Wahai para wargabinaan dan wahai para eks
wargabinaan yang telah merasakan rasa menyesal karena telah berbuat kesalahan
terutama kepada Allah SWT selaku pemilik dan pencipta alam semesta ini. Dan
jika saat ini Anda masih hidup berarti Allah SWT masih memberikan kesempatan ke
dua bagi diri Anda. Lalu apakah hal ini akan Anda sia-siakan? Jika Anda telah
bertekad untuk selalu berada di jalan yang dikehendaki Allah SWT tentunya Anda
harus mempersiapkan diri Anda untuk hidup tenang, mati senang serta berumur
panjang.
Sekarang beranikah Anda wahai wargabinaan dan
wahai para eks wargabinaan melaksanakan dan menerapkan pola hidup dan
berperilaku di langit dan di muka bumi yang diciptakan dan yang dimiliki oleh
Allah, sebagaimana pepatah (ungkapan) dalam bahasa Jawa yang kami kemukakan di
bawah ini.
“Urip
Kuwi Yen:
“Ngibadah jenak; Kubur ra sesek; Suwargo mbukak; Rezekine jembar; Uripe berkah, Mangan enak; Turu kepenak; Tonggo semanak; Keluargo cedhak; Sedulur grapyak;Bondo cemepak; Ono panganan ora cluthak; Ketemu konco ngguyu Ngakak”
Jika kita mampu melaksanakan dan menerapkan perilaku
sebagaimana di atas dengan baik dan benar maka peribahasa (ungkapan) berikut
ini akan tercermin dalam perilaku diri kita, yaitu: “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, dan Tut Wuri
Handayani”. Dan ketahuilah inilah
salah satu konsep hidup tenang dan alangkah indahnya hidup ini jika semua orang
mampu melaksanakannya.
Dan apabila kita telah mampu melaksanakan
konsep hidup tenang di atas maka kita harus tahu dan memahami pula konsep mati
senang. Apa itu konsep mati senang? Hidup
senang di dunia tidak akan menjamin kita mati tenang, apalagi mati senang.
Betapa banyak manusia yang dikelilingi rasa senang berlimpah harta ataupun
popularitas tapi mati dalam kondisi was-was atau ketakutan seperti fir’aun.
Mati senang bukan berarti mati dalam keadaan tersenyum atau ketika sakratulmaut
manusia tersebut tertawa.
Mati senang karena para malaikat mengatakan
kepada diri kita “salaamun alaikum” masuklah kamu ke dalam syurga seperti yang
tertuang dalam surat An Nahl (16) ayat 32 berikut ini: (yaitu) orang-orang yang
diwafatkan dalam Keadaan baik oleh Para Malaikat dengan mengatakan (kepada
mereka): "Salaamun'alaikum, masuklah kamu ke dalam syurga itu disebabkan
apa yang telah kamu kerjakan.”
Mati dalam keadaan senang adalah kala
mendapat kabar dari Malaikat bahwa diri kita akan masuk syurga seperti yang
tertuang dalam surat Al Fajr (89) ayat 27 sampai 30 berikut ini: “Hai
jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.
Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.” Mati
senang bisa diraih dengan berbagai sukses, tetapi tidak dapat diukur dari garis
bibir yang melengkung ke atas saat mata terpejam. Mati senang adalah suatu
kondisi saat di hari berhisab kita menerima buku laporan terakhir dari sisi
sebelah kanan sehingga kita termasuk di dalam golongan kanan.
Dan jika ada mati senang tentu ada pula mati
sengsara atau mati susah, jika hal ini yang terjadi maka kita akan
dikelompokkan menjadi golongan kiri yang pulang kampungnya ke Neraka seperti
yang tertuang dalam surat Al Waaqiah (56) ayat 9 di bawah ini: Allah SWT
berfirman: “Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. dan
golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu. dan orang-orang yang
beriman paling dahulu, mereka Itulah yang didekatkan kepada Allah. berada dalam
jannah kenikmatan. (surat Al Waaqiah (56) ayat 8, 9, 10, 11, 12).” Adanya
kondisi yang kami kemukakan di atas, maka dapat dipastikan bahwa hari yang
paling bermanfaat lagi bermartabat bagi seorang muslim adalah hari ketika ia
berjumpa dengan Allah, lalu Dia (Allah) memberitahunya bahwa Dia (Allah) ridha
kepadanya dan inilah salah satu arti dari kemenangan.
Sekarang, mari kita bahas tentang konsep usia
dan umur, dimana pengertian dari usia dan umur adalah sesuatu yang berbeda.
Usia adalah saat mulai dipersatukannya ruh ke dalam jasmani saat masih di dalam
rahim seorang ibu sampai dengan dipisahkannya kembali ruh dengan jasmani
melalui proses sakratul maut. Adapun saat atau berapa lama masa bersatunya ruh
dengan jasmani ditentukan oleh Allah SWT. Sehingga
tidak ada yang bisa memajukan, atau
memundurkan masa bersatunya ruh dengan jasmani, jika sudah sampai maka
terjadilah apa yang dinamakan dengan sakratul maut, yaitu proses dipisahkannya
ruh dengan jasmani. Jasmani dikembalikan ke tanah sedangkan ruh untuk sementara
waktu akan ditempatkan di alam barzah
sampai hari kiamat tiba.
Selanjutnya, berdasarkan ketentuan dalam
surat Ali Imran (3) ayat 185 berikut ini: “tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.
dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa
dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah
beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan. (surat Ali Imran (3) ayat 185).” Dan juga berdasarkan
firman-Nya berikut ini: “Kami telah menentukan kematian di antara
kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan, untuk menggantikan
kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (dalam dunia) dan menciptakan kamu
kelak (di akhirat) dalam Keadaan yang tidak kamu ketahui. (surat Al Waaqiah
(56) ayat 60,61).” Dikemukakan dengan tegas bahwa tidak akan ada
satupun manusia yang tidak akan mengalami kematian.
Kematian
itu adalah pasti dan jika kematian itu adalah pasti berarti Malaikat Maut pasti
sukses melaksanakan tugasnya. Hal ini juga dikarenakan bahwa di dunia ini
tidak ada cara dan obat yang mampu membuat manusia tidak mati. Di dunia ini
juga tidak ada cara untuk menghalangi Malaikat Maut melaksanakan tugasnya
kepada manusia. Kematian adalah sebuah
kepastian berarti di dalam menghadapi kepastian ini kita harus pintar-pintar
memanfaat waktu saat hidup di dunia. Lalu sudahkah kita mampu mempersiapkan bekal
berupa ketaqwaan dan amal shaleh yang patut dibanggakan saat hari berhisab
dalam kerangka mempertanggungjawabkan hidup dan kehidupan yang kita jalani di
muka bumi ini dihadapan Allah SWT kelak?
Apabila saat ini diri kita masih hidup di
muka bumi ini, ada 2 (dua) buah ketentuan yang harus kita ketahui tentang hidup
ini, yaitu:
1. Di dalam ajaran agama
Islam tidak ada konsep tentang usia panjang dalam hitungan tertentu, katakan
sampai usia 100 (seratus) tahun untuk setiap orang atau untuk orang-orang
tertentu. Usia seseorang ditentukan oleh Allah SWT. Berapa lama kita hidup di dunia
kita tidak tahu, yang tahu hanya Allah SWT. Sehingga jika seseorang telah
sampai kepada apa yang telah ditentukan oleh Allah SWT maka selesai pula
hidupnya di muka bumi ini.
2. Setelah dipisahkannya
ruh dengan jasmani (kematian), yang ada dan yang tertinggal dari diri kita di
muka bumi ini adalah 2(dua) hal yaitu: jejak jejak kebaikan ataukah jejak jejak
keburukan. Adanya jejak jejak kebaikan ataukah jejak jejak keburukan yang
tertinggal di muka bumi merupakan tanda mata bahwa kita pernah ada dan pernah
hidup di muka bumi ini. Dan melalui jejak
jejak kehidupan yang tertinggal inilah maka akan diketahui secara nyata
kualitas diri kita yang sesungguhnya.
Jika jejak jejak
kebaikan yang kita tinggalkan dan jejak tersebut mampu dinikmati oleh generasi
yang datang dikemudian hari berarti kita telah berumur panjang dan juga kita
telah mampu menjadi kebanggaan bagi anak keturunan kita yang datang di kemudian
hari, yang akhirnya doa akan terus dipanjatkan untuk kita oleh sebab karya
nyata berupa kebaikan yang kita tinggalkan. Namun,
jika yang terjadi adalah jejak jejak keburukan yang kita tinggalkan setelah
diri kita tiada berarti berumur pendeklah diri kita serta hilanglah rasa bangga
kepada diri kita yang berasal dari anak keturunan kita sendiri yang pada akhirnya
menjadikan diri kita menjadi orang yang terlupakan, atau jika disebut nama kita
yang diingat oleh kebanyakan orang adalah keburukan.
Contohnya, jika kita
menyebut air zam-zam maka akan terkenang dengan perjuangan ibunda Siti Hajar;
jika kita menyebut hadits maka kita akan menyebut perawi-perawi hadits seperti
Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Ath Thabarani; Ath Thirmidzi dan lainnya; jika
kita menyebut Bendungan Jatiluhur maka akan kita sebut Ir Juanda; jika kita
menyebut jembatan semanggi maka akan kita sebut Ir Soetami; atau jika kita
sebut Buya Hamka maka akan kita sebut Tafsir Al Azhar dan lain sebagainya.
Semakin lama karya
nyata dalam bentuk kebaikan yang mampu dikenang dan dirasakan langsung
manfaatnya oleh orang banyak maka semakin panjanglah umur orang tersebut
walaupun usianya telah habis. Semoga kita semua mampu berbuat dengan berani
membayar mahal hal-hal yang termaktub di dalam hadits berikut ini: “Abu
Hurairah ra, berkata, Nabi bersabda: “Sesungguhnya yang dicapai oleh orang
mukmin dari amal dan perbuatan sesudah matinya ialah: ilmu pengetahuan yang di
dapatnya dan disebarkan dan budi baik yang dia tinggalkan, atau buku yang ia
berikan untuk diwarisi, atau tempat sembahyang yang ia bangun, atau sebuah
terusan yang ia gali, atau derma (wakaf) yang ia lakukan dari kekayaannya
selama ia sehat dan sakit”. (Hadits Riwayat Ahmad).” Sekarang, diri
kita telah mengetahui beberapa media (sarana) yang dapat menjadikan diri kita
memiliki umur panjang, sudahkah kita berusaha merealisasikannya?
Adapun
batasan waktu untuk berbuat kebaikan ataupun keburukan, hanya bisa terjadi di
sisa usia kita yang kita miliki. Dimana di sisa usia inipun kita masih pula
dibatasi dengan ketentuan yang lainnya,
yaitu: “waktu tidak bisa diputar ulang; kesempatan hanya datang satu kali;
serta menyesal adanya dibelakang hari.” Untuk itu jangan pernah
menunda-nunda jika kita sudah berniat untuk berbuat kebaikan dalam bentuk karya
nyata. Lakukan saat ini juga karena kita
tidak pernah dibatasi oleh Allah SWT untuk melakukan perbuatan baik. Ingat,
panjang pendeknya umur seseorang bukanlah Allah SWT yang menentukan, namun diri
kita sendirilah yang menjadikannya panjang ataukah pendek sesuai dengan karya
nyata saat hidup di dunia. Semoga Allah SWT memudahkan diri kita untuk
berbuat kebaikan dalam bentuk karya-karya nyata di sisa usia yang kita miliki.
Amiin.
Sekarang bagaimana
dengan orang yang dikenang karena keburukannya? Orang yang dikenang karena
keburukannya berarti orang tersebut pendek umurnya dan yang juga berarti orang
tersebut tidak memiliki nilai kebaikan, yang ada hanyalah keburukan dan
keburukan. Yang tidak hanya melekat kepada yang bersangkutan tetapi juga
melekat pada keluarga dan anak keturunan dari yang bersangkutan. Contohnya
adalah Fir’aun, Abu Jahal, Qarun, Samiri, ataupun Aidid, Semaun, Muso, Untung
bagi bangsa Indonesia yang dicap sebagai tokoh dibalik gerakan G30S-PKI dan
lain sebagainya yang kesemuanya dikenang oleh generasi yang datang dikemudian
hari dari sisi keburukannya. Alangkah ruginya orang yang berumur pendek, ia
tidak memiliki bekal untuk kepentingan akhiratnya selain keburukan, yang pada
akhirnya akan menghantarkan orang tersebut ke Neraka Jahannam.
Akhirnya, jika saat
ini kita telah berketetapan hati agar hidup dan kehidupan ini berlimpah kenikmatan
dalam ketenangan, dalam kerangka hidup tenang mati senang berumur panjang,
sesungguhnya kita hanya cukup bersyukur dan bersabar secara konsisten dalam
komitmen (isthiqamah) dengan mengkonsumsi 3 (tiga) buah “Tahu” setiap harinya
yaitu kita harus “Tahu Diri; Tahu Aturan Main dan Tahu Tujuan Akhir” dalam satu kesatuan. Jangan sampai kita hanya tahu diri tetapi
tidak tahu aturan main dan juga tidak tahu tujuan akhir, atau kita hanya tahu
aturan main akan tetapi tidak tahu diri dan tidak tahu tujuan akhir, atau kita
tidak tahu diri dan juga tidak tahu aturan main serta tidak tahu tujuan akhir
saat menjadi abd’ (hamba) yang sekaligus khalifah Allah SWT di muka bumi ini. Lalu bagaimana caranya hidup akan berlimpah
ketenangan di muka bumi jika kunci untuk memperolehnya tidak pernah kita
ketahui dan tidak pernah kita laksanakan dengan sebaik mungkin!
Jika saat ini, di
sisa usia yang kita miliki, diri kita masih tetap tidak tahu diri dan juga
tidak tahu aturan main serta tidak tahu pula tujuan akhir ketahuilah bahwa
Allah SWT masih memberikan kesempatan merasakan hidup tenang mati senang
berumur panjang, yaitu melalui aktifitas “memasukkan
onta ke dalam lubang jarum”. Sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:“Sesungguhnya
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya,
sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak
(pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami
memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. (surat Al A’raaf
(7) ayat 40).” Jika kita tidak mampu memasukkan onta ke dalam lubang
jarum berarti tahu diri dan tahu aturan main serta tahu tujuan akhir adalah
kuncinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar