Katakan kita telah melaksanakan ibadah haji
atau telah melaksanakan ibadah umroh lalu telah pula merasakan rasa kembali
fitrah setelah berhaji atau umroh. Lalu berjalanlah waktu, timbul pertanyaan
apa yang kita rasakan setelah mendengar Talbiyah atau mengenang saat menunaikan
ibadah haji atau ibadah umroh atau setelah melihat photo-photo perjalanan
ibadah haji atau ibadah umroh? Akan terasa adanya rasa sedih, rasa rindu, rasa
bergetar atau ada perasaan terharu dan berharap untuk bisa kembali untuk
menunaikan ibadah haji atau ibadah umroh lagi dan lagi.
Ada apa dibalik adanya perasaan-perasaan yang
kami kemukakan di atas, atau ada apa dibalik keinginan diri kita untuk bisa
kembali lagi dan lagi untuk menunaikan ibadah haji atau ibadah umroh, apakah
hal ini salah? Tidak ada yang salah, karena memang seperti itulah kenyataannya.
Untuk menjawab keadaan ini, berikut ini akan kami kemukakan 3 (tiga) alasan
yang menjadikan diri kita rindu untuk kembali melaksanakan ibadah haji atau
ibadah umroh di Baitullah, yaitu:
A. ADANYA KEADAAN
TERTENTU DAN FASILITAS KHUSUS DI BAITULLAH.
Sebagaimana telah
kita ketahui bersama bahwa Ka’bah sebagai Kiblat bagi umat manusia terletak di
Masjidil Haram, Makkah. Ka’bah sebagai kiblat maka Ka’bah akan menjadi arah
atau patokan untuk mengarahkan energi dari doa, harapan, pengagungan kepada
Allah SWT yang dipanjatkan melalui ibadah shalat yang didirikan dan juga dari
setiap ibadah dari umat manusia kepada Allah SWT yang ada di segala penjuru
bumi sehingga secara otomatis semua energi itu berada dan terpusat atau
terkumpul di seputaran Ka’bah.
Di lain sisi, Ka’bah
itu sendiri adalah titik pusat dari bumi yang posisinya tegak lurus dengan
tiang Arsy, yang mana Arsy adalah tempat Allah SWT bersemayam. Adanya posisi
dan kedudukan Ka’bah yang tegak lurus dengan tiang Arsy maka secara otomatis
pancaran energi ilahiah atau pancaran kebesaran dan kemahaan yang berasal dari
Allah SWT sangat besar di posisi tersebut.
Adanya pancaran dari
energi ilahiah atau adanya pancaran kebesaran dan kemahaan Allah SWT yang
berada di seputaran Ka’bah yang kualitasnya sangat tinggi maka secara otomatis
akan berpengaruh kepada orang orang yang sedang berada di sekeliling Ka’bah (
atau yang berada di Masjidil Haram) yang pada akhirnya energi ilahiah itu mudah
untuk dirasakan oleh setiap jamaah haji atau jamaah umroh.
Dan dengan adanya
kumpulan energi yang berada diseputaran Ka’bah yang berasal dari segala penjuru
dunia ditambah posisi Ka’bah sebagai porosnya bumi, maka akan membuat suasana
bathin seseorang yang berada disana akan terpengaruh dengan adanya energi
ilahiah atau energi pancaran kebesaran dan kemahaan Allah SWT itu sehingga
setiap jamaah haji ataupun jamaah umroh yang ada disana akan merasakan energi
ilahiah tanpa harus meminta kepada Allah SWT.
Hal inilah yang kita
rasakan saat diri kita berada di seputaran Ka’bah dan kondisi ini pula yang
mengakibatkan diri kita merasa tenteram, merasa nyaman dan merasa nikmat
beribadah di lingkungan Masjidil Haram dan keadaan inilah yang kita rindukan
kelak setelah sampai di tanah air. Dan jika kondisi ini tidak bisa kita rasakan
saat berada di Masjidil Haram, berarti ada sesuatu yang salah di dalam diri
kita dan alangkah baiknya kita langsung meminta ampun atas dosa dan kesalahan
diri kita kepada Allah SWT saat itu juga. Di lain sisi, setiap orang yang
beribadah di Masjidil Haram baik itu jamaah haji ataupun jamaah umroh juga
telah diberikan fasilitas khusus oleh Allah SWT berupa:
1. Adanya pahala shalat yang berbeda sebagaimana dikemukakan dalam hadits
beri-kut ini: “Shalat di masjidku ini Masjid Nabawi lebih utama 1000 (seribu) kali
dibanding shalat di masjid lainnya kecuali di Masjidil Haram dan shalat di
Masjidil Haram lebih utama 100.000 (seratus ribu) kali shalat daripada masjid
lainnya. (Hadits Riwayat Ahmad, Ibnu Huzaimah dan Hakim).” Sebagai
jamaah haji atau umroh yang sedang berada di Masjidil Haram, apakah kesempatan
untuk memperoleh keutamaan dari mampunya diri kita shalat di Masjidil Haram
akan kita biarkan begitu saja berlalu dengan bersikap malas-malasan.
Dan ingat, walaupun keutamaan mendirikan shalat di Masjidil Haram
begitu luar biasa, jangan jadikan hal ini sebagai tujuan dari melaksanakan
ibadah haji atau umroh. Akan tetapi jadikanlah sebagai bonus bagi diri kita
untuk kepentingan bekal bagi perjalanan pulang kampung ke negeri akhirat kelak.
Apalah artinya keutamaan yang berjumlah 100.000 (seratus ribu) kali jika
kehadiran diri kita di Baitullah justru diabaikan oleh Allah SWT dan tidak
bersedianya Allah SWT untuk bertemu dan menemui diri kita sebagai tamu di
Baitullah akibat ulah diri kita sendiri yang tidak mampu berkesesuaian dengan
fitrah Allah SWT.
2. Adanya rahmat bagi yang melaksanakan thawaf,
bagi yang mendirikan shalat dan bagi yang berada di Masjidil Haram, sebagaimana
dikemukakan dalam hadits berikut ini: “Rasulullah
SAW bersabda: “Allah menurunkan di Al Haram (Ka’bah) seratus dua puluh rahmat.
Enam puluh di antaranya untuk orang orang yang Thawaf, empat puluh untuk orang
orang yang shalat, dan dua puluh untuk orang orang yang hadir menyaksikan. (Al
Hadits).
3. Adanya fasilitas
penghapus keburukan dan dituliskannya kebaikan bagi yang me-laksanakan Thawaf,
sebagaimana hadits berikut ini:
“Barangsiapa yang berkeliling ka’bah (thawaf) tujuh kali, dan ia tidak berkata,
kecuali “Subhanallah wal hamdu lillah wa la ilaha illallah wallahu akbar wa la
haula wa la quwwata illa billah”, niscaya akan dihapus darinya sepuluh
keburukan dan dituliskannya sepuluh kebaikan dan diangkat derajatnya sepuluh
tingkat. (Hadits Riwayat Ibnu Majjah),
4. Adanya fasilitas Thawaf sebagai ibadah
shalat, sebagaimana hadits berikut ini: “Thawaf
itu adalah shalat dan bila perlu berbicara (saat melakukan thawaf) hendaklah
bicara yang baik-baik. (Hadits Riwayat Athtirmidzi).”
Dari 4 (empat)
ketentuan di atas, terlihat sangat jelas bahwa ibadah Thawaf dinilai sangat
istimewa oleh Allah SWT hal ini dikarenakan dengan adanya aktivitas Thawaf yang
dilakukan oleh jamaah haji dan umroh di Ka’bah maka aktivitas Thawaf yang
berlawanan arah jarum jam akan menaikkan segala energi yang telah diarahkan ke
satu titik yang berisi energi doa, yang berisi energi pengharapan, dan yang
berisi energi pengagungan yang berasal dari segala penjuru bumi dinaikkan ke
atas menuju Allah SWT sehingga tidaklah berlebihan jika aktifitas Thawaf diberi
ganjaran lebih oleh Allah SWT. Sebagai jamaah haji atau jamaah umroh pernahkah
kita membayangkan hal ini!
B.
ADANYA KEKUATAN DOA
DARI NABI IBRAHIM AS,.
Keberadaan Ka’bah
yang ada di Baitullah itu sendiri adalah “Matsabah” sebagaimana dikemukakan dalam
surat Al Baqarah (2) ayat 125 sebagaimana berikut ini: “Dan ingatlah, ketika Kami
menjadikan rumah (Ka’bah) tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia
(matsabah). Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan
Ismail, “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang orang yang thawaf, orang yang
i’tikaf, orang yang ruku’ dan orang yang sujud. (surat Al Baqarah (2) ayat
125).”Adanya ketentuan bahwa Ka’bah adalah matsabah, yaitu tempat
berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia maka dapat dikatakan bahwa Matsabah
adalah tempat yang sangat dirindukan oleh ruh atau jiwa manusia dan akan terus
dirindukan sekalipun diri kita telah berulang-ulang mengunjunginya setiap
tahun.
Lalu mengapa ruh atau
jiwa atau hati ini senantiasa merindukan Ka’bah yang ada di Masjidil Haram
sehingga kita berniat untuk melaksanakan haji atau umroh lagi dan lagi? Sebagai
orang yang rindu kembali ke Baitullah ketahuilah bahwa kondisi ini dikarenakan
adanya kekuatan doa dari Nabi Ibrahim as. sebagaimana dikemukakan dalam surat
Ibrahim (14) ayat 37 berikut ini: “Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah
menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman
di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu)
agar mereka melaksanakan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia
cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan,
mudah-mudahan mereka bersyukur. (surat Ibrahim (14) ayat 37).” Adanya
kekuatan doa dari Nabi Ibrahim as, untuk menjadikan hati sebagian manusia
cenderung kepada Ka’bah yang ada di Masjidil Haram sehingga diri kita tidak
bisa melepaskan diri dari kerinduan kepada Baitullah.
Lalu apa yang dapat
kita lakukan dan rasakan saat diri kita berada di Baitullah? Saat diri kita
berada di Baitullah kita bisa melaksanakan Thawaf, melaksanakan i’tikaf, juga
bisa melakukan ruku’ dan sujud serta juga kita bisa merasakan rasa berdoa
kepada Allah SWT yang terasa begitu luar
biasa rasanya sehingga mampu membuat diri kita menangis. Namun ada hal lainnya
yang juga harus kita perhatikan saat berada di Baitullah yaitu jangan
mempersekutukan Allah SWT lalu hindarkan diri kita mengumpat, atau berpikiran
dan berprasangka buruk, atau menyatakan sesuatu yang tidak baik, maka dampak dari
apa yang kita perbuat mampu kita rasakan saat itu juga. Akhirnya jika kita
berada di Baitullah maka akan terasa begitu luar biasa energi ilahiah yang
langsung terserap ke dalam jiwa atau ke dalam ruh sehingga jiwa atau ruh
seperti terpuaskan dahaganya sehingga kita enggan untuk meninggalkannya dan
selalu teringat terus untuk kembali kesana setelah berada di tanah air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar