Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Jumat, 07 Juni 2024

LAWAN DARI KETAUHIDAN (PART 1 of 3)



Dalam kehidupan yang kita jalani saat ini, banyak orang yang mengira jika kita telah melakukan dan melaksanakan Diinul Islam secara menyeluruh dengan mampu melaksanakan Rukun Islam secara baik dan benar, yang terdiri mengucapkan (mengikrarkan) syahadat, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan puasa di bulan Ramadhan, pergi haji ke Baitullah, sudah cukup baik dan sempurna kita beragama Islam dan kemudian Allah SWT akan memberikan ridha-Nya kepada kita, yang dilanjutkan kita akan menerima kebahagiaan di syurga dengan segala keindahannya dan kita pun merasa aman dari siksa api neraka. Ternyata tidak demikian adanya.

 

Untuk itu mari kita perhatikan hal yang akan kami kemukakan berikut ini: Pada suatu saat Nabi Musa as berkomunikasi dengan Allah SWT. Nabi Musa as.: "Wahai Allah aku sudah melaksanakan ibadah. Lalu manakah ibadahku yang membuat engkau senang?".Allah SWT berkata: Syahadat mu itu untuk dirimu sendiri, karena dengan engkau bersyahadat maka terbukalah pintu bagimu untuk bertuhankan kepada Ku. Allah SWT: "Shalat mu bukan untuk Ku tetapi untukmu sendiri, karena dengan kau mendirikan shalat, engkau terpelihara dari perbuatan keji dan munkar. Dzikir? Dzikirmu itu membuat hatimu menjadi tenang. Puasa ? Puasamu itu melatih dirimu untuk memerangi hawa nafsumu". Zakat itu untuk membersihkan apa apa yang telah engkau miliki. Menunaikan Haji untuk menjadikan kamu menjadi lebih dekat kepada Ku setelah berkunjung ke rumah Ku.Nabi Musa as,: "lalu apa ibadahku yang membuatmu senang ya Allah?" Allah  SWT: "Sedekah, Infaq, Wakaf serta akhlaqul karimah-mu yang menceriminkan Asmaul Husna. Itulah yang membuat aku senang, Karena tatkala engkau membahagiakan orang yang sedang susah, aku hadir disampingnya. Dan Aku akan mengganti dengan ganjaran kepadamu”. 

 

Selanjutnya apabila kita hanya sibuk dengan ibadah ritual semata dan bangga akan itu (maksudnya sibuk dengan ibadah Habblumminannallah) maka itu tandanya kamu hanya mencintai dirimu sendiri (egois), bukan cinta kepada Allah SWT. Akan tetapi, bila kita berbuat dan berkorban untuk orang lain serta melunakkan hati untuk kepentingan orang lain maka itu tandanya kita mencintai Allah SWT dan tentu Allah SWT senang karenanya. Buatlah Allah SWT senang dan bangga kepada diri kita maka Allah SWT akan limpahkan rahmat-Nya dengan membuat hidupmu lapang dan bahagia.

 

Jangan lupa jadikan perintah yang telah diperintahkan oleh Allah SWT kepada diri kita sebagai sebuah kebutuhan karena ini adalah kunci kesuksesan hidup di dunia dan akhirat kelak. Ingat, dibalik diri kita melaksanakan setiap perintah Allah SWT yang telah diperintahkan kepada diri kita disana ada ketertundukan dan kepatuhan diri kita kepada Allah SWT. Namun kita sering lupa, walaupun kita telah melakukan dan melaksanakan rukun Islam, akan tetapi jika kita melakukan setitik saja perbuatan musyrik dan syirik baik langsung ataupun tidak langsung, maka apa yang telah kita lakukan akan menjadi batal, atau akan mempengaruhi penilaian yang mengakibatkan penurunan kualitas dari keimanan dan keyakinan kita kepada Allah SWT. Untuk itu jangan pernah mencampur-adukkan Diinul Islam dengan kemusyrikan, atau mencampur adukkan Diinul Islam dengan perbuatan syirik sebab tindakan ini akan membatalkan Iman, Islam dan Ikhsan diri kita yang pada akhirnya akan menghantarkan diri kita ke neraka.

 

Ada apa dengan musyrik dan syirik sehingga mampu membatalkan segala apa yang telah kita perbuat sehingga musyrik dan syirik menjadi lawan dari ketauhidan. Untuk itu mari kita pelajari apa yang dimaksud dengan musyrik dan syirik itu dengan sebaik-baiknya. Hal ini menjadi penting karena perbuatan musyrik dan syirik merupakan lawan dari ketauhidan serta sesuatu yang paling dibenci oleh Allah SWT. Untuk itu berhati-hatilah dengan kondisi ini.

 

A.     MUSYRIK.

 

Musyrik adalah orang yang menyamakan Allah SWT dengan selain Allah dalam hal-hal yang berkaitan dengan kekhususan Allah. Musyrik juga diartikan sebagai orang yang memalingkan sesuatu kepada selain Allah. Orang yang musyrik ialah mereka yang mempersekutukan Allah baik dalam bentuk i’tikad (kepercayaan), ucapan, maupun dalam bentuk amal perbuatan. Musyrik merupakan kebalikan, atau lawan dari ketauhidan. Lalau seperti apakah aktivitas musyrik itu? Aktivitas musyrik bisa dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan (kriteria) sebagai-mana telah dikemukakan oleh “Syekh Ibnu Hasan Bisry At-Turjani” dalam laman “www.ihram.co.id”, berikut ini:

 

1.      Musyrik murni dapat diartikan sebagai orang yang perbuatan dan cara ibadah yang dilakukan tidak sesuai akidah Islam. Orang musyrik murni lebih menyukai perbuatan yang dilakukan nenek moyang atau pemimpin spiritual mereka.

 

2.     Musyrik  perbuatan merupakan orang yang mengaku Islam dengan amal ibadah ti-dak mencerminkan nilai-nilai seorang mukmin. Mereka bersyahadat, menjalankan shalat, puasa, menunaikan zakat, dan pergi haji ke Baitullah. Namun, mereka masih mempercayai benda-benda bertuah yang dianggap memiliki kekuatan ghaib, seperti tombak, keris, todan aji, dan benda lainnya. Kemudian salah satu perbuatan orang  musyrik yang lainnya adalah masih  kerap mengunjungi dukun atau orang pintar.

 

3.    Musyrik pemujaan merupakan orang Islam awam yang kerap mendatangi tempat-tempat keramat. Tempat yang dimaksud ialah kuburan para wali, pohon-pohon, dan gua-gua yang dianggap keramat. Mereka pergi ke kuburan para wali bukan untuk berziarah, melainkan untuk meminta (ngalap) berkah. Orang musyrik pemujaan kurang memahami akidah Islam sehingga mereka melakukan pemujaan ke tempat-tempat keramat. Mereka juga kerap pergi ke gunung tertentu untuk membuat perjanjian dengan penunggu tempat keramat demi mendapatkan imbalan kekayaan.

 

Berdasarkan ketiga jenis kriteria musyrik yang kami kemukakan di atas, maka dapat kita katakan bahwa ciri-ciri dari orang-orang musyrik, adalah :

 

1.       Suka memalingkan bentuk ibadah kepada selain Allah SWT;

2.       Memiliki tujuan beribadah kepada selain Allah SWT;

3.       Dalam hal kemaksiatan, mereka menaati selain Allah SWT;

4.       Dalam hal kecintaan, mereka menyamakan sesuatu dengan selain Allah SWT.

 

Adanya 4 (empat) perbuatan yang kami kemukakan di atas ini, telah menunjukkan kepada kita bahwa perbuatan musyrik adalah perbuatan sangat berdosa (kedzaliman yang sangat besar), sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya: ’Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar.” (surat Luqman (31) ayat 13). Dan ingat, Allah tidak akan mengampuni orang yang berbuat syirik kepada-Nya, sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar. (surat An-Nisaa (4) ayat 48).” 

 

Dan ketika orang yang berbuat musyrik meninggal dunia, yang mana posisinya masih dalam kemusyrikannya, maka syurga pun diharamkan atas orang orang musyrik, sebagaimana firman-Nya berikut ini: “…..Sesungguhnya barangsiapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh Allah mengharamkan syurga baginya, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolongpun bagi orang orang yang dzalim itu. (surat Al Maaidah (5) ayat 72).” Adanya ketetapan Allah SWT yang seperti ini maka neraka adalah satu-satunya tempat kembali yang berlaku bagi orang-orang yang musyrik karena syurga telah diharamkan bagi orang-orang musyrik.

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi, itulah pelajaran tentang musyrik. Hal yang harus kita jadikan pedoman adalah jangan sampai diri kita yang telah mengaku beriman kepada Allah SWT dengan telah melaksanakan syahadat. Akan tetapi masih tetap melaksanakan sesuatu yang termasuk di dalam kategori musyrik sehingga lebel yang ada pada diri kita adalah “Muslim tetapi Musyrik”.

 

Muslim tetapi Musyrik” bisa saja menimpa siapapun yang mengaku telah beriman kepada  Allah SWT. Namun perilaku “Muslim tetapi Musyrik  bukanlah cerminan manusia yang dikehendaki oleh Allah SWT. Kondisi ini sangat diminati dan yang paling dikehendaki oleh syaitan yang sanglaknatullah.

 

Untuk itu berhati-hatilah karena keadaan “Muslim tetapi Musyrik” biasanya berlangsung tidak tiba-tiba melainkan berlahan namun pasti dan biasanya melalui ajakan-ajakan dari orang-orang tertentu yang bersifat individual yang seolah-olah hal ini tidak melanggar ketentuan karena hanya dilakukan sekali saja, seperti berziarah kubur ke makam tertentu yang tidak ada hubungan kekeluargaan dengan diri kita lalu meminta berkah ke kuburan tersebut, melarung ke laut untuk Nyi Roro Kidul, menanam kepala kerbau dan lain sebagainya.

 

B.      SYIRIK.

 

Syirik adalah lawan kata dari ketauhidan. Yaitu sikap menyekutukan Allah secara dzat, sifat, perbuatan dan ibadah. Adapun syirik secara dzat adalah dengan meyakini bahwa dzat Allah seperti dzat makhluk-Nya. Syirik secara sifat artinya: seseorang meyakini bahwa sifat-sifat makhluk sama dengan sifat-sifat Allah. Dengan kata lain bahwa makhluk mempunyai sifat-sifat seperti sifat-sifat Allah, tidak ada bedanya sama sekali. Syirik secara perbuatan artinya: seseorang meyakini bahwa makhluk mengatur alam semesta dan rezeki manusia seperti yang telah diperbuat Allah selama ini. Sedangkan syirik secara ibadah artinya: seseorang menyembah selain Allah dan mengagungkannya seperti mengagungkan Allah serta mencintainya seperti mencintai Allah.

 

Syirik-syirik dalam pengertian tersebut secara eksplisit maupun implisit telah ditolak oleh Islam. karenanya seorang muslim harus benar-benar hat-hati dan menghindar jauh-jauh dari syirik-syirik seperti yang telah diterangkan di atas. Dan syirik kepada Allah SWT merupakan kedzaliman yang sangat besar dan mungkin saja sama besarnya dengan pembangkangan iblis kepada perintah Allah SWT untuk sujud kepada Nabi Adam,as.. Hal ini karena seseorang yang berbuat syirik berarti telah menodai hak prioritas Allah atas hamba-Nya, yaitu mentauhidkan Allah dengan tidak menyekutukan-Nya.

 

Adapun dampak dari perbuatan syirik yang kita lakukan adalah akan merontokkan dan menyapu bersih seluruh amal kebaikan yang pernah kita lakukan. Yang dalam  ungkapan AlQuran, perbuatan syirik akan menjadikan segenap perbuatan baik manusia  menjadi sia-sia belaka.

 

Dan sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi ketahuilah bahwa Allah SWT bersikap keras tanpa ampun kepada siapapun juga yang melakukan perbuatan syirik dan musyrik. Sekalipun orang tersebut telah melakukan ibadah dan amal shaleh baik yang besar maupun yang kecil, dikarenakan Allah SWT tersinggung, dikarena-kan  Allah SWT telah dihina, dikarenakan Allah SWT telah dianggap tidak ada, dikare-nakan Allah SWT telah dianggap tidak mampu oleh orang tersebut padahal Allah SWT adalah Inisiator, Pencipta, Pemilik, Pemelihara dari langit dan bumi beserta isinya. Akhirnya syirik adalah dosa yang tak bisa diampuni kecuali dengan taubatan nasuha dan dengan meninggalkan aktifitas musyrik dan syirik sejauh-jauhnya yang dilakukan sebelum kematian menjemput seseorang. Lalu seperti apakah perilaku syirik itu?

 

Berikut ini akan kami kemukakan beberapa tanda-tanda kesyirikan yang paling mencolok yang banyak terjadi di tengah masyarakat adalah:   

 

1.       Berjalan bukan di jalan Allah SWT;

2.       Kehinaan dan keagungan diri digantungkan kepada selain Allah SWT;

3.       Menjalankan hukum yang diproduksi selain Allah SWT;

4.       Berusaha demi selain Allah SWT;

5.       Menjalankan serikat dengan selain-Nya;

6.       Menyokong kegiatan yang tidak diridai Allah SWT; dan

7.       Gentar (takut) terhadap selain Allah SWT.

 

Adakah contohnya? Berikut ini akan kami kemukakan beberapa contoh bentuk-bentuk nyata dari perbuatan syirik yang kasat mata ada dan banyak terjadi dihadapan diri kita, yaitu:  

 

1.   Mempersekutukan  Allah dengan mempercayai lalu menyembah bahwa makhluk selain itu mempunyai sifat-sifat seperti yang ada pada Allah. Menyembah sesuatu selain Allah adalah termasuk syirik yang paling berat dan tinggi. Orang syirik ini menyembah benda-benda, patung, batu, kayu, kubur bahkan manusia dan lain-lainnya. Mereka percaya bahwa benda-benda (makhluk) tersebut adalah tuhan-tuhan yang dapat mendatangkan kebaikan dan keburukan.

 

Menyembah patung atau berhala (al ashnaam) adalah contohnya sebagaimana yang dikemukakan dalam surat Al Hajj (22) ayat 30 berikut ini: “……, maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta”. Kondisi di atas juga dikemukakan dalam surat Maryam (19) ayat 42 yang menceritakan bahwa Nabi Ibrahim as, berikut ini: “Ingatlah ketika dia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Mengapa engkau menyembah sesuatu  yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolongmu sedikitpun?”.

 

2.   Menyembah matahari, sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas `Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah! Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. (surat Al A’raaf (7) ayat 54).” Ayat ini mengemukakan bahwa Allah menolak orang-orang yang menyembah matahari, bulan dan bintang. Lalu dalam surat Fushshilat (41) ayat 37 berikut ini Allah SWT lebih tegas menyatakannya: “Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah”.

 

3.     Menyembah jin, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al-An’am (6) ayat 100 be-rikut ini: “Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin sekutu-sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan mengatakan), “Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan anak perempuan”, tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka gambarkan”. Dan juga berdasarkan firman-Nya yang termaktub dalam surat Saba’ (34) ayat 40-41 berikut ini: “Dan (ingatlah) hari (ketika) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Dia berfirman kepada malaikat, “Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu?”. Para malaikat itu menjawab, “Maha Suci Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka: bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu”.

 

4.   Menyembah  para  Nabi, seperti Nabi Isa as. yang disembah kaum Nasrani dan Uzair yang disembah kaum Yahudi. Keduanya sama-sama dianggap anak Allah, sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Orang-orang Yahudi berkata, “Uzair itu putra Allah” dan orang Nasrani berkata, “Al-Masih itu putra Allah”. Itulah ucapan yang keluar dari mulut mereka. Mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah melaknat mereka, bagaimana mereka sampai berpaling? (surat At-Taubah (9) ayat 30).” Ayat di atas sejalan dengan firman-Nya yang termaktub dalam surat Al-Maidah (5) ayat 72 berikut ini: “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah adalah Al-Masih putra Maryam”, padahal Al-Masih (sendiri) berkata, “Wahai Bani Israel! Sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu” Sesungguhnya barangsiapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh Allah mengharamkan syurga baginya, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolongpun bagi orang-orang dzalim itu.”.

 

5.   Mempertuhankan manusia, maksudnya mempertuhankan manusia atau menjadi-kan manusia sebagai tuhannya adalah termasuk syirik atau mempersekutukan Allah. Misalnya, mentuhankan pemuka-pemuka agama, ulama, pendeta, dan sebagainya. Dalam ajaran ilmu Tauhid, terlalu mengagungkan atau mendewakan seseorang itu dinamakan Ghuluwwun. Artinya, keterlaluan dalam mengagungkan dan meninggikan derajat makhluk sehingga ditempatkan pada kedudukan yang bukan sepatutnya menempati kedudukan itu kecuali Allah. Sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Mereka menjadikan orang-orang alim (Yahudi) dan rahib-rahibnya (Nasrani) sebagai tuhan selain Allah, dan (juga) Al-Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan selain Dia. Maha Suci Dia dari apa yang mereka persekutukan. (surat At Taubah (9) ayat 31).

 

6.     Menyembah  Thagut,  sebagaimana  firman-Nya  berikut ini:  Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah  dan jauhilah Thagut”, kemudian diantara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan.  Maka berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul). (surat An-Nahl (16) ayat 36).” Dan tauhid yang murni tidak akan bisa dicapai tanpa menghindar dari menyembah thagut, sebagaimana firman-Nya: “Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barangsiapa ingkar kepada Thagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (surat Al-Baqarah (2) ayat 256).

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi ketahuilah bahwa Allah SWT sangat bangga dengan orang-orang beriman yang menjauhi thagut, sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Dan orang-orang yang menjauhi thagut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, mereka pantas mendapat berita gembira; sebab itu sampaikanlah kabar gembira itu hamba-hamba-Ku: (surat Az Zumar (39) ayat 17).

 

7.    Menyembah hawa nafsu. Hawa nafsu adalah kecenderungan untuk melakukan ke-burukan yang berkesesuaian dengan sifat alamiah jasmani yang berasal dari alam (tanah). Seseorang yang menuhankan hawa nafsu maka ia akan mengutamakan keinginan nafsunya di atas cintanya kepada Allah dan dengan demikian ia telah mentaati hawa nafsunya dan menyembahnya. Sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Sudahkah engkau (Muhammad) melihat orang yang menjadikan keinginannya sebagai tuhannya. Apakah engkau akan menjadi pelindungnya?. (surat Al Furqaan (25) ayat 43).

 

Dan menyembah ahwa (hawa nafsu) juga dikemukakan dalam surat Al-Jatsiyah (45) ayat 23 sebagaimana berikut ini: “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya. Dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat)?. Mengapa kamu tidak pelajaran?

 

Jamaah sekalian, itulah 7 (tujuh) buah bentuk-bentuk kesyirikan yang telah dikemukakan oleh Allah SWT dalam AlQuran, lalu sudahkah kita mengetahuinya! Dan semoga kita tidak melakukannya.

 

Sekarang mari kita bahas tentang jenis atau macam-macam syirik yang tidak lain adalah lawan dari ketauhidan. Syirik dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu: syirik akbar dan syirik ashghar sebagaimana dikemukakan oleh “Husnul Abdi” dalam laman “liputan6.com” berikut ini:

 

1.    Syirik Akbar. Syirik akbar adalah menjadikan selain daripada Allah SWT sebagai tujuan dalam beribadah, misalnya memohon dan bernadzar sesuatu kepada selain Allah, takut kepada kuburan, jin, atau syaitan serta percaya bahwa semua itu bisa memberi bahaya. Syirik ini menyebabkan seseorang keluar dari agama Islam sehingga jika ia meninggal dalam keadaan demikian maka ia akan kekal di dalam neraka jahannam. Adapun perbuatan yang termasuk macam-macam syirik akbar:

 

a.     Syirik dalam berdoa. Perbuatan orang syirik yang meminta, memohon, dan me-manjatkan hajatnya dalam doa dengan tujuan kepada selain Allah. Padahal tiada yang kuasa mengabulkan semua doa kecuali Allah. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat Faathir (35) ayat 13 berikut ini: "Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nya-lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari.”

 

b.    Syirik  dalam  sifat  Allah. Syirik dalam sifat Allah dilakukan ketika seseorang percaya bahwa peramal bisa melihat masa depan dan ia mempercayainya, maka itu adalah syirik. Dengan ia mendatangi peramal maka bisa dipastikan ia juga meragukan sifat Allah Yang Maha Mengetahui.

 

c.       Syirik dalam kecintaan. Seorang muslim dilarang lebih mencintai apapun selain Allah, baik itu lebih mencintai orang tua, saudara, suami, istri, sahabat atau siapapun. Janganlah mencintai secara berlebihan selain kepada Allah. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam  surat Al Baqarah (2) ayat 165 berikut ini: “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)."

 

d.   Syirik dalam ketaatan. Selain dilarang lebih mencintai sesuatu selain Allah, se-bagai umat muslim juga dilarang lebih taat kepada selain Allah karena tindakan tersebut mirip dengan perbuatan menyembah berhala. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat surat At Taubah (9) ayat 31 berikut ini: "Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan."

 

e.    Syirik dalam ketakutan. Umat muslim dilarang lebih takut dari apapun kecuali kepada Allah. Ketakutan yang dimaksud tentu adalah takut kepada selain Allah misalnya takut pada mayat, kuburan, syetan, dan menganggap bahwa kesemua itu bisa menyebabkan bahaya atau mudharat pada dirinya.

 

2.    Syirik Ashghar. Syirik Ashgar adalah syirik yang dihasilkan dari perbuatan mau-pun ucapan yang dinyatakan sebagai perbuatan syirik oleh syara’, namun tidak sampai menyebabkan keluar daripada agama Islam. Namun macam-macam syirik ini bisa mengantarkan seseorang untuk melakukan syirik akbar. Dan adapun macam-macam syirik ashghar yaitu sebagai berikut:

 

a.    Syirik Zhahir. Syirik Zhahir adalah syirik nyata yang dilakukan oleh seseorang dengan menggunakan benda-benda atau jimat seperti gelang atau kalung yang dipakai sebagai penangkal bahaya atau penyakit.

 

b.    Syirik Khafi. Syirik Khafi adalah syirik yang tersembunyi. Syirik ini bersumber dalam hati seseorang, bisa saja berupa niatan semata atau memang kepercayaan namun tak ditunjukkan oleh perbuatan (hanya di dalam hari), misalnya riya’ yang tersembunyi dalam hati.

 

Selain pembagian syirik Akbar dan syirik Ashghar sebagaimana telah kami kemukakan di atas, perbuatan syirik juga bisa terbagi menjadi 6 (enam) macam (bentuk), sebagaimana berikut ini;

 

1.    Syirik al-Istiqlal dapat diartikan sebagai kondisi yang menetapkan pendirian bah-wa Tuhan itu ada dua. Kemudian keduanya bebas bertindak sendiri-sendiri. Perbuatan syirik yang satu ini terlihat pada orang majusi atau penyembah api. Orang majusi berpendapat bahwa Tuhan ada dua, pertama Ahuramazda (Tuhan segala kebaikan) dan Ahriman (Tuhan segala kejahatan).

2.     Syirik at-Tab’id  merupakan  perbuatan  syirik  yang  menyusun  Tuhan terdiri dari beberapa Tuhan.

3. Syirik at-Taqrib dapat diartikan sebagai perbuatan syirik yang memuja atau beribadat kepada selain Allah SWT. Perbuatan syirik yang satu ini terlihat pada orang jahiliah zaman dahulu.

4.   Syirik at-Taqlid merupakan perbuatan syirik yang memuja atau beribadat kepada selain Allah SWT karena taqlid atau turut-turutan kepada orang lain.

5.    Syirik al-Asbab merupakan perbuatan syirik yang menyandarkan pengaruh kepa-da sebab-sebab biasa. Perbuatan syirik jenis ini terlihat pada orang-orang ahli filsafat dan penganut paham naturalis. Mereka berpendapat bahwa Tuhan itu ada, tetapi segala kejadian alam tidak berhubungan dengan Tuhan.

6.    Syirik al-Aghrad dapat diartikan sebagai perbuatan syirik yang beramal bukan ka-rena Allah SWT.

 

Selain macam-macam syirik yang telah kami kemukakan di atas, kita juga perlu mengetahui bentuk-bentuk syirik lainnya yang bertentangan dengan syahadat ketauhidan, sebagai berikut:

 

1.    Syirik di dalam Al-Uluhiyyah, yaitu kalau seseorang menyakini bahwa ada tuhan selain Allah yang berhak untuk disembah (berhak mendapatkan sifat-sifat ubudiyyah), sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Wahai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelummu agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu, karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu mengetahuinya.” (surat Al Baqarah (2) ayat 21-22)

 

2.   Syirik di dalam Ar-Rububiyyah, yaitu jika seseorang meyakini bahwa ada selain Allah yang bisa menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan atau mematikan, dan yang lainnya dari sifat-sifat ar-rububiyyah. Orang-orang seperti ini keadaannya lebih sesat dan lebih jelek daripada orang-orang kafir terdahulu.Orang-orang terdahulu beriman dengan tauhid rububiyyah namun mereka menyekutukan Allah dalam uluhiyyah. Mereka meyakini kalau Allah satu-satunya Pencipta alam semesta namun mereka masih tetap berdoa, meminta pada kuburan-kuburan seperti kuburan Latta. Maka orang-orang yang tidak menyakini sama sekali kalau Allah-lah Penciptanya atau ada tuhan lain yang menciptakan, menghidupkan, dan mematikan, tentu yang demikian lebih jelek lagi. Inilah yang dimaksud syirik dalam rububiyah.

 

3.    Syirik di dalam Al-Asma’ wa Ash-Shifat, yaitu seseorang yang mensifatkan seba-gian makhluk Allah dengan sebagian sifat-sifat Allah yang khusus bagi-Nya. Contohnya, meyakini bahwa ada makhluk Allah yang mengetahui perkara-perkara ghaib. Hal ini sebagaimana firman-Nya berikut ini: (Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib. Maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu. (surat Al-Jinn (72) ayat 26)

 

Untuk itu berhati-hatilah dengan perbuatan syirik dan musyrik, sebab perbuatan syirik dan musyrik yang dilakukan oleh manusia tidak dinilai dari siapa diri kita, siapa orang tua kita, apakah jabatan kita, apakah pekerjaan kita, apakah kedudukan kita. Akan tetapi berapapun ukuran dari perbuatan syirik dan musyrik yang kita lakukan pasti akan dapat menjadi amunisi dan penghancur keimanan dan keyakinan kita kepada Allah SWT, dapat menjadikan jiwa kita dikategorikan sebagai jiwa fujur serta menjadikan diri kita memiliki tiket pulang kampung ke Neraka Jahannam. Adanya kondisi ini berarti jika kita ingin terhindar dari perbuatan syirik dan musyrik, maka kita harus memiliki Ilmu tentang Allah SWT serta memiliki Ilmu tentang syirik dan musyrik saat menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi.

 

Dan agar diri kita tidak terjerumus dengan perilaku dan perbuatan syirik yang begitu banyak terjadi di tengah masyarakat serta agar jangan sampai diri kita menjadi pelaku-pelaku syirik, atau pelaku musyrik. Ada baiknya kita mengetahui tentang bahaya laten syirik dan juga musyrik kepada diri kita. Adapun 6 (enam) buah bahaya laten syirik dan juga musyrik yang siap ditimpakan kepada pelakunya dapat kami kemukakan sebagai berikut:  

 

1.   Syirik adalah kezhaliman yang besar lagi nyata, sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar. (surat Lukman (31) ayat 13).”.

 

2.    Syirik merupakan sumber khurafat. Lalu apa itu khurafat? Secara bahasa, khurafat berasal dari kata kharaf yang berarti rusak akal karena tua. Sedangkan secara istilah, khurafat berarti kepercayaan yang bukan berasal dari ajaran Islam, termasuk cerita rekayasa, ramalan, dan pemujaan. Tahayul dan khurafat memiliki arti yang sama, yakni kepercayaan akan hal yang tidak masuk akal dan tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Contoh khurafat yang akrab di masyarakat Indonesia ialah mitos dan pamali. Dua hal ini diwariskan secara turun menurun melalui adat istiadatnya.

 

Khurafat juga bisa dikatakan sebagai bid'ah 'aqidah, yakni kepercayaan atau keyakinan kepada sesuatu perkara yang menyalahi ajaran Islam, misalnya meyakini kuburan orang shaleh dapat memberikan berkah, memuja atau memohon kepada makhluk halus atau jin, meyakini sebuah benda-tongkat, keris, batu dan lain-lain yang memiliki kekuatan ghaib, sebab orang-orang yang meyakini bahwa selain Allah seperti bintang, matahari, kayu besar dan lain sebagainya bisa memberikan manfaat atau bahaya berarti ia telah siap melakukan segala khurafat dengan mendatangi para dukun, kuburan-kuburan angker dan mengalungkan jimat di lehernya.

 

Khurafat atau percaya pada sesuatu yang tidak logis biasanya bermula dari zaman nenek moyang dan masih diyakini hingga sekarang. Misalnya, ada burung yang masuk ke rumah dipercaya sebagai tanda ada tamu yang akan datang, duduk di pintu dapat menghalangi jodoh, dan lain sebagainya. Padahal semua hal itu tidak akan terjadi tanpa kehendak Allah SWT, sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Dan jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, Dia  Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (surat Yunus (10) ayat 107).” Selain daripada itu, khurafat umumnya berupa cerita-cerita yang dicampurkan dengan perkara dusta, atau berdasarkan rekaan dan khayalan manusia semata. Seperti berupa pantangan, ramalan, adat istiadat yang tidak masuk akal dan ajaran-ajaran yang berbau syirik serta bertentangan dengan ajaran Islam. Khurafat ini sifatnya bid'ah dalam bidang akidah Islam dan segala bentuk bid’ah adalah haram. Khurafat seharusnya tidak mendapat tempat sedikit pun dalam Islam dan hati kaum Muslimin.

 

Ini merupakan bentuk syirik yang harus dijauhi. Sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud ra, Nabi Muhammad SAW bersabda: "Siapa saja yang menggantungkan jimat, maka ia telah melakukan kesyirikan. (Hadits Riwayat Ahmad).” Bahkan Allah juga menegaskan dalam firman-Nya yang terdapat dalam surat Al-Baqarah (2) ayat 170-171 berikut ini: "Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati pada nenek moyang kami (melakukannya). Padahal nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apapun, dan tidak mendapat petunjuk. Dan perumpamaan bagi (penyeru) orang yang kafir adalah seperti (penggembala) yang meneriaki (binatang) yang tidak mendengar selain panggilan dan teriakan. (Mereka) tuli, bisu dan buta, maka mereka tidak mengerti.” Berdasarkan dua buah ketentuan di atas, khurafat itu haram dan dilarang dalam Islam. Dan untuk menghindarinya, pertebal keimanan dan ketakwaan dalam diri. Dengan begitu, bisikan setan yang menyeru pada perbuatan khurafat pun bisa dielakkan.

 

3.  Syirik sumber ketakutan dan kesengsaraan, sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Akan Kami masukkan rasa takut ke dalam hati orang-orang yang kafir, karena mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tida menurunkan keterangan tentang itu. Dan tempat kembali mereka ialah neraka; Dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal (bagi) orang-orang yang zhalim. (surat Ali Imran (3) ayat 151).

 

4.  Syirik  merendahkan  derajat  kemanusiaan, sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: “(Beribadahlah) dengan ikhlas keada Allah, tanpa mempersekutukan-Nya. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka seakan-akan dia jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angina ke tempat yang jauh. (surat Al-Hajj (22) ayat 31).

 

5.   Syirik menghancurkan kecerdasan manusia, sebagaimana dikemukakan dalam fir-man-Nya berikut ini: “Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan bencana kepada mereka dan tidak (pula) manfaat, dan mereka berkata, “Mereka itu adalah pemberi syafaat di hadapan Allah.” Katakanlah, “Apakah kamu akan memberitahu kepada Allah sesuatu yang tidak diketahui-Nya apa yang di langit dan tidak (pula) yang di bumi? Mahasuci Allah dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan itu. (surat Yunus (11) ayat 18).

 

6.    Di akhirat  nanti  orang-orang  syirik dan musyrik tidak akan mendapatkan ampu-nan Allah, dan akan masuk neraka selama-lamanya, sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: “Allah tidak akan mengampuni  dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan sesuatu), dan Dia mengampuni dosa yang selain itu bagi siapa yang dikehendaki. Dan siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat jauh sekali. (surat An Nisaa’ (4) ayat 116).” Sedangkan menurut firman-Nya yang termaktub dalam surat Al-Maidah (5) ayat 72 berikut ini: “Sesungguhnya barangsiapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan syurga baginya dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolongpun bagi orang-orang yang dzalim itu.” Ayat ini mengemukakan bahwa tiket masuk ke neraka adalah tindakan mempersekutukan Allah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar