Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Selasa, 04 Juni 2024

AYO PERSIAPKAN DIRI UNTUK HIDUP TENANG MATI SENANG BERUMUR PANJANG (PART 2 of 5)


A.     TAHU DIRI.

 

Allah SWT adalah pencipta langit dan bumi beserta apa-apa yang ada di dalamnya. Ini berarti hanya Allah SWT sajalah yang paling tahu, yang paling mengerti dan yang paling memahami apa-apa yang telah diciptakan-Nya. Allah SWT adalah pemilik langit dan bumi beserta apa-apa yang ada di dalamnya. Ini berarti bahwa Allah SWT penguasa mutlak di langit dan di muka bumi sehingga dengan adanya kondisi ini menunjukkan Allah SWT adalah Tuan Rumah.

 

Dan jika sekarang Allah SWT adalah pencipta dan pemilik dari langit dan bumi maka segala ketentuan, segala hukum, segala peraturan yang berlaku di langit dan di muka bumi adalah ketentuan, hukum, peraturan yang berasal dari Allah SWT. Lalu sebagai apakah diri kita di langit dan di muka bumi yang diciptakan dan dimiliki oleh Allah SWT? Saat diri kita hidup di muka bumi ini, ketahuilah bahwa bumi tempat kita hidup bukanlah kita yang menciptakan dan bukan pula kita yang miliki. Adanya ketentuan dasar ini maka ini berarti:

 

1.   Kita hanyalah orang yang sedang menumpang yang tidak selamanya menumpang karena kita harus keluar dari muka bumi karena hidup ada batasannya;

2.    Kita adalah obyek yang diciptakan oleh Allah SWT sehingga kedudukan obyek ti-dak sama dengan kedudukan subyek;

3.  Kita adalah tamu yang tidak selamanya menjadi tamu sehingga tamu tidak bisa mensejajarkan diri dengan tuan rumah dan tidak bisa berperilaku seperti layaknya tuan rumah di langit dan di bumi ini.

 

Sebagai orang yang menumpang, atau sebagai tamu di muka bumi ini, atau sebagai perantau, maka kita tidak bisa menentukan sendiri hukum, ketentuan, peraturan, aturan yang berlaku di muka bumi ini. Kita hanyalah orang yang harus melaksanakan ketentuan dan juga orang yang akan dinilai atas pelaksanaan dari ketentuan yang telah ditetapkan berlaku oleh penciptanya dan juga pemiliknya, dalam hal ini Allah SWT. Dan pada akhirnya mengharuskan diri kita harus tahu diri. Kita bukanlah siapa-siapa, bukan pula punya apa-apa dibandingkan dengan Allah SWT.

 

Ali bin Abi Thalib ra, pernah mengemukakan tentang betapa pentingnya kita mengenal diri sebagaimana kami kemukakan berikut ini:

 

1.       Mengenal diri adalah ilmu yang paling berguna;

2.   Aku heran dengan orang yang mencari barangnya yang hilang padahal (di saat yang sama) ia kehilangan dirinya namun ia tidak (berupaya) mencarinya;

3.   Aku heran dengan orang yang tidak mengenali dirinya bagaimana ia akan dapat mengenal Tuhannya?;

4.     Puncak makrifat adalah pengenalan seseorang atas dirinya;

5.   Prestasi terbesar (bagi seseorang) adalah manakala ia berjaya dalam mengenal dirinya;

6.   Setiap kali bertambah pengetahuan seseorang, maka akan bertambah pula per-hatiannya kepada dirinya dan ia akan mengerahkan segenap upayanya untuk mengasah dan memperbaikinya.

 

Selanjutnya, berdasarkan hadits yang kami kemukakan berikut ini: “Barangsiapa yang mengenal Tuhannya maka maka ia mengenal dirinya. Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya” (Hadits). Hadits ini menunjukkan kepada diri kita bahwa mengenal diri, atau tahu diri merupakan pintu masuk mengenal dan berkenalan dengan Allah SWT dan menempatkan diri yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Sehingga hanya orang-orang yang tahu dirilah yang bisa menempatkan posisinya dihadapan Allah SWT selaku pencipta dan pemilik serta Tuhan bagi seluruh alam. Dan apabila ini terjadi maka keharmonisan hidup di muka bumi ini dapat terlaksana dengan baik. Untuk itu jadilah orang yang menumpang, atau jadilah tamu yang menyenangkan lagi membanggakan tuan rumah (Allah SWT) saat kita hidup di muka bumi ini dengan mengetahui aturan main yang berlaku di muka bumi ini dengan sebaik baiknya.

 

Sekarang mari kita perhatikan apa yang dikemukakan oleh Allah SWT dalam surat Adz Dzariyat (51) ayat 21 berikut: “Dan (juga) pada dirimu sendiri, maka apakah kamu tiada memperhatikan.” Melalui ayat ini, Allah SWT berkehendak kepada setiap manusia, termasuk kepada diri kita, untuk selalu berpikir lalu memperhatikan dengan seksama tentang keberadaan diri ini melalui pernyataan-Nya yang berbunyi “apakah kamu tiada memperhatikan akan dirimu sendiri!. Selanjutnya, setiap manusia siapapun orangnya, apapun kedudukannya adalah  makhluk dwifungsi dan juga makhluk dwidimensi. Apa maksudnya?

 

1.     Setiap manusia adalah makhluk dwifungsi. Untuk dapat menggambarkan peran dan maksud dan tujuan dari diciptakannya manusia sebagai makhluk dwifungsi. Untuk itu mari kita pelajari 2 (dua) buah firman Allah SWT berikut ini:

 

Pertama, Allah SWT berfirman: “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh. (surat Adz-Dzaariyaat (51) ayat 56-57-58). Berdasarkan ketentuan ayat ini setiap manusia siapapun orangnya adalah seorang abd’ (hamba) yang harus mengabdi kepada Allah SWT selaku Rabb bagi setiap umat manusia. Adanya peran sebagai seorang abd’ (hamba) menunjukkan bahwa seorang abd’ (hamba) terikat dengan ketentuan penghambaan seorang hamba kepada Allah SWT selaku Tuhan bagi dirinya. Adanya ketentuan ini maka seseorang tidak bisa menyatakan diri ia lebih memiliki keistimewaan atau lebih hebat dibandingkan dengan orang lain karena di mata Allah SWT seorang manusia hanyalah seorang abd’ (hamba). 

 

Kedua, setiap manusia selain terikat sebagai seorang abd’ (hamba), ia juga terikat dengan ketentuan sebagai seorang khalifah-Nya di muka bumi, yang bermakna perpanjangan tangan Allah SWT di muka bumi sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:” Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata:” Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di muka bumi orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (surat Al Baqarah (2) ayat 30).” Adanya kekhalifahan di muka bumi maka diharapkan terciptalah apa yang dinamakan dengan ketenteraman, ketertiban, serta terpeliharanya apa apa yang diciptakan oleh Allah SWT di muka bumi sehingga terciptalah kehidupan “toto tenterem, gemah ripah loh jinawi” oleh sebab keberadaan diri kita.

 

Selanjutnya berdasarkan firman-Nya berikut ini: “Dan (juga) pada dirimu sendiri, maka apakah kamu tiada memperhatikan.(surat Adz-Dzariyaat (51) ayat 21). Allah SWT berkehendak kepada setiap manusia, termasuk kepada diri kita, baik sebagai abd’ (hamba) yang juga khalifah untuk selalu berpikir lalu memperhatikan dengan seksama tentang keberadaan diri ini melalui pernyataan-Nya yang berbunyi “apakah kamu tiada memperhatikan” akan dirimu sendiri!. Ketahuilah bahwa Kamu adalah hamba-Ku dan kamu juga adalah khalifah-Ku. Adanya konsep abd’ (hamba) dan juga adanya konsep khalifah yang melekat pada diri setiap manusia, termasuk diri kita menunjukkan diri kita adalah makhluk yang memiliki peran “dwifungsi.

 

Lalu sudahkah kita tahu dan memahami konsep dasar ini saat hidup di muka bumi ini!  yaitu sebagai abd’ (hamba)-Nya yang harus menghambakan diri kepada Allah SWT dan juga sebagai khalifah-Nya di muka bumi sehingga setiap orang harus menjadi perpanjangan tangan Allah SWT, atau menjadi agen agen Allah SWT di muka bumi. Adanya konsep dwifungsi di muka bumi maka terjadilah ketentraman, keteraturan, kebersamaan serta terpeliharanya apa apa yang diciptakan oleh Allah SWT serta tampilnya penampilan Allah SWT di muka bumi ini melalui keberadaan khalifah-Nya yang terlihat dengan nyata.

 

2.   Setiap manusia adalah makhluk dwidimensi. Setiap manusia dikatakan sebagai makhluk dwidimensi dikarenakan setiap manusia siapapun orangnya pasti terdiri dari unsur jasmani dan unsur ruh. Jasmani berasal dari saripati tanah sedangkan ruh berasal dan diciptakan oleh Allah SWT dan mulai dipersatukan ke duanya saat masih di dalam rahim seorang ibu. Sebagaimana dikemukakan dalam surat As Sajdah (32) ayat 7-8-9 berikut ini: Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya  dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurna-kannya dan meniupkan ruh (ciptaan)Nya ke dalam (tubuh)nya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati bagimu, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur.

 

Adanya konsep dwidimensi ini maka kita harus bisa merawat dan menjaga kesehatan jasmani dan juga kefitrahan ruh dengan sebaik-baiknya dengan tidak mengorbankan salah satunya. Katakan kita mendahulukan merawat jasmani dengan mengorbankan kefitrahan ruh, atau kita mendahulukan merawat kefitrahan ruh dengan mengorban-kan kesehatan jasmani. Jasmani harus dirawat dan dijaga melalui konsep ilmu kesehatan dan ilmu gizi sedangkan ruh dijaga dan dirawat serta dipelihara melalui  konsep Diinul Islam yang kaffah yang berasal dari Allah SWT.

 

Pertama, Dimensi Jasmani. Jasmani asalnya dari sari pati tanah yang berasal makanan dan minuman yang dikonsumsi dari seorang bapak dan seorang ibu. Yang mana setiap makanan dan minuman yang akan dikonsumsi terikat dengan ketentuan yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Selanjutnya Allah SWT selaku tuan rumah telah mengemukakan adanya ketentuan yang termaktub di dalam surat Al Baqarah (2) ayat 168 berikut ini: “Wahai manusia! Makanlah dari makanan yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kami mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagimu.” Dan juga di dalam surat Al Abasa (80) ayat 24 berikut ini: “Maka hendaknya manusia itu memerhatikan makanannya”.

 

Ayat di atas ini merupakan ketentuan dasar yang wajib dilaksanakan oleh setiap umat manusia, yaitu memperhatikan dan wajib mengkonsumsi sesuatu yang memenuhi syarat halal dan juga syarat baik (thayyib) yang bermakna harus sesuai dengan konsep ilmu kesehatan dan ilmu gizi dalam satu kesatuan. Kita tidak boleh memaknai konsep ini secara terpisah, namun harus keduanya dilaksanakan secara berbarengan. Kita tidak bisa hanya berpedoman kepada konsep halal semata dengan mengabaikan konsep baik (thayyib). Kita juga tidak bisa hanya berpedoman kepada konsep baik semata dengan mengabaikan konsep halal. Halal dan baik (thayyib) harus kita laksanakan dalam satu kesatuan. Allah SWT menentukan hal ini untuk kebaikan umat manusia selaku orang yang menumpang. Selain daripada itu, masih ada ketentuan lain yang mengatur tentang tata cara makan dan minum yang lainnya, yaitu: (a) kita diwajibkan oleh Allah SWT agar membaca Basmallah dan doa sebelum makan dan minum; (b) makan dikala lapar dan berhenti sebelum kenyang. Dan juga wajib menikah terlebih dahulu serta membaca doa sebelum diri kita mempertemukan sel telur (ovum) dengan sperma.

 

Untuk menjaga kesehatan jasmani ada dua hal yang harus kita perhatikan, yang pertama adalah apa-apa yang akan kita konsumsi (masukkan) ke dalam tubuh dan yang kedua, adalah apa-apa yang kita keluarkan dari dalam tubuh. Khusus untuk apa-apa yang akan dikonsumsi (dimasukkan) ke dalam tubuh, Allah SWT sudah memberikan pedomannya, yaitu makanlah makanan yang halal lagi baik (thayyib).  Halal sudah jelas dan khusus untuk thayyib ini berlaku ketentuan yang berbeda beda di antara setiap manusia. Sesuatu yang baik (thayyib) bagi diri kita belum tentu baik (thayyib) bagi orang lain, karena kondisi tubuh seseorang berbeda-beda. Disinilah letaknya kita harus memiliki pengetahuan tentang kebutuhan makanan dan minuman yang sesuai dengan azas baik (thayyib) bagi kebaikan tubuh kita sendiri, yang kesemuanya berlandaskan ilmu kesehatan dan ilmu gizi serta ilmu kedokteran yang berlaku.

 

Sekali lagi kami ingatkan, makanan dan minuman yang halal lagi baik (thayyib) tidak akan memberikan dampak yang positif kepada tubuh kita dan juga kepada anak keturunan dari diri kita jika penghasilan kita dari penghasilan haram atau cara memperoleh makanan dan minuman yang kita konsumsi dari mencuri atau mengambil hak orang lain seperti mencuri, korupsi dan lain sebagainya. Lalu pernahkah kita membayangkan apa yang terjadi pada tubuh kita dan juga pada anak keturunan kita yang makanannya terkontaminasi dengan yang haram lagi buruk? Dan yang pasti sperma dan ovum akan terkontaminasi dengan yang haram lagi buruk sehingga ruh yang fitrah menempati (dipersatukan) dengan sesuatu yang haram lagi buruk. Untuk itu berhati hatilah dalam mengkonsumsi sesuatu.

 

Selanjutnya, jika kita ingin mendapatkan kesehatan tubuh yang sesungguhnya, maka selain kita memperhatikan apa-apa yang kita masukkan ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman yang kita konsumsi. Kitapun harus pula mengeluarkan dan membersihkan 4 (empat) kotoran atau racun dari dalam tubuh kita secara tuntas, hal ini sebagaimana dikemukakan oleh “Andri Wang”, dalam bukunya “Menuju Hidup Sehat dan Panjang Umur”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2014 berikut ini: 

a.   Udara Kotor. Hawa kotor yang keluar dari mulut yang terasa bau atau gas tidak sedap yang keluar dari usus besar itu adalah udara kotor atau udara racun yang tertimbun dalam tubuh kita. Bila tidak dikeluarkan, akan menggangu kesehatan tubuh kita. Maka, di pagi hari setelah bangun tidur, minumlah air putih sebanyak 200cc, kemudian berkumur 3 kali, lantas pergilah ke halaman atau ke tempat yang banyak pohon. Buanglah napas yang bau itu, keluarkan lewat mulut sebanyak mungkin sampai hawa yang keluar dari mulut tidak terasa bau lagi. Kemudian teruskan dengan menarik napas panjang dan hirup udara bersih segar itu sepuas puasnya di barengi dengan dzikir sehingga udara yang sudah keluar diganti dengan udara yang bersih segar plus dzikir. Sedangkan gas yang keluar dari usus besar adalah udara kotor dan gas bau yang memang harus dibuang. Buang gas adalah gejala yang baik dan perlu disyukuri, meskipun tidak sopan bila dilakukan di depan umum. Gas di dalam usus besar ini mengandung gas beracun H2S yang dihasilkan dari fermentasi bakteri di dalam usus besar. Jika gas itu tidak dikeluarkan akan menjadi racun dalam tubuh kita.

 

b.   Cairan Kotor. Air putih yang kita minum akan segera masuk ke lambung dan usus kecil, kemudian molekul H2O yang ada dalam air tersebut diserap melalui usus besar ke dalam sirkulasi darah. Cairan yang berlebihan di dalam darah akan dikeluarkan secara berangsur angsur melalui organ ginjal. Cairan tersebut membawa kotoran dan “creatine” yang beracun serta hasil uraian obat yang dilakukan oleh organ hati, dan zat lainnya yang dihasilkan dari proses katabolisme. Semua kotoran beracun tersebut lolos dari saringan ginjal yang sehat, lantas mengalir ke dalam kantong kemih dan keluar menjadi air seni yang berbau pesing. Begitu juga keringat kotor dan bau itu, dikeluarkan melalui pori pori kulit. Keringat juga termasuk kotoran cair dari tubuh yang harus dikeluarkan.

 

c.   Kotoran Dari Usus Besar. Untuk mempertahankan kesehatan tubuh, sebaiknya setiap pagi dibisakan buang air besar secara rutin. Bila kotoran yang tertimbun dalam usus besar tidak dikeluarkan setiap hari, maka akan menjadi racun dan ini tidak baik untuk kesehatan tubuh. Bagi orang yang mengalami konstipasi (sembelit), perutnya terasa kembung serta kencang, mulutnya akan mengeluarkan bau tidak sedap, kulitnya juga terlihat kusam. Orang mengatakan bahwa di mana ada yang bisa masuk (makan dan minum) dan bisa keluar (buang air besar), itu adalah sehat. Namun itu saja belum cukup jika kotoran dalam pikiran belum dikeluarkan.

 

d.   Kotoran Dalam Pikiran. Pikiran negatif seperti gampang marah, membenci orang, suka mengkritisi dan menilai orang lain, berprasangka buruk dan suka berdebat tidak akan bisa menjadikan pikiraan dan tubuh yang sehat. Pikiran negative  adalah kotoran dalam pikiran yang paling ampuh merusak kesehatan tubuh dan juga kesehatan ruhani seseorang. Maka pikiran negative yang kotor itu perlu dibersihkan sesegara mungkin dan setuntas tuntasnya. Selain daripada itu ketahuilah 3 (racun) yang bisa mendatangkan penderitaan, yaitu keserakahan, kebencian dan kebodohan. Orang yang suka marah besar dan dendam kepada orang lain, hidupnya selalu tegang dan pikirannya tidak bisa senang. 

 

Yang dimaksud dengan kebodohan disini bukanlah tidak berpendidikan melainkan masih saja melanggar objek yang salah. Jadi, meskipun secara akademis seseorang intelek, bisa saja dia tetap melakukan kebodohan. Misalnya orang yang sudah berkecukupan, tapi belum merasa puas dan cukup, masih melekat pada nafsu, terus mengejar kekayaan, bahkan sampai menempuh cara yang tidak halal. Karena keserakahan, akhirnya terjerat hukum dan harus mendekam di penjara, Dia merasa malu dan menyesal di kemudian hari, istri, anak anaknya menanggung malu seumur hidupnya. Itulah yang dimaksud dengan manusia bisa melakukan kebodohan.

 

Dan untuk lebih mempertegas kotoran yang ada di dalam pikiran, berikut ini akan kami kemukakan tentang penyakit penyakit hati yang berhubungan erat dengan kotoran yang ada dalam pikiran, yang keduanya juga harus dikeluarkan dari dalam tubuh kita. “Sembuhkan sakit hatimu, maka akan sembuh seluruh tubuhmu”. Ada orang yang punya sakit hati yang benar-benar kronis dalam bentuk Benci Banget; Dendam Banget; Nggak Suka Banget; Sedih Banget; Kecewa Banget. Semua itu dianggap serius, sampai sakitnya berdampak pada tubuh. Begitu muncul dalam bentuk penyakit kanker, diabetes, sakit jantung, baru diatasi. Dan yang diatasi pun hanya dipermukaannya saja. Diatasi dengan operasi, obat herbal bertahun tahun bahkan seumur hidup, kemoterapi, radiasi. Semua yang membuat sel sel tubuh luluh lantak. Tapi akar masalahnya tidak di atasi. Akar masalahnya adalah hati yang sakit dan semakin rusak. Kemudian merusak seluruh jaringan tubuh seperti :

 

(a)  Darah tetap dibiarkan asam;

(b)  Kondisi tubuh asam;

(c)  Pikiran tetap stress, jiwa tidak tenang;

(d)  Dendam masih banyak;

(e)  Kecewa masih berlanjut;

(f)   Perasaan masih tidak enak;

(g)  Benci masih kuat.

 

Secara tidak langsung kita membunuh diri sendiri.

 

Ingat Rasulullah SAW pernah berkata: Ada segumpal daging yang jika ia baik maka seluruh tubuh akan baik. Dan kalau ia buruk maka seluruh tubuh akan buruk. Itulah Hati. Seharusnya ia selalu dalam kondisi indah dan baik; selalu ikhlas, menerima ketentuan Allah SWT, bersyukur, tulus berbagi dan bahagia bersama.Seperti anak yang selalu bahagia dan tertawa, seperti itulah kondisi hati kita seharusnya.Pada saat kita sudah tidak lagi seperti itu, itulah saat penyakit muncul. Dan deteksi dini harus dilakukan. Akar permasalahan  harus diatasi. Hati perlu terus dicuci dan dibersihkan. Tanda-tanda hati bersih dan suci adalah:

 

(a)    Selalu bahagia atas kebahagiaan orang lain;

(b)    Selalu bersemangat berbagi tanpa pamrih;

(c)    Selalu ridha dengan ketentuan yang Allah SWT berikan untuk kita;

(d)    Tidak dengki;

(e)    Tidak dendam.

 

Semoga kita mampu menjaga kesehatan Jasmani dengan sebaik baiknya, jika jasmani sehat akan sangat membantu diri kita beraktivitas sehari hari. Jangan lupa berolah raga untuk membakar karbohidrat dan juga lemak dalam tubuh selain memperhatikan makanan dan minuman yang kita konsumsi serta membuang apa apa yang harus di buang yang berasal dari dalam tubuh.

 

 

Akhirnya, sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi ketahuilah bahwa jasmani atau jasad diri kita (manusia) terikat dengan ketentuan usia seseorang. Semakin tua usia seseorang maka kemampuan fungsi-fungsi jasmani (organ-organ tubuh) pasti akan mengalami penurunan kemampuan dan inilah sunnatullah yang pasti berlaku bagi jasmani (jasad) manusia.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar