D. ALLAH SWT BERKEHENDAK MEMBERIKAN PAHALA KEPADA MANU-SIA.
Kehendak Allah SWT yang tidak kalah penting adalah Allah SWT berkehendak
untuk memberikan pahala amal kebaikan jika kita melakukan perbuatan
baik dan akan memberi-kan ganjaran ataupun dosa apabila kita melanggar
ketentuan atau melakukan kejahatan. Hal ini sebagaimana telah dikemukakan dalam surat An Nisaa' (4)
ayat 124-125 berikut ini: “Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun
wanita sedang ia orang yang beriman, Maka mereka itu masuk ke dalam surga dan
mereka tidak dianiaya walau sedikit-pun. dan siapakah yang lebih baik agamanya
dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun
mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah
mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.” Selanjutnya atas dasar apakah Allah SWT memberikan balasan atau ganjaran
kepada diri kita yang tidak lain adalah abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus
khalifah-Nya di muka bumi? Berikut ini akan kami kemukakan beberapa dasar
diberikannya balasan atau ganjaran kepada diri kita, yaitu:
1. Balasan amal manusia setimpal dengan niatnya atau Allah SWT memberikan
ba-lasan sesuai dengan niat yang keluar dari hati ruhani manusia, sebagaimana
firman-Nya: “Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka Dia tidak akan dibalasi
melainkan sebanding dengan kejahatan itu. dan Barangsiapa mengerjakan amal yang
saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam Keadaan beriman, Maka
mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab. (surat Al Mu'min (40) ayat 40)
2. Kelas dan tingkatan manusia sangat ditentukan atau sesuai dengan amal dan
ni-atnya yang pada gilirannya akan menentukan dimana kita akan bertempat
tinggal, apakah di Syurga ataukah di Neraka, sebagaimana firman-Nya: “dan bagi
masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar
Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang
mereka tiada dirugikan. (surat Al Ahqaaf (46) ayat
19)
3. Syurga dan Neraka sesuai dengan amal yang dilakukan, jika kebaikan yang
banyak maka syurga yang kita peroleh sedangkan jika kejelekan yang kita peroleh
maka Neraka yang kita dapatkan. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam
firman-Nya berikut ini: “(ingatlah) hari (dimana) Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan,
Itulah hari dinampakkan kesalahan-kesalahan. dan Barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan beramal saleh, niscaya Allah akan menutupi
kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya ke dalam jannah yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang
besar. Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka Itulah
penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalmnya. dan Itulah seburuk-buruk
tempat kembali. (surat At Thagaabun (64) ayat
9-10)
4. Beramallah menurut keadaan dan kemampuan diri masing-masing, jangan
ikut-ikutan dengan orang lain, karena kita tidak tahu apa niat dari orang
tersebut (belum tentu niatnya sama dengan niat kita), sebagaimana firman-Nya: “Katakanlah:
"Hai kaumku, Bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, Sesungguhnya aku akan
bekerja (pula), Maka kelak kamu akan mengetahui, (surat Az Zumar (39) ayat 39)
5. Amal yang di-niati adalah untuk diri masing-masing, terkecuali ibadah
Puasa di bulan Ramadhan untuk Allah SWT, sebagaimana firman-Nya: “Maka barang siapa
yang mengerjakan amal saleh, sedang ia beriman, Maka tidak ada pengingkaran
terhadap amalannya itu dan Sesungguhnya Kami menuliskan amalannya itu untuknya.
(surat Al Anbiyaa'
(21) ayat 94)
6. Setiap kesalahan atau dosa akan mendapat hukuman atau ganjaran yang
sesuai dari Allah SWT, sebagaimana firman-Nya: “mereka menjawab: "Balasannya, ialah pada
siapa diketemukan (barang yang hilang) dalam karungnya, Maka Dia sendirilah
balasannya (tebusannya)"[760]. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada
orang-orang yang zalim. (surat Yusuf (12) ayat 75)
[760] Menurut syari'at Nabi Ya'qub a.s. barang siapa mencuri Maka
hukumnya ialah sipencuri dijadikan budak satu tahun.
7. Pada hari akhirat seluruh manusia tanpa terkecuali pasti menerima balasan
sesuai dengan amal dan niatnya, sebagaimana firman-Nya: “(ingatlah) suatu
hari (ketika) tiap-tiap diri datang untuk membela dirinya sendiri dan bagi
tiap-tiap diri disempurnakan (balasan) apa yang telah dikerjakannya, sedangkan
mereka tidak dianiaya (dirugikan). (surat An Nahl
(16) ayat 111)
8. Beriman dengan amal baik, hidup akan makmur baik di dunia maupun di
akhirat kelak, sebagaimana firman-Nya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik
laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan Sesungguhnya akan Kami beri
Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan. (surat An Nahl (16) ayat 97)
[839] Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam
mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman.
9. Pada hari kiamat seluruh umat manusia tanpa terkecuali akan menerima buku
la-poran, sebagaimana firman-Nya: “dan diletakkanlah Kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah
ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata:
"Aduhai celaka Kami, kitab Apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil
dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati
apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). dan Tuhanmu tidak Menganiaya
seorang juapun". (surat Al Kahfi (18) ayat 49)
Sekarang jika kita telah tahu dan mengerti siapa
diri kita yang sesunggugnya dan tahu siapa Allah SWT yang sesungguhnya maka kitapun wajib melaksanakan apa-apa yang telah ditetapkan oleh
Allah SWT melalui buku manual-Nya yaitu AlQuran dan juga hadits yang berasal
dari Nabi Muhammad SAW dan semoga kita akan mendapatkan balasan amal yang telah
Allah SWT janjikan.
E. ALLAH SWT BERKEHENDAK MENGABULKAN DOA DAN MEMBERIKAN AMPUNAN KEPADA
MANUSIA.
Kehendak Allah SWT
yang lainnya adalah Allah SWT berkehendak untuk mengabulkan setiap doa yang
dipanjatkan manusia kepada-Nya dan juga memberikan ampunan kepada setiap
manusia sepanjang manusia mau menerima dan melaksanakan kehendak Allah SWT
dimaksud. Hal yang harus kita pahami adalah Allah SWT hanya memperkenankan dan juga hanya memperbolehkan manusia
untuk berdoa hanya kepada-Nya saja, terutama jika manusia mengalami hambatan
atau rintangan di dalam menjalankan tugasnya baik selaku abd’ (hamba)-Nya maupun
sebagai khalifah-Nya di muka bumi.
Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat Ali Imran (3) ayat 195 berikut ini: “Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya
(dengan berfirman): "Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal
orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan,
(karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang
yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada
jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan
kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah aku masukkan mereka ke dalam syurga
yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. dan
Allah pada sisi-Nya pahala yang baik.” Allah SWT
sangat mengetahui bahwa di dalam menjalankan tugas sebagai abd’ (hamba)-Nya
yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi sangat berat, untuk itu Allah SWT
memberikan kemudahan dan kesempatan melalui doa yang kita panjatkan kepada-Nya. Adanya kondisi ini menunjukkan Allah SWT bertanggungjawab kepada ciptaan-Nya.
Sekarang maukah kita memanfaatkan
kesempatan yang telah diberikan Allah SWT dengan sebaik mungkin! Dan agar doa yang kita panjatkan kepada Allah
SWT dikabulkan maka kita harus bisa memenuhi terlebih dahulu syarat-syarat
dikabulkannya doa, sebagaimana berikut ini:
1. Keyakinan akan
terkabulnya Doa. Keyakinan
akan terkabulnya doa adalah syarat pengkabulan itu sendiri. Jadi jangan sampai
kita berdoa kepada Allah SWT sementara kita tidak yakin Allah SWT akan
mengabulkan doa tersebut, sebagaimana dikemuka-kan dalam hadits berikut ini: Rasulullah
SAW bersabda: Berdoalah kalian kepada Allah dalam keadaan
yakin akan terkabulnya doa itu.” (Hadits Riwayat Ath Thirmidzi). Selain
dari pada itu, Rasulullah SAW juga bersabda: “Jika salah satu di antara kalian berdoa,
janganlah ia mengatakan, “Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau menginginkannya”.
Namun hendaklah ia bertekat kuat untuk meminta”. (Hadits Riwayat Bukhari, Muslim, Ahmad). Untuk itu manfaatkanlah
kesempatan dan selamilah nilai-nilai yang menye-limuti diri kita. Berdoalah
kepada Allah SWT dalam kondisi yakin akan dikabulkan. Inilah salah satu seni
dari berdoa yang harus ada di dalam diri.
2. Kekhusyu’an dihadapan
Allah SWT. Ingatlah,
kita sering berdoa selepas shalat namun kita tidak merasakan apa yang kita
panjatkan kepada Allah SWT, kecuali kata kata “Alllahumma” atau Rabb, atau kata
kata Amiin. Sebagaimana dikemukakan dalam hadits berikut ini: Rasulullah
SAW bersabda: “Ketahuilah, bahwa Allah tidak akan
mengabulkan doa dari seseorang yang lalai dan tidak serius”. (Hadits
Riwayat Ath Thirmidzi).
Ibnul Qayyim Al
Jauziah pernah mengatakan: “Sesungguhnya
sedekat-dekat pintu masuk yang digunakan hamba untuk mendatangani Allah adalah
kebangkrutan”. Kebangkrutan disini adalah kebangkrutan dalam arti luas dan
dalam dimensi beragam. Alangkah bahagianya orang yang terpaku dihadapan Rabbnya
dan menyatakan kebangkrutan, sehingga ia khusyu’ dan menghiba kemudian
menangis. Saat itu, ia betul-betul yakin akan terkabulnya doa.
3. Jangan tergesa-gesa. Syarat ke tiga
dikabulkannya doa kita kepada Allah SWT adalah tidak tergesa gesa, sebagaimana
hadits berikut ini: Rasulullah SAW bersabda: “Akan
dikabulkan doa seseorang kalian sepanjang ia tidak tergesa gesa. Ia berkata,
Aku telah berdoa dan berdoa namun aku tidak melihat terkabulnya doaku’,
sehingga ia pun tidak lagi berdoa.” (Hadis Riwayat Bukhari Muslim,
Abu Dawud, Ath Thirmidzi dan Ibnu Majah). Orang yang melakukan hal ini,
seperti orang yang menanami ladangnya dengan mena-bur benih. Namun ketika benih
benih itu mulai tumbuh, ia mengatakan, “Agaknya benih-benih ini tidak akan
tumbuh”, sehingga kemudian ia meninggalkannya begitu saja. Ketergesa-gesaan
adalah sebuah penyakit akut. Penyakit ini akan bertambah manakala sang pasien
menyerah begitu saja pada penderitaannya. Jangan menyerah pada penyakit ini,
dan pergunakanlah obat kesabaran! Obat ini sekarang begitu banyak tersedia,
bukan?
4. Hanya Makan Yang
Halal. Syarat
terakhir dari terkabulnya doa adalah makan makanan halal, Jangan sekali kali
menghasilkan harta dari sesuatu yang haram, atau dari penghasilan yang haram,
sebagaimana hadits berikut ini: Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah
itu baik, dan tidak akan menerima selain yang baik. Allah memerintah orang
orang mukmin seperi apa yang diperintahkannya kepada para Rasul.” (Hadits
Riwayat Muslim dan Ath Thirmidzi). Ingat Allah SWT adalah dzat yang
maha suci maka kitapun harus suci pula saat berkomonukasi dengan Allah SWT.
Adanya kesamaan kesucian maka terjadilah kesesuaian antara diri kita dengan
Allah SWT selaku dzat yang maha suci.
Itulah empat buah
prasyarat yang harus kita persiapkan jika kita hendak menjadikan doa sebagai
sebuah ibadah serta menjadikan doa sebagai sebuah kebutuhan dalam hidup dan
kehidupan ini dan juga karena berdoa kepada Allah SWT telah diperkenankan
oleh-Nya.
Allah SWT selain memberikan kesempatan untuk berdoa kepada-Nya, Allah SWT
juga memberikan keringanan bagi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di
muka bumi, yaitu dengan memberikan ampunan jika kita melakukan kesalahan, jika
kita mengalami kekurangan dan jika kita
melakukan khilaf dan salah. Hal ini sangat jelas terlihat dalam surat Ali Imran
(3) ayat 195 di atas dan juga dalam surat Al Hajj (22) ayat 50 berikut
ini: “Maka orang-orang yang beriman dan beramal saleh,
bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia.”
Yang menjadi persoalan sekarang adalah sudahkah kita beriman dan beramal shaleh secara berbarengan sesuai
dengan kriteria Allah SWT. Sekali lagi sudahkah kita beriman dan beramal shaleh
secara berbarengan sesuai dengan kriteria Allah SWT di atas? Mudah-mudahan kita semua termasuk orang-orang yang beriman dan beramal
shaleh yang sesuai dengan kriteria Allah SWT.
F.
ALLAH SWT BERKEHENDAK MENJADIKAN MANUSIA AHLI SYURGA.
Kehendak Allah SWT
yang selanjutnya adalah Allah SWT
berkehendak kepada manusia untuk dijadikan sebagai ahli syurga sepanjang
manusia memenuhi syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan-Nya, dalam hal ini
beriman dan beramal shaleh. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat
Ibrahim (14) ayat 23-24 berikut ini: “dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan
beramal saleh ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka
kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka dalam
syurga itu ialah "salaam". Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah
telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya
teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.” Dan juga berdasarkan
surat Ibrahim (14) ayat 27 berikut ini: “Allah meneguhkan
(iman) orang-orang yang beriman dengan Ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di
dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan
memperbuat apa yang Dia kehendaki.” Adanya kondisi ini
menunjukkan kepada diri kita bahwa Allah SWT begitu memihak kepada diri kita.
Akan tetapi jika orang tersebut tidak mau beriman dan tidak mau beramal
shaleh maka orang tersebut telah menganiaya diri sendiri atau telah menzhalimi
diri sendiri sebab orang tersebut telah keluar atau telah berjalan di luar dari
koridor kehendak Allah SWT sewaktu merencanakan manusia di muka bumi. Orang yang
tidak mau beriman dan tidak mau beramal shaleh, tempat kembalinya bukanlah
syurga melainkan sebuah kampung yang bernama neraka Jahannam. Sekarang pilihan ada di tangan kita apakah mau pulang kampung ke syurga
ataukah mau pulang kampung ke neraka Jahannam dan ingat pilihan kita hanya
Satu.
Hal yang harus kita pahami adalah Allah SWT tidak akan rugi atau merasa
rugi sedikitpun jika hamba-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi tidak
mau memenuhi segala ketentuan yang telah ditetapkan-Nya dan jika Allah SWT
tidak rugi, maka yang akan rugi adalah diri kita sendiri. Yang menjadi
persoalan saat ini adalah maukah kita pulang ke syurga yang di bawahnya
mengalir sungai-sungai? Rasanya tidak ada
satupun manusia yang tidak mau pulang kampung ke syurga. Dan selanjutnya jika kita mau pulang kampung ke syurga, sudahkah kita
memenuhi syarat dan ketentuan yang Allah SWT tetapkan yaitu beriman dan beramal shaleh, atau beriman dan bertaqwa? Sekarang
justru yang terjadi dalam kehidupan yang kita lakukan sehari-hari adalah :
1. Kita berbuat dan berkehendak di luar syarat dan ketentuan
yang telah ditetapkan oleh Allah SWT namun kita tetap berharap ingin
mendapatkan syurga, bagaimana akan diberi oleh Allah SWT?
2. Kita berbuat dan berkehendak atau berniat untuk ke
syurga, namun jalan yang di tempuh jalan menuju ke neraka), bagaimana akan
sampai?
3. Kita berbuat dan berkehendak seperti layaknya Tuan Rumah
tetapi bukan di ru-mah sendiri namun di rumah tetangga, atau di rumah orang
lain, pasti akan dimarahi dan dianggap kurang ajar.
4. Akhirnya jangan
sampai kita berbuat dan berkehendak seperti handphone yang kartu simcardnya
tidak pernah diaktivasi, tidak pernah mengisi pulsa ditambah baterai soak,
tetapi berharap untuk mendapatkan layanan seperti SLI/SLJJ/SMS/MMS atau GPRS
dari operator selular.
Mudah-mudahan kita semua termasuk orang-orang yang tahu diri, yaitu tahu
siapa Allah SWT sesungguhnya dan tahu siapa diri kita yang sesungguhnya,
sehingga kita tidak tersesat untuk pulang kampung ke syurga yang telah
disiapkan oleh Allah SWT bagi orang yang beriman dan bertaqwa.
G. ALLAH SWT BERKEHENDAK
KEPADA SETIAP MANUSIA UNTUK SELALU MENCARI RIDHA-NYA.
Allah SWT berkehendak kepada setiap manusia untuk selalu mencari
ridha-Nya di dalam melakukan amal perbuatannya serta Allah SWT melarang umat
manusia untuk berbuat zhalim baik kepada diri sendiri ataupun kepada orang
lain. Untuk apa ini semua? Allah SWT berkehendak agar manusia tidak celaka,
Allah SWT berkehendak agar manusia tidak susah dan jangan sampai manusia pulang
kampung ke neraka jahannam untuk menemani syaitan disana. Jika sikap Allah SWT
sudah seperti itu kepada manusia, selanjutnya
masih maukah kita keluar dari kehendak Allah SWT atau apakah memang kita
sudah berani menantang Allah SWT selaku pencipta manusia di muka bumi!
Hal ini sebagaimana
dikemukakan dalam firman-Nya dalam surat Al An'am (6) ayat 51-52 berikut ini, “dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan
itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya (pada hari
kiamat), sedang bagi mereka tidak ada seorang pelindung dan pemberi syafa'atpun
selain daripada Allah, agar mereka bertakwa. dan janganlah kamu mengusir
orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, sedang mereka
menghendaki keridhaanNya. kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap
perbuatan mereka dan merekapun tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap
perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, (sehingga kamu
Termasuk orang-orang yang zalim)[475].”
[475]
Ketika Rasulullah s.a.w. sedang duduk-duduk bersama orang mukmin yang dianggap
rendah dan miskin oleh kaum Quraisy, datanglah beberapa pemuka Quraisy hendak
bicara dengan Rasulullah, tetapi mereka enggan duduk bersama mukmin itu, dan
mereka mengusulkan supaya orang-orang mukmin itu diusir saja, lalu turunlah
ayat ini.
Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi,
ketahuilah bahwa di langit dan di muka bumi ini berlaku ketentuan hadits
sebagaimana berikut ini: “Ibnu Abbas ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta'ala berfirman:
Tidaklah Aku akan memperhatikan hak hamba-Ku sebelum ia memperhatikan hak-Ku
terhadap dia. (Hadits Qudsi Riwayat Ath
Thabarani, 272:125). Dimana Allah SWT tidak akan
pernah memperhatikan hak-hak hamba-Nya sebelum hamba-Nya memperhatikan hak-hak
Allah SWT. Untuk itu jika kita belum pernah melaksanakan, atau belum
berkesesuaian dengan apa-apa yang dikehendaki oleh Allah SWT maka bagaimana
mungkin Allah SWT akan memberikan apa-apa yang dikehendaki oleh manusia! Untuk itu jangan pernah salahkan Allah SWT jika kita tidak pernah
merasakan kenikmatan bertuhankan kepada Allah SWT akibat dari ulah kita
sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar