I.
AYAT -AYAT
PENYESALAN.
Hidup di dunia ini bisa
diibaratkan sebagai saat menanam, dan hidup di akhirat adalah masa menuai dari
apa yang kita tanam. Jika kita tidak maksimal menanam kebaikan, bagaimana
mungkin bisa menuai kebahagiaan di akhirat kelak. Selain daripada hidup
ini bukan diciptakan oleh Allah SWT
tanpa maksud dan tujuan tertentu, melainkan semua manusia akan dikembalikan
lagi kepada Allah kelak, sebagaimana firman Allah SWT berikut ini: “Maka
apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu main main (tanpa ada maksud)
dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (surat Al-Mu’minun (23)
ayat 115)”.
Wahai para manusia
yang sedang menunggu giliran menuju gerbang kematian, ketahuilah ada satu rasa
yang tidak akan berguna lagi pada hari kiamat, yaitu penyesalan. Penyesalan
memang selalu datangnya belakangan. Lalu apakah itu bisa berguna, pada saat setiap
orang hanya bisa menuai, tanpa mampu lagi untuk menanam?
Terdapat banyak ayat
yang menunjukkan penyesalan yang dikemukakan oleh manusia saat manusia itu diperlihatkan dan disiksa
oleh Allah SWT. Penyesalan ini dikarenakan perbuatan manusia itu sendiri
sewaktu mereka hidup di dunia. Ingat, barangsiapa berbuat baik itu bagi dirinya
sendiri, dan barangsiapa berbuat jahat itu bagi dirinya sendiri, Siapa yang
menanam maka dialah yang akan menuai. Sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya
berikut ini: “Barangsiapa mengerjakan amal shaleh, maka itu adalah untuk dirinya
sendiri, dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa
dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan. (surat Al
Jatsiyah (45) ayat 15). Sekarang apa yang sudah kita tanam dalam hidup
ini, kebaikankah atau keburukankah?
Sekarang kami akan
mengajak jamaah semua untuk merenungkan beberapa ayat yang ada di dalam
AlQur’an yang kesemuanya menjelaskan tentang penyesalan manusia, setelah
semuanya terlambat. Di dalam AlQuran, telah disebutkan beberapa bentuk
penyesalan manusia.
Untuk itu mari kita
simak bentuk sesal dengan lafal “layta”. Dalam bahasa Arab, ungkapan “layta”
menunjukkan angan-angan yang mustahil tercapai.
1.
Andaikan kami taat
kepada Allah dan Rasul-Nya. Berdasarkan surat Al Ahzab (33) ayat 64, 65,
66, 67, 68 berikut ini: “Sesungguhnya Allah melaknati orang orang
kafir dan menyediakan bagi mereka api yang menyala nyala (neraka). Mereka kekal
di dalamnya selama lamanya; mereka tidak memperoleh seorang pelindung pun dan
tidak (pula) seorang penolong. Pada hari ketika muka mereka dibolak balikan
dalam neraka, mereka berkata: “Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada
Allah dan taat (pula) kepada Rasul”. Dan mereka berkata: “Ya Tuhan kami,
sesungguhnya kami telah menaati pemimpin pemimpin dan pembesar pembesar kami,
lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami,
timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan
kutukan yang besar.” (surat Al Ahzab (33) ayat 64 sampai 68)”, akan
terjadi penyesalan yang dikemukakan oleh orang orang kafir dengan mengatakan:
“alangkah baiknya, andaikata kami dahulu taat kepada Allah dan taat pula kepada
rasul-Nya. Lalu setelah itu mereka mengemukakan pula penyesalannya kepada Allah
SWT karena telah mentaati pemimpin dan pembesar yang telah menyesatkan mereka,
lalu mereka memohon kepada Allah agar menimpakan kepada pemimpin dan pembesar
mereka dengan kutukan dan azab dua kali lipat dari yang diberlakukan.
2.
Andaikan kitabku ini
tidak diberikan kepadaku. Berdasarkan surat Al Haqqah (69) ayat 25, 26, 27, 28, dan
29 berikut ini: “Dan adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kirinya maka dia
berkata, “Alangkah baiknya jika kitabku (ini) tidak diberikan kepadaku,
sehingga aku tidak mengetahui bagaimana perhitunganku. Wahai, kiranya
(kematian) itulah yang menyudahi segala sesuatu. Hartaku sama sekali tidak
berguna bagiku, kekuasaanku telah hilang dariku.(surat Al Haqqah (69) ayat 25,
26, 27, 28, 29)”, di akhirat kelak juga terdapat penyesalan terhadap
orang orang yang menerima kitab di tangan kirinya sehingga ia berkata alangkah
baiknya kitab ini tidak diberikan kepadanya, agar ia tidak mengetahui
perhitungan yang ada di dalamnya. Selain daripada itu, di akhirat kelak akan ada
penyesalan tentang harta yang sama sekali tidak berguna lagi serta adanya penyesalan
atas kekuasaan yang hilang karena tidak berguna lagi di hadapan Allah SWT.
3.
Andaikan dahulu aku
hanyalah tanah. Berdasarkan
surat An Naba (78) ayat 49 berikut ini :“Sesungguhnya Kami telah memperingat kan
kepadamu (orang kafir) azab yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang
telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata, ‘Alangkah
baiknya andaikan dahulu aku jadi tanah.’” (surat An-Naba (78) ayat 40).” Orang
orang kafir yang sudah diperlihatkan kepadanya apa yang telah diperbuat oleh
kedua tangannya, ia tidak bisa mengelak lagi, dengan mengemukakan penyesalan
dengan pernyataannya, alangkah baiknya jika aku dahulu jadi tanah saja, atau
tidak dilahirkan ke muka bumi.
4.
Andaikan dahulu aku
mengerjakan amal shalih.Berdasarkan surat Al Fajr (89) ayat 24 berikut ini: “Dia
berkata, “Alangkah baiknya sekiranya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk
hidupku ini.’” (surat Al-Fajr (89) ayat 24). Penyesalan yang seperti
ini dapat dipastikan akan banyak dilakukan oleh calon calon penghuni neraka,
dan semoga kita tidak berperilaku seperti ini.
5.
Andaikan aku tidak
menjadikannya teman akrab. Berdasarkan surat Al Furqan (25) ayat 27, 28, 29 berikut
ini: “Dan (ingatlah) hari (ketika) orang yang zhalim menggigit dua tangannya
seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama sama Rasul.
Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu
teman akrab (ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur’an ketika
Al Qur’an itu telah datang kepadaku. Dan adalah setan itu tidak mau menolong
manusia. (surat Al Furqan (25) ayat 27, 28, 29)”, di akhirat juga terdapat penyesalan karena
telah menjadikan seseorang menjadi kawan akrabnya dikarenakan kawan akrabnya
telah menjerumuskan dan menyesatkan dia dari Al Quran ketika Al Quran telah
datang kepadanya.
Jika kita saat ini
masih hidup, berhati hatilah di dalam mencari kawan akrab, termasuk di dalamnya
berhati-hati mencari dan menemukan guru (ustadz) yang mengajar kita. Karena
baik kawan akrab ataupun guru (ustadz) mungkin bisa saja menjerumuskan kita.
Akan tetapi jika guru (ustadz) yang datang kepada kita mampu menjadi penyampai Diinul
Islam yang baik dan benar maka berhati hatilah karena nanti kita akan
ditanyakan tentang datangnya guru (ustadz) kepada diri kita dengan pertanyaan “sudahkah datang pemberi peringatan kepadamu”.
Jika pemberi peringatan sudah sampai kepada kita, dalam hali ini guru (ustadz)
yang baik dan benar, maka akan menjadi penyesalan pula di akhirat kelak kenapa
kita tidak mau menerima, atau bahkan menolak apa apa yang telah disampaikannya
kepada kita.
Itulah 5 (lima)
bentuk penyesalan yang terjadi pada saat hari akhir, yang ke lima limanya tidak
akan mampu membuat waktu berjalan mundur atau dikembalikan lagi ke dunia. Untuk
itu mari segera berubah, sebelum penyesalan tidak lagi berguna.
Agar diri kita tidak
terjebak di dalam rasa menyesal yang berkepanjangan di akhirat nanti, mari kita
perhatikan lagi beberapa ayat AlQuran dan hadits di bawah ini yang juga mengemukakan
tentang penyesalan yang terjadi di akhirat.
1. Orang kafir meminta
untuk dikembalikan aku ke dunia agar aku berbuat amal yang shaleh terhadap apa
yang telah aku tinggalkan.Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat Al
Mukminuun (23) ayat 99, 100 berikut ini: “(Demikianlah keadaan orang orang kafir
itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata:
“Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang shalih
terhadap yang telah aku tinggalkan.” Sekali kali tidak. Sesungguhnya itu adalah
perkataan yang diucapkannya saka. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari
mereka dibangkitkan. (surat Al Mukminuun (23) ayat 99, 100)”.
2. Orang kafir meminta
untuk dikeluarkan dari neraka agar kami mengerjakan amal yang shaleh yang
berlainan yang telah mereka kerjakan. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat
Fathir (35) ayat 37 berikut ini: “Dan mereka berteriak di dalam neraka itu:
“Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang
shalih berlainan dengan yang telah kami kerjakan.” Dan apakah Kami tidak
memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau
berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka
rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang orang yang zhalim seorang
penolong pun. (surat Fathir (35) ayat 37)”.
3. Orang kafir meminta kematiannya ditangguhkan agar ia dapat bersedekah dan menjadi orang yang shaleh. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Munafiqun (63) ayat 10, 11 berikut ini: “Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata; “Ya Rabb ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang orang yang shalih?” Dan Allah sekali kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah maha mengenal apa yang kamu kerjakan. (surat Al Munafiqun (63) ayat 10, 11)”. Adanya bentuk-bentuk penyesalan yang dikemukakan oleh kafir, orang zhalim ataupun orang munafik di atas, lalu Allah SWT menjawabnya melalui firman-Nya berikut ini: “Keputusan di sisi Ku tidak dapat diubah dan aku sekali kali tidak menganiaya hamba hamba-Ku. (surat Qaf (50) ayat 29)”. Inilah keputusan Allah SWT kepada orang orang kafir yang bersifat mengikat, tidak bisa dirubah lagi dan akan terus berlaku selamanya. Tidakkah kita mempercayainya!
Sekarang Allah SWT
telah mengemukakan tentang ayat-ayat penyesalan, hal ini bukanlah untuk menakut-nakuti
umat manusia. Melainkan agar manusia mawas diri dengan apa-apa telah diperbuatnya.
Ingat, perbuatan yang dilakukan oleh manusia, memiliki makna ganda, yaitu ia
bisa bermakna dunia semata tanpa bermakna akhirat dan juga ia bisa bermakna
akhirat sekaligus bermakna dunia. Dan jika kita hanya fokus kepada makna dunia
semata, maka ayat-ayat penyesalan berlaku kepada dia. Sedangkan bagi orang
orang yang fokus kepada makna akhirat, ia menjadi orang yang berbahagia di
akhirat kelak.
Dan agar diri kita
bisa selalu fokus kepada makna akhirat dan menjadi orang yang berbahagia kelak,
Allah SWT juga telah menyatakan bahwa setiap tuntunan agama sudah memiliki kunci-kunci
pembukanya, sebagaimana berikut ini:
a.
Kunci
untuk membuka shalat adalah thaharah (bersuci).
b. Kunci ibadah haji dan
umroh adalah ihram.
c.
Kunci
kebajikan adalah jujur dan kunci syurga adalah ketauhidan.
d. Kunci ilmu ialah
banyak belajar dan bertanya dan kunci pertolongan adalah kesabaran.
e. Kunci
untuk menambah rezeki adalah syukur dan kunci kewalian adalah mahabbah (cinta)
dan dzikir (ingat kepada Allah).
f. Kunci
kesenangan akhirat adalah sikap zuhud di dunia dan kunci iman adalah memikirkan
apa yang dituntut oleh Allah agar kita mau berfikir.
g. Kunci
masuk ke dalam kekuasaan Allah adalah hati yang Islam dan ikhlas.
Lalu apa lagi? Berikut
ini akan kami kemukakan 5 (lima) ayat yang terdapat di dalam AlQuran yang
isinya adalah maklumat Allah SWT yang kesemuanya untuk kepentingan manusia,
baik untuk kebaikan hidup di dunia maupun untuk kebaikan di akhirat kelak, sebagaimana
berikut ini:
1. Allah SWT berfirman: “Dan
Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka sangkanya. Dan barangsiapa
bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusanNya. Sungguh Allah telah mengadakan
ketentuan bagi setiap sesuatu. (surat At Talaq (65) ayat 3).”
2. Allah SWT berfirman: “Tidak
ada suatu musibah yang menimpa (seseorang) kecuali dengan izin Allah; dan
barangsiapa beriman kepada Allah; niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada
hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (surat Ath Tagabun (64) ayat
11)
3. Allah SWT berfirman: :Jika
kamu meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, niscaya Dia
melipatgandakan (balasan) untukmu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha
Mensyukuri, Maha Penyantun (surat At Tagabun (64) ayat 17)
4. Allah SWT berfirman: “Dan
bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat ayat Allah dibacakan kepada
kamu, dan RasulNya (Muhammad) pun berada di tengah tengah kamu? Barangsiapa
berpegang teguh kepada (agama) Allah,
maka sungguh, dia diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (surat Ali Imran (3)
ayat 101)
5. Allah SWT berfirman: Dan
apabila hamba hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka
sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa kepada-Ku.
Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka
memperoleh kebenaran. (surat Al Baqarah (2) ayat 186)
Berdasarkan
5 (lima) buah ketentuan ayat AlQuran yang telah kami kemukakan di atas ini,
sesungguhnya Allah SWT telah memaklukmatkan kepada diri kita, bahwa:
1. Barangsiapa
bertawakkal kepada-Nya akan dicukupi;
2. Barangsiapa yang beriman
kepada-Nya akan diberi petunjuk;
3. Barangsiapa yang
bersandar kepada-Nya akan ditolong;
4. Barangsiapa
menitipkan kepada-Nya akan dikembalikan;
5. Barangsiapa yang
yakin dan percaya kepada-Nya akan diselamatkan;
6. Barangsiapa yang
bertobat kepadanya akan diampuni;
7. Barangsiapa yang
berdoa kepada-Nya akan dikabulkan.
Inilah 7 (tujuh) buah
maklumat Allah SWT yang ada di dalam AlQuran lalu seperti apakah kondisi dasar
dari maklumat itu? Sepanjang maklumat telah dikemukakan di dalam AlQuran oleh
Allah SWT berarti maklumat yang telah disampaikan oleh Allah SWT telah berlaku
sampai dengan hari kiamat kelak dan bersifat mengikat antara Allah SWT sebagai
pemberi makklumat dengan setiap manusia yang mampu memenuhi syarat dan
ketentuan yang telah ditetapkan-Nya dalam maklumat.
Ini berarti hanya ada
dua pihak yang terikat di dalam maklumat itu yaitu Allah SWT dan manusia
sehingga tidak ada pihak ketiga yang terlibat dalam maklumat yang telah berlaku
di muka bumi ini.
Setelah diri kita mengetahui
adanya 7 (tujuh) maklumat yang mengikat sampai hari kiamat tiba, lalu apa yang
ada di dalam benak dan perasaan kita dengan adanya maklumat di atas. Lalu:
1. Apakah ada paksaan
dari Allah agar kita melaksanakan maklumat-Nya?
2. Apakah Allah
mengharuskan kita memenuhi apa yang telah dimaklumatkan?
3. Apakah Allah
mengintimidasi kita agar segera memenuhi syarat dan ketentuan yang telah
ditetapkan-Nya sehingga maklumat-Nya berlaku?
4. Apakah Allah sangat
demokratis dengan maklumat-Nya, atau
5. Apakah Allah
memaksakan apa-apa yang dikehendaki-Nya?
Jika saat ini kita
masih hidup di dunia dan juga masih memiliki hati nurani yang bersih dan sehat
berarti mata hati kita masih mampu melihat dengan baik dan benar bahwa:
1. Allah SWT sangat
santun kepada manusia;
2. Allah SWT sangat
memudahkan manusia di dalam hidup dan kehidupannya; dan
3. Allah SWT sangat
demokratis kepada manusia sampai sampai Allah SWT menye-rahkan pilihan kepada
manusia mau menerima maklumatNya ataukah tidak.
Inilah 3 (tiga) sikap
Allah SWT kepada diri kita selaku abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya
di muka bumi, sekarang semuanya terpulang kepada sikap diri kita masing- masing
di dalam mensikapi Allah SWT di atas. Dan sebagai obyek dari pemberlakuan
maklumat maka obyek tidak akan bisa memperoleh apa pun yang telah dimaklumatkan
sebelum obyek mampu memenuhi syarat dan ketentuan yang dikehendaki Allah SWT.
Sekarang bertanyalah kepada diri sendiri, butuhkah kita dengan isi dari
maklumat yang telah berlaku di muka bumi ini?
Jika kita merasa
membutuhkan isi dan kandungan dari maklumat yang telah berlaku di atas berarti
hal-hal sebagai berikut harus kita perhatikan, yaitu:
1. Allah SWT selaku
pembuat maklumat tidak berkepentingan sedikitpun dengan isi maklumat-Nya karena
Allah SWT sudah maha dan akan maha selamanya sehingga maklumat Allah SWT ini
hanya ditujukan untuk kepentingan manusia yang mau menerima maklumat di atas menjadi
kebutuhannya.
2. Agar manusia
memperoleh isi yang terkandung dari maklumat Allah SWT sya-ratnya hanya memenuhi
dan melaksanakan apa yang dikehendaki oleh Allah SWT tanpa harus mempertanyakan
kenapa saya harus melakukannya. Disinilah letaknya bagaimana kita mengimani
Allah SWT melalui apa yang telah dimaklumatkan-Nya.
3. Jangan pernah
menghitung-hitung terhadap apa-apa yang dikehendaki oleh Allah SWT sepanjang
diri kita berkepentingan dengan isi yang terkandung dari maklumat Allah SWT.
Lakukan, lalu lakukan lagi dan lakukan seterusnya dengan Istiqamah (konsisten
dalam komitmen) ikhlas karena Allah SWT semata.
4. Jangan pernah
mengurusi urusan orang lain terhadap apa yang ia lakukan karena kita bukanlah
subyek yang bisa mengatur dan menentukan apa yang dilakukan oleh obyek yang
lainnya. Lakukan saja apa yang kita menjadi kebutuhan dan tujuan akhir kita
tanpa mengurusi, merecoki atau menentukan diterima atau tidaknya urusan orang
lain.
5. Berbuat dan terus
lakukan apa yang dikehendaki oleh Allah SWT tanpa pernah meragukan Allah SWT di
dalam memenuhi apa yang telah dimaklumatkan-Nya. Dan jangan menjadi penilai
atas perbuatan orang lain sewaktu mereka melaksanakan apa apa yang dikehendaki
Allah SWT.
6. Jangan pernah
menjadikan diri kita menjadi subyek, tetaplah menjadi obyek lalu biarkan orang
lain melaksanakan apa yang dipahaminya karena Allah SWT lah yang akan
menentukan hasil akhirnya.
Allah SWT selain telah
memberikan 7 (tujuh) buah maklumat yang telah dideklarasikan di dalam AlQuran
untuk kepentingan manusia. Allah SWT juga telah mengemukakan kunci-kunci untuk
mendapatkan kebaikan dan juga keburukan sebagaimana berikut ini:
a.
Kunci dari hati yang hidup lagi fitrah ialah memperbanyak
membaca, merenungkan dan mengamalkan isi AlQur’an serta menghindari perbuatan
dosa.
b.
Kunci rezeki adalah bekerja sambil berdoa atau tawakkal.
c.
Kunci kemuliaan adalah taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
d.
Kunci persiapan menuju alam akhirat ialah tidak banyak
berangan-angan.
Allah SWT telah
menjadikan pintu masuk dan kunci bagi setiap kebaikan dan keburukan,
sebagaimana Dia telah menjadikan syirik dan sombong sebagai kunci ke Neraka dan
minuman khamer menjadi kunci bagi segala dosa, dan nyanyian merupakan kunci
dari perzinahan, dan malas sebagai kunci kenistaan dan kesengsaraan, dan
maksiat adalah kunci kekafiran.
Jika sekarang Allah
SWT sudah memberitahukan kunci-kunci kesukesesan hidup kepada diri kita,
sekarang tergantung kepada diri kita maukah membuka gembok-gembok penghalang
kesuksesan melalui kunci yang telah ditunjukkan oleh Allah SWT kepada kita!
Jika sampai kita tidak juga mau memperbaiki diri, jadikan nasehat Nabi Muhammad
SAW sebagai pedomannya: “Diriwayatkan
dari Ibnu Umar ra, “Rasulullah SAW memegang pundakku seraya bersabda, “Jadilah
– di dunia ini – layaknya orang asing atau pengembara.” Lalu Ibnu Umar ra, “Jika
engkau berada pada waktu sore maka jangan menunggu hingga pagi, dan jika engkau
berada pada waktu pagi maka jangan menunggu hingga sore. Manfaatkan masa
sehatmu sebelum datang masa sakitmu. Manfaatkan masa hidupmu sebelum datang
kematianmu.” (Hadits Riwayat Bukhari)”.
Jangan pernah menunda
nunda kesempatan yang ada, karena sakit dan kematian datangnya tidak kita
ketahui. Semoga diri kita, keluarga dan anak keturunan kita, terhindar dari
ayat ayat penyesalan yang kami kemukakan di atas ini, dan kita mampu menjadi
orang orang yang sesuai dengan kehendak Allah SWT dan gemar melaksanakan amal
shalih selama hayat masih di kandung badan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar