Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Kamis, 18 April 2024

APA YANG HARUS KITA IMANI DARI ALLAH SWT (PART 2 of 8)

 

2.    Allah SWT adalah Pencipta dan Pemilik dari Keberadaan Manusia di muka bumi. Sekarang bagaimana dengan keberadaan manusia yang ada di muka bumi, atau bagaimana dengan keberadaan diri kita yang saat ini ada di muka bumi, apakah ada dengan sendirinya, ataukah ada karena ada yang mengadakan? Jika kita berpedoman bahwa sesuatu ada karena ada yang mengadakan (ada yang menciptakan) berarti seluruh manusia yang ada di muka bumi, ada pasti ada yang mengadakan dan juga berarti yang mengadakan, atau yang menciptakan manusia di muka bumi wajib memiliki ilmu, wajib memiliki kehendak dan wajib pula memiliki kemampuan yang sangat hebat dalam satu kesatuan. Lalu untuk apakah Allah SWT menciptakan manusia di muka bumi?

 

Pertama, setiap manusia siapapun orangnya adalah seorang abd’ (hamba)Nya yang harus mengabdi kepada Allah SWT selaku Rabb bagi setiap umat manusia. Adanya peran sebagai seorang abd’ (hamba) menunjukkan bahwa seorang abd’ (hamba) terikat dengan ketentuan penghambaan seorang hamba kepada Allah SWT selaku Tuhan bagi dirinya.

 

Kedua, seluruh manusia, termasuk diri kita, diciptakan oleh Allah SWT untuk dijadikan khalifahNya di muka bumi, atau untuk dijadikan perpanjangan tangan Allah SWT (agen agen Allah) di muka bumi sehingga dengan adanya kekhalifahan di muka bumi terperiharalah, terjagalah segala apa-apa yang telah diciptakan Allah SWT. Dan dengan adanya kekhalifahan di muka bumi maka diharapkan terciptalah apa yang dinamakan dengan ketenteraman, ketertiban, serta terpeliharanya apa apa yang diciptakan oleh Allah SWT di muka bumi sehingga terciptalah kehidupan “toto tenterem, gemah ripah loh jinawi” oleh sebab keberadaan khalifah di muka bumi, dan semoga kita mampu menjadi khalifah yang sesuai dengan kehendak Allah SWT.

 

Dan berdasarkan uraian yang kami kemukakan di atas, Allah SWT berkehendak kepada setiap manusia, termasuk kepada diri kita, yang ada di muka bumi ini untuk menjadi makhluk yang memiliki peran dwifungsi, yaitu mampu menjadi abd’ (hamba)Nya dan juga mampu menjadi khalifahNya di muka bumi. Lalu sudahkah kita tahu dan memahami konsep dasar ini saat hidup di muka bumi ini!  Selanjutnya untuk lebih memperjelas kedudukan manusia sebagai abd’ (hamba)Nya yang juga khalifahNya di muka bumi, perkenankan kami memberikan sebuah ilustrasi berikut ini: Menjadi seorang abd’ (hamba)Nya yang juga adalah seorang khalifahNya di muka bumi dapat kami ibaratkan diri kita adalah seorang duta besar dari negeri ini untuk negara sahabat tertentu. Sebagai seorang duta besar maka kita wajib memiliki ilmu serta mampu memahami kondisi dari negara yang mengutus diri kita untuk menjadi duta besar di negara tertentu, seperti budayanya, ekonominya, sejarahnya, bahasanya, keberagaman suku dari penduduknya serta mampu pula menampilkan budaya negeri ini di negara yang ia menjadi duta besarnya. Sehingga dengan adanya keduataan besar  negara ini maka negara lain mampu mengetahui dan memahami tentang negeri ini dari duta besarnya sendiri.

 

Sebagai seorang duta besar dari negeri ini ketahuilah bahwa dalam diri duta besar akan melekat dua hal, yaitu yang pertama, sebagai abdi negara yang harus menunjukkan sebagai patriot bangsa sehingga kedaulatan bangsa ini bisa dihargai oleh negara negara lain dan siap melaporkan segala sesuatu yang terjadi sehingga negara siap membantu duta besarnya jika mengalami hambatan dan gangguan dalam hubungan diplomatik. Dan yang kedua, pada setiap diri duta besar secara otomatis adalah utusan bagi negara ini untuk memperjuangkan kepentingan negara di negara lain yaitu di tempat tugasnya sehingga negara ini tidak dilecehkan dalam kancah international serta terciptalah perdamaian dunia oleh sebab keberadaan kedutaan besar dan juga mampu menunjukkan nilai nilai kebangsaan dari negara ini kepada bangsa bangsa lainnya.

 

Sekarang bisakah kondisi manusia yang telah dijadikan sebagai abd’ (hamba)Nya dan yang juga sebagai khalifahNya di muka bumi dianalogikan dengan mempergunakan konsep di atas? Konsep di atas juga bisa diaplikasikan kepada diri kita sehingga setiap manusia, laki laki ataupun perempuan,  tidak lain adalah duta besar duta besar Allah SWT di muka bumi yang mengemban tugas sebagai abd’ (hamba)Nya dan juga bertugas sebagai khalifahNya di muka bumi ini. Sebagai abd’ (hamba)Nya maka kita wajib mengabdikan diri kepada Allah SWT selaku Tuhan bagi seluruh alam. Adanya pengabdian kepada Allah SWT akan menjadikan diri kita pasif, tunduk dan patuh kepada apa apa yang dikehendaki Allah SWT.

 

Sedangkan sebagai khalifahNya di muka bumi berarti kita adalah perpanjangan tangan Allah SWT di muka bumi dengan catatan kita tetap menjadi abd’ (hamba)Nya yang taat dan patuh kepada Allah SWT walaupun bertugas sebagai khalifahNya di muka bumi. Dan melalui tugas kekhalifahan di muka bumi ini maka terpeliharalah, terjagalah segala apa apa yang diciptakan oleh Allah SWT dari kerusakan, kepunahan, pencemaran dan lain sebagainya. Selain daripada  itu melalui konsep kekhalifahan di muka bumi ini maka setiap manusia wajib aktif di dalam menampilkan penampilan penampilan Allah SWT (menampilkan perilaku yang sesuai dengan konsep asmaul husna) saat diri kita hidup di dunia ini dan untuk menjalankan segala apa apa yang dihekendaki Allah SWT serta wajib mempelajari, memahami, mengajarkan, menyebarluaskan ilmu tentang Allah SWT sehingga melalui aktivitas mengajar banyak orang yang memiliki ilmu mengenal Allah SWT (ma’rifatullah) secara berkesinambungan.

 

Adanya konsep dwifungsi manusia yaitu sebagai abd’ (hamba)Nya dan juga sebagai khalifahNya di muka bumi maka derajat laki-laki dan perempuan bukan terletak pada diri mereka sendiri, tidak didasarkan jenis kelamin, melainkan dilihat dari segi kepasrahan dan kepatuhan serta derajat pengabdiannya kepada Allah SWT serta peran aktifnya di dalam melaksanakan fungsi kekhalifahan yang ada di muka bumi. Selanjutnya untuk menunjukkan, untuk memperlihatkan perilaku diri kita yang mencerminkan perilaku dan perbuatan Allah SWT yang kita wakilkan sehingga tindak tanduk diri kita sesuai dengan perbuatan Allah SWT yang termaktub dalam konsep asmaul husna saat diri kita menjadi abd’ (hamba)Nya dan yang juga menjadi khalifahNya  di muka bumi. Apa maksudnya? Sekarang jika yang mengutus diri kita adalah Allah SWT yang memiliki perbuatan Yang Maha Pengasih dan Yang Maha Penyayang, berarti saat diri kita menjadi abd’ (hamba)Nya dan yang juga khalifahNya di muka bumi maka kita harus bisa memperlihatkan, harus bisa menunjukkan, dan harus bisa membuktikan dalam perilaku diri kita yang sesuai dengan perbuatan Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

 

Jika sampai apa yang kami kemukakan di atas belum bisa kita laksanakan berarti diri kita belum sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah SWT, yaitu sebagai seorang abd’ (hamba)Nya dan seorang khalifahNya yang sesuai dengan konsep awal penciptaan manusia. Hal yang samapun berlaku jika kita menjadi wakil (perpanjangan tangan) Allah SWT yang memiliki perbuatan Maha Permberi Petunjuk, maka kitapun harus pula memberikan petunjuk kepada yang membutuhkan petunjuk dari diri kita sehingga dengan adanya petunjuk dari diri kita maka terbantulah masyarakat luas. Demikian seterusnya, sesuai dengan nama nama Allah SWT yang indah lagi baik.

 

Selanjutnya jika Allah SWT adalah pencipta dari seluruh manusia yang telah dijadikannya sebagai hambaNya dan juga sebagai khalifahNya di muka bumi maka hanya Allah SWT sajalah yang paling ahli, hanya Allah SWT yang paling mengetahui, hanya Allah SWT sajalah yang paling paham tentang segala urusan manusia yang ada di muka bumi, termasuk di dalamnya yang paling tahu, yang paling mengerti tentang diri kita dan anak keturunan kita, tentang musuh kita apakah itu ahwa (hawa nafsu) dan juga syaitan. Selanjutnya jika kita menelaah lebih mendalam lagi tentang Allah SWT selaku pencipta dan pemilik dari alam semesta ini, termasuk di dalamnya pencipta dan pemilik keberadaan manusia yang ada di muka bumi, maka akan didapat beberapa keterangan yang harus kita jadikan pedoman saat diri kita menjadi abd’ (hamba)Nya yang sekaligus khalifahNya di muka bumi, yaitu :

 

Pertama, Pencipta harus lebih dahulu ada dibandingkan dengan ciptaan dan jika ini adalah ketentuan yang berlaku umum maka Allah SWT sebagai pencipta dapat dipastikan sudah ada terlebih dahulu sebelum langit dan bumi diciptakan. Allah SWT pasti ada sebelum manusia yang ada di muka bumi diciptakan sebab mustahil diakal jika ciptaan ada terlebih dahulu dibandingkan dengan penciptanya. Sekarang jika ada Tuhan-Tuhan lain selain daripada Allah SWT yang keberadaannya ada setelah langit dan bumi diciptakan maka dapat dipastikan Tuhan tersebut bukanlah Allah SWT, tetapi makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. 

 

Kedua, Setiap ciptaan yang diciptakan oleh Allah SWT, apakah itu langit dan bumi beserta isinya, apakah itu manusia, apakah itu diri kita, apakah itu anak dan keturunan kita sendiri,  jika ditelaah secara mendalam bukanlah hanya sebatas ciptaan Allah SWT. Akan tetapi semuanya adalah Tanda-Tanda Kebesaran dan Kemahaan Allah SWT dan secara tersembunyi Allah SWT ada dibalik ciptaan yang telah diciptakan oleh Allah SWT sehingga semuanya tidak bisa dipisahkan dengan Allah SWT. Adanya kondisi ini maka kita harus bisa menempatkan dan meletakkan Kebesaran dan Kemahaan Allah SWT yang selalu ada bersama ciptaan Allah SWT sesuai dengan kehendak Allah SWT.  

Ketiga, Jika langit dan bumi beserta isinya diciptakan dan dimiliki oleh Allah SWT berarti seluruh manusia yang ada di muka bumi, siapapun orangnya, apapun pangkat dan jabatannya, kaya atau miskin, tua atau muda, laki-laki atau perempuan, bukanlah pencipta dan pemilik dari langit dan bumi beserta isinya. Selanjutnya jika ini kondisi dasar dari setiap manusia, termasuk di dalamnya diri kita, berarti kita hanyalah orang-orang yang diberi hak untuk menikmati, atau orang yang sedang menumpang di langit dan di bumi,  atau  tamu yang sedang menumpang di langit dan di bumi yang tidak selamanya bisa menjadi tamu, dalam rangka melaksanakan tugas sebagai abd’ (hamba)Nya dan yang juga khalifahNya di muka bumi.  

 

Keempat, Sebagai orang yang sedang menumpang, atau sebagai orang yang sedang menjadi tamu di langit dan di muka bumi yang diciptakan dan dimiliki oleh Allah SWT, tentu kita tidak bisa seenaknya saja menumpang, atau tentu kita tidak bisa menjadi tamu yang tidak tahu diri. Untuk itu kita harus mematuhi segala undang-undang, segala hukum, segala peraturan, segala ketentuan yang telah ditetapkan berlaku oleh Allah SWT, terkecuali jika kita ingin memperoleh predikat tamu yang tidak tahu diuntung, atau tamu yang tidak tahu diri, yaitu sudahlah menumpang Tuan Rumah kita lawan atau bahkan kita mengatur Tuan Rumah di rumahNya sendiri. 

 

Kelima, Kemutlakan yang dimiliki oleh Allah SWT kepada seluruh ciptaanNya,  akan tetap kekal selamanya sesuai dengan kondisi Allah SWT yang Maha Kekals, hubungan Allah SWT kepada manusia, termasuk kepada diri kita, akan terus terjadi sampai kapanpun walaupun kita telah melupakan Allah SWT, atau walaupun kita telah memutuskan hubungan dengan Allah SWT. Allah SWT akan tetap memperhatikan diri kita, Allah SWT tetap menghadapi diri kita. Sebagaimana hadits berikut ini: Ibnu Abbas ra, berkata:  Nabi SAW bersabda: Allah ta'ala berfirman: Wahai Anak Adam! Jika engkau ingat kepada-Ku, Aku Ingat kepadamu dan bila engkau lupa kepada-Ku, Akupun ingat kepadamu. Jika engkau taat kepada-Ku pergilah kemana saja engkau suka, pada tempat dimana Aku berkawan dengan engkau dan engkau berkawan dengan da-Ku. Engkau berpaling daripada-Ku padahal aku menghadap kepadamu, Siapakah yang memberimu makan dikala engkau masih di dalam perut ibumu. Aku selalu mengurusmu dan memeliharamu sampai terlaksanalah kehendak-Ku bagimu, maka setelah Aku keluarkan engkau ke alam dunia engkau berbuat banyak maksiat. Apakah demikian seharusnya pembalasan kepada yang telah berbuat kebaikan kepadamu?. (Hadits Qudsi Riwayat Abu Nasher Rabi'ah bin Ali Al Ajli dan Arrafi'ie; 272:182).

 

Berdasarkan hadits di atas ini, hubungan Allah SWT kepada manusia,  termasuk kepada diri kita, akan terus terjadi sampai kapanpun walaupun kita telah melupakan Allah SWT, atau walaupun kita telah memutuskan hubungan dengan Allah SWT. Allah SWT akan tetap memperhatikan diri kita, Allah SWT tetap menghadapi diri kita. Sekarang apakah akan kita sia-siakan Allah SWT yang sudah begitu sayang kepada diri kita? Jangan sampai hal ini terjadi pada diri kita, keluarga dan anak keturunan kita. Amiin.

 

Itulah 5 (lima) buah ketentuan yang berhubungan Allah SWT selaku pencipta dan selaku pemilik alam semesta ini beserta isinya termasuk di dalamnya pencipta manusia. Lalu sudahkah kita memahaminya dengan baik dan benar!

  

B.      IMANI BAHWA SIFAT DAN PERBUATAN ALLAH  SWT  ITU AKTIF.

 

Hal yang kedua yang harus kita imani dari Allah SWT adalah Allah SWT adalah pencipta dan juga pemilik dari segala apa apa yang ada di langit dan apa apa yang ada di muka bumi, termasuk di dalamnya seluruh umat manusia yang akan dijadikanNya sebagai abd’ (hamba)Nya dan yang juga adalah khalifahNya di muka bumi. Lalu apakah hanya ini saja yang melatarbelakanginya? Inilah jawabannya. Sebelum Nabi Adam as, diciptakan, seluruh  kehidupan dalam keadaan tenang dan tentram di dalam syurga, tidak ada gejolak, semua makhluk ciptaan Allah SWT yang pada waktu itu hanya ada malaikat baik yang diciptakan dari unsur nur (cahaya) dan unsur naar (api). Mereka semuanya patuh dan taat kepada Allah SWT dan mereka selalu bertasbih untuk selalu memuji dan mensucikan Allah SWT. Adanya kondisi ini berarti bahwa kehidupan pada saat sebelum Nabi Adam as, diciptakan dalam kondisi monoton, semuanya tunduk patuh, bertasbih serta taat kepada Allah SWT.

 

Selanjutnya, ada makhluk apa sajakah sebelum Nabi Adam as, diciptakan oleh Allah SWT? Sebelum Nabi Adam as, diciptakan ada dua ciptaan, yaitu: pertama, malaikat yang terdiri dari malaikat diciptakan dari unsur nur (cahaya) dan malaikat yang diciptakan dari unsur naar (api), yang kesemuanya adalah para abdi dalam Allah SWT. Hal sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 30 berikut ini: “ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (surat Al Baqarah (2) ayat 30). Dimana para malaikat baik yang diciptakan dari unsur nur (cahaya) dan juga para malaikat dari unsur naar (api) kesemuanya menyatakan “kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau” Adanya kondisi ini menunjukkan ibadah yang ada pada saat itu adalah ibadah yang bersifat satu arah yaitu bertasbih kepada Allah SWT semata.

 

Kedua, langit dan bumi beserta isinya telah diciptakan terlebih dahulu sebelum Nabi Adam as, diciptakan Allah SWT. Dan semua yang diciptakan oleh Allah SWT juga melakukan tasbih kepada Allah SWT sebagaiman dikemukakan dalam surat Al Hadiid (57) ayat 1 berikut ini: “semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”  Adanya kondisi seperti ini terlihat sangat jelas bahwa seluruh yang diciptakan oleh Allah SWT hanya melakukan ibadah bertasbih yang menunjukkan ibadah satu arah kepada Allah SWT semata.

 

Timbul pertanyaan, dapat aktifkah sifat dan perbuatan (af’al)) yang dimiliki oleh Allah SWT jika ibadahnya (tasbihnya) segala yang diciptakan oleh Allah SWT bersifat satu arah tanpa ada pembeda diantara yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan kita tahu bahwa seseorang baru akan dikatakan dia kaya, jika ada orang yang miskin. Seseorang  baru  dapat  dikatakan patuh  dan  taat,  jika  ada  orang  yang  membandel dan ingkar janji. Inilah salah satu bentuk rumus kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Akhirnya dengan adanya pembeda akan diketahui mana makhluk yang sesuai dengan kehendak-Nya atau yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya.

 

Sekarang bagaimana dengan kebesaran dan kemahaan Allah SWT apakah aktif apakah pasif? Pasif atau aktifnya kebesaran dan kemahaan Allah SWT sangat tergantung kepada apa-apa yang telah diciptakan oleh Allah SWT dan jika kita mengacu kepada ketentuan surat Al Baqarah (2) ayat 30 dan surat Al Hadiid (57) ayat 1 di atas, yang mana seluruh makhluk yang diciptakan sebelum Nabi Adam as, diciptakan yang kesemuanya melakukan kesamaan aktifitas dalam hal ini adalah bertasbih kepada Allah SWT. Hal ini bukanlah sebuah kesalahan namun tidak bisa dijadikan tolak ukur untuk menunjukkan aktifnya kebesaran dan kemahaan Allah SWT. Sedangkan aktif atau pasifnya sesuatu harus dimulai dari adanya perbedaan, seperti kaya dan miskin, taat dan patuh dengan membandel dan ingkar janji dan lain sebagainya.  

 

Adanya penciptaan manusia yang akan dijadikannya abd’ (hamba)Nya dan yang juga khalifahNya di muka bumi merupakan cara dan metode dari Allah SWT untuk menunjukkan, untuk memperlihatkan dan mempertontonkan kemampuan dan kehebatan dari DzatNya Allah SWT, dari SifatNya  Allah SWT dan dari perbuatan (af’al) Allah SWT sehingga dengan demikian Aktiflah segala apa -apa yang dimiliki oleh Allah SWT. Apa contohnya?

 

Berikut ini akan kami kemukakan pelajaran dari aktif-Nya sifat dan perbuatan (af’al) yang dimiliki oleh Allah SWT yang dipertunjukkan kepada umat umat terdahulu yang telah dihancurluluhlantakkan oleh Allah SWT karena ulahnya yang tidak mau menerima risalah (ingkar dari kebenaran) yang disampaikan oleh Nabi dan Rasul-Nya, sehingga mereka menjadi orang oang yang dimurkai oleh Allah SWT, berikut ini:

 

1.    Kaum Nabi Nuh as,.  Nabi Nuh as, berdakwah  selama   950  tahun, namun yang beriman hanyalah sekitar 80 orang. Kaumnya mendustakan dan memperolok-olok Nabi Nuh. Lalu, Allah mendatangkan banjir yang besar, kemudian menenggelamkan mereka yang ingkar, termasuk anak dan istri Nabi Nuh as, itu sendiri. Sebagaimana firman Allah SWT berikut ini: “Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia tingga bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian mereka dilanda banjir besar, sedangkan mereka adalah orang orang yang zalim.(surat Al-Ankabut (29) ayat 14).

 

2.    Kaum Nabi Hud as,. Nabi Hud diutus untuk kaum 'Ad. Mereka mendustakan kenabian Nabi Hud. Allah lalu mendatangkan angin yang dahsyat disertai dengan bunyi guruh yang menggelegar hingga mereka tertimbun pasir dan akhirnya binasa, sebagaimana firman Allah SWT berikut ini: “Kaum ‘Ad pun telah mendustakan. Maka betapa dahsyatnya azabKu dan peringatanKu. Sesungguhnya kami telah menghembuskan angina yang sangat kencang  kepada mereka pada hari nahas yang terus menerus, yang membuat manusia bergelimpangan, bagaikan pohon pohon kurma yang tumbang dengan akar akarnya. (surat Al Qamar (54) ayat 18, 19, 20)

 

3.  Kaum Nabi Saleh as,. Nabi Saleh diutuskan Allah kepada kaum Tsamud. Nabi Saleh diberi sebuah mukjizat seekor unta betina yang keluar dari celah batu. Namun, mereka membunuh unta betina tersebut sehingga Allah menimpakan azab kepada mereka, sebagaimana Allah SWT berfirman berikut ini: “Kemudian suara yang mengguntur menimpa orang orang zalim itu, sehingga mereka mati bergelimpangan di rumahnya. Seolah olah mereka belum pernah tinggal di tempat itu. Ingatlah, kaum Tsamud mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, binasalah kaum Tsamud. (surat Huud (11) ayat 67, 68)

 

4.   Kaum Nabi Luths as,. Salah satu kisah dalam AlQuran yang harus menjadi pelajaran umat manusia adalah kisah umat Nabi Luth as,. Sebagaimana dijelaskan dalam AlQuran, umat Nabi Luth as, dihancurkan karena mereka melakukan perbuatan yang sangat dimurkai oleh Allah SWT, yakni melakukan hubungan seksual dengan sesama jenis (homoseksual). Walaupun sudah diperingatkan oleh Nabi Luth, namun umatnya tak mau menuruti perintah tersebut, hingga Allah menimpakan azab terhadap mereka.  Kisah diazabnya umat Nabi Luth AS terdapat dalam surat  surat Hud (11) ayat  82-83 sebagaimana berikut ini: “Maka ketika keputusan Kami datang, Kami menjungkirbalikkan kaum Luth, dan kami hujani mereka bertubi tubi dengan batu dari tanah yan terbakar.”

 

5.    Kaum Nabi Syuaib as,.Nabi Syuaib diutuskan kepada kaum Madyan. Kaum Madyan ini dihancurkan oleh Allah karena mereka suka melakukan penipuan dan kecurangan dalam perdagangan. Bila membeli, mereka minta dilebihkan dan bila menjual selalu mengurangi. Sedangkan perintah Allah SWT adalah sempurnakanlah takaran dan timbangan dan jangan merugikan orang lain serta janganlah membuat kerusakan. Sebagaimana firmanNya berikut ini: “Dan pemuka pemuka dari kaumnya Syuaib yang kafir berkata (kepada sesamanya), “Sesungguhnya jika kamu mengikuti Syuaib, tentu kamu menjadi orang orang yang rugi. Lalu datanglah gempa menimpa mereka, dan merekapun mati bergelimpangan di dalam reruntuhan rumah mereka. (surat Al A’raaf (7) ayat 90,91).

 

6.   Fir’aun dan Balatentaranya. Kaum Bani Israil sering ditindas oleh Firaun. Allah mengutus Nabi Musa dan Harun untuk memperingatkan Firaun akan azab Allah. Namun, Firaun malah mengaku sebagai tuhan. Ia akhirnya tewas di Laut Merah dan jasadnya berhasil diselamatkan sebagaimana termaktub dalam surat Yunus (10) ayat 92 berikut ini: Allah SWT berfirman: “Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda tanda (kekuasaan) Kami. (surat Yunus (10) ayat 92).  Hingga kini jasad Firaun yang ditenggelamkan oleh Allah SWT masih bisa disaksikan di museum mumi di Mesir. Allah SWT berfirman: “Dan (ingatlah) ketika Kami membelah laut untukmu, sehingga kamu dapat Kami selamatkan dan Kami tenggelamkan (Firaun dan) pengikut pengikut Firaun, sedang kamu menyaksikan. (surat Al Baqarah (2) ayat 50)

 

7.   Ashab Al Sabt. Mereka adalah segolongan fasik yang tinggal di Kota Eliah, Elat (Palestina). Mereka melanggar perintah Allah untuk beribadah pada hari Sabtu. Allah menguji mereka dengan memberikan ikan yang banyak pada hari Sabtu dan tidak ada ikan pada hari lainnya. Sebagaimana firmanNya berikut ini: “Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan apda hari Sabat (yaitu) ketika datang kepada mereka ikan ikat (yang berada di sekitar) mereka terapung apung di permukaan air, padahal pada hari hari yang bukan Sabat ikan ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami menguji mereka disebabkan mereka berlaku fasik (surat Al A’raaf (7) ayat 163).”  Mereka meminta rasul Allah untuk mengalihkan ibadah pada hari lain, selain Sabtu. Mereka akhirnya dibinasakan dengan dilaknat Allah menjadi kera yang hina, sebagaiman firman Allah SWT berikut ini: “Maka setelah mereka bersikap sombong terhadap segala apa yang dilarang Kami katakan kepada mereka, “Jadilah kamu kera yang hina.” (surat Al A’raaf (7) ayat 166)

 

8.   Ashab Al Rass. Rass adalah nama sebuah telaga yang kering airnya. Nama Al-Rass ditujukan pada suatu kaum. Konon, nabi yang diutus kepada mereka adalah Nabi Saleh. Sebagaimana firmanNya berikut ini: “Sebelum mereka, kaum Nuh, penduduk Rass dan Samud telah mendustakan (rasul rasul). (surat Qaf (50) ayat 12).”  Allah SWT juga berfirman: “dan (telah kami binasakan) kaum ‘Ad dan Samud dan penduduk Rass serta banyak lagi generasi di antara (kaum kaum) itu. (surat Al Furqaan (25) ayat 38).” Namun, ada pula yang menyebutkan Nabi Syuaib. Sementara itu, yang lainnya menyebutkan, utusan itu bernama Handzalah bin Shinwan (adapula yang menyebut bin Shofwan). Mereka menyembah patung. Ada pula yang menyebutkan, pelanggaran yang mereka lakukan karena mencampakkan utusan yang dikirim kepada mereka ke dalam sumur sehingga mereka dibinasakan Allah SWT.

 

9.   Ashab Al Ukhdudd. Ashab Al-Ukhdud adalah sebuah kaum yang menggali parit dan menolak beriman kepada Allah, termasuk rajanya. Sementara itu, sekelompok orang yang beriman diceburkan ke dalam parit yang telah dibakar, termasuk seorang wanita yanga tengah menggendong seorang bayi. Mereka dikutuk oleh Allah SWT, sebagaiman firman Allah SWT berikut ini: “Binasalah orang orang yang membuat parit (yaitu para pembesar Najran di Yaman), yang berapi (yang mempunyai kayu bakar), ketika mereka duduk disekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang orang mukmin. Dan mereka menyiksa orang orang mukmin itu hanya karena (orang orang mukmin itu) beriman kepada Allah yang Mahaperkasa, Mahaterpuji, yang memiliki kerajaan langit dan bumi. Dan Allah Mahamenyaksikan segala sesuatu. (surat Al Buruuj (85) ayat  4-9).

 

10. Ashab Al Qaryah. Menurut sebagian ahli tafsir, Ashab Al-Qaryah (suatu negeri) adalah penduduk Anthakiyah. Mereka mendustakan rasul-rasul yang diutus kepada mereka. Allah membinasakan mereka dengan sebuah suara yang sangat keras, sebagaimana termaktub dalam surat Yaasiin (36) ayat 13, “Dan buatlah, suatu perumpamaan bagi mereka, yaitu penduduk suatu negeri (ashabal qaryah), ketika utusan utusan datang kepada mereka.”

 

11. Kaum Tubba. Tubaa' adalah  nama  seorang  raja bangsa Himyar yang beriman. Namun, kaumnya sangat ingkar kepada Allah hingga melampaui batas. Maka, Allah menimpakan azab kepada mereka hingga binasa. Peradaban mereka sangat maju. Salah satunya adalah bendungan air. Sebagaimana dikemukakan Allah SWT dalam firmanNya berikut ini; “Apakah mereka (kaum musyrikin) yang lebih baik atau kaum Tubba’ dan orang orang yang sebelum mereka yang telah kami binasakan karena mereka adalah orang orang yang sungguh berdosa. (surat Adh Dukhan (44) ayat 37).”

 

Sebagai umat Nabi Muhammad SAW yang datang sesudah pelajaran yang dikemukakan Allah SWT di atas ini yang terdapat di dalam AlQuran, apakah hal ini tidak bisa kita jadikan sebagai pelajaran bahwa segala kebesaran dan kemahaan Allah SWT itu aktif adanya. Lalu apakah kebesaran dan kemahaan Allah SWT hanya ditujukan kepada umat umat yang terdahulu saja, ataukah berlaku juga kepada diri kita saat ini dan juga sampai hari kiamat tiba? Sebagai abd’ (hamba)Nya yang juga khalifahNya di muka bumi ini kita harus bisa mengimani bahwa segala kebesaran dan kemahaan Allah SWT akan terus kekal selamanya sehingga dapat dikatakan segala kebesaran dan kemahaanNya akan terus aktif tidak mengenal jarak, ruang dan waktu. Jadi apakah hal ini tidak cukup menghantarkan diri kita untuk beriman kepada Allah SWT.

 

Sekarang, katakan yang terjadi adalah seluruh manusia yang ada di muka bumi ini semuanya kaya, tidak ada yang miskin, bagaimanakah dengan perbuatan Allah SWT yang termaktub dalam namanya Al-Ghani (Maha Kaya)-Nya Allah SWT? Jika makhluk sudah tidak membutuhkan dan memerlukan Allah SWT, dimana letak Keesaan Allah SWT dan  dimana letak bahwa Allah SWT dibutuhkan oleh makhluknya, dimana letak aktifnya kebesaran dan kemahaan Allah SWT? Adanya perbedaan kaya dan miskin disinilah terjadi aktifnya kebesaran dan kemahaan Allah SWT melalui proses meminta sesuatu kepada Allah SWT terutama bagi yang mengalami kekurangan. Kondisi ini dipertegas oleh Allah SWT sendiri melalui surat Al Baqarah (2) ayat 168 berikut ini “dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” Yang mana Allah SWT sendiri yang memperkenankan doa kepadaNya. Dan yang juga berarti bahwa kebesaran dan kemahaan Allah SWT itu aktif adanya.


Saat ini kita sudah mengetahui dan juga telah memahami bahwa Allah SWT adalah pencipta dari keberadaan manusia di muka bumi maka sebagai abd’ (hamba)Nya dan juga sebagai khalifahNya ketahuilah bahwa segala undang-undang, segala hukum, segala peraturan, segala ketentuan yang berlaku untuk mengatur segala kepentingan manusia  yang ada di muka bumi dapat dipastikan adalah undang-undang, hukum, peraturan dan ketentuan yang berasal dari Allah SWT semata. Dan alangkah lucunya, alangkah anehnya jika manusia yang telah diangkat sebagai abd’ (hamba)Nya dan yang khalifahNya di muka bumi oleh Allah SWT justru tidak mau menerima, tidak mau melaksanakan segala ketentuan yang telah Allah SWT tetapkan berlaku di muka bumi ini serta alangkah keterlaluannya jika sampai manusia mengganti ketentuan, hukum Allah SWT yang berlaku di muka bumi. Adanya kondisi ini maka berlakulah ketentuan hadits berikut ini: “Anas ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: “Barangsiapa tidak rela dengan ketentuan dan taqdirKu, maka hendaklah ia mencari Tuhan selain Aku. (Hadits Qudsi Riwayat Al Baihaqi dari Ibnu Umar; serta Ath Thabrani dan Ibnu Hibban dari Abi Hind: 272:153) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar