Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Jumat, 07 Juni 2024

MEMPERSIAPKAN IBADAH UMROH YANG DIKEHENDAKI ALLAH SWT (PART 4 of 5)

 

F.      MEMPERSIAPKAN BEKAL TAQWA DAN SABAR SEBANYAK BANYAKNYA.

 

Sebagai jamaah haji atau umroh yang berkehendak melaksanakan ibadah dimaksud yang sesuai dengan kehendak Allah SWT maka kita harus segera mempersiapkan bekal yang terbaik, yaitu bekal taqwa dan bekal taqwa inilah sebaik-baik bekal yang dikehendaki Allah SWT. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam  surat Al Baqarah (2) ayat 197 yang kami kemukakan berikut ini: “(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats, berbuat Fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal.”  Selanjutnya jika bekal taqwa adalah bekal yang paling dikehendaki oleh Allah SWT selaku Tuan Rumah maka sudah seharusnya setiap jamaah haji atau umroh memilikinya dengan kualitas yang terbaik.

 

Sekarang mari kita bercermin kepada perintah mandi yang diperintahkan oleh orang tua kita, dimana manfaat yang hakiki dari mandi tidak cukup hanya berbekal dengan tersedianya air bersih, sabun, handuk, serta baju pengganti. Hal ini dikarenakan tujuan hakiki dari mandi baru dapat kita peroleh jika tersedianya air  yang bersih, sabun, handuk, serta baju pengganti di dukung oleh niat dari diri kita sendiri untuk memperoleh manfaat yang hakiki dari perintah mandi lalu  melaksanakan mandi dengan baik dan benar.

 

Hal yang samapun berlaku jika kita ingin memperoleh tujuan yang hakiki dari melaksanakan ibadah umroh yaitu melaksanakan ibadah umroh tidak cukup sekedar memiliki uang halal yang cukup dan kain ihram, pakaian pengganti, akomodasai dan lain sebagainya. Menunaikan ibadah umroh harus didukung dengan ruh yang fitrah, niat yang ikhlas serta bekal taqwa dan sabar yang berkualitas tinggi yang dibarengi dengan ilmu dan pemahaman tentang ibadah umroh yang komprehensif.

Uang dan materi bukanlah bekal yang terbaik di dalam melaksanakan ibadah umroh dikarenakan ibadah umroh termasuk ibadah yang multi dimensi sehingga membutuhkan hal- hal pendukung yang multi dimensi pula. Ibadah umroh sebagai ibadah yang bersifat multi dimensi maka ibadah umroh sangat memerlukan bekal yang bersifat umum dan juga bersifat khusus pula.

 

Hal yang harus kita perhatikan agar diri kita mampu menunaikan ibadah umroh sesuai dengan kehendak Allah SWT maka kita harus mempersiapkan bekal yang bersifat khusus terlebih dahulu karena bekal khusus ini tidak bisa dipersiapkan saat menjelang keberangkatan umroh. Bekal khusus harus dipersiapkan jauh-jauh hari, sebagai contoh untuk bisa memperoleh bekal berhubungan dengan ruh yang fitrah yang di dalamnya ada niat yang ikhlas ditambah bekal taqwa yang berkualitas tinggi serta didukung dengan kesabaran yang luar biasa.

 

Bukanlah perkara mudah yang bisa kita dapatkan dan peroleh dalam waktu singkat. Bekal khusus ini merupakan proses jangka panjang dari rangkaian pelaksanaan Diinul Islam yang kaffah dari calon calon jamaah haji atau umroh jauh sebelum mereka menunaikan ibadah haji atau umroh. Sehingga kita tidak bisa serta merta memilikinya. Semuanya berproses dalam diri yang cukup memakan waktu yang lama dan juga penuh perjuangan.

 

Adanya bekal khusus ini yang telah kita persiapkan sejak jauh-jauh hari akan sangat menolong dan membantu diri kita menggapai hikmah yang hakiki yang terdapat dibalik ibadah umroh. Selain dari pada itu dengan adanya bekal khusus yang berkualitas tinggi maka kedekatan diri kita kepada Allah SWT akan semakin dekat sehingga rasa saat menjadi tamu Allah SWT di Baitullah terasa begitu nikmat.

 

Agar diri kita mampu memahami tentang bekal khusus ini, terutama bekal taqwa. Sekarang mari kita pelajari apa itu taqwa. Kata taqwa di dalam AlQuran terulang sebanyak 259 kali dengan makna yang sangat beragam sehingga taqwa memiliki makna yang sangat luas sehingga tidak bisa bisa didefinisikan dalam satu definisi semata. Luasnya pengertian dari taqwa mengharuskan diri kita untuk belajar dari waktu ke waktu dari satu pengertian ke pengertian lainnya. Dimana masing-masing pengertian dari taqwa itu sendiri akan selalu saling lengkap melengkapi, yang menunjukkan betapa dalamnya makna yang terkandung di balik kata taqwa itu.

 

1.    Secara etimologi taqwa berasal dari kata waqa, yaqi, wiqayah yang artinya menjaga diri, menghindari dan menjauhi atau mencegah dari sesuatu yang dibenci dan dilarang Allah. Secara terminologi taqwa berarti takut kepada Allah berdasarkan kesadaran dengan mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya serta takut terjerumus dalam perbuatan dosa.

 

2.      Ibnu Abbas ra, mendefinisikan, taqwa adalah takut berbuat syirik kepada Allah dan selalu mengerjakan ketaatan kepada-Nya. Ketika Abu Dzar Al Ghifari meminta nasihat kepada Rasulullah SAW, maka pesan paling pertama dan utama yang beliau sampaikan kepada sahabatnya itu adalah taqwa. Kata Rasulullah SAW, “Saya wasiatkan kepadamu, bertaqwalah engkau kepada Allah karena taqwa itu adalah pokok dari segala perkara”.

 

3.  Taqwa kepada Allah adalah rasa takut, takzim dan kagum kepada Allah SWT serta mengakui superioritas Allah SWT. Hal ini berdasarkan ketentuan surat Al Baqarah (2) ayat 40 berikut ini: “Wahai Bani Israil, Ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu. Dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu, dan takutlah kepada-Ku saja.” Alhasil dari pernyataan ini adalah kita bukanlah apa apa dibandingkan dengan Allah SWT. Taqwa juga dapat dikatakan sebagai takutnya diri kita akan hukum, ketentuan, aturan yang berasal dari Allah SWT termasuk di dalamnya takut akan azab yang akan ditimpakan oleh Allah SWT kepada yang melanggar aturan-Nya.

 

4.    Taqwa kepada Allah adalah taat dan beribadah yang sesuai dengan kehendak Allah. Hal ini berdasarkan ketentuan surat Ali Imran (3) ayat 102 berikut ini: Wahai orang orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar benar taqwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.”  Alhasil dari pernyataan ini adalah ibadah yang kita lakukan bukanlah menjadi sebuah kewajiban, melainkan sebuah kebutuhan bagi diri kita.

 

5.   Taqwa kepada Allah adalah menyucikan hati dari noda dan dosa. Hal ini berdasarkan ketentuan surat An Nur (24) ayat 52 berikut ini: “Dan barangsiapa taat kepada Allah dan RasulNya serta takut kepada Allah dan bertakwa kepadaNya, mereka itulah orang orang yang mendapatkan kemenangan.” 

 

6.   Taqwa  kepada  Allah  adalah  wasiat (perintah) yang ditujukan kepada seluruh umat manusia tanpa terkecuali. Hal ini berdasarkan ketentuan surat An Nisaa’ (4) ayat 131 berikut ini: “Dan milik Allah lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan sungguh, Kami telah memerintahkan kepada orang yang diberi kitab suci sebelum kamu dan (juga) kepadamu agar bertakwa kepada Allah. Tetapi jika kamu ingkar (ketahuilah), milik Allah lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan Allah Mahakaya, Mahaterpuji.”  

 

7.    Taqwa kepada Allah adalah jalan menggapai keberuntungan atau kemenangan. Hal ini berdasarkan ketentuan surat Al Maidah (5) ayat 100  berikut ini: “Maka bertakwalah kepada Allah, hai orang orang yang mempunyai akal sehat, agar kamu beruntung.”

 

8.    Taqwa  kepada  Allah  adalah bekal menuju hari pembalasan karena sebaik baik bekal adalah taqwa. Hal ini berdasarkan ketentuan surat Al Baqarah (2) ayat 197 berikut ini: “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik baik bekal adalah takwa, dan bertakwalah kepadaKu hai orang orang yang berakal.”  

 

9.     Taqwa  adalah  taat  dan  patuhnya  diri kita kepada apa apa yang diperintahkanNya dan yang telah dilarang oleh Allah SWT sehingga ia mampu menjadi penegak keadilan serta tidak mau mengambil sesuatu yang bukan haknya serta selalu menjaga hubungan baik diantara sesama manusia. Hal ini berdasarkan ketentuan surat Al Maaidah (5) ayat 8 yang kami kemukakan berikut ini: “Wahai orang orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” serta  berdasarkan surat Al Anfal (8) ayat 1 yang kami kemukakan berikut ini: “Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah, “Harta rampasan perang itu milik Allah dan Rasul (menurut ketentuan Allah dan Rasul-Nya),maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu orang orang yang beriman.”

 

10.  Taqwa adalah memelihara diri dari terputusnya hubungan antara diri kita dengan Allah SWT dengan selalu patuh dan taat kepada apa yang telah ditetapkan berlaku oleh Allah SWT. Hal ini berdasarkan ketentuan surat Yunus (10) ayat 31 sebagaimana kami kemukakan berikut ini:  “Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran, penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab, “Allah”. Maka katakanlah, “Mengapa  kamu tidak bertakwa (kepadaNya)?.” Dan berdasarkan surat An Nisaa (4) ayat 14 berikut ini: “Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya dan melanggar batas batas hukumNya, niscaya Allah memasukkannya  ke dalam api neraka, dia kekal di dalamnya dan dia akan mendapat azab yang menghinakan. (surat An Nisaa’ (4) ayat 14).”

 

Selain dari 10 (sepuluh) hal yang telah kami kemukakan di atas tentang taqwa serta untuk menambah wawasan dan pemahaman tentang taqwa yang telah kita miliki. Masih ada beberapa pengertian mendasar dari taqwa itu yang harus kita pelajari, kita pahami dan selanjutnya kita laksanakan dan amalkan dalam hidup dan kehidupan ini, yaitu:

 

1.     Taqwa kepada Allah adalah melindungi dari dari apa yang merugikan diri dan merusak diri di akhirat. Semakin diri ini dibatasi, semakin baik diri ini. 

2.  Taqwa kepada Allah adalah takut kepada Allah dan menjaga diri dari kedurjanaan, keburukan, kejahatan, kekejiaan, dan dosa. 

3.    Taqwa kepada Allah adalah cahaya di dalam hati, sedangkan dampak dan pengaruhnya akan nampak jelas di dalam perbuatan anggota tubuh dan hati. 

4.    Taqwa kepada Allah adalah cahaya yang Allah tempatkan dalam hati orang orang yang beriman. Tak ada yang mengetahui kadarnya kecuali Allah dan tak ada yang mengetahui siapa yang paling bertakwa, kecuali Allah SWT. 

5.     Taqwa kepada Allah adalah sifat teragung yang bersemayam di dalam diri orang beriman, taat, dan memiliki jiwa ikhsan. Takwa adalah sifat yang melekat sangat kuat dalam hati dan nurani mereka. 

6.     Taqwa kepada Allah adalah faktor kemenangan, sumber kebaikan dan perbaikan. Orang yang memiliki sifat ini akan hidup dalam keberuntungan, tak akan pernah sengsara apalagi menderita. 

7.    Taqwa kepada Allah adalah pilar yang menopang orang beriman di dunia, cahaya yang akan menerangi kuburnya, dan petunjuk yang akan menuntunnya di akhirat menuju syurga yang penuh kenikmatan. 

8.     Taqwa kepada Allah adalah kalimat agung. Tak ada kebaikan bagi kita jika kita tak pernah mengucapkannya, dan tak ada kebaikan pada diri orang yang mendengarnya tapi tidak melaksanakannya. 

9.   Taqwa kepada Allah adalah kalimat yang tidak asing dikalangan manusia, akan tetapi yang mampu melaksanakannya sangatlah sedikit. 

10. Taqwa kepada Allah adalah kalimat yang memuliakan Salman Al Farisi, Shuhaib Ar Rumi, dan Bilal al Habsyi. Akibat enggan menerima kalimat ini, maka Abu Lahab tetap terbenam dalam kemusyrikan dan menderita dalam siksaan. 

11.  Taqwa kepada Allah adalah benteng yang melindungi dikala susah dan tabungan yang sangat berguna dikala sengsara. 

12.  Taqwa  kepada  Allah  bukan  sekedar  ucapan  dan materi pelajaran yang hanya disam-paikan di ruang perkuliahan atau di atas mimbar. Tapi harus diterapkan dalam gerak nyata, dan dalam akhlak pergaulan seorang muslim sehari hari. 

13. Taqwa kepada Allah adalah lentera yang benderang dan pedang yang berkilauan di kala krisis mendera. Betapa seringnya taqwa mengusir kegundahan, menyingkap awan gelap, mendatangkan rezeki, dan memudahkan urusan semasa hidup di dunia dan setelah kematian. 

14.  Taqwa kepada Allah senantiasa mendatangkan ketenangan, ketentraman, kekuatan dan keyakinan. Taqwalah yang membuat jiwa mulia naik menuju langit. Taqwa kepada Allah adalah pengokoh di saat kaki akan tergelincir dan menyatukan hati di kala fitnah sedang bertebaran.Taqwa kepada Allah adalah kekayaan terbesar yang dibawa seorang manusia di dalam relung hatinya dalam meniti kehidupan dunia, dan yang terakhir. 

15. Taqwa adalah sebuah bentuk pengendalian diri dan penjagaan diri dari apa apa yang bertentangan dengan kehendak Allah SWT.

 

Berdasarkan uraian yang telah kami kemukakan di atas tentang taqwa, pada hakikatnya taqwa itu adalah kandungan Diinul Islam secara keseluruhan, yaitu menjalankan apa yang telah diperintahkan dan meninggalkan segala larangan serta takut kepada Allah di kala tersembunyi atau terang terangan. Sehingga kehidupan seseorang yang dihiasi dengan agama, keimanan yang kuat, amal shaleh adalah gambaran dari taqwa itu sendiri. Karena taqwa bisa melindungi seseorang dari perbuatan yang bermanfaat dan dari hawa nafsu yang hina, sebagaimana firman-Nya berikut ini:Siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (surat An Nahl (16) ayat 97)

 

Diinul Islam sebagai sebuah konsep ilahiah dalam kerangka rencana besar konsep dwifungsi bagi manusia adalah agama yang haq yang mampu mengerem laju ahwa (hawa nafsu) dan juga syahwat yang terus merongrong manusia sepanjang hari sepanjang hidup manusia. Agama ini juga yang mampu mengendalikan gairah seksual dalam diri manusia, agar berjalan lurus sesuai dengan yang digariskan Tuhan, penuh keridhaan, ketaatan, dan kesucian yang pada akhirnya mampu menghadirkan ketaqwaan dalam diri kita.

 

Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (surat Asy Syams (91) ayat 9 dan 10) dan Nabi SAW bersabda sebagaimana berikut ini: “Setiap manusia beraktivitas, karena itu bisa jadi dengan aktivitas tersebut ia membebaskan dirinya dari api neraka, atau justru akan membahayakan dirinya. (Hadits Riwayat Muslim).” Semua ini menuntut kepada kita untuk mencermati lebih dalam, sejenak berhenti dihadapan jiwa kita, dan menelisik dimana sebenarnya posisi jiwa kita dari pelajaran agung tentang ketaqwaan seperti yang disampaikai ayat dan hadits di atas. Lalu apakah kita telah melakukan suatu hal yang disukai dan diridhai Allah, dan apakah sudah pula kita menjauhi apa yang menyebabkan Allah murka?

 

Ketaqwaan bukanlah hal yang bisa diklaim begitu saja, atau kita akui begitu saja. Bukan pula impian yang tak ada bukti dalam realita. Taqwa adalah hakekat yang harus diterapkan, ditampakkan dampak dan pengaruhnya dalam setiap perbuatan, tentu saja setelah sebelumnya dikokohkan terlebih dahulu di dalam relung hati yang paling dalam.

 

Taqwa itu adalah sifat yang apabila telah bersemayam dalam diri seorang hamba, maka akan memberikan celupan (sibghah) khusus baginya. Untuk kemudian mendorongnya dalam melakukan ketaatan dan perbuatan baik lainnya, mencegahnya dari keburukan dan maksiat, dan membawanya untuk menggapai pahala dari sisi Allah. Lalu sudahkah saat ini kita semua menerapkan dalam hidup, bahwa taqwa kepada Allah SWT tidaklah hanya saat di bulan Ramadhan, atau hanya saat di masjid, di tempat pengajian, saat akan menunaikan ibadah haji dan umroh dan di majelis taklim saja.

 

Sangat disayangkan tatkala sesorang kembali ke rumahnya masing masing, ke sawah, ke kantor dan tempat usahanya masing-masing, atau ke komunitasnya masing-masing, dia kembali dalam keterlenaan, yang seharusnya tetap menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Untuk itu segera tanamkanlah sikap taqwa pada jiwa kita, pada istri, pada suami kita, pada anak dan keturunan kita, pada profesi, pada ucapan dan tindak tanduk kita.

 

Untuk itu simaklah firman Allah SWT di  bawah ini yang mengarahkan kepada kita semua untuk selalu memakai pakaian kebesaran yang sepatutnya dipakai oleh setiap manusia, yaitu pakaian taqwa. Allah SWT berfirman: “Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda tanda kekuasaan Allah, mudah mudahan mereka selalu ingat. (surat Al A’raf (7) ayat 26).”  

 

Setelah kita yakin kita telah memiliki bekal taqwa yang sangat berkualitas tambahkan bekal taqwa tersebut dengan sebanyak-banyaknya kesabaran. Kesabaran sangat kita butuhkan saat diri kita menunaikan ibadah umroh karena saat kita beribadah dalam kerangka menunaikan ibadah  umroh kita akan dihadapkan dengan jumlah jamaah yang begitu banyak, begitu beragam, namun satu niat dan satu tujuan yaitu Allah SWT semata. Sehingga sabar atau kesabaran sangat kita butuhkan saat kita berinteraksi diantara sesama jamaah umroh di Baitullah yang berlainan budaya dan yang berlainan bahasanya serta yang berlainan latar belakang sosial budaya serta berlainan tingkat pendidikan.

 

Akhirnya sabar untuk bertindak, sabar untuk berbuat, sabar untuk saling berbagi serta sabar untuk tidak cepat marah serta sabar di dalam melaksanakan seluruh rangkaian ibadah umroh merupakan  jalan yang terbaik saat kita berada di Baitullah. Ingat, bahwa Allah SWT selaku Tuan Rumah adalah Dzat Yang Maha Sabar dimana Asmaul Husna dari Yang Maha Sabar ada diurutan yang ke 99 atau yang paling teratas. 

 

Dan jika Allah sangat penyabar kepada seluruh tamunya yang hadir melaksanakan ibadah umroh maka sebagai tamu yang hadir sudah selayaknya dan sepatutnya pula berjiwa penyabar saat menunaikan ibadah umroh sampai kembali ke tanah air dan seterusnya sampai hayat  masih di kandung badan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar