengerjakan haji dan umrah. menurut Pendapat sebagian mufassirin yang lain, ialah kaum musyrikin itu tidak boleh masuk daerah Haram baik untuk keperluan haji dan umrah atau untuk keperluan yang lain.
[636] Maksudnya setelah tahun 9 Hijrah.
[637] Karena tidak membenarkan orang musyrikin mengerjakan haji dan umrah, karena pencaharian orang-orang Muslim boleh Jadi berkurang.
Sungguh jika ini terjadi kepada diri kita, hal ini
merupakan sebuah hadiah dan penghargaan yang sangat menakutkan serta mengerikan
kepada diri kita. Kondisi ini sangat bertentangan dengan Kehendak Allah SWT
sewaktu pertama kali menciptakan manusia. Timbul pertanyaan, atas dasar apakah
Allah SWT memberikan penilaian najis kepada orang Musyrik? Hal ini dikarenakan tindakan musyrik yang dilakukan oleh manusia adalah
tindakan untuk meniadakan Allah SWT selaku Tuhan bagi semesta alam, tindakan
meniadakan Allah SWT selaku Pencipta, tindakan meniadakan Allah SWT selaku
Pemilik, Penjaga, dan Pemelihara dengan menggantinya dengan benda bertuah,
azimah, dukun, paranormal, berlindung kepada selain Allah SWT, wasilah dan lain
sebagainya.
Selain daripada itu melalui tindakan musyrik berarti
kita telah menganggap Allah SWT sudah tidak ada karena sudah digantikan dengan
sesuatu melalui tindakan musyrik, dan kondisi inilah yang paling tidak disukai
Allah SWT dan jika Allah SWT sangat marah dan sangat tidak senang dengan orang
yang melakukan tindakan musyrik memang sudah sepatutnya apa yang dikemukakan
oleh Allah SWT dalam surat At Taubah (9) ayat 28 di atas berlaku.
Sebagai bahan perbandingan, lihatlah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, seorang yang menjadi mata-mata bagi bangsa lain di negaranya sendiri dikatakan sebagai pengkhianat bangsa. Negara memberikan predikat itu memang sudah seharusnya orang tersebut menerima hal itu. Selanjutnya jika predikat najis bagi pelaku musyrik ini sudah menjadi keputusan Allah SWT, apakah kita tidak mempercayai keputusan ini? Sebagai orang yang menumpang di langit dan di bumi Allah SWT maka kita wajib menerima dan mempercayai keputusan Allah SWT tentang predikat najis. Adanya kondisi ini terlihat dengan jelas bahwa Allah SWT sangat tegas membedakan antara orang yang beriman dengan orang yang musyrik.
Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya yang
sedang menjalankan tugas di muka bumi, jika predikat najis sudah berlaku sampai dengan hari kiamat
kepada orang-orang musyrik maka jadikan hal ini sebagai dorongan bagi kita
untuk jangan sampai diberikan predikat najis
pula kepada diri kita, terkecuali kita sendiri memang ingin memiliki dan
merasakan hasil akhir dari predikat najis yang diberikan oleh Allah SWT kepada
diri kita. Lalu apa yang harus kita lakukan jika saat diri kita melaksanakan
tugas sebagai khalifah di muka bumi, diri kita secara sengaja ataupun secara
tidak sengaja akibat tidak memiliki Ilmu tentang Allah SWT, melakukan perbuatan
syirik dan musyrik? Sepanjang ruh belum sampai di kerongkongan, hanya satu
jalan keluarnya yaitu “Taubatan Nasuha.”
Tanpa melalui proses “Taubatan
Nasuha” Allah SWT tidak akan pernah memaafkan perbuatan syirik dan musyrik
yang pernah kita lakukan walaupun kita telah melaksanakan ibadah haji dan umroh
ribuan kali, telah membangun masjid jutaan buah, menyantuni anak yatim milyaran
orang, ketentuan najis tetap berlaku. Adanya
kesempatan “Taubatan Nasuha” yang Allah
SWT berikan, berarti Allah SWT masih memberikan kesempatan ke dua bagi
makhluknya yang ingin kembali ke jalan yang lurus atau memberikan kesempatan
bagi makhluknya sesuai dengan Kehendak Allah SWT. Untuk itu manfaatkanlah waktu
yang masih tersisa atau manfaatkan sisa masa aktif diri kita di muka bumi ini,
agar waktu yang tersisa ini dapat mengembalikan diri kita sesuai dengan kehendak
Allah SWT sehingga dapat menghantarkan diri kita pulang kampung ke Kampung
Kebahagiaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar