Allah SWT adalah
Dzat yang menamakan dirinya sendiri Allah SWT sebagaimana dikemukakan dalam
firman-Nya: “Sungguh, Aku ini Allah,
tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku, dan laksanakanlah shalat untuk
mengingat Aku.”(surat Thaahaa
(20) ayat 14). Dimana Dzat yang menamakan dirinya Allah SWT adalah Tuhan
bagi seluruh alam yang memiliki kebesaran dan kemahaaan yang sangat luar biasa,
sebagaimana telah kami kemukakan melalui pendekatan Route To 1.6.7. 99 di bab
sebelum ini. Sebagai abd’ (hamba)Nya yang juga adalah khalifahNya di muka bumi
ini tentu kita harus memiliki ilmu dan pemahaman tentang Allah SWT secara baik
dan benar. Dan agar diri kita mampu memilikinya, berikut ini akan kami
kemukakan pertanyaan pertanyaan yang sering ditanyakan tentang Allah SWT yang
kesemuanya dalam kerangka diri kita belajar tentang Allah SWT melalui konsep
tahu diri, tahu aturan main dan tahu tujuan akhir.
Untuk itu mari kita
perhatikan dengan seksama apa yang dikemukakan oleh “Yasin T Al Jibouri’ dalam bukunya “Konsep Tuhan Menurut Islam” yang mengemukakan tentang
pertanyaan- pertanyaan yang sering ditanyakan oleh kebanyakan orang tentang
Allah SWT yang dilanjutkan dengan jawaban secara singkat atas pertanyaan di
maksud. Dimana jawaban dari pertanyaan- pertanyaan di bawah ini akan dijawab
sendiri oleh Allah SWT melalui kumpulan dari firman-Nya sendiri yang terdapat
di dalam AlQuran.
A. MANA MUNGKIN KITA
BISA MELUKISKANNYA?
Sekarang mampukah kita melukiskan atau menggambarkan tentang keberadaan
Allah SWT melalui kemahaan dan kebesaran yang dimilikinya seperti yang
menghidupkan dan yang mematikan? Allah SWT memberikan jawabanNya melalui
argumentasi Nabi Ibrahim as, yaitu: “Tuhanku
adalah yang menghidupkan dan yang mematikan” sebagaimana dikemukakan dalam surat
Al Baqarah (2) ayat 258 berikut ini: “Apakah kamu tidak memperhatikan orang[163]
yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan
kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). ketika Ibrahim mengatakan:
"Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata:
"Saya dapat menghidupkan dan mematikan".[164]Ibrahim berkata:
"Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, Maka terbitkanlah Dia
dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” Sekarang mampukah kita
melukiskan atau mampukah kita menggambarkan tentang keberadaan Allah SWT
melalui kemahaan yang dimilikinya yaitu yang menghidupkan dan yang mematikan?
Jawabannya adalah mustahil di akal manusia bisa melukiskannya.
[163] Yaitu Namrudz dari
Babilonia.
[164] Maksudnya raja Namrudz
dengan menghidupkan ialah membiarkan hidup, dan yang dimaksudnya dengan
mematikan ialah membunuh. Perkataan itu untuk mengejek Nabi Ibrahim a.s.
Lain halnya Nabi Musa as, ia memberikan jawaban melalui argumentasinya
kepada yang bertanya dapatkah Allah SWT dilukiskan, “Tuhan kamu dan Tuhan nenek nenek moyang kamu yang dahulu:.
Sebagaimana dikemukakan dalam surat Asy Syu’araa (26) yayat 26 berikut ini: “Musa berkata (pula): "Tuhan kamu dan
Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu". Lalu Nabi Musa as, juga memberikan
argumentasi yang lainnya yaitu, “Tuhan yang telah memberikan kepada sesuatu
bentuk kejadiannya” sebagaimana dikemukakan dalam surat Thaahaa (20) ayat
50 berikut ini: “Musa berkata:
"Tuhan Kami ialah (tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu
bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk[925].”
[925] Maksudnya: memberikan
akal, instink (naluri) dan kodrat alamiyah untuk kelanjutan hidupnya
masing-masing.
Setelah mengetahui dua argumentasi yang berasal dari Nabi Ibrahim as, dan
juga Nabi Musa as, lalu mampukah kita melukiskan keberadaan Allah SWT melalui
pernyataan Dialah Tuhan Masryik (Tuhan Timur) dan Tuhan Maghrib (Tuhan Barat)
yang ada pada surat Al Muzzammil (73) ayat 9 berikut ini, “(Dia-lah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada
Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Maka ambillah Dia sebagai
Pelindung.” Berdasarkan empat
buah jawaban yang telah kami kemukakan di atas, mustahil di akal ada orang yang
mampu melukiskan Allah SWT berdasarkan keterangan di atas.
B. DAPATKAH ALLAH SWT
DIGAMBARKAN DENGAN SEJELAS JELASNYA?
Sekarang bisakah kita menggambarkan Allah SWT dengan sejelas jelasnya
jika Allah SWT sendiri telah memberikan pernyataan tidak ada sesuatupun yang
serupa denganNya, melalui surat Asy Syuura (42) ayat 11 berikut ini: “(dia) Pencipta langit dan bumi. Dia
menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis
binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak
dengan jalan itu. tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang
Maha mendengar dan melihat.” Tanpa adanya keserupaan dengan sesuatu,
maka mustahil di akal jika ada orang atau ada makhluk lain yang bisa
menggambarkan Allah SWT dengan sejelas jelasnya karena tidak adanya patokan
untuk melukiskannya ke dalam sebuah media gambar tertentu. Apalagi yang mau
digambarkan memiliki kemahaan berupa Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
C. DAPATKAH KITA
BERTANYA: BAGAIMANA DIA?
Dapatkah kita bertanya dengan pertanyaan bagaimanakah Allah SWT? Tidak
ada larangan kita mempertanyakan Allah SWT seperti itu. Namun yang harus kita
pahami mampukah kita mencerna dan memahami jawaban yang diberikan Allah SWT
melalui argumentasi Nabi Musa as, seperti termaktub di dalam surat Asy Syu’araa
(26) ayat 23 sampai 26 berikut ini: “Fir'aun
bertanya: "Siapa Tuhan semesta alam itu?" Musa menjawab: "Tuhan
Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di antara keduanya (Itulah Tuhanmu),
jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya". berkata Fir'aun kepada
orang-orang sekelilingnya: "Apakah kamu tidak mendengarkan?" Musa
berkata (pula): "Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang
dahulu". Ayat ini mengemukakan, bertanya Fir’aun kepada Musa, “Siapa Tuhan semesta alam itu”? Musa
menjawab: “Tuhan kamu dan Tuhan nenek
nenek moyang kamu yang dahulu” Ini sebuah jawaban yang tidak bisa
menggambarkan seperti apa dan bagaimana keadaan Allah SWT.
Jika Tuhan Allah SWT dikatakan Tuhan pencipta langit dan bumi serta apa
apa yang diantara keduanya itulah Tuhanmu, maka Tuhan nenek nenek moyang kamu
juga yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya pula. Jadi tidak ada beda
diantara keduanya, yaitu tetap sama Allah SWT. Untuk itu sebaiknya kita
memperhatikan nasehat dari Ali bin Abi Thalib ra, berikut ini: “Jangan berfikir tentang Allah, namun
berfikirlah tentang ciptaanNya.Tidak ada jalan untuk mengenalNya dengan
menggambarkan dengan sejelas jelasnya “siapa” Dia itu. Namun orang dapat
melihat bukti bukti yang menunjukkan bahwa Allah SWT eskis, berkuasa, Maga
Tahu, Maha Arif, Maha Pengasih dan Penyayang, bahwa Dia adalah yang menciptakan
segala sesuatu.
D. APAKAH ALLAH SWT SATU
ATAU LEBIH ?
Ada berapakah Allah SWT? Allah SWT sendiri yang memberikan jawaban atas
pertanyaan berapakah jumlah Allah SWT. Jumlah Allah SWT selamanya hanya ada
satu, tidak akan pernah ada tuhan selain Allah SWT lebih dari satu. Untuk itu
mari kita perhatikan 3 (tiga) jawaban dari Allah SWT tentang jumlah Allah SWT
sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 163 berikut ini: “dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa;
tidak ada Tuhan melainkan Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” Kemudian
Allah SWT juga memberikan jawaban melalui surat Al Anbiyaa (21) ayat 22
sebagaimana berikut ini: “Sekiranya
ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah
Rusak binasa. Maka Maha suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang
mereka sifatkan”. Serta melalui surat Al Ikhlas (112) ayat 1 yang kami
kemukakan berikut ini: “Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha
Esa.”
Dan jika sekarang Allah SWT sudah menyatakan bahwa hanya satu, Yang Maha
Esa, maka kita tidak boleh menyatakan sampai kapanpun juga bahwa Allah SWT
berjumlah lebih dari satu. Jika sampai kita lakukan berarti kita telah keluar
dari keimanan kepada Allah SWT masuk ke dalam perbuatan syirik lagi musyrik.
Jangan sampai kita terlibat dalam syirik dan musyrik karena kebodohan diri kita
sendiri yang tidak mau belajar tentang Allah SWT secara baik dan benar.
Ingat, Allah itu satu, tetapi Dia akan terlihat dalam banyak modus
(keadaan) yang berbeda, persis seperti sebuah benda tercermin dalam beragam
cara melalui sejumlah cermin. Ada yang memantulkan bayangan yang lurus, ada
yang baur, ada yang jelas, ada yang kabur. Hati atau cermin yang kotor dan
rusak bisa jadi akan mengubah tampilan benda yang indah menjadi tampak buruk.
Begitu pula manusia yang datang ke akhirat dengan hati yang kotor, rusak dan
gelap. Sesuatu yang menyenangkan dan membahagiakan bagi orang lain justru
membuatnya sedih dan menderita.
E. APAKAH ALLAH SWT
TERIKAT DENGAN TEMPAT?
Apakah Allah SWT terikat dengan
tempat? Jawabannya adalah Allah SWT tidak terikat dengan siapapun, tidak
terikat dengan jarak, tidak pula terikat dengan ruang dan juga tidak terikat
dengan waktu karena Allah SWT sangat berkuasa atas sekalian hamba hambaNya
termasuk berkuasa atas langit dan bumi sehingga tidak ada yang bisa
mengalahkanNya. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al An’am (6) ayat 18
berikut ini: “dan Dialah yang berkuasa
atas sekalian hamba-hamba-Nya. dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha
mengetahui.” Dan juga berdasarkan surat An Nahl (16) ayat 50 berikut
ini: mereka takut kepada Tuhan mereka
yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).”
Untuk menunjukkan hal tersebut Allah SWT berada di atas segalanya
sehingga yang ada di bawah Allah SWT wajib tunduk patuh kepada Allah SWT, wajib
melaksanakan apa apa yang telah diperintahkan Allah SWT dan wajib pula
meninggalkan apa apa yang dilarang-Nya. Adanya hal ini menunjukkan bahwa Yang
Maha Tinggi berada di atas hamba hamba-Nya dalam hal kekuatan, kekuasaan,
kemuliaan, ketinggian, bukan berada di atas hamba hamba-Nya dalam tempat,
ruang, area atau lokasi fisik. Ingat, tempat, ruang, area atau lokasi fisik
tidak berlaku bagi-Nya. Seandainya Dia di tempat atau area tertentu, maka semua
orang ini tidak akan ada bedanya antara yang satu dan yang lain dalam
memandang-Nya pada waktu tertentu. Dia tidak terikat waktu atau arah: “Semua yang berada di langit dan yang berada
di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah) (surat Al
Hadid (57) ayat 1)
F. KAPAN ALLAH SWT MULAI
ADA?
Kapan Allah SWT mulai ada? Jawaban dari Allah SWT adalah Allah SWT Dialah
yang awal dan yang akhir, Dialah yang Zhahir dan yang Bathin, hal ini
menunjukkan kepada diri kita bahwa Allah SWT adalah Dzat Yang Maha Ada, Dia ada
tanpa ada yang mengadakan dan akan selamanya ada. Hal ini dikemukakan oleh
Allah SWT melalui surat Al Haadiid (57) ayat 3 berikut ini: “Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir
dan yang Bathin[1452]; dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu. (surat Al
Haadiid (57) ayat 3)
[1452] Yang dimaksud dengan:
yang Awal ialah, yang telah ada sebelum segala sesuatu ada, yang akhir ialah
yang tetap ada setelah segala sesuatu musnah, yang Zhahir ialah, yang nyata
adanya karena banyak bukti- buktinya dan yang Bathin ialah yang tak dapat
digambarkan hikmat zat-Nya oleh akal.
Lalu Allah SWT juga menyatakan bahwa Allah SWT tidak akan pernah binasa
sehingga akan ada selamanya, sedangkan makhluk ataupun segala apa yang
diciptakan oleh Allah SWT pasti akan binasa, sebagaimana dikemukakanNya dalam
surat Al Qashash (28) ayat 88 di bawah ini, janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, Tuhan apapun yang
lain. tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. tiap-tiap sesuatu
pasti binasa, kecuali Allah. bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya
kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” Dan juga berdasarkan surat Ar Rahmaan
(55) ayat 26-27 sebagaimana berikut ini:
“semua yang ada di bumi itu akan binasa. dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang
mempunyai kebesaran dan kemuliaan.”
Sekarang jika ada orang yang bertanya kapan Dia mulai ada, itu berarti
orang tersebut berpandangan bahwa Dia pernah tidak ada, yaitu ada kehampaan
yang mendahului eksistensiNya. Dia tidak “didahului” oleh siapapun atau apapun.
Dia juga tidak “digantikan” oleh siapapun atau apapun. KeabadianNya tidak
terikat waktu. EksistensiNya terlalu suci untuk terikat atau bergantung kepada
waktu. “Didahului, “digantikan” dan terikat atau bergantung dengan waktu”
adalah khas (ciri ciri) dari makhluk yang pasti akan binasa. Namun itu semua
tidak berlaku bagiNya. Allah SWT mustahil berubah. Eksistensi Nya abadi.
G. BAGAIMANAKAH
KEKUASAAN ALLAH SWT?
Untuk dapat menggambarkan kekuasaan Allah SWT di alam semesta ini, Dia
menunjukkan dan memperlihatkannya melalui surat Ali Imran (3) ayat 26 berikut
ini: “Katakanlah: "Wahai Tuhan
yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau
muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau
kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa
atas segala sesuatu.” Ayat ini
mengemukakan bahwa Dia, dan hanya Dia, Raja segala raja sehingga mampu berbuat
sekehendakNya, baik memuliakan ataupun menghinakan siapapun. Sehingga dengan
kekuasaanNya, Dia memberikan otoritas (kerajaan) kepada raja raja yang
dikehendakiNya sebagaimana firmanNya berikut ini: “Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu (surat Al Mulk (67) ayat 1).
Lalu Allah SWT menunjukkan kekuasaanNya yang meluluhlantakkan kesombongan
dan kepemilikan harta benda dari makhluk yang akan sirna tanpa membekas saat
hari kiamat tiba, sebagaimana firmanNya dalam surat Ghafir (40) ayat 16 berikut
ini: “(yaitu) hari (ketika) mereka
keluar (dari kubur); tiada suatupun dari Keadaan mereka yang tersembunyi bagi
Allah. (lalu Allah berfirman): "Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari
ini?" kepunyaan Allah yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.”
H. BAGAIMANAKAH
PENGETAHUAN ALLAH SWT?
Allah SWT mengetahui yang ghaib dan yang nampak yang kemudian dipertegas
dengan ada pada sisi Allah SWT lah segala kunci kunci semua yang ghaib serta
tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. Hal ini dikemukakan oleh
Allah SWT dalam firmanNya berikut ini: “dan
Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. dan benarlah
perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: "Jadilah, lalu terjadilah",
dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia
mengetahui yang ghaib dan yang nampak. dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha
mengetahui. (surat Al An’am (6) ayat 73).” Dan juga dikemukakan dalam
surat Al An’am (6) ayat 59 sebagaimana kami kemukakan berikut ini: “dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci
semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia
mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang
gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun
dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan
tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).” Adanya dua ayat ini,
lalu siapa yang bisa mengalahkannya?
Kondisi di atas dipertegas oleh Allah SWT dalam surat Al Baqarah (2) ayat
255 yang berbunyi “Allah SWT tidak
mengantuk dann tidak tidur” yang menunjukkan betapa luar biasanya kekuasaan
dan kebesaranNya sehingga semua dalam pengawasanNya. Lalu Allah SWT
mengemukakan sebuah pernyataan “tidaklah
Tuhamu lupa” yang termaktub dalam surat Maryam (19) ayat 64 berikut ini: “dan tidaklah Kami (Jibril) turun, kecuali
dengan perintah Tuhanmu. kepunyaan-Nya-lah apa-apa yang ada di hadapan kita,
apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya, dan
tidaklah Tuhanmu lupa.” serta Allah SWT juga mengatakan bahwa Kami
menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. tidak luput dari pengetahuan
Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. tidak ada yang
lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua
tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh) sebagaimana termaktub dalam
surat Yunus (10) ayat 61) berikut ini: “kamu
tidak berada dalam suatu Keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan
kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di
waktu kamu melakukannya. tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar
zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. tidak ada yang lebih kecil dan tidak
(pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang
nyata (Lauh Mahfuzh).” Jika ini kondisinya, mau kemana lagi diri kita
pergi? Semua tempat telah dikuasai oleh Allah SWT.
I.
BAGAIMANAKAH FIRMAN ALLAH SWT?
Bagaimanakah firman Allah SWT itu? Allah SWT telah memberikan jawaban
tentang kondisi firmanNya sebagaiamana berikut ini: “Sekiranya lautan menjadi
tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu
sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan
tambahan sebanyak itu (pula)". Pernyataan ini ada pada surat
Luqman (31) ayat 27 sebagaimana berikut ini: “dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi
tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya
tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah[1183]. Sesungguhnya Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
[1183] Yang dimaksud dengan
kalimat Allah Ialah: ilmu-Nya dan Hikmat-Nya.
Dan juga pada surat Al Kahfi (18) ayat 109 yang kami kemukakan berikut
ini: “Katakanlah: Sekiranya lautan
menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan
itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan
tambahan sebanyak itu (pula)". Sekarang sanggupkah kita menghitung
berapa jumlah air yang ada di lautan yang akan kita jadikan tinta, lalu hitung
pula berapa jumlah pohon yang akan kita jadikan pena, sanggupkah kita
menghitungnya? Jika kedua hal ini saja tidak mampu kita lakukan lalu bagaimana
kita akan menuliskan firman Allah SWT tersebut. Jika sudah seperti ini
keadaannya, apa yang kita banggakan dihadapan Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar