Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Jumat, 07 Juni 2024

LAWAN DARI KETAUHIDAN (PART 3 of 3)

 

 

D.  ADANYA ANCAMAN BAGI ORANG YANG TIDAK MAU BERTAUHIDKAN KEPADA ALLAH SWT.

 

Allah SWT selaku pencipta dan pemilik dari alam semesta ini telah mempersiapkan 4 (empat) buah ancaman bagi orang-orang yang tidak mau bertauhidkan kepada Allah SWT saat mereka hidup di muka bumi ini. Dan inilah 4 (empat) buah ancaman yang dimaksud, yaitu:

 

1.      Dimasukkan  ke dalam Api Neraka. Inilah hasil akhir dari orang-orang yang tidak mau bertauhidkan kepada Allah SWT. Lalu seperti apakah kondisi dan keadaan neraka yang telah dipersiapkan oleh Allah SWT untuk orang-orang yang  tidak mau beriman kepada Allah SWT? Untuk itu mari kita perhatikan dengan seksama apa yang dikemukakan oleh “Yazid Ar-Raqqsyi” dalam tulisannya yang berjudul “dahsyatnya neraka menurut AlQuran dan Hadits” sebagaimana termaktub di dalam laman “Inilah.com”  berikut ini:

 

Diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra, bahwa "Malaikat Jibril datang kepada Rasulullah pada waktu yang tidak biasa dengan raut muka yang berbeda dari biasanya. Rasulullah bertanya: Wahai Jibril, kenapa Aku melihat raut mukamu berbeda? Jibril menjawab, "Wahai Muhammad, aku datang kepadamu pada saat Allah memerin-tahkan supaya api neraka dinyalakan. Tidak pantas jika orang yang mengetahui bahwa  neraka, siksa kubur dan siksa Allah itu sangat dahsyat, untuk bersenang sebelum dirinya merasa aman dari ancaman itu."

 

Rasulullah menjawab: "Wahai Jibril, lukiskanlah keadaan neraka itu kepadaku." Jibril berkata: "Baik, ...Ketika Allah swt menciptakan neraka, apinya dinyalakan seribu tahun hingga berwarna hitam pekat, nyala dan baranya tidak pernah padam." "Demi Dzat yang mengutus engkau kebenaran sebagai Nabi, seandainya neraka itu berlubang sebesar lubang jarum, niscaya segenap penghuni dunia akan terbakar karena panasnya." "Demi Dzat yang mengutus Engkau dengan kebenaran sebagai Nabi, seandainya ada baju penghuni neraka itu digantung diantara langit dan bumi, niscaya semua penghuni dunia akan mati karena bau busuk dan panasnya." "Demi Dzat yg mengutus Engkau kebenaran sebagai Nabi, seandainya sehasta dari mata rantai sebagaimana yang disebutkan didalam al quran diletakkan di puncak gunung, niscaya bumi sampai kedalamnya akan meleleh." "Demi Dzat yang mengutus Engkau kebenaran sebagai Nabi, seandainya ada seorang berada di ujung barat dunia ini disiksa, niscaya orang yang berada di ujung timur akan terbakar karena panasnya."

 

Neraka itu mempunyai 7 (tujuh) pintu dan masing-masing pintu dibagi-bagi untuk laki-laki dan perempuan. Rasulullah bertanya; "Apakah pintu-pintu itu seperti pintu kami?" Jibril menjawab; "Tidak.Pintu itu selalu terbuka dan pintu yang satu berada dibawah pintu yang lain. Jarak pintu yang satu dengan pintu yang lain sejauh perjalan 70 tahun. Pintu yang dibawahnya lebih panas 70 x lipat dari pintu yang di atasnya."

 

"Musuh-musuh Allah diseret kesana dan jika mereka sampai di pintu itu, malaikat Zabaniyah menyambut mereka dengan membawa rantai dan belenggu. Rantai itu dimasukkan ke dalam mulutnya dan keluar dari duburnya, sedangkan tangan kirinya dibelenggu dengan lehernya, dan tangan kanannya dimasukkan ke dalam dada hingga tembus ke bahu.

 

Setiap orang yang durhaka itu dirantai bersama setan dalam belenggu yang sama, lantas diseret wajahnya tersungkur dan dipukul oleh malaikat dengan palu. Setiap kali mereka hendak keluar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalam neraka."

 

Rasulullah bertanya, "Siapakah penghuni masing-masing pintu itu?" Jibril menjawab, "Pintu yang paling bawah namanya Hawwiyah. Pintu neraka Hawiyyah ini adalah pintu neraka yang paling bawah (dasar), yang merupakan neraka yang paling mengerikan. Pintu neraka ini ditempati oleh orang-orang munafik, orang kafir termasuk juga keluarga Fir'aun, dalam neraka Hawiyyah. “"Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyyah" (surat Al Qariah (101) ayat 9).

 

Pintu kedua namanya Jahim. Yakni pintu neraka tingkatan ke 6. Tingkatan neraka ini di atasnya neraka Hawiyyah. Di dalamnya ditempati oleh orang-orang musyrik yang menyekutukan Allah. Hal ini sebagaimana arti firman Allah ini :"Dan diperlihatkan dengan jelas neraka Jahim kepada orang-orang yang sesat" (surat Asy Syu’araa (26) ayat 91).

 

Pintu ketiga namanya Saqar, tempat arang-orang shabi'in. Merupakan pintu neraka pada tingkatan ke 5. Di dalam pintu itu ditempati oleh orang-orang yang menyembah berhala atau menyembah patung-patung yang dibuat bangsanya sendiri.Tingkatan pintu neraka ini, terletak di atasnya pintu neraka Jahim. Tentang neraka ini, Allah telah berfirman yang artinya :"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)" (surat Al Mudatstsir (74) ayat 42)

 

Pintu keempat namanya Ladza, berisi iblis dan orang-orang yang mengikutinya, serta orang Majusi. Ladza merupakan pintu neraka pada tingkatan nomor 4. Di dalamnya ditempati Iblis laknatullah beserta orang-orang yang mengikutinya dan orang-orang yang terbujuk rayuannya. Kemudian orang-orang Majusi pun ikut serta menempati neraka Ladza ini. Mereka kekal bersama Iblis di dalamnya. Tingkatan pintu neraka Ladza ini diatasnya pintu neraka Saqar. Dalam hal ini Allah telah berfirman : “Sekali-kali tidak dapat, sesungguhnya neraka itu adalah api yang bergejolak". (surat Al-Ma'arij (70) ayat 15). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Iblis dan para pengikutnya akan dimasukkan ke dalam neraka Ladza. Seperti apa yang dikatakan oleh Malaikat Maut (malaikat Izrail) ketika Iblis hendak dicabut nyawanya, maka malaikat maut itu berkata, bahwa Iblis akan diberi minum dari neraka Ladza.

 

Pintu kelima namanya Huthamah, tempat orang-orang Yahudi. Merupakan pintu neraka pada neraka tingkatan ke 3. Di dalamnya ditempati oleh orang-orang Yahudi dan para pengikutnya. Pintu neraka Huthamah ini, tingkatannya di atas pintu neraka Ladza yang dihuni para Iblis. Tentang neraka Huthamah ini, Allah telah berfirman dalam Al-Qur'an : "Dan tahukah kamu, apa Huthamah itu? (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan". (surat Al-Humazah (104) ayat  5-6).

 

Pintu keenam namanya Sa'ir, merupakan pintu neraka pada neraka tingkatan ke 2. Di dalamnya ditempati oleh orang-orang Nashrani dan para pengikutnya. Pintu neraka ini berada di atas tingkatan pintu neraka Huthamah. Mengenai neraka ini, Allah SWT berfirman :"Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)".(surat Al-Insyigaq (84) ayat 12).

 

Selanjutnya Jibril terdiam karena merasa segan kepada Rasulullah Saw. kemudian Rasulullah bertanya, "Kenapa engkau tidak memberitahukan penghuni pintu yang ketujuh?" Jibril menjawab :"Pintu ke tujuh namanya pintu neraka Jahanam. Merupakan pintu neraka yang paling atas (pertama). Di dalamnya berisi umatmu yang melakukan dosa-dosa besar dan tidak tobat sampai mereka meninggal dunia." Rasulullah pingsan mendengar penjelasan Jibril tersebut. Jibril meletakan kepala Rasulullah di pangkuan-nya sampai Beliau sadar kembali. Salman Al-Farisi datang dan berdiri di depan pintu seraya berkata, "Assalaamu'alaikum, yaa ahla baitir rahmah, apakah saya bisa bertemu dengan junjunganku Rasulullah Saw.?" Namun tidak ada yang menjawab, sehingga mereka pun menangis dan terjatuh.

 

Rasulullah bersabda: "Betapa besar cobaan yang menimpaku dan aku merasa sangat sedih. Jadi, ada di antara umatku yang akan masuk neraka?" Jibril menjawab, "benar, yaitu umatmu yang mengerjakan dosa-dosa besar. Kemudian Rasulullah saw. menangis, dan Jibril pun juga ikut menangis. Rasulullah SAW. lantas masuk ke rumahnya dan menyendiri. Beliau hanya keluar rumah jika hendak mengerjakan shalat dan tidak berbicara dengan siapa pun. Dalam shalat beliau menangis dan sangat merendahkan diri kepada Allah Taala.

 

Pada hari yang ketiga, Abu BakarAs Shiddiq ra. datang ke rumah beliau dan mengucapkan, "Assalaamualaikum, yaa ahla baitir rahmah, apakah saya bisa bertemu Rasulullah SAW?" Namun tidak ada seorang pun yang menjawabnya, sehingga Abu Bakar menangis tersedu-sedu. Umar r.a. datang dan berdiri di depan pintu seraya berkata, "Assalaamu' alaikum, yaa ahlal baitir rahmah, apakah saya bisa bertemu dengan Rasulullah Saw.?" Namun tidak ada seorang pun yang menjawabnya, sehingga Umar lantas menangis tersedu-sedu.

 

Kemudian Salman bangkit dan mendatangi rumah Fathimah. Sambil berdiri di depan pintu ia berkata, " Assalaamu' alaikum, wahai putri Rasulullah Saw" sementara Ali r .a. sedang tidak ada di rumah. Salman lantas berkata, "Wahai putri Rasulullah SAW., dalam beberapa hari ini Rasulullah Saw. suka menyendiri. Beliau tidak keluar rumah kecuali untuk shalat dan tidak pemah berkata-kata serta tidak mengizinkan seseorang untuk masuk ke rumah beliau."

Fathimah lantas pergi ke rumah beliau (Rasulullah). Di depan pintu rumah Rasulullah Saw. Fathimah mengucapkan salam dan berkata, "Wahai Rasulullah, saya adalah Fathimah." Waktu itu Rasulullah Saw. sedang sujud sambil menangis, lantas mengang-kat kepala dan bertanya, "Ada apa wahai Fathimah, Aku sedang menyendiri. Bukakan pintu untuknya." Maka dibukakanlah pintu untuk Fathimah.

 

Fathimah menangis sejadi-jadinya, karena melihat keadaan Rasulullah yang pucat pasi, tubuhnya tampak sangat lemah, mukanya sembab karena banyak menangis. Fathimah bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang sedang menimpa dirimu wahai ayahku?" Beliau bersabda, "Wahai Fathimah, Jibril datang kepadaku dan melukiskan keadaan neraka. Dia memberitahu kepadaku bahwa pada pintu yang teratas diperuntukkan bagi umatku yang mengerjakan dosa besar. Itulah yang menyebabkan aku menangis dan sangat sedih."

 

Fatimah bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana mereka masuk ke neraka itu?" Beliau bersabda, "Mereka digiring ke neraka oleh malaikat. Wajah mereka tidak hitam, mata mereka tidak biru, mulut mereka tidak disumbat, dan mereka tidak dibelenggu ataupun dirantai."

 

Fatimah bertanya," Wahai Rasulullah, bagaimana sewaktu mereka digiring ke neraka oleh malaikat?" Beliau bersabda, "Laki-laki ditarik jenggotnya, sedangkan perempuan dengan ditarik rambut ubun-ubunnya. Banyak diantara umatku yang masih muda, ketika ditarik jenggotnya untuk digiring ke neraka berkata, "Betapa sayang kemudaan dan ketampananku.

 

"Banyak di antara umatku yang perempuan ketika ditarik ke neraka berkata, "Sungguh aku sangat malu." Ketika malaikat yang menarik umatku itu sampai ke neraka dan bertemu dengan Malik, Malik bertanya kepada malaikat yang menarik umatku itu, "Siapakah mereka itu? Aku tidak pernah melihat orang-orang yang tersiksa seperti mereka. Wajah mereka tidak hitam, mata mereka tidak biru, mulut mereka tidak disumbat, mereka tidak dibarengkan dengan golongan setan, dan mereka tidak dibelenggu atau diikat lehernya?"

 

Malaikat itu menjawab, "Kami diperintahkan untuk membawa mereka kepadamu dalam keadaan seperti itu." Malik berkata kepada mereka, "Wahai orang-orang yang celaka, siapakah sebenarnya kalian ini?" (Dalam hadits yang lain disebutkan, bahwa ketika mereka ditarik oleh malaikat, mereka selalu menyebut-nyebut nama Muhammad. Ketika mereka melihat Malik, mereka lupa untuk menyebut nama Muhammad Saw. karena seramnya Malaikat Malik). Mereka menjawab, "Kami adalah umat yang diturunkan AlQuran kepada kami dan termasuk orang yang mengerjakan puasa pada bulan Ramadhan." Malik berkata, "AlQuran hanya diturunkan untuk umat Muhammad SAW.” Ketika mendengar nama Muhammad, mereka berteriak seraya berkata, 'Kami termasuk umat Muhammad SAW" . Malik berkata kepada mereka, "Bukankah di dalam AlQuran ada larangan untuk mengerjakan maksiat-maksiat kepada Allah Ta'ala?" Ketika mereka berada di tepi neraka dan diserahkan kepada Malaikat Zabaniyah, mereka berkata "Wahal Malik, izinkanlah kami untuk menangisi nasib kami."

 

Malik mengizinkannya, dan mereka lantas menangis dengan mengeluarkan darah. Malik lantas berkata, "Alangkah baiknya, seandainya tangis ini kamu lakukan sewaktu berada di dunia. Seandainya sewaktu di dunia kamu menangis seperti ini karena takut kepada siksaan Allah, niscaya sekarang ini kamu tidak akan masuk neraka." Malik lalu berkata kepada Zabaniyah, "Lemparkan, lemparkan mereka ke dalam neraka." Ketika mereka dilempar ke dalam neraka, mereka berseru secara serempak mengucapkan kalimat: Laa ilaaha illallah...., sehingga api neraka langsung menjadi padam.

 

Kemudian Malik berkata, "Wahai api, sambarlah mereka!" Api itu menjawab, "Bagaimana aku menyambar mereka sementara mereka mengucapkan kalimat: Laa ilaaha illallaah. Malik berkata lagi kepada api neraka, "Sambarlah mereka". Api itu menjawab, "Bagaimana aku menyambar mereka, sementara mereka mengucapkan kalimat: Laa ilaaha illallah." Malik berkata, "Benar, namun begitulah perintah Allah Arasy". Kemudian api itu pun menyambar mereka. Di antara mereka ada yang disambar sampai dua telapak kakinya, ada yang disambar sampai dua lututnya, dan ada yang disambar sampai lehemya.

 

Ketika api itu akan menyambar muka, Malik berkata, "Jangan membakar muka mereka, karena dalam waktu yang cukup lama mereka bersujud Kepada Dzat Yang Maha Kuasa. Dalam AlQuran, Allah telah mensifati neraka Jahannam sebagai berikut :"Sungguh (neraka) itu menyemburkan bunga api (sebesar dan setinggi) istana".(surat Al Mursalat (77) ayat 32) sedangkan menurut surat Al Hijr (15) ayat 43 sebagaimana berikut ini: "Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut setan) semuanya”.  Dan jika seperti ini kondisi dasar dari neraka sebagai kampung kebinasaan dan kesengsaraan, lalu apa yang kita pikirkan dengan kondisi ini, sanggupkah kita hidup di sana!. Dan jika sekarang jika ada sebuah pernyataan yang berbunyi “lebih berat mana menahan dan mengalahkan hawa nafsu dibandingkan menahan panasnya api neraka”, mana yang kita pilih sekarang? Pilihan yang paling baik dan benar mampu menahan dan mengendalikan hawa nafsu karena jika kita memperturutkan hawa nafsu hasil akhirnya adalah neraka. Dan neraka yang akan kita tempati kondisinya seperti yang telah kami kemukakan di atas.

 

Sekarang coba bayangkan dan renungkan seperti itulah keadaan dari kampung atau tempat kembali yang dijanjikan oleh Allah SWT kepada makhluknya yang tidak mematuhi segala larangan dan perintah-Nya dan yang juga tidak mau beriman kepadaNya. Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi, beranikah anda memilih kampung kebinasaan dan kesengsaraan sebagai tempat kembali kelak setelah hari kiamat? Jika anda berani memilih neraka berarti anda telah menjadi pengikut dan antek serta kawan bagi syaitan dan iblis di dalam mengarungi hidup di neraka.

 

Selama ini kita hanya mengetahui bahwa warna api adalah merah kemudian dengan merahnya api saja kita sudah tidak sanggup mendekatinya ataupun melawannya. Jika sekarang warna api neraka adalah hitam dan gelap tentunya lebih hebat dan lebih dahsyat dari api yang berwarna merah. Jika api yang hitam dan gelap itu adalah tempat kembali kita, coba bayangkan sakit dan perih yang dirasakan oleh tubuh kita pada waktu terbakar. Sebagaimana hadits berikut ini: Rasulullah bersabda: “Api neraka dinyalakan selama seribu tahun sehingga api itu menjadi merah. Api neraka itu lantas dinyalakan lagi selama seribu tahun sehingga api itu menjadi putih. Setelah itu api neraka dinyalakan kembali selama seribu tahun sehingga api neraka itu menjadi hitam dan gelap”. (Hadits Riwayat Ath Thirmidzi)”.  Beranikah anda merasakan panasnya api tersebut di akhirat kelak?

 

2.     Putus Hubungan Dengan Allah SWT. Hal yang kedua yang akan kita peroleh jika kita tidak mau bertauhidan kepada Allah SWT sehingga kita tidak mau beriman kepada Allah SWT adalah terputusnya hubungan antara diri kita selaku abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi dengan Allah SWT selaku pencipta dan pemilik langit dan bumi. Ingat, suatu hubungan yang bersifat dua arah, tidak akan dapat berjalan jika hanya Allah SWT saja yang telah menyatakan bahwa Allah SWT adalah Tuhan bagi semesta alam. Sedangkan diri kita tidak mau mengakui, tidak mau menerima, tidak mau mengimani, tidak mau meyakini akan keberadaan Allah SWT. Dan yang pasti adalah yang membutuhkan Allah SWT adalah diri kita, bukan sebaliknya Allah SWT yang membutuhkan diri kita.

 

Sekarang mari kita perhatikan, hadits yang kami kemukakan berikut ini: “Ibnu Abbas ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Tidaklah Aku akan memper-hatikan hak hamba-Ku sebelum ia memperhatikan hak-Ku terhadap dia. (Hadits Qudsi Riwayat Aththabarani, 272:125) Berdasarkan hadits ini, Allah SWT sudah sangat jelas memberikan penjelasan kepada diri kita bahwa Allah SWT tidak akan pernah memberikan hak-hak diri kita sepanjang diri kita tidak mau memenuhi hak-hak Allah SWT terlebih dahulu. Adanya kondisi ini berarti baik dan buruknya hubungan antara diri kita dengan Allah SWT sangat tergantung kepada diri kita sendiri, yaitu :

 

a.  Semakin baik kita memenuhi hak-hak Allah SWT maka semakin baik pula Allah SWT memberikan hak-hak diri kita;

b.    Semakin baik kita beriman kepada Allah SWT, maka semakin baik pula Allah SWT memberikan hak-hak diri kita;

c.   Semakin baik kita sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah SWT, maka se-makin baik pula Allah SWT memenuhi janjinya kepada diri kita.

 

Sekarang bagaimana jika kita tidak mau memenuhi hak-hak Allah SWT, atau jika kita tidak mau bertauhidkan kepada Allah SWT lalu tidak mau beriman kepada-Nya atau jika kita tidak mau sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah SWT? Dalam hal ini, yang pasti Allah SWT tidak akan pernah rugi dengan segala apa yang kita perbuat, dan yang pasti apa yang kita perbuat akan menjauhkan diri kita dengan Allah SWT dan akan memutuskan hubungan kita dengan Allah SWT.  Dan jika ini terjadi kita dipersilahkan oleh Allah SWT melawan ahwa (hawa nafsu) dan juga syaitan seorang diri saat menjadi abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi.

 

Untuk mempertegas, terputusnya hubungan diri kita dengan Allah SWT, mari kita perhatikan dengan seksama apa yang terjadi jika radio yang kita miliki putus hubungan dengan stasiun pemancar karena antena rusak? Terputusnya hubungan radio yang kita miliki dengan stasiun pemancar bisa disembabkan oleh: (1) rusaknya antena, dan juga; (2) gelombang radio yang kita miliki tidak berkesesuaian dengan gelombang yang dipancarkan oleh stasiun pemancar. Adanya kondisi ini berarti antena sangat memegang peranan penting di radio dan juga kesesuaian gelombang radio sangat menentukan kualitas siaran radio yang kita terima. Sekarang akan sia-sia belaka jika kita memiliki radio yang mahal harganya jika kita tidak bisa menerima siaran akibat dari antenanya tidak berfungsi dan gelombangnya tidak sesuai. Jika ini yang terjadi pada radio, sekarang bagaimana jadinya jika diri kita putus hubungan dengan Allah SWT padahal diri kita sudah diberikan hari nurani oleh Allah SWT?

 

Seperti kita ketahui bersama, fungsi dari hati nurani diri kita tidak berbeda jauh dengan fungsi antena pada radio. Hati nurani  adalah alat atau media, atau sarana untuk menjang-kau Allah SWT, atau sarana untuk berkomunikasi dengan Allah SWT sebagaimana dikemukakan dalam hadits berikut ini: Wahab bin Munabbih berkata: Allah ta'ala berfirman: Sesunguhnya langit-langit dan bumi tidak berdaya menjangkau-Ku, Aku telah dijangkau oleh hati seorang mukmin. (Hadits Qudsi Riwayat Ahmad dari Wahab bin Munabbih, 272:32).”  Sedangkan kesesuaian gelombang atau kesesuaian antara diri kita dengan Allah SWT sangat tergantung dengan kualitas hati nurani, sebagaimana dikemukakan dalam hadits berikut ini: “Nabi SAW bersabda: Sesungguhnya bila seorang hamba melakukan dosa satu kali, maka di dalam hatinya timbul satu titik noda hitam. Apabila ia berhenti dari perbuatan dosanya dan memohon ampun serta bertaubat, maka bersihlah hatinya. Jika ia kembali berbuat dosa, maka bertambahlah hitamnya titik nodanya itu sampai memenuhi hatinya. (Hadits Riwayat Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Nasa'i; Ibnu Hibban dan Hakim).”

 

Terputusnya hubungan antara diri kita dengan Allah SWT berarti kita telah menjadikan hati nurani tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, atau kita telah merusak fungsi hati nurani atau kita telah menjadikan hati nurani tidak bisa memberikan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan ruh (jiwa) diri kita, seperti ketenangan jiwa, pemahaman terhadap sesuatu, perasaan nyaman dan lain sebagainya karena tertutupnya hati nurani akibat dari perilaku kita yang berseberangan dengan kehendak Allah SWT, sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka. (surat Al Muthaffiffin (83) ayat 14).

 

Timbul pertanyaan, kenapa sampai hubungan dengan Allah SWT menjadi terputus yang mengakibatkan hati nurani yang ada di dalam diri manusia mengalami kerusakan atau mengalami gangguan? Rusaknya atau terganggunya hubungan diri kita dengan Allah SWT bukan karena Allah SWT namun karena ulah diri kita sendiri yang tidak mampu melaksanakan dengan baik dan benar hal-hal yang kami kemukakan di bawah ini, yaitu:

 

a.       Tidak mau melaksanakan Diinul Islam secara kaffah.

b.     Tidak  mau  menempatkan  dan meletakkan Allah SWT sesuai dengan kebesa-ran dan kemahaan yang dimiliki-Nya,karena kita telah mengganti kedudukan Allah SWT  dengan Tuhan-Tuhan baru selain Allah SWT.

c.  Akibat perbuatan dosa, atau sengaja berbuat dosa dengan harapan dosanya nanti diampuni  Allah SWT.

d.    Memiliki ilmu tetapi tidak mau mengamalkan, beramal tetapi tidak Ikhlas, atau beramal karena Riya.

e.  Memakan rezeki Allah SWT tetapi tidak pernah mau bersyukur serta tidak Ridha dengan pemberian Allah SWT.

f.    Sering mengubur orang mati, namun tidak mau mengambil pelajaran dari ke-matian tersebut, dan lain sebagainya.

 

Akibat dari rusaknya hubungan diri kita dengan Allah SWT akan mengakibatkan diri kita berada di luar  kehendak Allah SWT yang berarti diri berada di dalam kehendak syaitan sanglaknatullah serta kita akan mengalami hal-hal sebagai berikut:

 

a.    Hilangnya  fasilitas  dan  janji-janji  Allah SWT yang telah dipersiapkan oleh Allah SWT untuk manusia.

b.   Ketenangan dan ketentraman bathin menjadi sesuatu yang mahal dan sulit di-peroleh.

c.   Cinta Allah SWT kepada akal yang diletakkan di dalam hati nurani bertepuk sebelah tangan akibat putusnya hubungan cinta serta aura dalam diri tidak terpancar keluar.

d.  Pemahaman akan Agama sulit masuk ke dalam diri manusia serta petunjuk Allah SWT tidak akan pernah didapatkan akibat rusaknya hati nurani.

e.   Penyakit  di dalam  rongga dada, seperti takut, resah, gelisah, menjadi sangat sulit untuk disembuhkan.      

 

Agar diri kita dapat menjaga dan memelihara hubungan antara diri kita dengan Allah SWT atau  dalam rangka menjaga kebersihan dan kesehatan hati nurani yang kita miliki, maka:

 

a.  Perbanyaklah Istighfar, meminta ampun, dimanapun, kapanpun yang dilan-jutkan dengan memperbanyak dzikir (mengingat Allah SWT) dimanapun, kapanpun.

b. Perbanyak pergaulan dengan orang-orang shalih dengan sering menghadiri majelis dan mendengarkan nasehat mereka serta pelajari AlQuran dan amalkan.

c.       Perbanyak Qiyamul Lail, melalui shalat Tahajud.

d.       Sedikit makan, perbanyak puasa sunat.

e.       Bermunajat kepada Allah SWT pada waktu malam hari.

f.        Perbanyak shadaqah dan juga karya-karya nyata yang bermanfaat bagi sesama umat manusia, tanpa memandang suku, agama dan ras.

 

Sekarang bertanyalah kepada diri sendiri, butuhkah kita dengan Allah SWT saat melaksanakan tugas sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga adalah khalifah-Nya di muka bumi? Jika kita merasa butuh dengan Allah SWT maka jangan pernah sekejap pun kita putus hubungan dengan Allah SWT hal ini dikarenakan ahwa (hawa nafsu) dan juga syaitan sudah sangat siap untuk menggantikan kedudukan Allah SWT saat diri kita memutuskan hubungan dengan Allah SWT. Dan semoga hal ini tidak pernah terjadi pada diri kita.

 

3.   Hidupnya dipengaruhi oleh Ahwa (Hawa Nafsu) dan syaitan. Hal yang ketiga yang akan kita peroleh dan rasakan jika diri kita tidak bertauhidkan kepada Allah SWT sehingga tidak mau beriman kepada Allah SWT adalah hidup yang dijalaninya selalu dipengaruhi oleh ahwa (hawa nafsu) dan juga syaitan sehingga segala tindak tanduknya selalu bertolak belakang dengan apa apa yang dikehendaki Allah SWT. Dalam hal ini adalah memperturutkan sifat sifat alamiah jasmani yang berasal dari alam (tanah) yang mencerminkan nilai-nilai keburukan seperti:

 

a.   Memperturutkan  sifat  lemah (melemahkan) yang pada akhirnya kita hanya diam atau pasif dalam berbuat;

b.    Memperturutkan sifat pelit dan kikir yang akan melahirkan sifat memelitkan yang hanya mementingkan diri sendiri;

c.   Memperturutkan sifat  tamak akan harta yang akan melahirkan segalanya hanya untuk dia saja;

d.   Suka berburuk sangka kepada orang yang melahirkan kebencian dan ketidak-sukaan kepada orang lain dan lain sebagainya yang pada akhirnya melahirkan sikap intoleransi.

 

Selanjutnya jika sampai sifat bakhil (pelit) sudah menjadi sifat diri kita, maka di dalam diri kita akan timbul sikap dan perilaku mementingkan diri sendiri, atau mementingkan kelompok lebih dominan daripada mementingkan kepentingan umum, atau sukar untuk berbagi dengan sesama, atau semuanya untuk kita yang lain biarkan saja, sulitnya keteraturan diwujudkan dalam masyarakat, hal ini ditunjukkan dengan rendahnya tingkat kedisiplinan di tengah masyarakat, sifat konsumerisme tumbuh kembang di dalam masyarakat, alam semakin hancur, bencana di mana-mana, pemutarbalikkan fakta menjadi kebiasaan umum, sulitnya kebenaran diterima oleh masyarakat, mudahnya kemungkaran diterima masyarakat serta hukum sulit ditegakkan. Padahal sifat asli dari ruh bukanlah seperti itu, melainkan suka berbagi sebagai cerminan dari sifat dermawan.

 

Dan jika sampai kita membangkang ketentuan, hukum, perintah dan larangan dari Allah SWT yang ditunjukkan dengan kita tidak mau bertauhidkan kepada Allah SWT sehingga kita tidak beriman kepada Allah SWT berarti :

 

a.    Kita telah menyerahkan penguasaan ruh diri kita kepada jasmani sehingga jiwa kita masuk dalam kategori jiwa fujur. Adanya kondisi ini berarti sifat asli dari ruh berupa Nilai-Nilai Kebaikan yang berasal dari Nilai-Nilai Ilahiah telah digantikan atau telah kita tukar dengan Nilai-Nilai Keburukan yang dibawa oleh jasmani sehingga kita berada di dalam kehendak syaitan.

b.     Kehendak Allah SWT sudah jauh dari diri kita, atau diri kita sudah tidak se-suai lagi dengan Kehendak Allah SWT.

c.   Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak di sembah sudah tidak berlaku lagi sebab sudah digantikan dengan ahwa (bertuhankan kepada hawa nafsu) sehingga kehidupan dunia sudah lebih dipentingkan daripada kehidupan akhirat (dunia segala-galanya, akhirat ala kadarnya).

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga adalah khalifah-Nya di muka bumi, jangan sampai diri kita tidak bertauhidkan kepada Allah SWT karena dampak dari itu semua tidak hanya dirasakan oleh diri sendiri, namun juga berdampak negatif kepada anak keturunan kita sendiri, kepada masyarakat luas dan juga kepada kualitas dari bumi yang saat ini kita tempati dan berarti tiket masuk ke neraka Jahannam sudah kita miliki.

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi ketahuilah fitrah diri kita adalah makhluk yang terhormat dan jika sampai diri kita memperturutkan ahwa (hawa nafsu) demi mengejar keinginan tertentu melalui cara-cara yang tidak terhormat, seperti membuat syariat-syariat baru atau membuat ketentuan untuk kepentingan sesaat, berarti diri kita memang sudah tidak layak lagi menyandang status terhormat.

 

Dan jika ini sudah terjadi atau kita sudah melakukannya berarti kita tidak akan pernah sampai ke tempat yang terhormat dengan cara yang terhormat, untuk bertemu dengan yang Maha Terhormat dalam suasana yang saling hormat menghor-mati, karena kita pulang kampungnya ke neraka jahannam. Dan agar diri kita tidak salah jalan, ada baiknya kita mempelajari apa yang dikemukakan oleh “Muhammad Mahdi al Ashifi” dalam bukunya “Mencerdaskan Hawa Nafsu” yang mengemukakan tentang pengaruh buruk (destruktif) ahwa (hawa nafsu ) bagi umat manusia, sebagai-mana berikut ini:

 

a.    Ahwa (hawa nafsu) menutup pintu-pintu hati dari petunjuk Allah SWT sebagai-mana termaktub dalam surat Al Jatsiyah (45) ayat 23 berikut ini: “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuanNya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat)? Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”.Demikianlah, mengikuti hawa nafsu akan menyebabkan tertutupnya jendela jendela hati untuk menerima kehadiran Allah, RasulNya, tanda tanda kebesaranNya, hujjah hujjahNya dan bayyinah bayyinahNya. Untuk itu berhati hatilah dengan hawa nafsu karena hawa nafsu adalah sekutu kebutaan. Jauhilah hawa nafsu karena akan mangajak diri kita kepada kebutaan, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

 

b.    Ahwa (hawa nafsu) dapat menyesatkan manusia dan menghalangi manusia dari jalan Allah SWT, sebagaimana termaktub dalam surat Maryam (19) ayat 59 berikut ini: “Kemudian datanglah setelah mereka, pengganti pengganti yang mengabaikan shalat dan mengikui keinginannya (memperturutkan hawa nafsunya) maka kelak mereka akan tersesat.” Dan juga berdasarkan surat Shad (38) ayat 26 berikut ini: Janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sungguh, orang orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.”

 

Selain dua buah ketentuan di atas, masih ada beberapa makna dari ahwa (hawa nafsu) sehingga ahwa (hawa nafsu) juga dapat diartikan: (1) sebagai penyakit; (2) sebagai awal nestapa manusia; (3) sebagai kendaraan fitnah; (4) sebagai kehancuran dan kebinasaan; (5) sebagai pangkal kemusnahan; (6) sebagai musuh manusia; dan (7) hawa nafsu juga akan mendisfungsikan akal.  Beginilah jadinya bila ahwa (hawa nafsu) telah berkuasa dengan sewenang wenang. Ia akan menjadi kendaraan yang melumpuhkan segala daya dan kekuatan kemanusian manusia dan menggagalkan diri kita pulang kampung ke syurga.

 

Lalu berlakulah ketentuan hadits yang kami kemukakan berikut ini: Jabir ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Aku membalas hamba yang aku benci dengan hamba yang Aku benci pula kemudian Aku masukkan keduanya ke dalam Neraka. (Hadits Qudsi Riwayat Aththabarani; 272:75).” Lalu sudahkah kita memahaminya!

 

Selain daripada itu semua, ada hal lainnya yang harus kita perhatikan yaitu ketentuan yang termaktub dalam firman-Nya berikut ini: “Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan yang Maha Pemurah (AlQuran), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) Maka syaitan Itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. (surat Az Zukhruf (43) ayat 36). Dimana untuk menjadi budak syaitan, atau menjadi manusia yang mudah diperngaruhi oleh syaitan melalui ahwa (hawa nafsu), atau untuk menjadi sahabat syaitan, atau untuk menjadi tetangga yang baik bagi syaitan di Neraka Jahannam kelak, caranya cukup mudah dilaksanakan, dan juga sangat murah, yaitu cukup dengan  berpaling secara konsisten dari waktu ke waktu dari pengajaran Allah SWT melalui Diinul Islam, atau jangan pernah akui AlQuran sebagai buku manual yang diturunkan oleh Allah SWT untuk kepentingan penghambaan dan kekhalifahan di muka bumi, atau jadikan ahwa (hawa nafsu) sebagai Tuhan pengganti Allah SWT saat kita hidup di dunia ini. Akan tetapi jika kita ingin pulang kampung ke Syurga untuk bertemu dengan Yang Maha Terhormat, ditempat yang terhormat, dalam suasana yang saling hormat menghormati, lakukanlah dan laksanakanlah Diinul Islam secara kaffah dengan melaksananakan Rukun Iman, Rukun Islam dan Ikhsan dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan sehingga diri kita akan selalu sesuai dengan Kehendak Allah SWT.

 

4.     Kena Azab Dunia, Azab Kubur dan Azab Akhirat. Hal yang ke empat yang akan kita peroleh dan rasakan jika kita tidak bertauhidkan kepada Allah SWT sehingga tidak mau beriman kepada-Nya saat menumpang di langit dan di bumi yang dimiliki oleh Allah SWT adalah akan kena azab baik di dalam kehidupan dunia, di alam kubur dan akhirat. Yang mana azab ini bermakna siksa Allah SWT yang ditimpakan kepada siapa saja yang Allah kehendaki, sebagaimana dikemukakanNya dalam surat Al Baqarah (2) ayat 284 berikut ini: Milik Allah lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Jika kamu nyatakan apa yang ada dalam hatimu atau kamu sembunyikan niscaya Allah memperhitungkannya (tentang perbuatan itu) bagimu. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan mengazab siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”

 

Adapun azab (siksa) yang akan ditempakan oleh Allah SWT jika ditinjau dari sisi atau tempatnya, dapat dibedakan menjadi 3(tiga) bagian, yaitu (a) azab (siksa) di dunia; (b) azab (siksa) di alam kubur dan; (c) azab (siksa) di akhirat. Azab di dunia memiliki beberapa varian (jenis) bisa berupa kehinaan, wabah penyakit, kemiskinan, gempa yang kuat, angin topan, banjir, petir, kebakaran yang besar, tidak merasakan adanya ketenangan dalam hidup dan lain sebagainya.

 

Sedangkan dari sisi besaran azab akhirat jauh lebih hebat dan lebih dahsyat dibandingkan dengan azab dunia, sebagaimana dikemukakan dalam firmanNya berikut ini: “Seperti itulah azab (di dunia). Dan sungguh azab akhirat lebih besar sekiranya mereka mengetahui. (surat Al Qalam (68) ayat 33). Selain daripada itu, azab (siksa) bisa juga ditinjau dari sisi sifatnya, yang terdiri dari: (a) azaban muhina yang artinya azab yang sangat menghinakan; (b) azaban aliima yang artinya azab (siksa) yang sangat pedih); (c) azaban syadida yang artinya azab (siksa) yang sangat keras); (d) azabun muqim yang artinya azab (siksa) yang kekal) dan; (e) azabun ‘azhim yang artinya azab (siksa) yang sangat dahsyat.

 

Sebagai orang yang sedang menumpang, atau yang sedang menjadi tamu di muka bumi ini, jangan sampai kita berbuat, bertindak yang mengundang turunnya azab dan kemur-kaan Allah SWT, sebagaimana dikemukakan dalam hadits yang kami kemukakan berikut ini: “Dalam sebuah riwayat Ibnu Majah dan al-Hakim dengan sanad sahih, Rasulullah SAW pernah memberikan nasihat yang sangat penting dan berharga kepada kita tentang masalah azab ini. Di hadapan kaum Muhajirin dan Anshar, beliau SAW menyebut lima hal yang dapat mengundang turunnya azab dan kemurkaan Allah SWT, sebagai berikut: 

 

Pertama, dosa zina yang dilakukan secara terang-terangan di suatu kaum. Perbuatan maksiat ini akan menyebabkan turunnya tha'un (wabah) dan penyakitpenyakit yang tidak pernah ada pada generasi sebelumnya.

 

Kedua, perilaku curang, seperti mengurangi takaran dan timbangan. Termasuk kezaliman penguasa, seperti pembunuhan, kerusakan, khianat, korupsi, dan lain-lain. Maka, ragam kejahatan ini akan menyebabkan kebangkrutan, paceklik, banyaknya tekanan, dan kesulitan hidup.

 

Ketiga, enggan membayar zakat dan suka menahannya. Akibatnya, hujan dari langit pun akan ditahan. Sekiranya bukan karena hewan-hewan, niscaya manusia tidak akan diberi hujan.

 

Keempat, melanggar perjanjian dengan Allah dan Rasul-Nya. Karena perbuatan ini, Allah akan menjadikan pihak musuh dari kalangan orang kafir dan munafik berkuasa ke atas mereka. Lalu, pihak musuh tersebut mengambil sebagian apa yang mereka miliki.

 

Kelima, menyelisihi syariat Islam. Artinya, selama para pemimpin yang diberikan amanah kekuasaan itu tidak menjadikan agama sebagai dasar hukum dalam menjalankan kepemimpinannya, Allah akan menjadikan permusuhan di antara mereka.” 

 

Tentu, masih banyak perilaku perilaku manusia yang secara langsung mengundang azab Allah di dunia ini. Tak terkecuali, juga untuk para penguasa yang tidak adil atau dzalim. Disadari atau tidak oleh manusia ketahuilah ancaman akan siksa dunia sebetulnya sedang mengintai umat manusia setiap saat.

 

Kisah tentang kaum ‘Ad, Iram, Tsamud, Fir’aun dan seumpamanya yang diabadikan dalam Alquran, sejatinya harus bisa menjadi pelajaran dan peringatan bagi diri kita saat ini. Dan bagi orang mukmin atau siapa saja yang mampu membuka mata, telinga dan hatinya. Hendaknya turunnya azab dunia hendaklah dijadikan sebagai nasihat berharga, yang mampu menambah keyakinan kepada Allah SWT, memperbanyak ibadah atau amal sholeh. Atau menjadi energi yang mendorong seseorang untuk bertaubat, kembali kepada pangkuan ridha Allah SWT. Selain itu, jadikan adanya azab dunia diharapkan menjadi benteng yang dapat menjaga seseorang dari sikap putus asa dari rahmat Allah. Terutama bagi orang-orang mukmin, pada saat dirinya diperlakukan tidak adil oleh orang-orang yang zalim, maka mereka tetap optimistis dan yakin bahwa Allah SWT akan memuliakannya.

 

Besarnya nikmat kekuatan dan kekuasaan yang mereka peroleh, semestinya digunakan untuk mengingat kebesaran Allah, mengabdi dan beribadah kepada-Nya. Sekaligus mensucikan dan mengagungkan-Nya. Menegakkan keadilan, membela kebenaran dan membangun suasana yang damai dan menentramkan di kalangan umat manusia. Termasuk, sungguh-sungguh mencegah segala bentuk kemungkaran. Begitulah ideal-nya. Tapi, justru sebaliknya, mereka berbuat sewenang-wenang, angkuh, jahat, berbuat makar dan varian kezaliman lainnya. Sehingga Allah SWT membalas perbuatan buruk mereka dengan azab dunia yang menghinakan dan bahkan membinasakan. Oleh sebab itu, azab yang terjadi dunia ini, yang dapat dirasakan atau bahkan bisa disaksikan langsung oleh mata kepala, ataupun azab yang ditunjukkan lewat kisah-kisah yang diwahyukan Allah, seyogyanya menjadi pelajaran dan peringatan yang menghadirkan manfaat dan hikmah.

 

Dan jika sampai banyak orang yang berbuat maksiat yang membuat Allah tidak suka, atau menjadikan Allah SWT benci kepada pelakunya maka ketentuan hadits berikut ini menjadi berlaku di muka bumi ini. Jabir ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Aku membalas hamba yang Aku benci dengan hamba yang Aku benci pula kemudian Aku masukkan keduanya ke dalam neraka. (Hadits Qudsi Riwayat Ath Thabrani; 272:75). Jangan sampai hal ini terjadi di dalam kehidupan diri kita. Dan agar diri kita bukan menjadi penyebab dari datangnya azab dalam kehidupan ini, ada baiknya kita mengetahui bentuk bentuk perilaku yang menyebabkan turunnya azab Allah di dunia adalah sebagai berikut:

 

Pertama, kekufuran manusia. Kekufuran ini merupakan penyebab utama yang mengundang turunnya azab Allah di dunia, sebagaiman dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: “Maka adapun orang orang kafir, maka akan Aku azab mereka dengan azab yang sangat keras (azaban syadida) di dunia dan di akhirat, sedang mereka tidak memperoleh penolong. (surat Ali Imran (3) ayat 56).

 

Kedua, orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah di masjid-masjid-Nya dan berusaha untuk merobohkannya. Termasuk dalam perbuatan ini adalah mencegah orang lain berbuat kebajikan, menjegal orang berkunjung ke masjid, mempersulit dan bahkan menindasnya. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 114 berikut ini: “Dan siapakah yang lebih dzalim daripada orang yang melarang dalam masjid masjid Allah untuk menyebut namaNya, dan berusaha merobohkannya? Mereka itu tidak pantas memasukinya kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka mendapatkan kehinaan di dunia dan di akhirat mendapat azab yang berat (azabun ‘azhim).”

 

Ketiga, menyakiti Allah SWT dan Rasul-Nya. Maknanya, mendustakan dan berpaling dari agama Allah dan Rasul-Nya. Termasuk, melakukan penghinaan atau penistaan terhadap nilai-nilai dan syiar-syiar agama-Nya, sebagaimana dikemukakan dalam firmanNya berikut ini: “Sesungguhnya (terhadap) orang orang yang menyakiti Allah dan RasulNya, Allah akan melaknatnya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan azab yang menghinakan (azaban muhina) bagi mereka. (surat Al Ahzab (33) ayat 57).”

 

Keempat, memerangi Allah dan RasulNya, sekaligus melakukan kerusakan di muka bumi, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al-Maidah (5) ayat 33 berikut ini: “Hukuman bagi orang orang yang memerangi Allah dan RasulNya dan membuat kerusakan di bumi, hanyalah dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka secara silang, atau diasingkan dari tempat kediamannya. Yang demikian itu kehinaan bagi mereka di dunia, dan di akherat mereka mendapat azab yang besar (azabun ‘azhim).

 

Kelima, adanya sifat bakhil atau kikir. Siapa pun yang memperoleh anugerah harta, tetapi mereka bersikap kikir dan tidak peduli dengan kesulitan dan penderitaan orang-orang lemah (kaum dhu’afa) yang ada di sekitarnya, maka sifat bakhil dan kikir ini dapat menyebabkan pelakunya ditimpa siksa di dunia. Sebagaimana terjadi pada pemilik-pemilik kebun yang dikisahkan dalam Alquran surat Al Qalam (68) ayat 17 dan ayat 33 berikut ini: “Sungguh Kami telah menguji mereka (orang musyrik mekkah) sebagaimana Kami telah menguji pemilik pemilik kebun ketika mereka bersumpah pasti akan memetik hasilnya pada pagi hari. “Seperti itulah azab (di dunia). Dan sungguh azab akhirat lebih besar sekiranya mereka mengetahui.”

 

Sekarang  apa yang akan Allah SWT berikan kepada diri kita jika kita patuh dan taat kepada Allah SWT, lalu apakah sama atau berbeda dengan yang diberikan kepada orang yang tidak mau beriman  kepada Allah SWT? Allah SWT akan memberikan penghargaan kepada setiap orang yang taat dan patuh kepada-Nya dengan hal-hal sebagai berikut yaitu: (a) dilapangkan dan dimurahkan rezeki oleh Allah SWT serta dipanjangkan umur; (b) diberikan maunah dan pertolongan yang tidak di duga-duga dari Allah SWT;  (c) karunia, hidayah dan firasat yang baik melalui hati nurani; dibukanya pintu ilham atau ide-ide brilian; (d) diberikannya pemahaman dan kemantapan hati di dalam mempelajari Diinul Islam; (e) diberikannya ketenangan bathin; (f) dimudahkannya sakratul maut serta wafat dalam keadaan husnul khatimah; serta (g) dianugerahkan keluarga sakinah serta anak keturuan yang shaleh dan shalehah.

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga adalah khalifah-Nya yang sedang menjalankan tugas di muka bumi beranikah kita menyatakan bahwa hadiah dan penghargaan dari Allah SWT kepada orang yang tidak bertauhidkan kepada Allah SWT  lebih baik, lebih enak dan lebih bermutu dibandingkan dengan hadiah dan penghargaan yang diberikan Allah SWT kepada orang yang taat dan patuh? Jawaban dari pertanyaan ini, hanya diri kitalah yang tahu pasti karena hal ini akan menunjukkan kepada diri kita kemana kita akan pulang kampung.

 

Selanjutnya ketahuilah bahwa segala bentik ancaman Allah SWT kepada umat manusia bukanlah sebatas pengumuman dan informasi belaka yang dikemukakan oleh Allah SWT di dalam AlQuran. Akan tetapi apa yang telah dikemukakan oleh  Allah SWT dalam AlQuran pasti akan dilaksanakan oleh Allah SWT. Sekarang setelah mengetahui akan adanya sanksi dan penghargaan dari Allah SWT kepada orang-orang yang tidak mau bertauhidkan kepada Allah SWT seharusnya kondisi ini membuat diri kita menjadi lebih sadar lalu melakukan Taubatan Nasuha ataukah menjadikan diri kita takut untuk melawan Allah SWT karena kita tidak pernah menciptakan dan memiliki langit dan bumi, terkecuali kita sanggup menahan panasnya api neraka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar