H.
ALQURAN ADALAH SUMPAH (PERNYATAAN SIKAP)
ALLAH SWT.
Apa itu AlQuran? AlQuran adalah sumpah yang berisi
pernyataan sikap resmi Allah SWT kepada umat manusia atas kitab yang
diturunkan-Nya bahwa AlQuran adalah kitab yang mulia lagi terpelihara di Lauh
Mahfuzh, sebagaimana dikemukakan-Nya dalam surat Al Waqiah (56) ayat
75-76-77-78-79-80-81 berikut ini: “Lalu
Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang bintang. Dan sesungguhnya itu
benar benar sumpah yang besar sekiranya kamu mengetahui. Dan (ini) sesungguhnya
AlQuran yang sangat mulia dalam kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh). Tidak
ada yang menyentuhnya selain hamba hamba yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan
seluruh alam. Apakah kamu menganggap remeh berita ini (AlQuran)?”
Ayat ini mengemukakan betapa Allah SWT sangat
bertanggungjawab terhadap atas kitab AlQuran yang diturunkannya sebagaimana
pernyataanNya “Aku bersumpah dengan
tempat beredarnya bintang-bintang” yang mana bintang bintang ini merupakan
sebuah kiasan untuk menegaskan bahwa AlQuran seperti halnya bintang utara yang
menunjukkan jalan (pedoman) bagi para pengelana.
Hal ini terjadi karena pada masa lampau (saat belum
ada teknologi navigasi) orang orang Arab jika melakukan perjalanan, mereka
selalu berjalan pada malam hari dan bintang bintang lah yang dijadikan pedoman dan petunjuk jalan untuk menuju suatu
tempat dalam melakukan perjalanan, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al
Quraisy (106) ayat 1-2 berikut ini: “Karena
kebiasaan orang orang Quraisy, yaitu kebiasaan mereka bepergian pada malam
dingin dan musim panas.” Hal
yang samapun berlaku kepada AlQuran yang mana AlQuran diturunkan oleh Allah SWT
untuk dijadikan petunjuk dan pedoman bagi kepentingan umat manusia saat
melaksanakan tugas sebagai abd’ (hamba)Nya dan juga sebagai khalifahNya di muka
bumi. Adanya kondisi ini maka Allah SWT berkehendak agar setiap manusia mampu
melaksanakan suatu perjalanan yang mengusung konsep asalnya dari Allah SWT dan
harus kembali kepada Allah SWT dengan selamat.
Sekarang mari kita perhatikan dengan seksama isi
dari surat Al Waqiah (56) ayat 75 s/d 81 yang kami kemukakan di atas,
sebagaimana berikut ini:
1. Sesuatu yang diturunkan pasti bukan berasal dari
bawah (atau sesuatu yang berasal dari muka bumi). Sesuatu yang diturunkan pasti
asalnya dari atas, dalam hal ini dari Lauh Mahfuzh yang berada di atas menuju
ke bawah, dalam hal ini muka bumi. Adanya kondisi ini berarti AlQuran yang asli,
yang selalu terjaga kesuciannya bukan berada di muka bumi melainkan yang berada
di Lauh Mahfuzh sehingga AlQuran akan tetap sama sampai kapanpun juga karena dijaga oleh Allah SWT dan juga karena
tidak ada makhluk lain yang mampu menuju ke Lauhul Mahfuzh, terkecuali Malaikat
yang telah diberi izin oleh Allah SWT. Di sinilah letak peran dari Malaikat
Jibril as, yang membawa turun ayat ayat AlQuran yang ada di Lauh Mahfuzh ke
muka bumi untuk disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW.
2. AlQuran yang ada di muka bumi ini adalah turunan,
atau photo copy, atau salinan, atau arsip dari AlQuran yang asli yang berada
Lauh Mahfuzh sehingga keberadaan AlQuran yang ada di muka bumi tidak bisa
dipisahkan dengan AlQuran yang asli. AlQuran yang ada di muka bumi harus selalu
sesuai dengan yang aslinya, atau dengan kata lain salinan AlQuran yang ada di
muka bumi ini membutuhkan AlQuran yang asli, seperti halnya salinan dokumen
yang tidak bisa dipisahkan dengan dokumen aslinya. Disinilah Allah SWT
meletakkan pula jaminannya sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Hijr (15)
ayat 9 berikut ini: “Sesungguhnya
Kami-lah yang menurunkan AlQuran, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.”
3. AlQuran yang diturunkan Allah SWT ke muka bumi ini
merupakan kitab yang sangat mulia yang keberadaannya sangat terpelihara di Lauh
Mahfuzh. AlQuran sebagai kitab yang mulia maka kemuliaan kitab AlQuran akan
tercermin dari isi dan kandungannya yang tidak akan mengalami perubahan sedikit
pun sehingga mampu memberikan kepastian hukum yang tetap dan mengikat sampai
kapanpun juga.
4. Surat Al Waqiah (56) ayat 75 s/d 81 diturunkan oleh
Allah SWT maka mulai berlakulah sumpah (pernyataan sikap) Allah SWT tentang
AlQuran. Dimana sumpah (pernyataan sikap) ini bisa bermakna ganda, yaitu: (a) bagi orang yang berakal lagi beriman
mereka akan menyikapi bahwa ayat ini adalah jaminan yang berasal dari Allah SWT
bahwa AlQuran ini adalah original yang akan tetap terjaga keasliannya sampai
kapanpun juga; (b) bagi orang yang tidak beriman yang tentunya tidak memiliki
akal sehat maka ia akan mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW lah yang memberikan
pernyataan tentang AlQuran. Maka tidak
berlebihan jika Allah SWT memberikan pernyataanNya yang termaktub dalam surat
Al Waqiah (56) ayat 81 sebagaimana berikut ini: “Apakah kamu menganggap remeh berita ini (AlQuran)?”
Sebagai abd’ (hamba)-Nya dan juga sebagai
khalifah-Nya di muka bumi, apakah kita juga mau menganggap remeh berita ini
(maksudnya adalah meremehkan AlQuran) setelah semuanya ada dihadapan diri kita
dan apa yang dikemukakan AlQuan sudah pula bisa dibuktikan secara ilmiah serta
bisa pula dilihat dengan mata telanjang? Allah SWT tidak akan rugi ataupun
dirugikan oleh sikap manusia yang menganggap remeh atau bahkan tidak mau
menerima AlQuran sebagai buku petunjuk dan pedoman saat hidup di muka bumi ini.
Sekarang kita telah mengetahui serta telah
pula mengakui kebenaran AlQuran adalah wahyu dari Allah SWT. Adanya kondisi ini
maka sebagai abd’ (hamba)Nya dan juga sebagai khalifahNya yang sudah tahu diri,
tahu aturan main dan tahu tujuan akhir maka kita harus berani dengan tegas
menyatakan bahwa AlQuran adalah buku manual atau kitab terbaik yang ada di muka
bumi ini sampai dengan kapanpun juga, yang tidak akan mungkin tergantikan oleh
kitab ataupun buku manapun. Hal ini dikarenakan oleh :
1. AlQuran diturunkan oleh pencipta dan pemilik
dari langit dan bumi;
2. AlQuran adalah kalam Allah SWT yang telah
dikalamkan;
3. Isi, makna serta kandungan yang terdapat di
dalam AlQuran yang tiada terhingga, tidak dapat dihitung secara matematis,
sangat logis, penuh pelajaran, sangat ilmiah, sangat indah, yang kesemuanya
mencerminkan kebesaran dan kemahaan Allah SWT.
Dan alangkah naifnya, alangkah janggalnya, alangkah
tidak tahu dirinya kita, alangkah bodohnya kita, sudah menumpang di langit dan
di bumi Allah SWT namun tidak mau mengakui, tidak mau mempergunakan AlQur’an
sebagai buku pedoman saat menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifahNya
di muka bumi.
Sebagai
penutup, ketahuilah bahwa Nabi Muhammad SAW sungguh sangat sayang kepada
umatnya dan saking sayangnya, Beliau semasa hidupnya sudah mengingatkan agar
seluruh umatnya berpegang teguh kepada dua hal, yaitu kepada AlQuran dan juga
kepada sunnahnya (hadits) sebagaimana sabdanya berikut ini: “Aku
tinggalkan dalam kalangan kamu dua perkara yang kamu tidak sekali sekali akan
sesat selagi kamu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnah
Rasulullah. (Hadits Riwayat Ahmad).”
Sebagai
umat Nabi Muhammad SAW yang telah diingatkan akan adanya AlQuran dan hadits
maka jika kita ingin selamat sampai tujuan akhir, syurga, tidak ada jalan lain
kecuali mempelajarinya, memahaminya, melaksanakannya, menyebarluaskannya serta
menjadikan diri kita menjadi tauladan bagi sesama. Buang jauh jauh kemalasan, keengganan serta paksa diri ini untuk terus belajar dan mengajarkan kembali AlQuran dan hadits kepada diri, keluarga, anak
keturunan dan sesama umat manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar