Untuk bisa merasakan bahwa hidup itu adalah
syurga sebelum syurga tidak terlepas dari upaya yang sungguh-sungguh dari diri
kita sendiri yaitu berusaha untuk bisa berjumpa dengan Allah SWT (liqa Allah)
saat hidup di dunia ini. Adanya kemampuan diri kita untuk bisa berjumpa dengan
Allah SWT maka dari sanalah kesempatan untuk merasakan hidup adalah syurga
sebelum syurga terbuka lebar dihadapan kita. Lalu apa yang dimaksud dengan
perjumpaan dengan Allah SWT (liqa’ Allah) itu? Perjumpaan (berjumpa) dengan Allah SWT ialah suasana bathin seorang
hamba yang merasa sedekat-dekatnya dengan Tuhan saat menjadi abd’ (hamba)-Nya
yang sekaligus khalifah-Nya dalam kehidupan di dunia ini, sehingga ia merasa tidak ada lagi jarak antara Tuhan yang
disembah dan hamba yang menyembah.
Suasana bathin seperti ini membuat seorang
hamba merasakan “kehadiran” Allah SWT dibenaknya, merasakan kehadiran Allah SWT
di setiap langkah dan di setiap kegiatannya dan berusaha untuk terus membuat
Allah SWT bangga kepada-Nya yang akhirnya kita selalu berada di dalam kehendak-Nya,
akhirnya kita mampu merasakan syurga sebelum syurga saat hidup di dunia ini.
Hidup ini sesungguhnya syurga sebelum syurga,
jika kita menghendakinya. Ibnu Taimiyah mengatakan, “Tak akan dapat menikmati syurga
bagi seseorang yang belum menikmati syurga dunia.” Seorang Mukmin tak
perlu penebusan dosa dari orang lain jika dia ingin ke syurga. Cukup baginya
menghayati dan mengamalkan sabda Rasulullah SAW, “Tidak ada seorang hamba yang
mengatakan La ilaha Illallah, kemudian dia meninggal dunia dalam keadaan
mengucapkan La ilaha Illallah, melainkan dia akan masuk ke dalam syurga.
(Muttafaqalaihi).’’
Cukup baginya membiasakan lidahnya untuk
mengingat Allah dengan bacaan tasbih, tahmid, tahlil, takbir, istighfar serta
bacaan bacaan lainnya yang disunahkan, menghiasi hatinya dengan Nur Ilahi
melalui bacaan AlQuran dan menjaga perilakunya dengan akhlak dan budi pekerti
yang baik, maka sambutlah syurga sebelum syurga. Oleh karena itu, jangan pernah
gelisah dan risau menghadapi kepalsuan dunia ini.
Hadapilah dunia sebagaimana seorang ahli
hikmah menghadapinya, simaklah: “Hatiku pernah gelisah memikirkan 5 (lima)
perkara sehingga aku sibuk mencari jawabannya, ternyata aku mendapatkannya
dalam 5 (lima) perkara pula.
1. Aku mencari berkah
dalam mengejar keperluan hidup, aku menemukannya saat mela-kukan shalat dhuha;
2. Aku sibuk mencari
penerang di dalam kubur, ternyata aku menemukannya saat shalat tahajud;
3. Aku sibuk mencari
jawaban untuk Malaikat Munkar dan Nakir, ternyata aku mene-mukan jawabannya saat
aku membaca AlQuran;
4. Aku sibuk mencari
alat berpaut saat meniti jembatan shiratal mustaqim, ternyata aku menemukannya
saat berpuasa dan bersedekah;
5. Aku sibuk mencari
naungan Arasy, ternyata aku menemukannya saat mengasingkan diri dan beribadah
kepada Allah.
Lalu mungkinkah manusia atau diri kita bisa
berjumpa dengan Allah SWT? Perjumpaan antara seorang hamba, termasuk diri kita
dengan Allah SWT sudah diisyaratkan dalam beberapa ayat di dalam AlQuran
sebagaimana kami kemukakan berikut ini:
1. Allah SWT berfirman dalam surat Al Kahfi (18) ayat 110 sebagaimana berikut ini: “Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.”
2. Lalu Allah SWT juga
berfirman: “Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah maka sesungguhnya
waktu (yang dijanjikan) Allah itu pasti datang. Dan Dialah Yang Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.” (surat Al Ankabuut (29)
ayat 5).
3. Allah SWT berfirman: “Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku maka (jawablah) bahwasanya
Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia
memohon kepada- Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan
hendaklah mereka beriman kepada- Ku, agar mereka selalu berada dalam
kebenaran.” (surat Al Baqarah (2): ayat 186).
4. Berfirman Allah SWT: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya.” (surat Qaaf (50):ayat 16).
5. Dan (5) Allah SWT
juga berfirman dalam surat Al Hadiid (57) ayat 4 berikut ini:
“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; kemudian Dia
bersemayam di atas ‘Arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa
yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik
kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan.”
Berdasarkan 5 (lima) buah firman Allah SWT
yang kami kemukakan di atas, berjumpa dengan Allah SWT saat hidup di dunia
bukanlah angan-angan, melainkan sebuah kenyataan yang bisa kita rasakan
sepanjang diri kita mampu berada di dalam syarat dan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh Allah SWT. Dan ingat,
perjumpaan dengan Allah SWT di dunia bukanlah melihat Allah SWT dengan panca
indera melainkan perjumpaan dengan Allah SWT yang tidak bisa dibayangkan dalam
bentuk indera, tetapi perjumpaan secara ruh sepanjang ruh masih dalam kondisi
fitrah (atau masih sesuai dengan keasliannya) dan juga karena ruh asalnya dari
Allah SWT.
Ibnul Qayyim Al Jauziyah juga pernah menjelaskan
bahwa: “Syurga dunia adalah mencintai Allah, mengenal Allah, senantiasa
mengingat-Nya, merasa tenang dan thumaninah ketika bermunajat pada-Nya, menjadikan
kecintaan hakiki hanya untuk-Nya, memiliki rasa takut dan dibarengi rasa harap
kepada-Nya, senantiasa bertawakkal pada-Nya dan menyerahkan segala urusan hanya
pada-Nya.” Inilah syurga dunia yang dirindukan oleh para pecinta syurga
akhirat, termasuk di dalamnya diri kita. Itulah saudaraku syurga yang
seharusnya engkau raih, dengan meraih kecintaan Allah, senantiasa berharap
pada-Nya, serta dibarengi dengan rasa takut, juga selalu menyandarkan segala
urusan hanya kepada-Nya.
Dan inti dari ini semua adalah letak
kebahagiaan hidup di dunia ini bukanlah dengan memiliki istana yang megah,
mobil yang mewah, pangkat dan kedudukan yang tinggi, harta yang melimpah. Namun
letak kebahagiaan adalah di dalam hati. Nabi SAW bersabda, "Yang namanya kaya
(ghina) bukanlah dengan banyaknya harta (atau banyaknya kemewahan dunia). Namun
yang namanya ghina adalah hati yang selalu merasa cukup." (Hadits Riwayat
Bukhari dan Muslim)
Syurga dunia bukanlah isapan jempol belaka,
melainkan sesuatu yang nyata yang dapat kita rasakan saat kita hidup di muka
bumi ini dan kondisi ini akan menjadi jelas jika kita mampu berada di dalam
kesesuaian dengan Allah SWT dalam hal ini mampu berjiwa taqwa (jiwa yang
muthmainnah) dari waktu ke waktu selama hayat masih di kandung badan.
Dan untuk lebih mempertegas tentang syurga
dunia, mari kita perhatikan apa yang dikemukakan oleh “Halimi Zuhdy” , dalam
tulisannya yang berjudul, “Mari Kita ke Surga Dunia Dulu, Sebelum ke
Surga Akhirat”, dalam laman Kompasiana,
15 Juni 2016, mengemukakan bahawa syurga adalah idaman semua orang, semua
agama, semua ajaran, semua kepercayaan, bahkan orang yang melakukan
kemungkaran, kekejian, kerusakan, bahkan orang kafir sekalipun juga
mengharapkan berada di syurga.
Syurga dalam pandangan mereka
berbeda-beda, sesuai dengan nalar dan kepercayaan mereka. Tidak hanya orang
dewasa yang mengharapkan syurga, anak kecil pun yang belum tahu dosa dan
pahala, juga menginginkan syurga. Dan dalam pandangan mereka syurga hanyalah
satu keyakinan, yaitu tempat yang indah, semua serba ada, dan semua kebetuhan
terpenuhi.
Orang yang bosan terhadap proses
menuju syurga yang sebenarnya, terkadang membuat syurga-syurga dalam pikiran
dan perilaku mereka, dengan melakukan perzinahan, menegak minuman yang
memabukkan, ekstasi, dan mengumbar segala kekayaannya, kemewahannya dan
kesombongannya.
Mereka melakukan dua hal demi kepuasan
syurga dunia mereka, dengan (fisik) melalui harta, tahta, wanita (laki-laki),
keturunan dan dengan (non fisik) melalui pujian, kesombongan, dan lain
sebagainya. Padahal keadaan dan kondisi syurga yang sesungguhnya bukanlah
seperti yang mereka gambarkan.
Agar hidup adalah syurga sebelum syurga mampu
kita rasakan maka seorang hamba yang sedang beribadah dianjurkan oleh
Rasulullah SAW untuk seolah-olah melihat Tuhan, minimal diasumsikan Tuhan
sedang melihatnya (An ta’budallah ka
annaka tarahu, wa in lam takun tarahu fainnahu yaraka). Karena melalui
proses inilah (melalui proses ibadah ikhsan) perjumpaan dengan Allah SWT
menjadi lebih mudah dan dimudahkan oleh Allah SWT jika kita sendiri mampu
melaksanakan ketentuan yang ditetapkan di dalam hadits berikut ini: “Abu
Hurairah ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Apabila
hambaKu ingin menemuiKu, Akupun ingin menemuinya. Tetapi bila ia enggan
menemuiKu, Aku pun enggan menemuinya. (Hadits Riwayat Bukhari, Malik dan An
Nasa’i; 272:17)”.
Berikut ini akan kami kemukakan beberapa
kondisi dan keadaan yang terjadi di dalam syurga, yang kesemuanya sudah
dijanjikan oleh Allah SWT, yaitu:
1. Syurga yang
dijanjikan oleh Allah adalah sebuah tempat yang aman, nyaman, kekal serta
abadi.sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat Ad-Dukhan (44) ayat 51-57
berikut ini: “Sungguh, orang orang yang bertaqwa berada dalam tempat yang aman,
yaitu di dalam taman taman dan mata air
mata air, mereka memakais sutra yang halus dan sutra yang tebal, (duduk)
berhadap hadapan, demikianlah, kemudian Kami berikan kepada mereka pasangan
bidadari yang bermata indah. Di dalamnya mereka dapat meminta segala macam buah
buahan dengan aman dan tenteram, mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya,
selain kematian yan pertama (di dunia), Allah melindungi mereka dari azab
neraka, itu merupakan karunia dari Tuhanmu. Demikian itulah kemenangan yang
agung.”
2. Syurga yang
dijanjikan oleh Allah SWT adalah sebuah tempat yang di dalamnya semuanya hidup
rukun, tentram, tidak ada pertengkaran, perselisihan, pertentangan, sebagaimana
firman Allah dalam surat Al-Hijr (15) ayat
45-48 berikut ini: “Sesungguhnya orang orang yang bertaqawa itu
berada dalam syurga syurga (taman taman) dan (di dekat) mata air (yang
mengalir), (Allah berfirman), “Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera dan aman.”
Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam
yang ada dalam hati mereka, mereka merasa bersaudara, duduk berhadap hadapan di
atas dipan dipan. Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka tidak akan
dikeluarkan darinya.”
3. Di dalam syurga yang
dijanjikan oleh Allah SWT, seluruh penghuninya hidup dengan segala keindahan,
kemewahan, dan segala perhiasan yang sangat mewah sebagaimana firman Allah
dalam surat Al-Kahfi (18) ayat 30-31
berikut ini: “Sungguh, mereka yang beriman dan mengerjakan kebaikan, Kami benar
benar tidak akan menyianyiakan pahala orang yang mengerjakan perbuatan yang
baik itu. Mereka itulah yang memperoleh syurga Adn yang mengalir di bawahnya
sungai sungai, (dalam syurga itu) mereka diberi hiasan gelang emas dan mereka
memakai pakaian hijau dari sutra halus
dan sutra tebal, sedang mereka duduk
sambil bersandar di atas dipan dipan yang indah, (itulah) sebaik baik
pahalam dan tempat istirahat yang indah.”
4. Di dalam syurga yang
dijanjikan oleh Allah SWT, seluruh
penghuninya tidak akan pernah mengalami kesulitan lagi, tidak ada buah yang busuk, tidak ada masakan
yang basi serta tidak ada minuman yang hambar. Semuanya diliputi dengan
kemudahan, terasa enak dan apapun yang diinginkan oleh penghuninya pasti
terpenuhi dengan segera.
5. Di dalam syurga yang
dijanjikan oleh Allah SWT, seluruh penghuninya akan mem-peroleh rezeki yang
tidak pernah ada habis-habisanya, disediakan minuman, buah-buahan, daging serta
pakaian yang indah dan sebagainya serta tidak akan pernah merasakan kenyang
atau pusing dan mabuk setelah memakan atau meminum hidangan syurga.
6. Di dalam syurga yang
dijanjikan oleh Allah SWT akan disediakan pelayan dan dite-mani oleh bidadari
yang cantik dan sebaya umurnya, serta semuanya tampan dan cantik, selalu muda,
memiliki kulit yang mulus dengan pakaian yang tak pernah kumal.Tidak pernah
sakit, menderita ataupun mati.
Dan kesenangan
lainnya yang ada di syurga adalah wanitanya yang cantik-cantik, dan
laki-lakinya tampan-tanpan, terdapat sungai-sungai yang mengalirkan susu, madu
bahkan arak dan tidak memabukkan. dan selalu menebar senyuman. dan masih banyak
gambaran-gambaran bagaimana kehidupan ahli syurga. yang pada intinya, adalah
kehidupan yang indah. (pelajari kembali surat
Shad (38) ayat 49-54 dan surat Al-Waqi’ah (56) ayat 13-38).
Itulah kondisi dan
keadaan serta keindahan syurga yang telah Allah SWT janjikan kepada diri kita,
lalu bisakah kita membayangkannya jika kita adalah penghuninya kelak bersama
keluarga besar kita! Semoga ini menjadi kenyataan. Amien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar