Sekarang kami ingin mengajak wargabinaan dan
juga eks wargabinaan yang telah kembali ke rumah masing-masing untuk merenung
dan memikirkan tentang arti kemenangan dan kekalahan yang terjadi di dalam
kehidupan ini. Hal ini sengaja kami kemukakan karena kesempatan ke dua yang
telah diberikan Allah SWT kepada Anda semua haruslah disikapi dengan baik dan
benar serta sabar dan juga jangan sampai sudahlah merasakan hidup dibatasi oleh
jeruji dan tembok namun setelah keluar bukan menghantarkan diri Anda menjadi
pemenang (meraih kemenangan), melainkan menjadi seorang pecundang karena
mengalami kekalahan.
Untuk itu mari kita ikuti kisah atau perjalanan
hidup Nabi Muhammad SAW, atau Nabi Ayyub as, atau perjuangan Nabi Ibrahim as,
berserta keluarganya, atau orang sukses di jaman modern saat ini, pasti ada
kesabaran di dalamnya. Kalau tidak sabar, mustahil mereka semua menjadi orang
yang sukses dalam hidup dan kehidupannya. Jika saat ini kita termasuk orang
yang tidak sabaran, mulailah melatih diri untuk menjadi orang sabar melalui hal
hal yang kami kemukakan di bawah ini, yaitu:
1. Berjanjilah pada diri sendiri untuk tidak cepat
merasa kesal dengan peristiwa yang menyebalkan yang menimpa diri kita. Cobalah
untuk menepati janji ini. Jika sampai terjadi tarik napas dalam dalam lalu
hempuskan perlahan lahan.
2. Saat stress dan kepala terasa mau pecah,
cobalah untuk membayangkan kejadian yang menyenangkan dan peristiwa lucu atau
konyol yang pernah kita alami.
3. Ketika waktu kita tersita saat menunggu, baik
menunggu teman, menanti giliran panggilan, atau menanti apapun, cobalah mencari
kesenangan selama penantian. Jangan biarkan rasa jenuh dan kesal timbul dalam
diri. Isi dengan membaca buku, isi dengan dzikir, tasbih dan tahmid dan lain
sebagainya.
4. Carilah kenikmatan diantara kepenatan. Jalan
macet, tugas menumpuk, tanggung bulan. Cobalah singkirkan hal hal tersebut dari
pikiran kita, kemudian tersenyumlah dan rasakan sensasi sebagai manusia tanpa
emosi.
5. Agar kita menjadi manusia sabar banyaklah
berdoa. Saat kita merasa suntuk dan jenuh dengan berbagai persoalan hidup,
cobalah larikan diri kita dengan mengambil wudhu lalu shalat atau
berdoa.Lakukan kontak bathin dengan Allah SWT secara khusyuk. Dialog bathin
yang kita lakukan dapat mengaliri ketenangan yang luar biasa k dalam jiwa dan
raga kita. Akhirnya kita akan lebih sabar menghadapi apapun.
Beranikah kita yang membaca tulisan melakukan
hal hal yang kami kemukakan di atas saat ini juga dan seterusnya selama hayat
masih di kandung badan? Jika kita berani berarti kita telah melatih diri
sendiri untuk menjadi manusia yang lebih sabar. Sehingga akan menghantarkan
kita tahan banting yang pantang mengeluh dan putus asa. Jika hal ini terjadi
berarti pintu untuk meraih kemenangan terbuka bagi diri kita sehingga kita
menjadi orang yang beruntung. Dan jika tidak maka peluang mengalami kekalahan dan
menjadi orang yang merugi harus siap kita hadapi. Beranikah kita menjadi orang
yang merugi? Semoga diri kita, keluarga kita, anak keturunan kita menjadi
pemenang di dalam permainan penghambaan dan kekhalifahan di muka bumi ini. Aamiin.
Seperti telah kita ketahui bersama bahwa hidup
adalah permainan untuk mengalahkan ahwa dan juga setan. Hidup sebagai sebuah
permainan maka hasil akhir dari permainan yang kita lakukan bukan untuk
menjadikan diri kita sebagai pecundang yang mengalami kekalahan. Melainkan
harus menjadikan diri kita sebagai pemenang yang sekaligus orang yang
beruntung. Jika kita mampu menjadi pemenang di dalam permainan kekhalifahan di
muka bumi berarti kita bisa pulang kampung ke tempat yang terbaik yaitu syurga.
Jika kita kalah dalam permainan berarti kita pulang kampung ke neraka jahannam.
Syurga adalah tempat terbaik sedangkan
neraka jahannam adalah tempat terburuk. Untuk itu jangan pernah kita
bercita cita menjadi pecundang karena hasil akhirnya tidak mengenakkan yaitu
keburukan yang merugikan. Tanamkan dalam diri kita adalah pemenang karena hasil
akhirnya sesuatu yang sangat
menyenangkan yaitu kebaikan yang menguntungkan. Akan tetapi semua ini tidak
akan bisa terealisir jika kita tidak sabaran untuk meraih kemenangan.
Lalu apa yang dimaksud dengan kemenangan yang
menguntungkan dan yang dimaksud dengan kekalahan yang merugikan itu, berikut
ini akan kami kemukakan kriteria dari kemenangan dan kekalahan itu, yaitu:
1. Berdasarkan ketentuan surat Al Mu’minuun (23)
ayat 9, 10, 11 di bawah ini, “dan orang-orang yang memelihara
sembahyangnya. mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan
mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya.” yang disebut dengan hakekat kemenangan
adalah jika kita termasuk orang orang yang mewarisi apa yang dinamakan dengan
syurga Firdaus dan kita kekal berada di dalamnya. Syurga Firdaus adalah salah
satu syurga yang terbaik dari tingkatan tingkatan syurga yang ada. Semoga
syurga ini yang kita peroleh kelak.
Sedangkan berdasarkan surat Al Kahfi (18) ayat
107 yang kami kemukakan berikut ini: “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus
menjadi tempat tinggal.” Syurga Firdaus diperuntukan bagi orang yang
beriman lagi beramal shaleh. Ingat, bukan beriman saja namun harus disertai
dengan amal shaleh.
2. Berdasarkan
ketentuan surat Al Baqarah (2) ayat 189 berikut ini: “mereka bertanya kepadamu tentang bulan
sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia
dan (bagi ibadat) haji; dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari
belakangnya[116], akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa.
dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada
Allah agar kamu beruntung.(surat Al Baqarah (2) ayat 189)
[116]
Pada masa jahiliyah, orang-orang yang berihram di waktu haji, mereka memasuki
rumah dari belakang bukan dari depan. hal ini ditanyakan pula oleh Para sahabat
kepada Rasulullah s.a.w., Maka diturunkanlah ayat ini.
Yang disebut dengan hakekat dari kemenangan
adalah mampu menjadikan diri kita menjadi orang yang bertaqwa (derajat
muttaqin). Ingat menjadikan diri kita bertaqwa maka beruntunglah diri kita lalu
dengan keberuntungan inilah kita menjadi pemenang.
3. Berdasarkan ketentuan surat Luqman (31) ayat 22
di bawah ini, “dan Barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang Dia
orang yang berbuat kebaikan, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul
tali yang kokoh. dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan. (surat
Luqman (31) ayat 22). Yang disebut
dengan hakekat kemenangan adalah orang yang mampu menyerahkan dirinya
kepada Allah SWT sedang ia orang yang berbuat kebaikan.
Dari ketiga konsep kemenangan yang kami
kemukakann di atas, diposisi yang manakah diri kita, apakah yang memperoleh
syurga firdaus, orang yang bertaqwa (derajat muttaqin) atau yang mampu
menyerahkan dirinya kepada Allah SWT?
Lalu siapakah yang disebut dengan pemenang
dalam permainan penghambaan dan kekhalifahan di muka bumi ini? Inilah sang pemenang dimaksud,
yaitu:
1. Berdasarkan ketentuan surat As Syams (91) ayat
9 berikut ini:“Sesungguhnya ber-untunglah orang yang mensucikan jiwa itu”. yang disebut sang pemenang adalah orang yang
memiliki jiwa suci (jiwa fitrah) atau jiwa taqwa atau jiwa muthmainnah, orang
yang seperti ini mampu menjadikah ruh sebagai hamba yang sekaligus khalifah yang
mampu mengendalikan jasmani. Hal ini akan terlihat perilaku dan perbuatan dari
orang tersebut yang selalu berkesesuaian dengan Asmaul Husna yang memang sudah
menjadi sifat daripada Ruh/Ruhani manusia, atau dengan kata lain orang tersebut
mampu membuat Allah SWT tersenyum bangga kepadanya. Lalu bagaimana dengan diri
kita?
2. Berdasarkan ketentuan surat Al Mu’minuun (23)
ayat 1 berikut ini: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman”. yang
disebut pemenang dalam permainan kekhalifahan di muka bumi adalah orang Mukmin
(orang yang beriman). Ingat, orang yang beriman, bukan orang Islam yang disebut
sebagai pemenang.
3. Berdasarkan
ketentuan surat Al Mujaadilah (58) ayat 22 berikut ini: “kamu tak akan mendapati kaum
yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan
orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, Sekalipun orang-orang itu
bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.
meraka Itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan
menguatkan mereka dengan pertolongan[1462] yang datang daripada-Nya. dan
dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,
mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa
puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. mereka Itulah golongan Allah. ketahuilah,
bahwa Sesungguhnya golongan Allah itu adalah golongan yang beruntung”.
Yang disebut dengan pemenang dalam permainan penghambaan dan kekhalifahan di muka bumi adalah golongan Allah Yang Teguh Imannya.
Sudahkah diri kita menjadi pemenang, sehingga
kita masuk dalam kategori orang yang memiliki jiwa yang suci/jiwa taqwa, orang
yang beriman atau yang menjadi golongan Allah yang teguh imannya? Semoga Allah
SWT membantu dan menjadikan diri kita menjadi seorang pemenang.
Sekarang kita telah mengetahui
kriteria-kriteria dari seorang pemenang, lalu sudahkah kita mengetahui siapa
sajakah sang pecundang yang tidak beruntung itu? Berikut ini akan kami
kemukakan beberapa kriteria yang mengakibatkan seseorang dikategorikan sebagai
sang pecundang yang tidak beruntung, yaitu:
1. Yang disebut pecundang yang tidak beruntung
adalah pengikut dan penyembah berhala atau mengikuti agama mereka (murtad). Hal
ini sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Kahfi (18) ayat 20 berikut ini: “Sesungguhnya
jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempar kamu dengan
batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya
kamu tidak akan beruntung selama lamanya". Yang disebut pecundang
yang tidak beruntung adalah pengikut dan penyembah berhala atau mengikuti agama
mereka (murtad).
2. Yang disebut pecundang atau orang yang tidak
beruntung adalah Orang Dzalim. Dzalim merupakan sifat yang hina dan keji yang
tidak sesuai dengan fitrah dan akhlak manusia yang sesungguhnya. Hal ini
sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Qashash (28) ayat 37 berikut ini: “Musa
menjawab: "Tuhanku lebih mengetahui orang yang (patut) membawa petunjuk
dari sisi-Nya dan siapa yang akan mendapat kesudahan (yang baik) di negeri
akhirat. Sesungguhnya tidaklah akan mendapat kemenangan orang-orang yang
zalim". Sedangkan dzalim dalam ajaran Islam adalah meletakkan
suatu perkara bukan pada tempatnya yang mengakibatkan seseorang berperilaku
tidak berkeperimanusian, bengis, kemung-karan, gemar melihat kesengsaraan dan
penderitaan orang lain.
3. Yang dikatakan pecundang atau yang dikatakan orang yang merugi adalah
orang orang yang mendustakan Allah SWT dan Ayat AyatNya atau orang yang
menganiaya diri sendiri. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat Yunus (10)
ayat 69 sebagaimana berikut ini: “Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang
yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak beruntung". Dan
juga surat Al An’am (6) ayat 21 berikut ini: “dan siapakah yang lebih aniaya
daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, atau
mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak
mendapat keberuntungan”. yang dikatakan pecundang atau yang dikatakan orang yang merugi adalah
orang orang yang mendustakan Allah SWT dan Ayat AyatNya atau orang yang
menganiaya diri sendiri.
4. Yang dikatakan pecundang atau yang dikatakan orang yang merugi adalah
orang orang yang mengingkari nikmat Allah SWT. Hal ini sebagaimana dikemukakan
dalam surat Al Qashash (28) ayat 82 berikut
ini: “dan
jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu, berkata:
"Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki
dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan
karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah,
tidak beruntung orang- orang yang mengingkari (nikmat Allah)".
5. Yang dikatakan pecundang atau yang dikatakan orang yang tidak
beruntung ada-lah orang yang menyembah Tuhan selain Allah SWT sehingga ia
memohon kepada selain Allah SWT. Termasuk di dalamnya adalah orang kafir. Hal
ini sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Mu’minuun (23) ayat 117 berikut ini:
“dan
Barangsiapa menyembah Tuhan yang lain di samping Allah, Padahal tidak ada suatu
dalilpun baginya tentang itu, Maka Sesungguhnya perhitungannya di sisi
Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung”.
6. Yang dikatakan pecundang atau yang dikatakan orang yang tidak
beruntung ada-lah orang yang membikin
bikin hukum sendiri dengan mengada-adakan kehohongan terhadap Allah SWT. Hal ini
sebagaimana dikemukakan dalam surat An Nahl (16) ayat 116 berikut ini: dan
janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara
Dusta "Ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan
terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan
terhadap Allah Tiadalah beruntung”.
7. Yang dikatakan pecundang atau yang dikatakan orang yang merugi adalah
Yang Ringan Timbangan Amalnya. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat Al
Mu’minuun (23) ayat 103 berikut ini: “dan Barangsiapa yang ringan
timbangannya[1025], Maka mereka Itulah orang-orang yang merugikan dirinya
sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam”.
[1025]
Maksudnya: orang-orang kafir, karena kepercayaan dan amal mereka tidak dihargai
oleh Allah di hari kiamat itu. Lihat surat Al kahfi ayat 105.
8. Yang dikatakan pecundang atau yang dikatakan
orang yang merugi adalah orang yang mengotorkan jiwa sehingga dikategorikan
sebagai jiwa fujur yang sesuai dengan kehendak syaitan sang laknatullah. Hal
ini berdasarkan ketentuan surat Asy Syams (91) ayat 8, 9, 10 berikut ini: “Maka
Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya”. Yang dikatakan pecundang atau yang
dikatakan orang yang merugi adalah orang yang mengotorkan jiwa sehingga
dikategorikan sebagai jiwa fujur yang sesuai dengan kehendak syaitan sang
laknatullah.
9. Yang dikatakan pecundang atau yang dikatakan orang yang merugi adalah
orang orang yang banyak berbuat dosa. Hal ini berdasarkan ketentuan surat Yunus
(10) ayat 17 berikut ini: “Maka siapakah yang lebih zalim daripada
orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan
ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya, Tiadalah beruntung orang-orang yang berbuat dosa”.
Yang dikatakan pecundang atau yang dikatakan orang yang merugi adalah
orang orang yang banyak berbuat dosa.
Selain 9 (sembilan) ketentuan di atas, masih
ada ketentuan lain yang mengatur tentang siapa sajakah orang yang bukan
pemenang atau orang yang merugi atau orang yang tidak beruntung di akhirat
kelak, yaitu: (1) berdasarkan ketentuan surat Yusuf (12) ayat 23 sampai 28 adalah orang yang
berbuat serong (berselingkuh) dengan istri atau suami orang serta berdasarkan
surat Yunus (10) ayat 77 berikut ini: “Musa berkata: "Apakah kamu mengatakan
terhadap kebenaran waktu ia datang kepadamu, sihirkah ini?" Padahal
Ahli-ahli sihir itu tidaklah mendapat kemenangan" adalah ahli-ahli
sihir termasuk di dalamnya dukun, paranormal dan lain sebagainya merupakan
orang-orang yang tidak beruntung di akhirat kelak.
Setelah mengetahui kriteria sang pecundang,
jangan pernah jadikan diri kita, keluarga kita, anak dan keturunan kita seperti
ini. Lalu seperti apakah karakteristik dari sang pemenang itu? Inilah beberapa
karakteristik dari sang pemenang itu, yakni:
1. Salah satu karakter dari sang
pemenang adalah ia selalu berusaha keras untuk se-lalu berada di dalam kehendak
Allah SWT atau selalu berada di dalam segi tiga emas Allah SWT dengan selalu
menghadapkan diri yang sesungguhnya (Ruh/Ruhani) kepada Allah SWT melalui Agama
yang Fitrah yaitu Diinul Islam selama hayat masih di kandung badan. Hal ini
berdasarkan ketentuan surat Ar Rumm (30) ayat 30 berikut ini: “Maka
hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui[1168],
(surat Ar Ruum (30) ayat 30)
[1168]
Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri
beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal
itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh
lingkungan.
2. Karakter lain dari seorang
pemenang adalah selalu khusyu’ (konsentrasi) dalam se-tiap apa-apa yang
dilakukannya atau selalu bersungguh-sungguh melakukan apa-apa yang akan
diraihnya. Contohnya saat shalat, saat menunaikan zakat, saat memanfaatkan
waktu. Hal ini sebagaimana ketentuan surat Al Mu’minuun (23) ayat 1 sampai 9
berikut ini: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang
yang khusyu' dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari
(perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan
zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri
mereka atau budak yang mereka miliki[994]; Maka Sesungguhnya mereka dalam hal
ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu[995] Maka mereka
Itulah orang-orang yang melampaui batas. dan orang-orang yang memelihara
amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. dan orang-orang yang memelihara
sembahyangnya. (surat Al Mu’minuun (23) ayat 1 sampai 9)
[994]
Maksudnya: budak-budak belian yang didapat dalam peperangan dengan orang kafir,
bukan budak belian yang didapat di luar peperangan. dalam peperangan dengan
orang-orang kafir itu, wanita-wanita yang ditawan biasanya dibagi-bagikan
kepada kaum muslimin yang ikut dalam peperangan itu, dan kebiasan ini bukanlah
suatu yang diwajibkan. imam boleh melarang kebiasaan ini. Maksudnya:
budak-budak yang dimiliki yang suaminya tidak ikut tertawan bersama-samanya.
[995]
Maksudnya: zina, homoseksual, dan sebagainya.
Selain daripada itu, seorang pemenang akan
menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna, selalu
menunaikan zakat, mampu menjaga kemaluannya, mampu menjaga dan memelihara
segala amanat amanat yang dipikulnya serta tidak ingkar janji, dan lain
sebagainya yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Sedangkan berdasarkan surat Al Maaidah (5)
ayat 35 berikut ini: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan
berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. Karakter
dari seorang pemenang adalah setelah beriman dilanjutkan dengan bersungguh-sungguh
menuju kepada Allah SWT.
3. Salah satu kebiasaan sang pemenang
adalah ia selalu berusaha untuk menjadi ung-gul dikarenakan selalu bersegera
dalam mengerjakan perbuatan perbuatan yang baik dan selalu berdoa kepada Allah
SWT dengan harap dan cemas serta selalu khusyu’ kepada Allah SWT. Hal ini
sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: “Maka Kami memperkenankan doanya,
dan Kami anugerahkan kepada nya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat
mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam
(mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami
dengan harap dan cemas[970]. dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada
kami. (surat Al Anbiyaa (21) ayat 90)
[970]
Maksudnya: mengharap agar dikabulkan Allah doanya dan khawatir akan azabnya.
4. Seorang pemenang selalu
memiliki target dan tujuan yang akan diraihnya (memi-liki visi akhirat) dan
berani membayar mahal untuk merealisasikan visi akhiratnya serta konsisten
untuk meraihnya dari waktu ke waktu. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam
firman-Nya berikut ini: “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan
seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya.dan Barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya
pula. (surat Al Zalzalah (99) ayat 7 dan 8)
5. Sang pemenang selalu memiliki
dan menentukan prioritas dalam kesehariaannya. Hal ini ditunjukkan dengan
mendirikan shalat di waktu waktu yang telah ditentukan, lalu ia selalu ingat
Allah SWT di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Hal ini
sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: “Maka apabila kamu telah
menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan
di waktu berbaring. kemudian apabila kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah
shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (surat An Nisaa’ (4) ayat
103)
6. Seorang pemenang akan selalu
membuat rencana dengan selalu mempersiapkan diri untuk menghadapi segala
sesuatu. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: “dan
siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan
dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu
menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu
tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan
pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak
akan dianiaya (dirugikan). (surat Al Anfaal (8) ayat 60)
7. Seorang pemenang memiliki
manajemen waktu yang baik, terperinci serta tidak mau membuang buang waktu
untuk urusan yang tidak berguna. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam
firman-Nya berikut ini: “demi masa. Sesungguhnya manusia itu
benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran. (surat Al Ashr (103) ayat 1 sampai 3)
8. Seorang pemenang adalah
seorang yang selalu berhijad (selalu bersungguh sung-guh) untuk mencari
keridhaan Allah atau ia selalu bersungguh sungguh di dalam berbuat kebaikan
dalam kerangka ibadah ikhsan. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya
berikut ini: “dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-
benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya
Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (surat Al Ankabuut
(29) ayat 69)
9. Orang yang mampu menjadi
seorang pemenang biasanya ia orang yang sangat piawai dalam bergaul, atau orang
yang mampu bergaul kepada siapapun. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam
firman-Nya berikut ini: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu
ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,
Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya. (surat Ali Imran (3) ayat 159)
[246]
Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan
politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya.
10. Seorang pemenang akan
menafkahkan hartanya di waktu lapang ataupun sempit, selalu mampu menahan
amarahnya serta selalu memaafkan kesalahan orang lain. Hal ini sebagaimana
dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya),
baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan. (surat Ali Imran (3) ayat 134)
11. Seorang pemenang akan
menjalani hidup dan kehidupannya dalam keseimbangan. Hal ini sebagaimana
dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: “dan orang-orang yang apabila membelanjakan
(harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah
(pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. (surat Al Furqaan
(25) ayat 67)”.
Sedangkan berdasarkan ketentuan surat Al Hasyr
(59) ayat 9 di atas ini, “dan orang-orang yang telah menempati kota
Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin),
mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan
mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang
diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang
muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan
siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang
beruntung.” seorang pemenang tidak akan pelit bahkan lebih mementingkan
atau mendahulukan keperluan orang lain dibandingkan dengan keperluan dirinya.
12. Karakter dari seorang
pemenang adalah jika berhadapan dengan musuh ia tidak gentar menghadapinya yang dilanjutkan dengan selalu mengingat
Allah SWT sebanyak banyaknya, termasuk di dalamnya selalu mengajak Allah SWT untuk
membantu mengalahkan musuh. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat Al
Anfaal (8) ayat 45 berikut ini: “Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu
memerangi pasukan (musuh), Maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah
sebanyak-banyaknya[620] agar kamu beruntung”.
[620]
Maksudnya Ialah: memperbanyak zikir dan doa.
13. Berdasarkan ketentuan surat
Al Maaidah (5) ayat 90 di bawah ini, seorang peme-nang dapat dipastikan ia tidak
akan mau melaksanakan amal syaitan seperti mabuk, berjudi, mengundi nasib dan
lain sebagainya yang sesuai dengan kehendak syaitan. Hal ini sebagaimana
dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: “Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya
(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan
panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu
agar kamu mendapat keberuntungan. (surat Al Maaidah (5) ayat 90).”
Lalu sudahkah kita mampu memiliki kebiasaan-kebisaan
atau memiliki karakter sang pemenang dalam diri kita yang telah mencanangkan
sebagai seorang pemenang? Jika belum segera perbaiki diri saat ini juga sebelum
semuanya terlambat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar