Untuk itu ketahuilah bahwa dibalik adanya doa yang kita mohonkan kepada
Allah SWT terdapat 5 (lima) buah keadaan yang harus kita jadikan pedoman,
yaitu:
1. Adanya doa yang kita mohonkan dan panjatkan kepada
Allah SWT berarti kita telah meletakkan diri kita lebih rendah atau diri kita
tidak mampu dibandingkan dengan Allah SWT sehingga kita sangat membutuhkan
Allah SWT. Jika ini adalah kondisi dasar kita memohonkan dan memanjatkan doa
kepada Allah SWT, patut dan pantaskah kita menyombongkan diri kepada Allah SWT
saat hidup di muka bumi, sebagaimana dikemukakan dalam surat Ghafir (40) ayat
60 berikut ini: “dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari
menyembah-Ku[1326] akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina".
[1326] Yang dimaksud dengan
menyembah-Ku di sini ialah berdoa kepada-Ku.
2. Adanya doa yang kita mohonkan dan panjatkan kepada
Allah SWT, menunjukkan bahwa diri kita lemah, menunjukkan bahwa diri kita tidak
memiliki kemampuan, menunjukkan diri kita mempunyai masalah, menunjukkan diri
kita sedang dalam ancaman, sehingga kita sangat membutuhkan bantuan dan pertolongan
Allah SWT.
3. Adanya doa yang kita mohonkan dan panjatkan kepada
Allah SWT berarti kita telah menfokuskan
kemahaan dan kebesaran yang dimiliki oleh Allah SWT yang bersifat umum menjadi
bersifat khusus tertuju kepada diri kita atau melalui doa yang kita mohonkan
berarti kita telah mengaktifkan kemahaan dan kebesaran Allah SWT yang sudah ada
bersama diri kita menjadi fokus untuk kita sendiri.
4. Adanya doa yang kita mohonkan dan panjatkan kepada
Allah SWT merupakan kesempatan bagi diri kita untuk berkomunikasi dengan Allah
SWT dan juga meminta Allah SWT turut terlibat bertanggung jawab atas apa yang
kita alami, atas apa yang kita rasakan.
5. Adanya doa yang dipanjatkan dan yang dimohonkan oleh
setiap manusia di setiap waktu yang berlalu, merupakan saat yang dikehendaki
oleh Allah SWT selaku Tuhan bagi semesta alam sehingga aktiflah apa apa yang
dimiliki oleh Allah SWT.
Jika apa yang kami kemukakan di atas ini, merupakan kondisi dasar dari
doa yang kita mohonkan kepada Allah SWT, lalu wajarkah jika kita tidak terburu
buru dan bersuara keras saat berdoa, atau memang seharusnya kita merendahkan
diri saat berdoa kepada Allah SWT yang diikuti dengan memenuhi segala apa-apa
yang telah ditentukan oleh Allah SWT selaku yang memperkenankan kita berdoa dan
kita sendiri berharap agar doa kita diperkenankan oleh Allah SWT. Sekarang pernahkah kita membayangkan dalam
hidup ini, saat diri kita mengalami persoalan, gangguan, bencana, ujian dan
cobaan, namun Allah SWT tidak memperkenankan diri kita untuk berdoa kepadaNya.
Lalu apa yang bisa kita perbuat? Bersyukurlah kepada Allah SWT karena
berdoa kepada-Nya merupakan fasilitas resmi dan menjadi hak bagi diri kita yang
telah dinyatakan oleh Allah SWT untuk kebaikan hamba-Nya yang juga khalifah-Nya
sepanjang kita mampu memenuhi syarat dan ketentuan yang diberlakukan oleh Allah
SWT.
Dan sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi yang
membutuhkan doa kepada Allah SWT ketahuilah bahwa doa sebagai hak bagi diri
kita yang memang diperkenankan oleh Allah SWT. Akan tetapi hak ini tidak serta
merta dapat dipenuhi oleh Allah SWT jika kita sendiri belum memenuhi hak hak
Allah SWT yang ada pada diri kita kita penuhi terlebih dahulu, sebagaimana
dikemukakan dalam surat Al Fatehah (1) ayat 5 berikut ini: “Hanya Engkaulah yang
Kami sembah dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan (surat Al
Fatehah (1) ayat 5).” Dan juga sebagaimana dikemukakan dalam hadits berikut ini: “Ibnu Abbas ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Aku
tidak akan memperhatikan hak hak hambaKu sebelum ia memperhatikan hak hakKu
atasnya. (Hadits Qudsi Riwayat Ath Thabrani; 272:125).” Jadi jangan
pernah berharap doa dikabulkan jika syarat dan ketentuan belum kita penuhi
dengan baik dan benar.
Sekarang bagaimana jika kita tidak mau berdoa kepada Allah SWT?
Jawabannya ada pada hadits berikut ini: “Barangsiapa tidak pernah berdoa kepada Allah maka
Allah murka kepadanya. (Hadits Riwayat Ahmad).” Dan jika kita ingin
merasakan murka Allah SWT seperti apa, lakukanlah sekarang juga berdoa kepada
selain Allah SWT. Selain daripada itu, jika kita tidak mau berdoa kepada Allah
SWT itulah sesombong-sombongnya makhluk di muka bumi ini. Apa dasarnya? Orang
yang tidak mau berdoa kepada Allah SWT berarti merasa dirinya jagoan, merasa
dirinya hebat, merasa dirinya kuat, sehingga Allah SWT telah dianggap tidak
mampu untuk menolongnya dan bahkan Allah SWT sudah dianggap tidak ada lagi.
Timbul pertanyaan yang paling mendasar, sampai kapankah kita harus berdoa
kepada Allah SWT? Sepanjang diri kita
masih terdiri dari jasmani dan ruhani, sepanjang ruhani belum berpisah dengan
jasmani, sepanjang diri kita tidak mampu menciptakan langit dan bumi, sepanjang
diri kita menjadi tamu yang menumpang di langit dan di bumi Allah SWT,
sepanjang diri kita tidak mampu mengalahkan ahwa (hawa nafsu) dan syaitan
seorang diri, sepanjang diri kita membutuhkan
Allah SWT maka sepanjang itu pula masa berlakunya kita berdoa kepada
Allah SWT, terkecuali jika kita sendiri yang memutuskan hubungan dengan Allah
SWT dengan tidak mau mengakui lagi bahwa Allah SWT adalah satu-satu Tuhan yang
ada alam semesta ini, dengan tidak mau berdoa lagi kepada Allah SWT.
Sekarang pilihan masa berlaku berdoa kepada Allah SWT ada pada diri kita
sendiri, lalu berbuatlah sesuai dengan apa yang telah kita pilih.
Sekarang bagaimana jika kita telah berdoa kepada Allah SWT namun apa yang
kita panjatkan atau mohonkan kepada Allah SWT belum juga di ijabah, apa yang
harus kita lakukan? Ketika kita merasa bahwa Allah SWT tidak mendengarkan doa
kita, itulah kesuksesan tertinggi dan terbesar bagi syaitan. Syaitan sangat
ingin meyakinkan seseorang bahwa Allah SWT telah mengabaikan hambaNya karena
dosa dosa yang telah dilakukannya. Sedangkan Allah SWT sama sekali tidak pernah
sekalipun mengabaikan hambaNya. Jadi, kita tidak boleh putus asa dengan
Allah SWT atau berpikir karena dosa dosa masa lalu kita lalu Allah SWT berhenti
mendengarkan kita sehingga berhenti mengabulkan doa doa kita. Untuk
itu mari kita bercermin kepada apa-apa yang dikemukakan oleh Ibrahim bin Adam, tentang firman Allah SWT yang terdapat dalam
surat Al Mu'min (40) ayat 60 yang kami kemukakan berikut ini:“dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari
menyembah-Ku[1326] akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina". (surat Al Mu'min (40) ayat
60).
[1326] Yang dimaksud dengan
menyembah-Ku di sini ialah berdoa kepada-Ku.
Jika kita merasa sudah melakukan itu semua kepada Allah SWT, tetapi
mengapa tidak dikabulkan? Lalu Ibrahim bin Adam ra, menjawab: (a) Kalian telah mengerti Allah SWT, mengapa
kalian tidak mentaatinya?; (b) Kalian telah mengetahui Diinul Islam, mengapa
kalian tidak mau mengakuinya? (c) Kalian membaca Al-Qur’an,tetapi mengapa
kalian tidak mengamalkan isinya? (d) Kalian mengerti tentang Syaitan tetapi
mengapa selalu mengikutinya? (e) Kalian mengaku cinta kepada Rasulullah, tetapi
mengapa kalian meninggalkan sunnahnya? (f) Kalian mengaku cinta kepada Syurga,
tetapi mengapa kalian tidak beramal untuknya? (g) Kalian takuk kepada Neraka,
tetapi mengapa kalian selalu melakukan Dosa? (h) Kalian mengatakan bahwa Mati
itu pasti terjadi, tetapi mengapa kalian tidak mempersiapkan bekalnya? (i)
Kalian sibuk mengurus cela orang lain, tetapi mengapa kalian tidak mau
memperhatikan cela diri kalian sendiri? (j) Kalian telah memakan rezeki dan
nikmat Allah SWT, tetapi mengapa kalian tidak mau Bersyukur? (k) Kalian
menguburkan mayat, tetapi mengapa kalian tidak mengambilnya sebagai ibarat?
Untuk itu bersegeralah untuk melakukan introspeksi sebelum kita
memanjatkan doa kepada Allah SWT dengan memperhatikan kondisi diri kita sendiri
dan juga kita harus tahu dan mengerti dengan jelas apa yang akan kita mohonkan
kepada Allah SWT. Hal yang harus kita jadikan perhatian adalah bahwa Allah SWT
pasti mendengar doa kita sepanjang kita mampu memenuhi syarat dan ketentuan yang
dikehendaki oleh Allah SWT.
1. Agar Kedua Tangan
Tetap Menengadah ke Langit. Doa adalah pusat dan pondasi dasar dari
Diinul Islam. Doa baru akan bermakna jika yang berdoa, tahu makna dari doa yang
sesungguhnya disampaikannya. Lalu kita juga harus mengetahui apa arti yang
sesungguhnya dari doa yang kita mohonkan kepada Allah SWT! Dari posisi mana
kita memohon? Samakah memohon kepada Allah SWT dengan meminta pada orang tua
atau orang lain? Kalau tidak, apa
bedanya. Apa yang harus kita harapkan ketika berdoa. Tanpa ini semuanya rasanya
doa akan menjadi hambar tanpa makna, berlalu tanpa kesan. Untuk itu,
silahkan simak beberapa pertanyaan berikut yang harus diberi jawaban agar
pemahaman kita tentang doa itu ibadah akan menjadi sangat jelas.
a. Adakah di antara kita yang tidak memiliki masalah sama
sekali?
b. Adakah di antara kita yang hidupnya teratur dengan
sempurna?
c. Adakah di antara kita yang tidak memiliki cita cita yang
berusaha ia capai?
d. Adakah di antara kita yang sama sekali tidak memiliki
obsesi yang berusaha ia gapai?
e. Adakah di antara kita yang selamanya santai penuh
sepanjang hidupnya?
f. Adakah di antara kita yang tidak memiliki harapan harapan
besar yang sulit diraih?
g. Adakah di antara kita yang merasa tenang karena yakin
bahwa dosa dosanya tidak akan membuat dia masuk neraka?
h.
Adakah di antara kita yang sama sekali tidak membutuhkan
Allah SWT?
i. Adakah di antara kita yang mampu berbuat dan bertindak
tanpa bantuan dan pertolongan Allah SWT?
j. Adakah di antara kita yang merasa kuat dan mampu
selamanya?
k. Adakah di antara kita yang merasa super dalam segala hal?
Tujuan dari kita berdoa
adalah agar tangan kita selalu menengadah ke atas memohon kepada Allah SWT dan
agar diri kita memiliki keyakinan kuat bahwa Allah SWT akan mengabulkan permintaan
kita bila kita berdoa kepada-Nya. Kita berdoa menunjukkan bahwa kita itu lemah,
kita tidak berdaya, kita itu kecil, kita bukanlah siapa siapa. Lalu apalagi
yang membuat kita tidak mau berdoa kepada-Nya? Allah SWT berfirman: “Hai
manusia, kamulah yang berkehendak (membutuhkan) kepada Allah; dan Allah Dialah
yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. (surat Faathir
(35) ayat 15).” Masuk akalkah seseorang yang sedang tenggelam memohon
pertolongan dari orang yang juga tenggelam?
Masuk akalkah
seseorang yang sedang membutuhkan pertolongan, lalu meminta pertolongan dari
orang yang juga membutuhkan pertolongan? Jika kita masih memiliki akal sehat
tentu kita tidak melakukan hal ini, terkecuali akal sehat kita sudah lenyap
dari dalam diri kita.
2. Hati, Mengapa Engkau
Belum Juga Terbangun? Sekarang simaklah hadits qudsi berikut ini, agar kita
mengetahui sebesar apakah kita membutuhkan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, Allah
berfirman:”Wahai hamba hambaku, setiap kalian itu sesat kecuali yang Aku tunjuki
hidayah, maka memintalah petunjuk kepadaKu, niscaya Aku beri kalian petunjuk;
Wahai hamba hambaku, setiap kalian itu lapar kecuali yang Aku beri makan, maka
memintalah makan kepadaKu, niscaya Aku beri makan kalian; Wahai hamba hambaku,
setiap kalian itu telanjang, kecuali yang Aku beri pakaian, maka memintalah
pakaian kepadaKu, niscaya Aku beri kalian pakaian; Wahai hamba hambaku, setiap
kalian bersalah siang dan malam, sementara Aku mengampuni segala dosa, maka
meminta ampunlah kalian kepadaKu, niscaya Aku ampuni kalian; Wahai hamba
hambaku, sesungguhnya kalian tidak akan mampu menggapai kemudharatanKu sehingga
kalian membahayakanKu, dan kalian juga tidak akan mampu menggapai kemanfaatanKu
sehingga memberi manfaat kepadaKu. Wahai hamba hambaKu, kalaulah seluruh
generasi awal dan generasi akhir kalian, serta seluruh bangsa manusia dan
bangsa jin kalian adalah seperti hati orang yang paling bertaqwa di antara
kalian, maka itu tidak akan memberikan tambahan apapun terhadap kekuasaanKu;
Wahai hamba hambaKu, kalaulah seluruh generasi awal dan generasi akhir kalian,
serta seluruh bangsa manusia dan bangsa jin kalian adalah seperti hati orang
yang paling nista di antara kalian, maka itupun tidak akan membuat kekuasaanKu
berkurang; Wahai hamba hambaKu, kalaulah seluruh generasi awal dan generasi
akhir kalian, serta seluruh bangsa
manusia dan bangsa jin kalian berdiri dalam sebuah bukit, kemudian kalian semua
mengajuka permintaan kepadaKu, lalu Aku beri setiap orang apa yang ia minta,
maka apa yang ada di sisiKu tidak akan berkurang sedikitpun kecuali sebagaimana
sebatang jarum mengurangi air samudra ketika dicelupkan ke dalamnya.” (Hadits
Riwayat Muslim; Ath Thurmidzi, dan Ibnu Majah).”
Sekarang bacalah
sekali lagi hadits di atas ini, bukan dengan lidah kita, namun dengan hati
sanubari kita. Lalu jadikan panggilan “Wahai
hamba hamba-Ku” sebagai peringatan
untuk kita, agar diri kita tidak lalai ataupun pergi begitu saja. Pernahkah
kita membayangkan bahwa kata kata “Wahai
hamba hamba-Ku” adalah kata kata yang dikemukakan oleh Allah SWT terlebih
kepada diri selaku hamba-hamba-Nya yang menunjukkan bahwa Allah SWT sangat
memberikan perhatian kepada diri kita? Jika sampai hati kita tidak juga
terketuk atau tidak juga terbangun dengan kata kata “Wahai hamba hambaKu”
berarti kita sendirilah yang telah membuang perhatian Allah SWT kepada diri
kita.
Lalu, pernahkah kita
mengatakan pada suatu hari kepada diri sendiri, “Aku ingin bertaubat dan lalu
mendekatkan diri kepada Allah..”. Rabb kita sekarang memanggil kita dan
menyerukan, “Mintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku beri kalian petunjuk! Ya,
kita cukup memohon petunjuk. Bayangkan kita cukup berdoa kepada Allah SWT,
niscaya Allah SWT akan menepati apa yang Dia perintahkan dan akan memberi kita
taufik dan hidayah-Nya. Percayalah, sebab ini adalah firman Allah “maka
mintalah petunjuk kepada-Ku…… “mintalah makan kepada-Ku….. “mintalah pakaian
kepada-Ku,………. “mintalah ampunan kepada-Ku…….…”
Allah SWT
memerintahkan kepada kita untuk berdoa kepada-Nya agar Dia memberi kita
petunjuk, memberi kita makanan, memberi kita pakaian, memberi kita ampunan dan
bahkan akan memberi kita syurga. Ya Allah, alangkah payahnya engkau, wahai
hati! Belum jugakah saatnya bagimu untuk bangun dan tersadar?! Sadarlah, wahai
hati dan segeralah berdoa kepada Allah SWT kapanpun dan dimanapun. Pintalah
kepada-Nya dan latihlah tanganmu untuk selalu menengadah ke atas!. Untuk itu
mari, kita pergunakan kesempatan ini dan berdoalah saat ini juga. Ingat, di
surat Al Baqarah (2) ayat 186 berikut ini: “dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya
kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku
mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku,
Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka
beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” Ada satu
syarat mutlak yang dikehendaki oleh Allah SWT, yaitu ‘Apabila Ia Berdoa’!
Sekarang terserah kepada diri masing masing, kita sendiri yang memilih waktu
yang sesuai untuk berdoa dan juga isi doa yang kita mohonkan. Dan kita juga
yang akan membatasinya. Ingat, Allah SWT akan mengabulkan doa, tapi dengan
syarat “apabila Anda berdoa’ kepadaNya, bukan kepada yang lain.
Jika hati ini
terbangun betapa besar karunia Allah SWT kepada kita dengan memberikan
fasilitas berdoa kepada-Nya. Dimana fasilitas ini bisa mengubah segalanya. Dari
sesuatu yang jelek menjadi baik, dari sakit menjadi sehat, dari susah menjadi
mudah, dari miskin menjadi kaya, dari bodoh menjadi pintar dan masih banyak
lagi. Lalu pernahkah kita membayangkan berapa nilai perubahan itu jika
dikalkulasi dalam bentuk mata uang. Tidakkah hal ini menjadikan hati ini
terketuk. Kita sangat membutuhkan doa setelah beragam virus dan penyakit
menyerang kita di setiap tempat, dimana tidak seorangpun, baik kecil maupun
dewasa, yang tidak memiliki penyakit, kecuali orang yang dianugerahi Allah SWT
kesehatan.
Kepada Allah kita
memohon agar semua senantiasa sehat wa afiat. Bagi setiap orang yang sakit,
dengan izin Allah SWT kita akan sembuh dengan dua syarat, yaitu: (1) doa:
“Aku meangabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepadaKu”; (2)
keyakinan atas terkabulnya doa: “Aku sesuai dengan keyakinan hambaKu kepadaKu”.
Lalu apakah kita akan menghilangkan begitu saja fasilitas yang sudah
dipersiapkan oleh Allah SWT kepada diri ini?
3. Doa Iblis Dan Doa
Abadi. Sekarang
mari kita perhatikan dengan seksama pernyataan berikut ini: “Jangan takut bila
Allah SWT tidak akan mengabulkan doamu karena Dia mengetahui kejelekan yang ada
padamu, sebab Dia telah mengabulkan doa dari makhluk-Nya yang paling jelek,
yaitu iblis sang terlaknat, ketika iblis berkata: iblis menjawab: "Beri
tangguhlah saya[529] sampai waktu mereka dibangkitkan". (surat Al A’raaf
(7) ayat 14)
[529] Maksudnya: janganlah saya dan anak cucu saya
dimatikan sampai hari kiamat sehingga saya berkesempatan menggoda Adam dan anak
cucunya.
Allah SWT pun
mengabulkan apa yang diminta oleh Iblis sang laknatullah ini dan Allah SWT
berfirman kepadanya: Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu
Termasuk mereka yang diberi tangguh." (surat Al A’raaf (7) ayat 15).” Bayangkan
permohonan iblis sang laknatullah saja telah dikabulkan oleh Allah SWT. Lalu Tidakkah Allah SWT juga akan
mengabulkan segala permohonan Anda? Sekarang, masih ragukah kita dengan Allah
SWT? Semoga dengan adanya hal ini mampu menghilangkan keraguan dari dalam
diri kita saat kita berdoa.
Sekarang mari kita
perhatikan dengan seksama, tentang apa yang kami istilahkan dengan doa abadi
yang tertuang di dalam surat Ali Imran (3) ayat 193, 194, dan 195 di bawah ini,
yang kesemuanya untuk diri kita sepanjang kita berdoa kepada-Nya. Allah SWT
berfirman: “Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami mendengar (seruan) yang menyeru
kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", Maka Kamipun
beriman. Ya Tuhan Kami, ampunilah bagi Kami dosa-dosa Kami dan hapuskanlah dari
Kami kesalahan-kesalahan Kami, dan wafatkanlah Kami beserta orang-orang yang
banyak berbakti. Ya Tuhan Kami, berilah Kami apa yang telah Engkau janjikan
kepada Kami dengan perantaraan Rasul-rasul Engkau. dan janganlah Engkau hinakan
Kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji." Maka
Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman):
"Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di
antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan
dari sebagian yang lain[259]. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari
kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang
dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah aku
masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai
pahala di sisi Allah. dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik." (surat
Ali Imran (3) ayat 193, 194, 195)
[259] Maksudnya sebagaimana laki-laki berasal dari
laki-laki dan perempuan, Maka demikian pula halnya perempuan berasal dari
laki-laki dan perempuan. Kedua-duanya sama-sama manusia, tak ada kelebihan yang
satu dari yang lain tentang penilaian iman dan amalnya.
Allah SWT telah
mengabulkan begitu banyak doa kita, namun kita sering melupakannya. Tidak
selamanya pengabulan doa seketika itu juga. Terkadang Allah SWT mengabulkannya
pada waktu yang telah ditentukan dan kitapun lupa bila hal itu sesungguhnya
sebagai jawaban atas doa doa kita sebelumnya yang pernah kita lakukan kepada
Allah SWT yang waktunya entah kapan. Rasulullah SAW bersabda: “Tidak
seorangpun yang berdoa, kecuali akan dikabulkan. Pengabulannya itu bisa segera
di dunia ini, dan bisa juga ditangguhkan di akhirat nanti, atau bisa juga
digantikan dengan pengampunan doa sesuai dengan kadar doanya itu, dengan syarat
ia tidak berdoa untuk sebuah perbuatan dosa, atau memutus tali silaturahmi,
atau isti’jal (menuntut segera terkabul)”. Para sahabat bertanya, “Wahai
Rasulullah, apa yang dimaksud dengan isti’jal itu?” Beliau menjawab: “seseorang
yang berkata, “Aku telah berdoa kepada Rabbku, namun belum juga dikabulkan”. (Hadits
Riwayat Ath Thirmidzi).
Ingatlah, ketika kita
telah berdoa kepada Allah SWT agar mengaruniakan kesuksesan, pekerjaan, tempat
tinggal, pernikahan, keturunan, keleluasaan rezeki, kesembuhan, dan sebagainya.
Beribu doa kita telah terkabul. Janganlah
lupa, sebab manusia sejati tidak akan melupakan cinta dan jasa walaupun
sekejab. Apalagi dengan pemberian yang terus menerus sepanjang hayat di kandung
badan. Ingat, jangan sampai hal ini terjadi pada diri kita dan juga pada anak
keturunan kita.
4. Bahasa Doa. Pernah datang seorang
laki laki kepada Rasulullah SAW lalu berkata: “Wahai Rasulullah, saya tidak bisa
menirukan bacaan bacaan Anda maupun bacaan bacaan Muadz,” Maka
Rasulullah SAW bertanya, “Apa yang biasa Anda baca?”. Lelaki itu menjawab, “Aku
berucap, Ya Allah, sungguh aku meminta syurga kepadaMu, dan berlindung kepadaMu
dari api neraka.” Rasulpun mengatakan, “Demikian jugalah aku dan Muadz biasa
mengucapkan.” (Hadits Riwayat Ibnu Majah dan Imam Ahmad). Berdasarkan hadits
ini, berdoalah kepada Allah SWT seperti yang kita rasakan dan janganlah
membebani diri. Jangan membuat buat munajat. Jadilah diri kita sendiri, dan
seketika itu juga kita akan menemukan lidah ini menjadi seolah olah lidah para
Shalihin! Hal ini sangat mungkin terjadi jika kita betul betul tulus dan
mencintai Allah SWT seraya merasakan dalamnya nilai kepasrahan diri kita
terhadap-Nya yang akan menumbuhkan kerendahan, kekhusyu’an, ketenangan, perasaan
butuh, dan keberhibaan penuh kepada Sang Pencipta langit dan bumi.
Lalu apa bahasa doa
yang kita pergunakan, apakah harus dengan bahasa Arab ataukah dengan bahasa ibu
(bahasa kita sehari hari/non Arab)? Adapun doa di luar shalat, maka tidak
mengapa menggunakan bahasa non Arab. Seperti ini sama sekali tidak ada masalah
lebih-lebih lagi jika hatinya semakin hadir (semakin memahami) doa yang ia
panjatkan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menerangkan, “Berdoa boleh dengan bahasa Arab dan bahasa non Arab. Allah SWT tentu
saja mengetahui setiap maksud hamba walaupun lisannya pun tidak bisa
menyuarakan. Allah Maha Mengetahui setiap doa dalam berbagai bahasa pun itu dan
Dia pun Maha Mengetahui setiap kebutuhan yang dipanjatkan”
Di lain sisi, Allah
SWT selaku Dzat yang memperkenankan diri kita berdoa kepadaNya juga telah
mengemukakan contoh contoh doa doa yang terbaik sebagaimana yang terdapat di
dalam AlQuran. Sehingga saat diri kita berdoa melalui doa yang ada di dalam
AlQuran berarti diri kita telah mengatakan kembali kata kata Allah SWT yang
telah dikatakanNya dalam AlQuran, kita
katakan kembali kepada Allah SWT. Selain contoh doa yang terdapat di dalam
AlQuran, Nabi SAW juga banyak memberikan contoh contoh doa kepada umat manusia.
Adanya contoh doa di dalam AlQuran dan juga di dalam hadits bukan menghantarkan
diri kita menjadi orang orang yang pandai membaca, akan tetapi mampu menjadikan
diri ini menjadi orang orang yang mampu berdoa kepada Allah SWT dengan baik dan
benar.
5. Adanya Rahasia
Pengkabulan Doa. Doa
yang kita panjatkan kepada Allah SWT pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu: (1) Doa Kebutuhan dan;
(2) Doa Ubudiyyah (doa penghambaan).
Kedua jenis doa ini saling terkait. Alangkah baiknya jika kita berdoa dengan
dua niat di atas, yaitu karena adanya kebutuhan untuk ditolong serta dibantu
oleh Allah SWT dan juga karena bentuk penghambaan diri kepada Allah SWT. Selain
daripada itu, yang harus di doakan terlebih dahulu adalah: (a) Ampunan dan dihindarkan dari segala Azab; (b) Diterimanya
amal dan ibadah kita baik wajib ataupun sunnah;(c)Supaya diperbesar, ditambah, dipelihara Amanah Amanah yang berasal dari
Allah SWT; (d) Supaya diteguhkan Iman, Islam dan Ikhsan
kita dan yang terakhir mohonlah supaya selalu dinaungi rahmat dan ridha Allah
SWT.
Sebagai orang yang
membutuhkan doa kepada Allah SWT ketahuilah bahwa dibalik doa yang kita
panjatkan ternyata ada rahasia yang harus kita ketahui, sebagaimana termaktub
dalam hadits berikut ini: “Abu Umamah ra, berkata: Nabi SAW bersabda:
Allah ta’ala memerintahkan kepada para Malaikat: “Pergilah kalian kepada
hambaKu dan berikan bala’ atau ujian kepadanya, karena Aku senang mendengar
suaranya (suara doanya). (Hadits Riwayat Ath Thabrani; 272:210).” Berdasrkan
hadits ini Allah SWT menyatakan Aku senang mendengar suaranya (suara doanya),
yang menandakan bahwa Allah SWT sangat berkehendak agar diri kita untuk selalu
memperdengarkan doa doa kita kepadaNya, sehingga doa kita tertuda
pengkabulannya. Ingat bukan tertolaknya doa tetapi tertunda doa.
Lalu bagaimana dengan hasil dari doa yang kita mohonkan kepada Allah SWT?
Allah SWT sebagai pengabul permohonan doa akan memberikan yang terbaik bagi
diri kita, sebagaimana dikemukakan oleh Allah SWT dalam surat Huud (11) ayat 46
berikut ini: “Allah berfirman: "Hai Nuh, Sesungguhnya Dia
bukanlah Termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), Sesungguhnya
(perbuatan)nya[722] perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon
kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya aku
memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan Termasuk orang-orang yang tidak
berpengetahuan." (surat Huud (11) ayat 46)
[722] Menurut
Pendapat sebagian ahli tafsir bahwa yang dimaksud dengan perbuatannya, ialah
permohonan Nabi Nuh a.s. agar anaknya dilepaskan dari bahaya.
Hal ini dimungkinkan karena kita tidak tahu apa yang
terbaik bagi diri kita dan apa yang diberikan oleh Allah SWT merupakan hak
prerogratif Allah SWT. Sehingga kita tidak bisa memaksa Allah SWT untuk selalu
mengabulkan apa yang kita mohonkan kepada Allah SWT. Jadi sebagai orang yang
telah beriman dan bertaqwa jangan pernah takut doa kita tidak didengarkan oleh
Allah SWT dan juga jangan pernah takut doa kita tidak di ijabah oleh Allah SWT. Dan setelah doa yang kita mohonkan
dikabulkan oleh Allah SWT, apakah setelah itu kita seolah-olah tidak ada
hubungan lagi dengan Allah SWT atau kita putus hubungan dengan Allah SWT?
Apabila kita termasuk orang yang telah Tahu Diri yaitu tahu siapa diri kita
sebenarnya dan Tahu siapa Allah SWT sebenarnya, maka tidak sepantasnya dan
tidak sepatutnya setelah doa kita dikabulkan lalu Allah SWT kita kebelakangkan.
Untuk itu kita harus selalu bersyukur atas dikabulkannya doa yang kita mohonkan
dengan berbuat sesuatu yang baik kepada sesama karena Allah SWT. atau kita
menunaikan shadaqah dan jariah untuk fakir miskin sebagai bukti syukur kita
kepada Allah SWT setelah doa dikabulkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar