Selain ciri yang telah kami kemukakan di atas, orang yang sabar juga memiliki ciri sebagai berikut:
a. Selalu
menjaga persatuan sehingga tidak mementingkan diri, keluarga maupun kelompok
tertentu. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat An Anfaal (8) ayat 46
berikut ini: “dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu
berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu
dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
b. Selalu memberi nasehat menasehati dalam hidup dan kehidupan, sebagaimana dikemukakan dalam surat
Al Ashr (103) ayat 3 berikut ini: “kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
c. Pemaaf, sabar dalam suka dan duka, seperti yang dimiliki dan yang ditunjukka oleh Nabi Yusuf as, kepada saudara saudaranya. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Yusuf (12) ayat 90,91,92 berikut ini: ”mereka berkata: "Apakah kamu ini benar-benar Yusuf?". Yusuf menjawab: "Akulah Yusuf dan ini saudaraku. Sesungguhnya Allah telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami". Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan bersabar, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik"mereka berkata: "Demi Allah, Sesungguhnya Allah telah melebihkan kamu atas Kami, dan Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)". Dia (Yusuf) berkata: "Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, Mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang diantara Para Penyayang".
Semoga ciri ciri orang sabar yang telah kami kemukakan di atas, sudah ada di dalam diri kita selaku abd’ (hamba)-Nya yang juga adalah khalifah-Nya di muka bumi ini.
6. Kekuatan Orang Sabar. Kekuatan orang sabar melebihi ketentuan orang normal. Kekuatan orang sabar adalah satu berbanding sepuluh. Memang tidak mudah menjadi sabar, namun sabar (kesabaran) harus tetap kita lakukan sepanjang hayat masih di kandung badan, dikarenakan sifat sabar sudah menjadi sifatnya ruh sehingga sabar harus menjadi perilaku ruh dalam kehidupan ini. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Anfaal (8) ayat 65 berikut ini: “Hai Nabi, Kobarkanlah semangat Para mukmin untuk berperang. jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti.” Lalu kenapa dikatakan sabar adalah ilmu tingkat tinggi. Hal ini dikarenakan sabar tidak bisa dilaksanakan begitu saja (maksudnya hanya sabar semata). Sabar harus diimbangi, harus diiringi dengan upaya lain atau kemampuan lain yang luar biasa, barulah sabar berbuah manis.
Sabar harus
diperjuangkan tanpa pernah berhenti, sepanjang hayat masih di kandung badan.
Namun hasilnya pun sepadan dengan perjuangan yang kita laksanakan. Ayo kita
realisasikan visi akhirat kita dengan berani membayar mahal untuk membuat karya
nyata dengan penuh kesabaran sehingga kita bisa berkumpul bersama keluarga
besar kita di syurga kelak. Lalu bisa melihat wajah Allah SWT yang dilanjutkan
dengan bertemu muka dengan Nabi Muhammad SAW kelak. Aamiin.
F. PUPUKLAH IMAN DENGAN
DOA DAN DZIKIR.
Untuk melaksanakan tugas sebagai abd’
(hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi, yang sesuai dengan kehendak Allah
SWT bukanlah sebuah perkara mudah, perlu perjuangan yang tidak sedikit, serta
penuh rintangan. Di lain sisi sebelum diri kita ada di muka bumi, sudah ada
terlebih dahulu apa yang dinamakan dengan syaitan serta adanya perjanjian
antara Allah SWT dengan syaitan sang laknatullah. Adanya izin dari Allah SWT, maka syaitan akan membawa manusia berada di
dalam Nilai-Nilai Keburukan melalui pintu ahwa (hawa nafsu). Sedangkan kehendak
Allah SWT kepada manusia agar manusia selalu berada di dalam Nilai-Nilai
Kebaikan. Adanya saling pengaruh mempengaruhi yang terjadi di dalam diri
setiap manusia saat hidup di dunia, akan dapat mengakibatkan manusia bingung,
susah, terjepit di antara kedua pusaran tersebut.
Dan agar diri kita selalu berada di dalam Nilai-Nilai Kebaikan atau
tingkat keimanan dan keyakinan diri kita selalu dalam kehendak Allah SWT, tentu
kita membutuhkan sesuatu yang dapat menjadikan diri kita tetap berada di dalam
koridor tersebut. Selain Diinul Islam yang akan menjadikan diri kita selalu
berada di dalam kehendak Allah SWT, masih ada hal lainnya yang dapat menjadikan
diri kita selalu berada dalam kehendak Allah SWT, apakah itu? Berdasarkan surat
Ghafir (40) ayat 60 yang kami kemukakan berikut ini: “Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Aku
perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang orang yang sombong tidak mau menyembahKu
akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” Allah SWT
memberikan fasilitas kemudahan yang dapat membantu manusia agar selalu berada
di dalam kehendak-Nya, atau dan juga dalam kerangka menjaga kualitas tingkat keimanan
kepada Allah SWT tetap terjaga kualitasnya yaitu melalui doa.
Selanjutnya apakah hanya melalui doa saja yang dapat menjadikan diri kita
selalu berada di dalam kehendak Allah SWT sehingga iman kepada Allah SWT tetap
terpelihara di dalam diri? Selain
doa masih terdapat kegiatan lain yang dapat menjadikan diri kita selalu berada
di dalam kehendak Allah SWT yaitu dzikir seperti yang dikemukakan dalam surat
Ali Imran (3) ayat 191 berikut ini: “(yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan
Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka
peliharalah Kami dari siksa neraka.”
Berdasarkan surat Ali Imran (3) ayat 191 ini,
Dzikir merupakan sarana lainnya yang
diperkenankan Allah SWT agar diri kita selalu berada di dalam kehendak-Nya. Dan
hal yang harus kita perhatikan setelah beriman
kepada Allah SWT adalah jika kita ingat kepada Allah SWT lalu kita hanya diam
saja tanpa dibarengi dengan perbuatan atau tingkah laku yang sesuai dengan apa
yang kita ingat (dalam hal ini adalah Allah SWT) berarti apa yang kita lakukan
adalah level terendah dari ingat kepada Allah SWT.
Selanjutnya agar kualitas dari mengingat kepada Allah SWT memiliki nilai
tertinggi, sebagaimana dikemukakan oleh “H.Bachtiar
Ma’ani” dalam bukunya “Syahadat: Pembuka Jalan Menuju Kebahagiaan
Hakiki” yaitu:
a. Ingat kepada Allah SWT maka kita harus tahu, kita harus mengerti, kita
harus meyakini bahwa Allah SWT itu memiliki sifat Salbiyah, sifat Ma'ani dan
juga 99 (Sembilan puluh Sembilan) Nama-Nama yang Indah lalu letakkan, dudukkan,
Allah SWT sesuai dengan kemahaan dan kebesaran yang dimiliki-Nya dan jangan
pernah berbuat Syirik kepada-Nya.
b. Ingat kepada Allah SWT maka perhatikanlah dan amalkanlah segala apa yang
telah disyariatkan-Nya.
c. Ingat kepada Allah SWT maka perhatikanlah selalu alam sekitar kita, atau
perhatikanlah keadaan tubuh kita yang telah diciptakan Allah SWT dengan
sebaik-baiknya, lalu bersyukurlah dengan apa yang telah diberikan Allah SWT
dengan menjaga, memelihara serta mempergunakan itu semua sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh pencipta-Nya.
d. Ingat kepada Allah SWT maka laksanakanlah dakwah baik melalui Tutur Kata,
ataupun melalui Tulisan atau amalkanlah ilmu kepada sesama umat manusia.
e. Ingat kepada Allah SWT maka memohonlah hanya kepada Allah SWT;
panjatkanlah doa hanya kepada Allah SWT saja.
f. Ingat kepada Allah SWT maka
pikirkanlah setelah kita hidup di dunia maka kita akan mati, untuk itu carilah
bekal untuk pulang kampung.
g. Ingat kepada Allah SWT maka pegang teguhlah apa-apa yang telah
diwahyukan-Nya atau jadikanlah Al-Qur'an sebagai buku manual di dalam
melaksanakan kekhalifahan di muka bumi.
h. Ingat kepada Allah SWT maka kendalikanlah ahwa (hawa nafsu) sehingga jiwa
kita dikategorikan sebagai jiwa Mutmainnah.
i. Ingat kepada Allah SWT maka
taatilah perintah-Nya dan beribadatlah hanya kepada Allah SWT semata.
j. Ingat kepada Allah SWT maka
jagalah diri dari pengaruh ahwa (hawa nafsu) dan syaitan serta jagalah diri
dari azab Allah SWT.
k. Ingat kepada Allah SWT maka tepatilah janji-janji kepada Allah SWT dan
juga kepada sesama manusia.
l. Ingat kepada Allah SWT maka
perhatikanlah dan bantulah sesama manusia dengan ikhlas.
m. Ingat kepada Allah SWT maka contoh dan teladanilah Nabi Muhammad SAW
sehingga kita mampu menjadi teladan pula bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan
negara.
n. Ingat kepada Allah SWT maka jangan pernah halangi orang yang akan beriman kepada Allah SWT.
o. Ingat kepada Allah SWT maka akui diri berdosa lalu lakukanlah taubatan
nasuha.
p. Ingat kepada Allah SWT dirikanlah shalat dan Kerjakan Amal Shaleh
sebanyak-banyaknya.
q. Ingat kepada Allah SWT pelihara AlQuran; pelajari dan amalkan AlQuran dari waktu ke waktu.
r. Ingat kepada Allah SWT maka
lakukanlah syukur setiap saat, dimanapun dan kapanpun.
s. Ingat kepada Allah SWT maka
peliharalah, amalkan amanah yang 7 karena akan dimintakan pertanggungjawabkan
oleh Allah SWT.
t. Ingat kepada Allah SWT maka
yakinlah bahwa Allah SWT akan selalu menjagamu.
u. Ingat kepada Allah SWT maka beribadahlah, berbuatlah seolah-olah engkau
melihat-Nya, sekalipun engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Allah SWT
melihatmu.
v. Ingat kepada Allah SWT maka bertindaklah, bertingkah lakulah yang baik
sebab Allah SWT selalu beserta kita.
w. Ingat kepada Allah SWT lalu tunduk dan patuhlah hanya kepada-Nya dimanapun
kita berada.
Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya yang sedang melaksanakan
tugas di muka bumi, jangan sampai diri kita hanya mampu menjadi penonton dan
pengagum dari kemahaan dan kebesaran Allah SWT yang sudah ada bersama diri
kita, tanpa kita pernah merasakan nikmatnya bertuhankan kepada Allah SWT. Dan
jika ini yang terjadi berarti ada sesuatu yang salah di dalam diri kita.
Jamaah sekalian, itulah 6 (enam) buah pupuk terbaik bagi iman yang ada
dalam dada, dan semoga kita mampu memupuk iman dengan sebaik baiknya selama
hayat masih di kandung badan. Selanjutnya untuk menambah wawasan tentang pupuk
pupuk yang telah kami kemukakan di atas, berikut ini akan kami kemukakan
beberapa alat bantu yang dapat kita pergunakan untuk merawat, untuk menjaga,
untuk memelihara agar keimanan yang
sudah ada di dalam dada (hati) mampu terpelihara kualitasnya sehingga selalu
sesuai dengan kehendak Allah SWT selama hayat di kandung badan, yaitu:
a. Selalu berbakti kepada kedua
orang tua, kepada kedua orang mertua, karena hal ini merupakan sarana paling
ampuh untuk memelihara dan menjaga keutuhan dari Iman dan Yakin kepada Allah
SWT yang ada di dalam diri kita, sebagaimana dikemukakan dalam surat Luqman
(31) ayat 14 berikut ini: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. Bersyukurlah kepadaku dan kepada
dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”
[1180]
Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun.
b. Selalu menjaga dan memelihara tali silaturrahmi diantara sesama umat
manusia, terlebih lebih dengan saudara kandung, saudara satu keturunan,
sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Balad (90) ayat 17 berikut ini: “dan Dia (tidak pula) Termasuk orang-orang yang beriman dan saling
berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.” Dan juga
berdasarkan surat Muhammad (47) ayat 22 sebagaimana berikut ini: “Maka
Apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan
memutuskan hubungan kekeluargaan?.
c. Selalu bersikap rendah hati, selalu menjauhkan diri dari sikap sombong,
apalagi membanggakan diri, sebagaimana dikemukakan dalam surat Luqman (31) ayat
18 berikut ini: “dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia
(karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan
diri.”
d. Selalu bersikap lemah lembut,
sopan serta santun dalam kehidupan sehari-hari serta tidak berperilaku kasar,
sebagaimana dikemukakan dalam surat Ali Imran (3) ayat 159 berikut ini: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246].
kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
[246]
Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan
politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya.
e. Selalu berakhlak mulia, tidak suka menyakiti hati orang lain baik
langsung maupun tidak langsung, baik melalui kata-kata ataupun melalui perbuatan,
sebagaimana dikemukakan daam surat Al Baqarah (2) ayat 263 berikut ini: “Perkataan yang baik dan pemberian maaf[167] lebih baik dari sedekah
yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah
Maha Kaya lagi Maha Penyantun.”
[167]
Perkataan yang baik Maksudnya menolak dengan cara yang baik, dan maksud
pemberian ma'af ialah mema'afkan tingkah laku yang kurang sopan dari si
penerima.
f. Selalu melakukan jihad fi sabilillah,
atau selalu bersungguh-sungguh di jalan Allah SWT baik melalui harta, ilmu dan
jiwa, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Hujuraat (49) ayat 15 berikut ini:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah
orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka
tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka
pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.”
g. Selalu berbuat amal kebajikan
dengan segenap kemampuan yang ada pada diri kita yang dilandasi dengan niat
ikhlas beribadah karena Allah SWT, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al An’am
(6) ayat 135 berikut ini: “Katakanlah:
"Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu[506], Sesungguhnya akupun
berbuat (pula). kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan
memperoleh hasil yang baik di dunia ini[507]. Sesungguhnya orang-orang yang
zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan.”
[506]
Artinya: tetaplah dalam kekafiranmu sebagaimana aku tetap dalam keislamanku.
[507]
Maksudnya: Allah menjadikan dunia sebagai tempat mencari (hasil) yang baik
Yaitu kebahagiaan diakhirat.
h. Hidup dalam majelis atau dalam masyarakat harus lapang melapangi atau
saling tolong menolong diantara sesama anggota masyarakat, sebagaimana
dikemukakan dalam surat Al Mujadillah (58) ayat 11 berikut ini: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Sekali lagi kami ingin mengingatkan kepada siapa saja yang ada di muka
bumi ini, ketahuilah bahwa iman (keimanan) kepada Allah SWT bukanlah sesuatu
yang datang tiba-tiba di dalam diri kita. Iman merupakan hasil dari suatu
proses jangka panjang yang tidak akan
mungkin kita dapatkan jika kita tidak mau belajar untuk memiliki Ilmu tentang
Allah SWT yang dilanjutkan dengan pengakuan diri kita kepada Allah SWT serta
mampu kita buktikan dalam perilaku diri kita sehingga antara kata dan perbuatan
sesuai. Dan jika saat ini kita telah mampu memiliki iman kepada Allah SWT, ketahuilah bahwa iman
kepada Allah SWT tidak bisa konstan kualitasnya, sehingga bisa hilang, karena
adanya gangguan dari ahwa (hawa nafsu) dan juga syaitan. Untuk itu kita harus
bisa merawat, menjaga, memelihara iman kepada Allah SWT mulai saat ini juga
yang tentunya harus sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar