Dalam kehidupan
yang kita jalani saat ini, banyak orang yang mengira jika kita telah melakukan
dan melaksanakan Diinul Islam secara menyeluruh dengan mampu melaksanakan Rukun
Islam secara baik dan benar, yang terdiri mengucapkan (mengikrarkan) syahadat,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan puasa di bulan Ramadhan,
pergi haji ke Baitullah, sudah cukup baik dan sempurna kita beragama Islam dan
kemudian Allah SWT akan memberikan ridha-Nya kepada kita, yang dilanjutkan kita
akan menerima kebahagiaan di syurga dengan segala keindahannya dan kita pun
merasa aman dari siksa api neraka. Ternyata tidak demikian adanya.
Untuk itu mari kita
perhatikan hal yang akan kami kemukakan berikut ini: Pada suatu saat Nabi
Musa as berkomunikasi dengan Allah SWT. Nabi Musa as.: "Wahai Allah
aku sudah melaksanakan ibadah. Lalu manakah ibadahku yang membuat engkau
senang?".Allah SWT berkata: “Syahadat
mu itu untuk dirimu sendiri, karena dengan engkau bersyahadat maka terbukalah
pintu bagimu untuk bertuhankan kepada Ku. Allah SWT: "Shalat mu bukan
untuk Ku tetapi untukmu sendiri, karena dengan kau mendirikan shalat, engkau
terpelihara dari perbuatan keji dan munkar. Dzikir? Dzikirmu itu membuat hatimu
menjadi tenang. Puasa ? Puasamu itu melatih dirimu untuk memerangi hawa
nafsumu". Zakat itu untuk membersihkan apa apa yang telah engkau miliki.
Menunaikan Haji untuk menjadikan kamu menjadi lebih dekat kepada Ku setelah
berkunjung ke rumah Ku.” Nabi
Musa as,: "lalu apa ibadahku yang membuatmu senang ya Allah?" Allah SWT: "Sedekah,
Infaq, Wakaf serta akhlaqul karimah-mu yang menceriminkan Asmaul
Husna. Itulah yang membuat aku senang, Karena tatkala engkau membahagiakan
orang yang sedang susah, aku hadir disampingnya. Dan Aku akan mengganti dengan
ganjaran kepadamu”.
Selanjutnya apabila kita hanya sibuk dengan
ibadah ritual semata dan bangga akan itu (maksudnya sibuk dengan ibadah Habblumminannallah)
maka itu tandanya kamu hanya mencintai dirimu sendiri (egois), bukan cinta
kepada Allah SWT. Akan tetapi, bila kita berbuat dan berkorban untuk orang
lain serta melunakkan hati untuk kepentingan orang lain maka itu tandanya kita
mencintai Allah SWT dan tentu Allah SWT senang karenanya. Buatlah Allah SWT
senang dan bangga kepada diri kita maka Allah SWT akan limpahkan rahmat-Nya
dengan membuat hidupmu lapang dan bahagia.
Jangan lupa jadikan perintah yang telah
diperintahkan oleh Allah SWT kepada diri kita sebagai sebuah kebutuhan karena
ini adalah kunci kesuksesan hidup di dunia dan akhirat kelak. Ingat, dibalik diri
kita melaksanakan setiap perintah Allah SWT yang telah diperintahkan kepada
diri kita disana ada ketertundukan dan kepatuhan diri kita kepada Allah SWT. Namun
kita sering lupa, walaupun kita telah melakukan dan melaksanakan rukun Islam,
akan tetapi jika kita melakukan setitik saja perbuatan musyrik dan syirik baik
langsung ataupun tidak langsung, maka apa yang telah kita lakukan akan menjadi
batal, atau akan mempengaruhi penilaian yang mengakibatkan penurunan kualitas
dari keimanan dan keyakinan kita kepada Allah SWT. Untuk itu jangan pernah mencampur-adukkan
Diinul Islam dengan kemusyrikan, atau mencampur adukkan Diinul Islam dengan
perbuatan syirik sebab tindakan ini akan membatalkan Iman, Islam dan Ikhsan
diri kita yang pada akhirnya akan menghantarkan diri kita ke neraka.
Ada apa dengan
musyrik dan syirik sehingga mampu membatalkan segala apa yang telah kita
perbuat sehingga musyrik dan syirik menjadi lawan dari ketauhidan. Untuk itu
mari kita pelajari apa yang dimaksud dengan musyrik dan syirik itu dengan
sebaik-baiknya. Hal ini menjadi penting karena perbuatan musyrik dan syirik
merupakan lawan dari ketauhidan serta sesuatu yang paling dibenci oleh Allah
SWT. Untuk itu berhati-hatilah dengan kondisi ini.
A.
MUSYRIK.
Musyrik adalah orang
yang menyamakan Allah SWT dengan selain Allah dalam hal-hal yang berkaitan
dengan kekhususan Allah. Musyrik juga
diartikan sebagai orang yang memalingkan sesuatu kepada selain Allah. Orang
yang musyrik ialah mereka yang mempersekutukan Allah baik dalam bentuk i’tikad
(kepercayaan), ucapan, maupun dalam bentuk amal perbuatan. Musyrik
merupakan kebalikan, atau lawan dari ketauhidan. Lalau seperti apakah aktivitas
musyrik itu? Aktivitas musyrik bisa dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan
(kriteria) sebagai-mana telah dikemukakan oleh “Syekh Ibnu Hasan Bisry At-Turjani”
dalam laman “www.ihram.co.id”, berikut ini:
1. Musyrik murni dapat diartikan sebagai orang yang
perbuatan dan cara ibadah yang dilakukan tidak sesuai akidah Islam. Orang
musyrik murni lebih menyukai perbuatan yang dilakukan nenek moyang atau
pemimpin spiritual mereka.
2. Musyrik perbuatan merupakan orang yang mengaku Islam
dengan amal ibadah ti-dak mencerminkan nilai-nilai seorang mukmin. Mereka
bersyahadat, menjalankan shalat, puasa, menunaikan zakat, dan pergi haji ke
Baitullah. Namun, mereka masih mempercayai benda-benda bertuah yang dianggap
memiliki kekuatan ghaib, seperti tombak, keris, todan aji, dan benda lainnya.
Kemudian salah satu perbuatan orang musyrik yang lainnya adalah masih kerap mengunjungi dukun atau orang pintar.
3. Musyrik pemujaan merupakan orang Islam awam yang kerap
mendatangi tempat-tempat keramat. Tempat yang dimaksud ialah kuburan para wali,
pohon-pohon, dan gua-gua yang dianggap keramat. Mereka pergi ke kuburan para
wali bukan untuk berziarah, melainkan untuk meminta (ngalap) berkah. Orang
musyrik pemujaan kurang memahami akidah Islam sehingga mereka melakukan
pemujaan ke tempat-tempat keramat. Mereka juga kerap pergi ke gunung tertentu untuk
membuat perjanjian dengan penunggu tempat keramat demi mendapatkan imbalan
kekayaan.
Berdasarkan ketiga
jenis kriteria musyrik yang kami kemukakan di atas, maka dapat kita katakan
bahwa ciri-ciri dari orang-orang musyrik, adalah :
1. Suka memalingkan
bentuk ibadah kepada selain Allah SWT;
2. Memiliki tujuan
beribadah kepada selain Allah SWT;
3. Dalam hal
kemaksiatan, mereka menaati selain Allah SWT;
4. Dalam hal kecintaan,
mereka menyamakan sesuatu dengan selain Allah SWT.
Adanya
4 (empat) perbuatan yang kami kemukakan di atas ini, telah menunjukkan kepada
kita bahwa perbuatan musyrik adalah perbuatan sangat berdosa (kedzaliman yang
sangat besar), sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: “Dan
(ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran
kepadanya: ’Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar.” (surat
Luqman (31) ayat 13). Dan ingat, Allah tidak akan mengampuni orang yang
berbuat syirik kepada-Nya, sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya berikut
ini: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya
(syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa
yang Dia kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah
berbuat dosa yang besar. (surat An-Nisaa (4) ayat 48).”
Dan
ketika orang yang berbuat musyrik meninggal dunia, yang mana posisinya masih
dalam kemusyrikannya, maka syurga pun diharamkan atas orang orang musyrik,
sebagaimana firman-Nya berikut ini: “…..Sesungguhnya barangsiapa mempersekutukan
(sesuatu dengan) Allah, maka sungguh Allah mengharamkan syurga baginya, dan
tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolongpun bagi orang orang yang
dzalim itu. (surat Al Maaidah (5) ayat 72).” Adanya ketetapan Allah SWT
yang seperti ini maka neraka adalah satu-satunya tempat kembali yang berlaku
bagi orang-orang yang musyrik karena syurga telah diharamkan bagi orang-orang
musyrik.
Sebagai
abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi, itulah pelajaran
tentang musyrik. Hal yang harus kita jadikan pedoman adalah jangan sampai diri
kita yang telah mengaku beriman kepada Allah SWT dengan telah melaksanakan
syahadat. Akan tetapi masih tetap melaksanakan sesuatu yang termasuk di dalam
kategori musyrik sehingga lebel yang ada pada diri kita adalah “Muslim
tetapi Musyrik”.
“Muslim
tetapi Musyrik” bisa saja menimpa siapapun yang mengaku telah beriman
kepada Allah SWT. Namun perilaku “Muslim
tetapi Musyrik” bukanlah
cerminan manusia yang dikehendaki oleh Allah SWT. Kondisi ini sangat diminati
dan yang paling dikehendaki oleh syaitan yang sanglaknatullah.
Untuk
itu berhati-hatilah karena keadaan “Muslim tetapi Musyrik” biasanya
berlangsung tidak tiba-tiba melainkan berlahan namun pasti dan biasanya melalui
ajakan-ajakan dari orang-orang tertentu yang bersifat individual yang seolah-olah
hal ini tidak melanggar ketentuan karena hanya dilakukan sekali saja, seperti
berziarah kubur ke makam tertentu yang tidak ada hubungan kekeluargaan dengan
diri kita lalu meminta berkah ke kuburan tersebut, melarung ke laut untuk Nyi
Roro Kidul, menanam kepala kerbau dan lain sebagainya.
B.
SYIRIK.
Syirik
adalah lawan kata dari ketauhidan. Yaitu sikap menyekutukan Allah secara dzat,
sifat, perbuatan dan ibadah. Adapun
syirik secara dzat adalah dengan meyakini bahwa dzat Allah seperti dzat
makhluk-Nya. Syirik secara sifat
artinya: seseorang meyakini bahwa sifat-sifat makhluk sama dengan sifat-sifat
Allah. Dengan kata lain bahwa makhluk mempunyai sifat-sifat seperti
sifat-sifat Allah, tidak ada bedanya sama sekali. Syirik secara perbuatan artinya: seseorang meyakini bahwa makhluk
mengatur alam semesta dan rezeki manusia seperti yang telah diperbuat Allah
selama ini. Sedangkan syirik secara
ibadah artinya: seseorang menyembah selain Allah dan mengagungkannya seperti
mengagungkan Allah serta mencintainya seperti mencintai Allah.
Syirik-syirik
dalam pengertian tersebut secara eksplisit maupun implisit telah ditolak oleh
Islam. karenanya seorang muslim harus benar-benar hat-hati dan menghindar
jauh-jauh dari syirik-syirik seperti yang telah diterangkan di atas. Dan syirik kepada Allah SWT merupakan
kedzaliman yang sangat besar dan mungkin saja sama besarnya dengan
pembangkangan iblis kepada perintah Allah SWT untuk sujud kepada Nabi Adam,as..
Hal ini karena seseorang yang berbuat syirik berarti telah menodai hak
prioritas Allah atas hamba-Nya, yaitu mentauhidkan Allah dengan tidak
menyekutukan-Nya.
Adapun dampak dari perbuatan syirik yang kita
lakukan adalah akan merontokkan dan menyapu bersih seluruh amal kebaikan yang
pernah kita lakukan.
Yang dalam ungkapan AlQuran, perbuatan syirik akan
menjadikan segenap perbuatan baik manusia
menjadi sia-sia belaka.
Dan
sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi ketahuilah
bahwa Allah SWT bersikap keras tanpa
ampun kepada siapapun juga yang melakukan perbuatan syirik dan musyrik. Sekalipun
orang tersebut telah melakukan ibadah dan amal shaleh baik yang besar maupun
yang kecil, dikarenakan Allah SWT tersinggung, dikarena-kan Allah SWT telah dihina, dikarenakan Allah SWT
telah dianggap tidak ada, dikare-nakan Allah SWT telah dianggap tidak mampu
oleh orang tersebut padahal Allah SWT adalah Inisiator, Pencipta, Pemilik,
Pemelihara dari langit dan bumi beserta isinya. Akhirnya syirik adalah
dosa yang tak bisa diampuni kecuali dengan taubatan nasuha dan dengan
meninggalkan aktifitas musyrik dan syirik sejauh-jauhnya yang dilakukan sebelum
kematian menjemput seseorang. Lalu seperti apakah perilaku syirik itu?
Berikut
ini akan kami kemukakan beberapa tanda-tanda kesyirikan yang paling mencolok
yang banyak terjadi di tengah masyarakat adalah:
1. Berjalan bukan di jalan
Allah SWT;
2. Kehinaan dan
keagungan diri digantungkan kepada selain Allah SWT;
3. Menjalankan hukum
yang diproduksi selain Allah SWT;
4. Berusaha demi selain
Allah SWT;
5. Menjalankan serikat
dengan selain-Nya;
6. Menyokong kegiatan
yang tidak diridai Allah SWT; dan
7. Gentar (takut) terhadap
selain Allah SWT.
Adakah contohnya?
Berikut ini akan kami kemukakan beberapa contoh bentuk-bentuk nyata dari
perbuatan syirik yang kasat mata ada dan banyak terjadi dihadapan diri kita,
yaitu:
1. Mempersekutukan Allah dengan mempercayai lalu menyembah
bahwa makhluk selain itu mempunyai sifat-sifat seperti yang ada pada Allah.
Menyembah sesuatu selain Allah adalah termasuk syirik yang paling berat dan
tinggi. Orang syirik ini menyembah benda-benda, patung, batu, kayu, kubur
bahkan manusia dan lain-lainnya. Mereka percaya bahwa benda-benda (makhluk)
tersebut adalah tuhan-tuhan yang dapat mendatangkan kebaikan dan keburukan.
Menyembah patung atau
berhala (al ashnaam) adalah contohnya sebagaimana yang dikemukakan dalam surat
Al Hajj (22) ayat 30 berikut ini: “……, maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang
najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta”. Kondisi di atas juga
dikemukakan dalam surat Maryam (19) ayat 42 yang menceritakan bahwa Nabi
Ibrahim as, berikut ini: “Ingatlah ketika dia (Ibrahim) berkata kepada
ayahnya, “Wahai ayahku! Mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak
dapat menolongmu sedikitpun?”.
2. Menyembah matahari, sebagaimana dikemukakan dalam
firman-Nya berikut ini: “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang
telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas
`Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan
(diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing)
tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah! Segala penciptaan dan urusan menjadi
hak-Nya. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. (surat Al A’raaf (7) ayat 54).”
Ayat ini mengemukakan bahwa Allah menolak orang-orang yang menyembah matahari,
bulan dan bintang. Lalu dalam surat Fushshilat (41) ayat 37 berikut ini Allah
SWT lebih tegas menyatakannya: “Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya
ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan
janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang
menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah”.
3. Menyembah jin, sebagaimana dikemukakan dalam surat
Al-An’am (6) ayat 100 be-rikut ini: “Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan
jin sekutu-sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu,
dan mereka membohong (dengan mengatakan), “Bahwasanya Allah mempunyai anak
laki-laki dan anak perempuan”, tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha Suci
Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka gambarkan”. Dan juga
berdasarkan firman-Nya yang termaktub dalam surat Saba’ (34) ayat 40-41 berikut
ini: “Dan (ingatlah) hari (ketika) Allah mengumpulkan mereka semuanya
kemudian Dia berfirman kepada malaikat, “Apakah mereka ini dahulu menyembah
kamu?”. Para malaikat itu menjawab, “Maha Suci Engkau. Engkaulah pelindung
kami, bukan mereka: bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka
beriman kepada jin itu”.
4. Menyembah para Nabi, seperti Nabi Isa as. yang disembah
kaum Nasrani dan Uzair yang disembah kaum Yahudi. Keduanya sama-sama dianggap
anak Allah, sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Orang-orang Yahudi berkata,
“Uzair itu putra Allah” dan orang Nasrani berkata, “Al-Masih itu putra Allah”.
Itulah ucapan yang keluar dari mulut mereka. Mereka meniru perkataan
orang-orang kafir yang terdahulu. Allah melaknat mereka, bagaimana mereka
sampai berpaling? (surat At-Taubah (9) ayat 30).” Ayat di atas sejalan
dengan firman-Nya yang termaktub dalam surat Al-Maidah (5) ayat 72 berikut ini:
“Sesungguhnya
telah kafirlah orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah adalah Al-Masih
putra Maryam”, padahal Al-Masih (sendiri) berkata, “Wahai Bani Israel!
Sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu” Sesungguhnya barangsiapa mempersekutukan
(sesuatu dengan) Allah, maka sungguh Allah mengharamkan syurga baginya, dan
tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolongpun bagi orang-orang
dzalim itu.”.
5. Mempertuhankan manusia, maksudnya mempertuhankan manusia
atau menjadi-kan manusia sebagai tuhannya adalah termasuk syirik atau
mempersekutukan Allah. Misalnya, mentuhankan pemuka-pemuka agama, ulama,
pendeta, dan sebagainya. Dalam ajaran ilmu Tauhid, terlalu mengagungkan atau
mendewakan seseorang itu dinamakan Ghuluwwun. Artinya, keterlaluan dalam
mengagungkan dan meninggikan derajat makhluk sehingga ditempatkan pada
kedudukan yang bukan sepatutnya menempati kedudukan itu kecuali Allah.
Sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Mereka menjadikan orang-orang alim (Yahudi)
dan rahib-rahibnya (Nasrani) sebagai tuhan selain Allah, dan (juga) Al-Masih
putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak
ada Tuhan selain Dia. Maha Suci Dia dari apa yang mereka persekutukan. (surat
At Taubah (9) ayat 31).”
6. Menyembah Thagut, sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Dan sungguh, Kami telah mengutus
seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah dan jauhilah Thagut”, kemudian diantara
mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam
kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi
dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul).
(surat An-Nahl (16) ayat 36).” Dan tauhid yang murni tidak akan bisa
dicapai tanpa menghindar dari menyembah thagut, sebagaimana firman-Nya: “Tidak
ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas
(perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barangsiapa ingkar
kepada Thagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh)
pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha
Mengetahui. (surat Al-Baqarah (2) ayat 256).”
Sebagai abd’
(hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi ketahuilah bahwa Allah SWT
sangat bangga dengan orang-orang beriman yang menjauhi thagut, sebagaimana
firman-Nya berikut ini: “Dan orang-orang yang menjauhi thagut (yaitu)
tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, mereka pantas mendapat berita
gembira; sebab itu sampaikanlah kabar gembira itu hamba-hamba-Ku: (surat Az
Zumar (39) ayat 17).”
7. Menyembah hawa nafsu. Hawa nafsu adalah kecenderungan
untuk melakukan ke-burukan yang berkesesuaian dengan sifat alamiah jasmani yang
berasal dari alam (tanah). Seseorang yang menuhankan hawa nafsu maka ia akan
mengutamakan keinginan nafsunya di atas cintanya kepada Allah dan dengan
demikian ia telah mentaati hawa nafsunya dan menyembahnya. Sebagaimana
firman-Nya berikut ini: “Sudahkah engkau (Muhammad) melihat orang
yang menjadikan keinginannya sebagai tuhannya. Apakah engkau akan menjadi
pelindungnya?. (surat Al Furqaan (25) ayat 43).”
Dan menyembah ahwa
(hawa nafsu) juga dikemukakan dalam surat Al-Jatsiyah (45) ayat 23 sebagaimana
berikut ini: “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya. Dan Allah
telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas
penglihatannya? Maka siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah
(membiarkannya sesat)?. Mengapa kamu tidak pelajaran?”
Jamaah sekalian,
itulah 7 (tujuh) buah bentuk-bentuk kesyirikan yang telah dikemukakan oleh
Allah SWT dalam AlQuran, lalu sudahkah kita mengetahuinya! Dan semoga kita
tidak melakukannya.
Sekarang mari kita
bahas tentang jenis atau macam-macam syirik yang tidak lain adalah lawan dari
ketauhidan. Syirik dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu: syirik akbar dan
syirik ashghar sebagaimana dikemukakan oleh “Husnul Abdi” dalam laman
“liputan6.com”
berikut ini:
1. Syirik Akbar. Syirik akbar adalah
menjadikan selain daripada Allah SWT sebagai tujuan dalam beribadah, misalnya
memohon dan bernadzar sesuatu kepada selain Allah, takut kepada kuburan, jin,
atau syaitan serta percaya bahwa semua itu bisa memberi bahaya. Syirik ini menyebabkan seseorang keluar dari
agama Islam sehingga jika ia meninggal dalam keadaan demikian maka ia akan
kekal di dalam neraka jahannam. Adapun perbuatan yang termasuk macam-macam
syirik akbar:
a. Syirik dalam berdoa. Perbuatan orang
syirik yang meminta, memohon, dan me-manjatkan hajatnya dalam doa dengan tujuan
kepada selain Allah. Padahal tiada yang kuasa mengabulkan semua doa kecuali
Allah. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat Faathir (35) ayat 13 berikut
ini: "Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam
dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang
ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nya-lah
kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai
apa-apa walaupun setipis kulit ari.”
b. Syirik dalam sifat Allah. Syirik dalam
sifat Allah dilakukan ketika seseorang percaya bahwa peramal bisa melihat masa
depan dan ia mempercayainya, maka itu adalah syirik. Dengan ia mendatangi
peramal maka bisa dipastikan ia juga meragukan sifat Allah Yang Maha
Mengetahui.
c.
Syirik dalam kecintaan. Seorang muslim
dilarang lebih mencintai apapun selain Allah, baik itu lebih mencintai orang
tua, saudara, suami, istri, sahabat atau siapapun. Janganlah mencintai secara
berlebihan selain kepada Allah. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 165 berikut ini: “Dan
diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain
Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun
orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya
orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada
hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat
berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)."
d. Syirik dalam ketaatan. Selain dilarang
lebih mencintai sesuatu selain Allah, se-bagai umat muslim juga dilarang lebih
taat kepada selain Allah karena tindakan tersebut mirip dengan perbuatan
menyembah berhala. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat surat At Taubah (9)
ayat 31 berikut ini: "Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan
rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan)
Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa,
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa
yang mereka persekutukan."
e. Syirik dalam ketakutan. Umat muslim
dilarang lebih takut dari apapun kecuali kepada Allah. Ketakutan yang dimaksud
tentu adalah takut kepada selain Allah misalnya takut pada mayat, kuburan, syetan,
dan menganggap bahwa kesemua itu bisa menyebabkan bahaya atau mudharat pada
dirinya.
2. Syirik Ashghar. Syirik Ashgar adalah
syirik yang dihasilkan dari perbuatan mau-pun ucapan yang dinyatakan sebagai
perbuatan syirik oleh syara’, namun tidak sampai menyebabkan keluar daripada
agama Islam. Namun macam-macam syirik ini bisa mengantarkan seseorang untuk
melakukan syirik akbar. Dan adapun macam-macam syirik ashghar yaitu sebagai
berikut:
a. Syirik Zhahir. Syirik Zhahir
adalah syirik nyata yang dilakukan oleh seseorang dengan menggunakan
benda-benda atau jimat seperti gelang atau kalung yang dipakai sebagai
penangkal bahaya atau penyakit.
b. Syirik Khafi. Syirik Khafi adalah syirik yang tersembunyi. Syirik
ini bersumber dalam hati seseorang, bisa saja berupa niatan semata atau memang
kepercayaan namun tak ditunjukkan oleh perbuatan (hanya di dalam hari),
misalnya riya’ yang tersembunyi dalam hati.
Selain pembagian
syirik Akbar dan syirik Ashghar sebagaimana telah kami kemukakan di atas, perbuatan
syirik juga bisa terbagi menjadi 6 (enam) macam (bentuk), sebagaimana berikut
ini;
1. Syirik al-Istiqlal dapat diartikan
sebagai kondisi yang menetapkan pendirian bah-wa Tuhan itu ada dua. Kemudian
keduanya bebas bertindak sendiri-sendiri. Perbuatan syirik yang satu ini
terlihat pada orang majusi atau penyembah api. Orang majusi berpendapat bahwa
Tuhan ada dua, pertama Ahuramazda (Tuhan segala kebaikan)
dan Ahriman (Tuhan segala kejahatan).
2. Syirik at-Tab’id merupakan perbuatan syirik yang menyusun Tuhan terdiri dari beberapa Tuhan.
3. Syirik at-Taqrib dapat diartikan
sebagai perbuatan syirik yang memuja atau beribadat kepada selain Allah SWT.
Perbuatan syirik yang satu ini terlihat pada orang jahiliah zaman dahulu.
4. Syirik at-Taqlid merupakan perbuatan
syirik yang memuja atau beribadat kepada selain Allah SWT karena taqlid atau
turut-turutan kepada orang lain.
5. Syirik al-Asbab merupakan perbuatan
syirik yang menyandarkan pengaruh kepa-da sebab-sebab biasa. Perbuatan syirik
jenis ini terlihat pada orang-orang ahli filsafat dan penganut paham naturalis.
Mereka berpendapat bahwa Tuhan itu ada, tetapi segala kejadian alam tidak
berhubungan dengan Tuhan.
6. Syirik al-Aghrad dapat diartikan
sebagai perbuatan syirik yang beramal bukan ka-rena Allah SWT.
Selain macam-macam
syirik yang telah kami kemukakan di atas, kita juga perlu mengetahui bentuk-bentuk
syirik lainnya yang bertentangan dengan syahadat ketauhidan, sebagai berikut:
1. Syirik di dalam
Al-Uluhiyyah, yaitu
kalau seseorang menyakini bahwa ada tuhan selain Allah yang berhak untuk
disembah (berhak mendapatkan sifat-sifat ubudiyyah), sebagaimana firman-Nya
berikut ini: “Wahai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan
orang-orang yang sebelummu agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi
sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan)
dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai
rezeki untukmu, karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah
padahal kamu mengetahuinya.” (surat Al Baqarah (2) ayat 21-22)
2. Syirik di dalam
Ar-Rububiyyah, yaitu
jika seseorang meyakini bahwa ada selain Allah yang bisa menciptakan, memberi
rezeki, menghidupkan atau mematikan, dan yang lainnya dari sifat-sifat
ar-rububiyyah. Orang-orang seperti ini keadaannya lebih sesat dan lebih jelek
daripada orang-orang kafir terdahulu.Orang-orang terdahulu beriman dengan
tauhid rububiyyah namun mereka menyekutukan Allah dalam uluhiyyah. Mereka
meyakini kalau Allah satu-satunya Pencipta alam semesta namun mereka masih
tetap berdoa, meminta pada kuburan-kuburan seperti kuburan Latta. Maka
orang-orang yang tidak menyakini sama sekali kalau Allah-lah Penciptanya atau
ada tuhan lain yang menciptakan, menghidupkan, dan mematikan, tentu yang
demikian lebih jelek lagi. Inilah yang dimaksud syirik dalam rububiyah.
3. Syirik di dalam
Al-Asma’ wa Ash-Shifat, yaitu seseorang yang mensifatkan seba-gian
makhluk Allah dengan sebagian sifat-sifat Allah yang khusus bagi-Nya.
Contohnya, meyakini bahwa ada makhluk Allah yang mengetahui perkara-perkara
ghaib. Hal ini sebagaimana firman-Nya berikut ini: “(Dia adalah Tuhan) yang
mengetahui yang ghaib. Maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang
yang ghaib itu. (surat Al-Jinn (72) ayat 26)
Untuk itu berhati-hatilah
dengan perbuatan syirik dan musyrik, sebab perbuatan syirik dan musyrik yang
dilakukan oleh manusia tidak dinilai dari siapa diri kita, siapa orang tua
kita, apakah jabatan kita, apakah pekerjaan kita, apakah kedudukan kita. Akan tetapi berapapun ukuran dari perbuatan syirik dan musyrik yang kita
lakukan pasti akan dapat menjadi amunisi dan penghancur keimanan dan keyakinan
kita kepada Allah SWT, dapat menjadikan jiwa kita dikategorikan sebagai jiwa fujur
serta menjadikan diri kita memiliki tiket pulang kampung ke Neraka Jahannam. Adanya kondisi ini berarti jika kita ingin
terhindar dari perbuatan syirik dan musyrik, maka kita harus memiliki Ilmu
tentang Allah SWT serta memiliki Ilmu tentang syirik dan musyrik saat menjadi
abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi.
Dan agar diri kita
tidak terjerumus dengan perilaku dan perbuatan syirik yang begitu banyak
terjadi di tengah masyarakat serta agar jangan sampai diri kita menjadi
pelaku-pelaku syirik, atau pelaku musyrik. Ada baiknya kita mengetahui tentang
bahaya laten syirik dan juga musyrik kepada diri kita. Adapun 6 (enam) buah
bahaya laten syirik dan juga musyrik yang siap ditimpakan kepada pelakunya
dapat kami kemukakan sebagai berikut:
1. Syirik adalah kezhaliman yang besar lagi nyata,
sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada
anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah
engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah
benar-benar kedzaliman yang besar. (surat Lukman (31) ayat 13).”.
2. Syirik merupakan sumber khurafat. Lalu apa itu khurafat? Secara
bahasa, khurafat berasal dari kata kharaf yang berarti rusak akal karena tua.
Sedangkan secara istilah, khurafat berarti kepercayaan yang bukan berasal dari
ajaran Islam, termasuk cerita rekayasa, ramalan, dan pemujaan. Tahayul dan
khurafat memiliki arti yang sama, yakni kepercayaan akan hal yang tidak masuk
akal dan tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Contoh khurafat yang akrab di
masyarakat Indonesia ialah mitos dan pamali. Dua hal ini diwariskan secara
turun menurun melalui adat istiadatnya.
Khurafat juga
bisa dikatakan sebagai bid'ah 'aqidah, yakni kepercayaan atau keyakinan kepada
sesuatu perkara yang menyalahi ajaran Islam, misalnya meyakini kuburan orang
shaleh dapat memberikan berkah, memuja atau memohon kepada makhluk halus atau
jin, meyakini sebuah benda-tongkat, keris, batu dan lain-lain yang memiliki
kekuatan ghaib, sebab orang-orang yang meyakini bahwa selain Allah seperti
bintang, matahari, kayu besar dan lain sebagainya bisa memberikan manfaat atau
bahaya berarti ia telah siap melakukan segala khurafat dengan mendatangi para
dukun, kuburan-kuburan angker dan mengalungkan jimat di lehernya.
Khurafat atau percaya
pada sesuatu yang tidak logis biasanya bermula dari zaman nenek moyang dan
masih diyakini hingga sekarang. Misalnya, ada burung yang masuk ke rumah
dipercaya sebagai tanda ada tamu yang akan datang, duduk di pintu dapat
menghalangi jodoh, dan lain sebagainya. Padahal semua hal itu tidak akan
terjadi tanpa kehendak Allah SWT, sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Dan
jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, maka tidak ada yang dapat
menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu
maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan kepada
siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (surat
Yunus (10) ayat 107).” Selain daripada itu, khurafat umumnya berupa
cerita-cerita yang dicampurkan dengan perkara dusta, atau berdasarkan rekaan
dan khayalan manusia semata. Seperti berupa pantangan, ramalan, adat istiadat
yang tidak masuk akal dan ajaran-ajaran yang berbau syirik serta bertentangan
dengan ajaran Islam. Khurafat ini sifatnya bid'ah dalam bidang akidah Islam dan
segala bentuk bid’ah adalah haram. Khurafat seharusnya tidak mendapat tempat
sedikit pun dalam Islam dan hati kaum Muslimin.
Ini merupakan bentuk
syirik yang harus dijauhi. Sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud ra, Nabi
Muhammad SAW bersabda: "Siapa saja
yang menggantungkan jimat, maka ia telah melakukan kesyirikan. (Hadits Riwayat
Ahmad).” Bahkan Allah juga menegaskan dalam firman-Nya yang terdapat dalam
surat Al-Baqarah (2) ayat 170-171 berikut ini: "Dan apabila dikatakan kepada
mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab:
"(Tidak), kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati pada nenek
moyang kami (melakukannya). Padahal nenek moyang mereka itu tidak mengetahui
apapun, dan tidak mendapat petunjuk. Dan perumpamaan bagi (penyeru) orang yang
kafir adalah seperti (penggembala) yang meneriaki (binatang) yang tidak mendengar
selain panggilan dan teriakan. (Mereka) tuli, bisu dan buta, maka mereka tidak
mengerti.” Berdasarkan dua buah ketentuan di atas, khurafat itu haram
dan dilarang dalam Islam. Dan untuk menghindarinya, pertebal keimanan dan
ketakwaan dalam diri. Dengan begitu, bisikan setan yang menyeru pada perbuatan
khurafat pun bisa dielakkan.
3. Syirik sumber ketakutan dan kesengsaraan, sebagaimana
firman-Nya berikut ini: “Akan Kami masukkan rasa takut ke dalam hati
orang-orang yang kafir, karena mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang
Allah tida menurunkan keterangan tentang itu. Dan tempat kembali mereka ialah
neraka; Dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal (bagi) orang-orang yang zhalim.
(surat Ali Imran (3) ayat 151).”
4. Syirik merendahkan derajat kemanusiaan, sebagaimana
dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: “(Beribadahlah) dengan ikhlas keada Allah,
tanpa mempersekutukan-Nya. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka seakan-akan
dia jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angina ke
tempat yang jauh. (surat Al-Hajj (22) ayat 31).”
5. Syirik menghancurkan kecerdasan manusia, sebagaimana
dikemukakan dalam fir-man-Nya berikut ini: “Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu
yang tidak dapat mendatangkan bencana kepada mereka dan tidak (pula) manfaat,
dan mereka berkata, “Mereka itu adalah pemberi syafaat di hadapan Allah.”
Katakanlah, “Apakah kamu akan memberitahu kepada Allah sesuatu yang tidak
diketahui-Nya apa yang di langit dan tidak (pula) yang di bumi? Mahasuci Allah
dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan itu. (surat Yunus (11)
ayat 18).”
6. Di akhirat nanti orang-orang syirik dan musyrik tidak
akan mendapatkan ampu-nan Allah, dan akan masuk neraka selama-lamanya,
sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: “Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan
sesuatu), dan Dia mengampuni dosa yang selain itu bagi siapa yang dikehendaki.
Dan siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia
telah tersesat jauh sekali. (surat An Nisaa’ (4) ayat 116).” Sedangkan
menurut firman-Nya yang termaktub dalam surat Al-Maidah (5) ayat 72 berikut
ini: “Sesungguhnya barangsiapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka
sungguh, Allah mengharamkan syurga baginya dan tempatnya ialah neraka. Dan
tidak ada seorang penolongpun bagi orang-orang yang dzalim itu.” Ayat
ini mengemukakan bahwa tiket masuk ke neraka adalah tindakan mempersekutukan
Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar