B. UNTUK DIJADIKAN PERINGATAN DAN PELAJARAN.
AlQuran itu bukanlah perkataan dari syaitan yang terkutuk, melainkan
peringatan bagi seluruh alam yang berasal dari Allah SWT. Jika hal ini sudah
dikondisikan oleh Allah SWT berarti Allah SWT adalah pemberi peringatan
sedangkan diri kita termasuk anak keturunan kita adalah orang yang diberi
peringatan, sebagaimana dikemukakan dalam surat At Takwiir (81) ayat 25 sampai
27 yang kami kemukakan berikut ini: “dan AlQuran itu bukanlah Perkataan syaitan yang
terkutuk, Maka ke manakah kamu akan pergi[1560]? AlQuran itu tiada lain
hanyalah peringatan bagi semesta alam.”
[1560]
Maksudnya: sesudah diterangkan bahwa AlQuran itu benar-benar datang dari Allah
dan di dalamnya berisi pelajaran dan petunjuk yang memimpin manusia ke jalan
yang lurus, ditanyakanlah kepada orang-orang kafir itu:"Jalan manakah yang
akan kamu tempuh lagi?"
Allah SWT selaku pemberi
peringatan melalui AlQuran yang telah diturunkan-Nya dapat dipastikan tidak
memiliki kepentingan apapun kepada peringatan yang telah diperingatkan nya,
namun peringatan itu dapat menjadi suatu bentuk kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya
yang juga khalifah-Nya, sepanjang hamba-Nya dan khalifah-Nya mau diperingatkan
oleh Allah SWT dan sepanjang hamba-Nya dan khalifah-Nya mau menerima peringatan
Allah SWT karena peringatan itu untuk kebaikan manusia. Dan Allah SWT selaku
permberi peringatan melalui AlQuran tentu tidak sembarangan dalam memberi
peringatan, tentu ada dasarnya kenapa Allah SWT harus memperingatkan umat
manusia.
Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat Al A’laa (87) ayat 9 berikut
ini: “oleh sebab itu berikanlah peringatan
karena peringatan itu bermanfaat.” Allah SWT menyatakan bahwa peringatan itu sangat
bermanfaat bagi kesuksesan diri kita dan juga bagi anak keturunan kita saat
melaksanakan tugas sebagai hamba dan juga khalifah di muka bumi. Hal ini
dikarenakan peringatan dari Allah SWT merupakan suatu bentuk “early warning
system” buat kepentingan dan kesuksesan hidup manusia. Dan yang pasti adalah
Allah SWT tidak akan pernah rugi sedikitpun apalagi berkurang kemahaanNya jika
peringatan yang telah diperingatkan diabaikan oleh manusia.
Lalu siapakah orang yang mau diperingatkan oleh Allah SWT? Jika kita
mengacu kepada ketentuan surat Al Haaqqah (69) ayat 12 yang kami kemukakan berikut
ini: “agar Kami
jadikan Peristiwa itu peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga
yang mau mendengar.” Orang yang mau diperingatkan
adalah orang yang mau memperhatikan apa apa yang telah terjadi dan yang mau
mendengar apa apa yang telah dikemukakan. Disinilah pentingnya kita
mempergunakan apa-apa yang telah diberikan Allah SWT kepada diri kita seperti
mata, telinga, perasaan serta ilmu. Sepanjang apa yang telah diberikan oleh
Allah SWT tidak dipergunakan sesuai dengan kehendak Allah SWT maka sepanjang itu pula peringatan Allah SWT
tidak akan tepat sasaran.
AlQuran selain sebagai sebuah peringatan dan AlQuran juga sebagai kumpulan
pelajaran yang berasal dari Allah SWT. Hal ini tertuang dalam surat Al Haaqqah
(69) ayat 40 sampai 43 berikut ini: “Sesungguhnya AlQuran itu
adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia,dan
AlQuran itu bukanlah Perkataan seorang penyair. sedikit sekali kamu beriman
kepadanya.dan bukan pula Perkataan tukang tenung. sedikit sekali kamu mengambil
pelajaran daripadanya. ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam.”
Lalu, siapakah yang bisa dan yang mau
menjadikan AlQuran itu adalah sebuah pelajaran? Berdasarkan surat
Al Haaqqah (69) ayat 48 yang kami
kemukakan berikut ini: “dan Sesungguhnya AlQuran itu
benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” Hanya orang yang bertaqwalah yang mampu menjadikan AlQuran adalah
pelajaran. Pelajaran itu sampai ke tujuan akhir. Pelajaran agar bisa
memenangakan pertandingan melawan ahwa (hawa nafsu) dan syaitan. Pelajaran agar
mampu menjadi khalifah dikehendaki Allah SWT, yang kesemuanya hanya bisa
dilaksanakan oleh orang yang bertaqwa.
Lalu sudahkah kita mengambil pelajaran yang dikemukakan Allah SWT untuk
kebahagiaan hidup dan kehidupan kita, sebagaimana dikemukakan dalam firmanNya
berikut ini: “Dan Sesungguhnya telah Kami
mudahkan AlQuran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran? (surat
Al Qamar (54) ayat 40).” Sekarang semuanya
sangat tergantung kepada diri kita sendiri maukah mengambil pelajaran dan
belajar melalui AlQuran yang memang sudah dipersiapkan oleh Allah SWT untuk
untuk kepentingan diri kita.
Saat ini kitab suci AlQuran sudah ada dihadapan kita dan kitab suci
AlQuran yang ada sekarang ini juga merupakan bagian dari mata rantai
kitab-kitab yang telah diturunkan oleh Allah SWT ke muka bumi. Adanya kondisi
ini tentu AlQuran tidak terlepas dari perjalanan panjang dari rencana besar kekhalifahan
di muka bumi termasuk di dalamnya perjalanan umat-umat terdahulu baik yang
mengakui Allah SWT dan Rasul-Nya serta yang tidak mau mengakui Allah SWT dan Rasul-Nya.
Jika ini kondisi dari AlQuran yang diturunkan oleh Allah SWT maka sudah
sepantasnya Allah SWT selaku inisiator, pencipta dan pemilik dari AlQuran
menerangkan kembali tentang kejadian-kejadian yang baik-baik maupun yang buruk dari
umat-umat terdahulu atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau agar
manusia termasuk diri kita yang datang dikemudian hari dapat mengambil
pelajaran atau mengambil hikmah atau menjadi peringatan bagi diri kita agar
jangan mengulangi peristiwa-peristiwa yang tidak sesuai dengan kehendak Allah
SWT sebagaimana firman-Nya berikut ini: “ini
adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, Maka janganlah ada kesempitan di
dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada
orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman. (surat Al A'raaf (7) ayat 2).”
Allah SWT mengemukakan dan menceritakan kembali peristiwa-peristiwa masa
lampau tentu bukanlah sekedar cerita belaka (dongeng) yang diceritakan kembali
tanpa maksud dan tujuan atau cerita untuk menakut-nakuti umat manusia yang
datang di kemudian hari. Allah SWT mengemukakan dan menceritakan kembali hal
ini karena Allah SWT sangat sayang kepada umat manusia atau sangat sayang
kepada diri kita sehingga jangan sampai kita terjerumus ke dalam lubang yang
sama dua kali, atau jangan sampai keledai lebih pintar dari diri kita yang
tidak masuk lubang yang sama dua kali, sebagaimana firman-Nya berikut ini: “dan Apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan
kepadamu Alkitab (AlQuran) sedang Dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya
dalam (AlQuran) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang
yang beriman.(surat Al Ankabuut (29) ayat 51)
Selanjutnya jika kita mengacu kepada AlQuran sebagai bagian dari mata
rantai kitab-kitab Allah SWT yang telah diturunkan ke muka bumi, dalam hal ini
taurat, injil dan zabur, maka diri kitapun tidak terlepas dari mata rantai dari
keberadaan umat-umat yang terdahulu. Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga adalah
khalifah-Nya yang sedang menjalankan tugas di muka bumi, kita tidak dapat
menghindar atau terhindar dari sejarah umat manusia sebelum diri kita ada di
muka bumi ini. Dan jika di dalam AlQuran ada cerita tentang:
1. Umat Nabi Luth as, umat Nabi Nuh as, umat Nabi Musa
as, atau cerita tentang Fir’aun, dan juga cerita tentang Qarun yang kesemuanya
diazab oleh Allah SWT karena ke-ingkaran mereka lalu sudahkah kita mengambil
hikmah dan pelajaran sehingga kita tidak meniru mereka? ;
2. Nabi Ibrahim as, yang tidak hangus dimakan api,
Nabi Yunus as, yang tetap hidup walaupun berada di dalam perut ikan, Nabi Isa
as, yang dapat berbicara sejak bayi, Nabi Musa as, yang mampu membelah lautan
lalu sudah kita mengambil hikmah dan pelajaran di balik kejadian tersebut?
Jika kita termasuk orang yang telah tahu diri, tahu aturan main dan tahu
tujuan akhir, maka dengan diceritakannya kembali oleh Allah SWT
kejadian-kejadian yang menimpa umat terdahulu baik yang buruk maupun yang
sukses, sudah sepatutnya dan sepantasnya apa yang diwahyukan oleh Allah SWT
kita percayai, tanpa dibantah, serta kita harus bercermin dengan kejadian
tersebut agar diri kita tidak mengalami kejadian serupa dengan umat yang
terdahulu terutama umat yang telah diazab oleh Allah SWT sebab azab itu bukan
tidak mungkin dapat menimpa diri kita dan juga menimpa anak keturunan kita
sendiri oleh sebab perbuatan yang kita lakukan.
C.
UNTUK
MEMBEDAKAN KUALITAS MANUSIA.
AlQuran adalah pembeda antara orang yang beriman dengan orang yang kafir.
Jika AlQuran adalah pembeda berarti AlQuran yang diturunkan oleh Allah SWT
dapat menjadi alat bantu untuk menseleksi kekhalifahan yang ada di muka bumi
ini secara alamiah melalui kriteria iman kepada AlQuran atau kriteria ingkar
kepada AlQuran. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Israa’ (17) ayat 45 yang
kami kemukakan berikut ini: dan apabila kamu membaca
AlQuran niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman
kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup.” Hasil akhir dari adanya seleksi
alamiah terhadap abd’ (hamba) yang juga khalifah di muka bumi melalui AlQuran,
akan menghasilkan dua kelompok manusia yang berbeda, yaitu manusia yang beriman
(bertaqwa) atau manusia yang kafir, dan juga manusia yang berhak masuk syurga
dan yang berhak masuk neraka.
Sekarang, mari kita bandingkan posisi AlQuran diantara orang yang beriman
(bertaqwa) dengan orang yang kafir. Berdasarkan surat Al Ma’arij (70) ayat 48
dikemukakan: “Dan sungguh, AlQuran itu
pelajaran bagi orang orang yang bertaqwa.” Sedangkan berdasarkan surat
Al Ma’arij (70) ayat 50 dikemukakan bahwa: “Dan sungguh, AlQuran itu akan menimbulkan penyesalan bagi orang orang
kafir (di akhirat).” Berdasarkan ketentuan dua buah ayat di atas ini,
menandakan bahwa AlQuran mampu membedakan umat manusia berdasarkan perlakuannya
terhadap AlQuran.
Selain itu AlQuran juga bisa membedakan kemana pulang kampungnya
seseorang apakah ke syurga ataukah ke neraka, atau mampu pula membedakan saat
malaikat maut melaksanakan tugasnya. Allah SWT berfirman: Demi malaikat yang mencabut nyawa dengan
keras. (surat An Naziat (79) ayat 1)”. Dan Allah SWT juga berfirman: Demi malaikat yang mencabut nyawa dengan
lemah lembut. (surat An Naziat (79) ayat 2). Sekarang yang manakah
posisi diri kita, apakah orang yang beriman yang dicabut nyawanya dengan lemah
lembut ataukah orang yang kafir yang dicabut nyawanya dengan keras? Yang pasti adalah Allah SWT tidak butuh dengan
iman dan kafir yang kita miliki, tetapi kitalah yang membutuhkan iman (taqwa) jika
ingin pulang kampung ke syurga serta kita juga yang butuh dengan kekafiran jika
kita ingin pulang kampung ke neraka.
Dan tidak akan mungkin orang yang kafir akan memperoleh syurga sedangkan
orang yang beriman akan memperoleh neraka. Pilihan menjadi orang yang beriman
(bertaqwa) atau menjadi orang kafir ada di tangan kita karena Allah SWT sudah
menginformasikan di dalam AlQuran
tentang resiko yang akan dirasakan oleh orang yang kafir saat hidup di dunia
maupun saat di akhirat kelak. Hal yang samapun juga diinformasikan oleh Allah
SWT tentang apa apa yang diperoleh saat
hidup di dunia dan saat di akhirat kelak bagi orang yang beriman. Adanya
kondisi ini akan terlihat adanya perbedaan di antara keduanya sehingga
terpisahlah kedua kelompok ini dengan dinding yang tertutup rapat.
AlQuran juga menjadi pembeda diantara sesama orang orang yang beriman
karena kemampuan seseorang di dalam mensikapi AlQuran dapat berbeda-beda pula
kualitas pemahamannya antara yang satu dengan yang lainnya. Bisa saja seseorang
menjadi sangat berbeda dikarenakan ia hanya mampu membaca AlQuran semata,
sedangkan yang lainnya mampu membaca dan memahami yang diikuti dengan
mengamalkan dan mengajarkannya atau mendakawahkannya kepada sesama. Dimana
keduanya memiliki banyak tingkatan di dalamnya. Semoga kita termasuk orang
orang yang tidak hanya mampu membaca AlQuran semata, melainkan mampu pula
memahaminya serta mampu menyebarluaskannya ke sesama manusia dan mampu pula
menjadikan AlQuran sebagai akhlak bagi diri kita.
D. UNTUK MENYEMPURNAKAN
KITAB-KITAB ALLAH SWT YANG TURUN TERLEBIH DAHULU.
Allah SWT telah menurunkan
4(empat) buku manual bagi kepentingan konsep
penghambaan dan kekhalifahan yang ada di muka bumi ini, yang terdiri dari Kitab
Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud as; Kitab Taurat yang diturunkan kepada
Nabi Musa as.; Kitab Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa as; dan Kitab
AlQuran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Hal ini sebagaimana
dikemukakan dalam surat An Nisaa' (4) ayat 163 yang kami kemukakan berikut ini:“Sesungguhnya
Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu
kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu
(pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub,
Yunus, Harun dan Sulaiman. dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” Dimana Allah SWT telah menurunkan kitab
Zabur kepada Nabi Daud as,.
Sedangkan berdasarkan surat surat Ali Imran (3)
ayat 3 berikut ini: “Dia menurunkan Alkitab (AlQuran) kepadamu dengan sebenarnya;
membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan
Injil.” Allah SWT juga telah
menurunkan Kitab Taurat kepada Nabi Musa as, dan kitab Injil kepada Nabi Isa
as,. Sedangkan
berdasarkan surat Yunus (10) ayat 37 yang kami kemukakan berikut ini: “tidaklah mungkin
AlQuran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (AlQuran itu) membenarkan Kitab-Kitab yang
sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada
keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam.” Allah
SWT menurunkan kitab AlQuran kepada Nabi Muhammad SAW.
Timbul pertanyaan kitab
yang manakah yang saat ini berlaku bagi program penghambaan dan juga program kekhalifahan
di muka bumi sampai dengan hari kiamat? Jika kita mengacu kepada urut-urutan
dari mata rantai Nabi dan Rasul yang diutus Allah SWT ke muka bumi serta kitab
yang diturunkan oleh Allah SWT, maka posisi Nabi Muhammad SAW selain penerus
dari Nabi-Nabi dan juga sebagai penutup dari rangkaian Nabi-Nabi yang diutus Allah
SWT ke muka bumi maka kitab yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW adalah kitab yang terakhir diturunkan Allah
SWT ke muka bumi. Adanya kondisi ini dapat dikatakan bahwa:
1. Kitab AlQuran yang
diturunkan Allah SWT ke muka bumi kepada Nabi Muhammad SAW merupakan bagian
dari mata rantai Kitab yang telah diturunkan Allah SWT ke muka bumi (ingat AlQuran adalah penyempurna
bagi Kitab Allah SWT sebelumnya);
2. Kitab AlQuran
merupakan kitab penutup dari rangkaian kitab yang telah diturunkan Allah
SWT ke muka bumi sehingga AlQuran inilah
yang akan berlaku sampai dengan hari kiamat kelak.
Adanya
2(dua) buah kondisi yang kami kemukakan di atas ini, maka kita harus dapat menempatkan
Kitab-Kitab Allah SWT sebagai berikut:
1. Kita harus dan wajib mengimani kedudukan AlQuran sebagai penerus atau bagian dari mata
rantai Kitab-Kitab yang telah diturunkan oleh Allah SWT ke muka
bumi;
2. Kita harus dan wajib menjadikan AlQuran sebagai kitab terakhir yang diturunkan Allah
SWT ke muka bumi untuk menggantikan dan menyempurnakan Kitab Zabur, Kitab
Taurat, dan Kitab Injil yang telah diturunkan sebelum AlQuran diturunkan.
Dijadikannya
AlQuran sebagai satu-satunya kitab yang berlaku saat ini sampai dengan hari kiamat
tiba dalam rangka untuk memberikan kemudahan serta untuk tidak menimbulkan
kebingungan bagi kekhalifahan yang ada di muka bumi.
Adanya
kesamaan buku manual yang berlaku akan memudahkan penghambaan kepada Allah SWT
dan juga memudahkan kekhalifahan yang ada di muka bumi menjalankan tugas yang
sesuai dengan kehendak Allah SWT. Hal
ini didukung karena hanya AlQuran lah satu-satunya kitab suci yang dijamin oleh
Allah SWT baik isi, makna, keaslian maupun kandungan yang terdapat di dalamnya.
Sedangkan kitab kitab yang lainnya seperti Zabur, Taurat dan Injil sudah tidak
bisa lagi dipertanggungjawabkan keasliannya karena memang tidak dijamin oleh
Allah SWT. Adanya kepastian AlQuran yang isinya tidak akan ada perubahan apapun
maka terjadilah kepastian hukum yang mengikat antara umat manusia dengan Allah
SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar