Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Kamis, 06 Juni 2024

INILAH YANG AKAN KITA PEROLEH DAN RASAKAN DARI KETAUHIDAN YANG ADA DALAM DIRI (PART 4 OF 5)

 

 

H. KETAUHIDAN DALAM DIRI AKAN MEMUDAHKAN DIRI KITA MENDA-PATKAN AMPUNAN-NYA. 

 

Adanya ketauhidan dalam diri yang baik dan benar akan memudahkan diri kita mendapatkan ampunan atas dosa dan kesalahan yang kita perbuat, terkecuali dosa syirik lagi musyrik yang dibawa mati. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: “Dan milik Allah lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki, dan mengazab siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (surat Ali Imran (3) ayat 129).

 

Setiap manusia, siapapun orangnya tak pernah luput dari perbuatan dosa dan salah. Namun sebesar apapun dosa dan kesalahan yang pernah dibuatnya, pintu ampunan dari Allah SWT selalu terbuka bagi hambanya yang sungguh-sungguh bertaubat memohon ampun atas setiap dosa-dosa yang telah dilakukan pada masa lalunya. Begitu besar ampunan dari Allah bagi hambanya hingga lebur semua dosa yang pernah diperbuat hamba. Dan hanya dosa syirik dan musyrik yang dibawa mati yang tidak ada ampunan dari Allah SWT.

 

Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits riwayat Imam Tirmidzi nomor 3463: Telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Ishaq Al Hauhari Al Bashri telah menceritakan kepadaku Abu Ashim telah menceritakan kepada kami Katsir bin Faid telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Ubaid ia berkata: Saya mendengar Bakr bin Abdullah Al Muzani ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Anas bin Malik ia berkata: Saya mendengar Rasulullah  berkata: Allah berfirman, Wahai anak Adam, tidaklah engkau berdoa kepada-Ku dan berharap kepada-Ku melainkan Aku ampuni dosa yang ada padamu dan Aku tidak perduli, wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu telah mencapai setinggi langit kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku niscaya Aku akan mengampunimu, dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya engkau datang kepada-Ku dengan membawa kesalahan sepenuh bumi kemudian engkau menemui-Ku dengan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Ku niscaya Aku akan datang kepadamu dengan ampunan sepenuh bumi." Abu Isa berkata; hadits adalah hadits hasan gharib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalur ini.

 

I.      KETAUHIDAN DALAM DIRI AKAN MAMPU MENGHANTARKAN DIRI KI-TA MEMPEROLEH REZEKI YANG BERKAH. 

 

Adanya ketauhidan dalam diri yang baik dan benar akan menghantarkan orang yang bertauhid memperoleh rezeki yang berkah yang tidak dibatasi-Nya serta menjadikan rezeki tersebut menjadi keberkahan dalam hidup. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: “Kehidupan dunia dijadikan terasa indah dalam pandangan orang-orang yang kafir, dan mereka menghina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertaqwa itu berada di atas mereka pada hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang yang Dia kehendaki tanpa perhitungan. (surat Al Baqarah (2) ayat 212).

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi, kita tidak diperkenankan oleh Allah SWT mencari rezeki (penghasilan) melalui cara-cara yang tidak sesuai dengan kehendak Allah SWT yang juga Sang Maha Pemberi Rezeki, sebagaimana dikemukakan dalam surat An Nuur (24) ayat 37-38 berikut ini: “laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.(Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan Balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas. (surat An Nuur (24) ayat 37-38).”

 

Allah SWT juga akan memberikan kepada diri kita tambahan karunia dan kemudahan untuk mendapatkan dan memperoleh rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas, sepanjang kita melaksanakan dan menjalankan Diinul Islam yang sesuai dengan kehendak Allah SWT yang didukung dengan adanya ketauhidan di dalam diri seperti mendirikan shalat, membayarkan zakat, beriman kepada hari akhir dst.


Selanjutnya rezeki yang seperti apakah yang akan diberikan oleh Allah SWT kepada umatnya yang sesuai dengan kehendak-Nya? Jawabannya ada pada hadits berikut ini: Menurut Hadits Qudsi: Allah SWT berfirman kepada para Malaikat yang diserahi urusan rezeki bani Adam: "Hamba manapun yang kamu dapati yang cita-citanya hanya satu (yaitu semata-mata untuk akhirat), jaminlah rezekinya di langit dan di bumi. Dan hamba manapun yang kamu dapati mencari rezekinya dengan jujur karena berhati-hati mencari keadilan, berilah dia rezeki yang baik, dan mudahkanlah baginya. Dan jika ia telah melampaui batas kepada selain itu, biarkanlah dia sendiri mengusahakan apa yang dikehendakinya. Kemudian dia tidak akan mencapai lebih dari apa yang Aku tetapkan untuknya. (Hadits Qudsi Riwayat Abu Naim dari Abu Hurairah r.a)

 

Allah SWT adalah Sang Maha Pemberi Rezeki yang terbaik (ar-Razzaq, Khair ar-Raziqin). Rezeki Allah SWT itu sangat luas, rezeki Allah tak terbatas. Karena itu, rezeki tidak boleh dipahami sebatas harta benda, materi atau uang. Hal ini dikarenakan rezeki dari Allah SWT bisa dibedakan dengan Rezeki Materiil dan Rezeki Immateriil”.“Rezeki Materiil” adalah rezeki yang dapat dihitung atau dapat dikalkulasi dalam bentuk mata uang ataupun dalam bentuk sesuatu yang mempunyai nilai tertentu seperti emas atau perak, yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan ruh atau dapat dibelanjakan untuk kepentingan jasmani dan ruh.

 

Sedangkan Rezeki Immateriil” adalah rezeki yang khusus diberikan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya yang sukses melaksanakan dan menjalankan ketauhidan dalam diri dalam bentuk atau dalam rupa yang tidak dapat dikalkulasi dalam mata uang tertentu, namun mempunyai nilai yang sangat tinggi dibandingkan dengan uang, emas ataupun perak. Lalu seperti apakah “Rezeki Immateriil” yang akan diberikan Allah SWT kepada abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi yang telah memiliki ketauhi-dan dalam diri dengan baik dan benar, yaitu:  

 

1.   Diberikannya  kesehatan yang prima kepada diri kita termasuk kepada anak dan keturunan kita;

2.     Diberikannya kemudahan dan pemahaman yang lebih atas apa-apa yang kita pela-jari atau dimudahkannya kita mendapatkan atau memperoleh ilmu yang berasal dari Allah SWT melalui firasat, ilham maupun maunah;

3.  Dianugerahkannya kepada kita keluaga, anak dan keturunan yang baik, pintar, berbakti, shaleh dan shalehah;

4.     Diberikannya  umur  panjang  (bukan usia panjang)  dikarenakan  amal  dan  per-buatan baik yang pernah kita lakukan;

5.   Diberikannya kepada kita keluarga Sakinah yang penuh rasa sayang di antara se-sama anggota keluarga;

6.   Selalu  diberikan  kemudahan  dan perlindungan di dalam setiap melakukan akti-vitas;

7.     Terhindarnya diri kita dari prasangka buruk, tipu daya, niat jahat, niat busuk  mau-pun fitnah;

8.   Diberikannya kalam atau ucapan sebagai sebuah kelebihan dan dengan kelebihan itu memudahkan kita melakukan sebuah aktivitas.

 

Selanjutnya, coba kita bandingkan antara “Rezeki Immateriil” yang berasal dari Allah SWT dengan apa yang dapat kita peroleh melalui “Rezeki Materiil”, yang akan kami kemukakan di bawah ini:

 

What Money Can Buy (Money is not Everything)

A Bed but not Sleep; Books but not Brains; Food but not Appetite; Finery but not Beauty; A House but not Home; Medicine but not Health;Luxuries but not Culture;  Amusement but not Happiness;Religion but not Salvation. A Clock but not Time; Position but not Resfect


Iman, ilmu, amal shalih, umur, harta, kesehatan, keluarga, sahabat, relasi, dan sebagainya merupakan rezeki immaterial yang harus disyukuri dan dimaknai agar menjadi berkah melimpah, sehingga dapat mengantarkan seorang hamba meraih husnul khatimah dan ridha-Nya.

 

Meraih keberkahan rezeki idealnya menjadi agenda dan ikhtiar yang diniati dengan ikhlas karena Allah SWT semata. Sehingga yang dicari bukan semata-mata banyaknya (kuantitas) rezeki, tetapi keberkahannya: kualitas, nilai tambah, nilai positif, dan kebaikannya yang dapat memberi manfaat, baik bagi diri sendiri, keluarga, maupun orang lain. Keberkahan rezeki itu tidak diraih secara instans, tetapi harus diusahakan dengan memahami regulasi yang sudah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya. Keberkahan rezeki itu juga tidak diperoleh dengan menghalalkan segala cara, menabrak aturan yang berlaku, merugikan negara atau orang lain. Karena itu, keserakahan, ketamakan, kedengkian, dan orientasi duniawi-materi harus dienyahkan, karena menjadi perusak dan penghilang keberkahan rezeki.

 

Dengan menaati syariat Allah dan menjauhi larangan-Nya (bertakwa), rezeki akan datang dari jalan tak terduga. Artinya, iman dan takwa itu menjadi modal dan kunci utama keberkahan rezeki sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Dan sekiranya penduduk negeri itu beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat) Kami, maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. (surat Al A’raf (7) ayat 96)”. Selain itu, meraih keberkahan rezeki harus dilandasi keyakinan dan pemahaman yang benar bahwa pemilik rezeki itu adalah Allah; dan rezeki yang diterima itu hanyalah amanah atau titipan yang akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak sebagaimana dikemukakan dalam surat At-Takatsur (102) ayat 8) berikut ini: “kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu).”

 

Rezeki yang diperoleh, khususnya harta, bukan menjadi hak milik mutlak, melainkan sebagiannya ada hak Allah untuk orang lain yang harus diberikan melalui zakat, infak, atau sedekah sebagaimana dikemukakan dalam surat Al-Ma’arij (70) ayat 24-25) berikut ini: “Dan orang-orang yang di dalam hartanya disiapkan bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan yang tidak meminta.”Dan di antara kunci pembuka keberkahan rezeki adalah keyakinan sepenuh hati bahwa Allah itu Mahakaya dan sedekah itu tidak pernah menyebabkan kemiskinan. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: “Katakanlah, “Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan apa saja yang kamu infakkan Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang terbaik. (surat Saba’ (340 ayat 39)”.

 

Namun demikian, ketahuilah bahwa rezeki menjadi tidak berkah, apabila seseorang bermaksiat kepada Allah; meraihnya dengan jalan haram, tidak halal, dan illegal, seperti: mencuri, berjudi, korupsi, dan sebagainya.  Percaya kepada selain Allah dalam meraih reze-ki seperti meminta jasa pesugihan dari dukun, paranormal, tuyul, dan sebagainya juga menjadi perusak akidah dan keberkahan rezeki. Mendayagunakan rezeki untuk kemung-karan dan kemaksiatan, seperti: minum miras, berjudi, narkoba, berzina, rasuah, dan sebagainya merupakan jalan setan yang dapat menghilangkan keberkahan rezeki. Selain itu, penghilang keberkahan rezeki lainnya adalah durhaka kepada orang tua, penggunaan rezeki untuk menista agama Allah, mengkriminalisasi ulama, memfitnah, menerbar hoaks, dan sebagainya.

 

Dan puncak keberkahan rezeki yang sangat didambakan hamba adalah rezeki mulia (rizqun karim), yaitu kenikmatan surgawi. Rezeki mulia merupakan balasan paling indah bagi orang-orang beriman. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: “Mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka akan memperoleh derajat (tinggi) di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia (surat Al Anfaal (8) ayat  4).”. Dan jangan sampai diri kita memberikan rezeki kepada iblis/syaitan akibat ulah diri kita sendiri yang tidak mau membacakan “Basmallah” saat diri kita makan atau minum, sebagaimana hadits berikut ini: “Ibnu Abbas ra. berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta'ala berfirman: Berkata Iblis: Ya, Tuhan; Semua makhluk-Mu telah engkau tentukan rezekinya, maka manakah rezekiku. Allah berfirman: Rezekimu adalah makanan yang tidak disebut nama-Ku padanya. (Hadits Qudsi Riwayat Abussyekkh, 272:259)

 

Sekarang pilihan untuk mencari rezeki ada pada tangan kita sendiri, Allah SWT hanya menunjukkan jalan. Allah SWT hanya menentukan batasan halal dan haram. Allah SWT hanya menunjukkan hasil akhir yang dapat kita peroleh dari  upaya mencari rezeki sebab di lain sisi kitapun harus waspada dengan iblis/syaitan sebab ia juga mengincar dan menginginkan rezeki yang kita peroleh termasuk di dalamnya iblis/syaitan akan mempe-ngaruhi kita di dalam cara-cara memperoleh rezeki dan juga ahwa (hawa nafsu) yang mempunyai sifat kikir, bakhil, pelit yang selalu menyuruh manusia hanya mementingkan diri sendiri. Untuk itu tidak ada cara lain yang paling baik selain berpedoman kepada Diinul Islam saat mencari rezeki sebab Allah SWT akan memudahkan dan melapangkan manusia mencari rezeki baik yang berbentuk Materiil maupun Immateriil saat hidup di muka bumi.  

 

Jamaah sekalian, itulah 9 (ketentuan) yang dapat kita peroleh dan rasakan saat diri kita telah memiliki ilmu ketahuidan dalam diri dengan baik dan benar yang diiringi mampunya diri kita menerapkan ketauhidan dalam hidup dan kehidupan ini. Namun demikian masih ada beberapa ketentuan lagi yang dapat kita peroleh dari ketauhidan yang ada dalam diri, yaitu:

 

1.  Berdasarkan ketentuan yang termaktub dalam firman-Nya berikut ini: “Orang-orang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tidak menginginkan diturunkannya kepadamu suatu kebaikan dari Tuhanmu. Tetapi secara khusus Allah memberikan rahmat-Nya kepada orang yang Dia kehendaki. Dan Allah pemilik karunia yang besar. (surat Al Baqarah (2) ayat 105).” Orang yang bertauhid akan dapat menghantarkan diri kita menjadi orang-orang yang secara khusus mampu memperoleh rahmat-Nya dan ridha-Nya.

 

2.   Berdasarkan  ketentuan  yang  termaktub  dalam firman-Nya berikut ini: Dan Nabi mereka berkata kepada mereka, “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu.” Mereka menjawab, “Bagaimana Thalut memperoleh kerajaan atas kami, sedangkan kami lebih berhak atas kerajaan itu daripadanya, dan dia tidak diberi kekayaan yang banyak?” (Nabi) menjawab, “Allah telah memilihnya (menjadi raja) kamu dan memberikan kelebihan ilmu dan fisik.” Allah memberikan kerajaan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui. (surat Al Baqarah (2) ayat 247).” Allah SWT akan memberikan kelebihan ilmu dan fisik kepada siapa yang dikendaki-Nya. Dan dengan adanya kelebihan ilmu dan fisik mampu menjadikan seseorang menjadi pemimpin yang memiliki ide-ide segar lagi baru sehingga mampu mengalahkan musuh sebagaimana Thalut yang diangkat menjadi raja dan mampu mengalakan Jalut.

 

3.   Berdasarkan ketentuan yang termaktub dalam firman-Nya berikut ini:  Dan dia me-naikkan kedua orang  tuanya ke atas singgasana. Dan mereka (semua) tunduk bersujud kepadanya (Yusuf). Dan dia (Yusuf) berkata, “Wahai Ayahku! Inilah takwil mimpiku yang dahulu itu. Dan sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya kenyataan. Sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari penjara dan ketika membawa kamu dari dusun. Setelah setan merusak (hubungan) antara aku dengan saudara-saudaraku. Sungguh, Tuhanku Mahalembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana. (surat Yusuf (12) ayat 100).

 

Allah SWT akan memberikan kemuliaan sebagaimana Nabi Yusuf as, yang telah dirusak hubungan dirinya dengan saudara-saudaranya oleh syaitan. Yang akhirnya Nabi Yusuf as, mampu merasakan kelembutan dan kasih sayang Allah SWT secara langsung dan apa yang pernah dimimpikan kepadanya menjadi kenyataan dengan naiknya kedua orang tuanya ke atas singgasana dan semua anak-anaknya tunduk bersujud kepada Nabi Yusuf as, sebagaiman dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: “(Ingatlah) ketika Yusuf  berkata kepada ayahnya. “Wahai ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan, kulihat semuanya sujud kepadaku.” (surat Yusuf 12) ayat 4).

 

Dan agar kelembutan Allah SWT tetap terpelihara dalam diri dan diri kita tetap mendapatkan kelembutan dari Allah SWT untuk itu pertahatikanlah 2 (dua) buah hadist berikut ini: Rasulullah SAW bersabda, "Hai Aisyah, sesungguhnya Allah itu Maha Lembut. Dia mencintai sikap lemah lembut. Allah akan memberikan kepada sikap lemah lembut sesuatu yang tidak Dia berikan pada sikap yang keras, dan juga akan memberikan apa-apa yang tidak diberikan pada sikap lainnya." (Hadits Riwayat Muslim).” Dan Nabi Muhammad SAW dalam sabda lainnya menyampaikan orang yang dijauhkan dari sifat lemah lembut atau kasih sayang, berarti dijauhkan dari kebaikan. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa dijauhkan dari sifat lemah lembut (kasih sayang), berarti ia dijauhkan dari kebaikan. (Hadits Riwayat Muslim)”.

 

4.    Berdasarkan ketentuan yang termaktub dalam firman-Nya berikut ini: “Sungguh, telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang berhadap-hadapan. Satu golongan berperang di jalan Allah dan yang lain (golongan) kafir yang melihat dengan mata kepala bahwa mereka (golongan muslim) dua kali lipat mereka. Allah menguatkan dengan pertolongan-Nya bagi siapa yang Dia kehendaki. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat  pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan (mata hati). (surat Ali Imran (3) ayat 13)”.  

 

Allah SWT akan memberikan bantuan dan pertolongan yang tidak kasat mata terhadap hamba-Nya yang memiliki ketauhidan yang baik dan benar berupa bertambah jumlah kemampuan diri kita di mata orang kafir. Padahal kemampuan diri kita yang sesungguh tidaklah seperti yang orang kafir gambarkan Disinilah salah satu letak dimana Allah SWT hendak menguatkan dengan pertolongan-Nya melalui sesuatu yang tidak kita ketahui caranya dan akhirnya musuh dapat dikalahkan. 

 

5.     Berdasarkan ketentuan yang termaktub dalam firman-Nya berikut ini: “Dan Dia meng-hilangkan kemarahan hati mereka (orang-orang mukmin). Dan Allah menerima taubat orang yang Dia kehendaki. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana. (surat At Taubah (9) ayat 15).” Allah SWT akan memudahkan diri kita untuk mendapatkan penerimaan taubat atas dosa dan kesalahan yang pernah kita buat serta Allah SWT akan menghilangkan kemarahan yang ada pada hati orang-orang mukmin, sepanjang diri kita telah memiliki ilmu ketauhidan yang baik dan benar. Akhirnya terpeliharalah nilai-nilai kebaikan di dalam masyarakat oleh sebab orang-orang yang bertauhid dengan baik dan benar.

 

6.   Berdasarkan ketentuan yang termaktub dalam firman-Nya berikut ini: “Kami angkat derajat orang yang Kami kehendaki; dan di atas setiap orang yang berpengetahuan ada yang lebih mengetahui. (surat Yusuf (12) ayat 76).” Allah SWT akan mengangkat derajat atau kemuliaan seseorang dari suatu keadaan tertentu menjadi lebih baik dari ke waktu yang sebelumnya sebagaimana yang terjadi pada diri Nabi Yusuf as.  

 

Dan jika saat ini kita masih memiliki kesadaran yang normal maka kita akan mampu melihat dengan jelas bahwa tujuan dari mempelajari ilmu tauhid di atas merupakan sesuatu yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia-manusia yang dikehendaki-Nya sehingga apa yang diberikan oleh Allah SWT itu bukanlah barang gratisan apalagi sesuatu yang bisa diperjual-belikan dan juga diwariskan kepada anak keturunan dari diri kita sendiri serta kepada orang lain. Dan dengan adanya kondisi ini maka kedudukan ilmu tauhid (ketauhidan) merupakan ketentuan dasar yang paling pokok di dalam ajaran Islam dan yang berarti kita memang sangat membutuhkan ilmu tauhid terkecuali jika kita senang berada di dalam kehendak syaitan sang laknatullah dan siap untuk pulang kampung ke neraka.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar