Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Kamis, 27 Juni 2024

TAHU DIRI MELALUI KONSEP DWIFUNGSI DAN DWIDIMENSI (PART 6 of 8)

 

G. DIMENSI RUH DENGAN SIFAT, PERBUATAN DAN KEMAMPUAN SERTA SEGALA RAHASIA YANG MENYERTAINYA.

 

Sekarang mari kita pelajari salah satu unsur penting yang ada dalam diri kita, apakah itu? Unsur penting dan teramat penting yang harus ada dalam diri kita, sebab apabila di dalam diri kita tidak ada unsur ini maka kita tidak dapat dikatakan sebagai manusia. Unsur itu adalah ruh. Manusia tanpa ruh dinamakan dengan jasad atau mayat. Lalu sebagai seorang abd’ (hamba)Nya yang sekaligus khalifahNya di muka bumi ini, pernahkah kita berusaha untuk mempelajari tentang ruh dari diri kita sendiri sehingga kita memiliki ilmu dan pemahaman tentang ruh yang sesuai dengan kehendak Allah SWT? Apakah ruh memiliki sifat, apakah ruh memiliki perbuatan dan apakah ruh juga memiliki kemampuan? Seperti apakah ruh diri kita, apakah bentuk ruh sama persis dengan bentuk jasmani kita? Apakah ruh mempunyai mata, apakah ruh memiliki telinga dan hidung serta hati atau perasaan? Jika jamaah sekalian ingin mengetahui lebih jauh tentang ruh, tidak ada jalan lain kecuali anda mempelajari buku ini sampai selesai.

 

1.  Konsep Islam Tentang Ruh. Definisi tentang roh (ruh) tidak ada dalam kitab Taurat dan Injil, yang ada adalah penggunaan kata roh yang bergandengan dengan sifat sifat akhlaqi dan maknawi, seperti roh jahat, roh ridha yang membedakan antara manusia, roh tersembunyi seperti malaikat, dan roh suci yang berarti Allah. Dan ketika Rasulullah SAW diutus kepada kaumnya dan mengumumkan kenabiannya, sebagian dari mereka pergi menemui orang orang Yahudi untuk bertanya sesuatu yang dapat mereka pakai menguji beliau (Nabi Muhammad SAW).

 

Mendapatkan pertanyaan seperti itu, orang orang Yahudi lalu menyuruh mereka menanyakan suatu hal yang belum pernah diberitakan seorang nabi pun sebelumnya, yaitu masalah roh. Ketika Rasul ditanya tentang itu, beliau tidak langsung menjawab, melainkan menunggu wahyu turun. Dan AlQuran sendiri yang menjawab pertanyaan mereka. Berdasarkan surat Al Israa’ (17) ayat 85 berikut ini: “dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Ruh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". Ruh merupakan suatu hal yang sulit dipahami manusia karena lebih besar dari kapasitas pengetahuan dan akalnya. Sebanyak apapun ilmu yang diberikan kepada manusia, ia tidak akan mampu memahami hakekat ruh. Inilah rahasia jawaban yang singkat sehingga manusia tidak terjerumus ke dalam kekacauan dan prasangka, tidak melupakan dakwah baru, dan menyibukkan diri dalam urusan filsafat.

 

Dan “Prof Dr Abdul Basith Muhammad Sayyid”, dalam bukunya “Rahasia Dalam Rahasia: Menyibak Dimensi Roh Secara Ilmiah”, mengemukakan tentang beberapa permasalahan ruh yang disebutkan di dalam AlQuan yang kemudian dibenarkan oleh ilmu pengetahuan modern, sebagaimana kami kemukakan berikut ini:

 

a.    Ruh kekal tidak mati dan tidak hancur. Ruh kekal tidak mati dan tidak hancur bersamaan dengan hancurnya badan (jasad). Padahal keyakinan yang beredar sebelum diturunkan AlQuran adalah seperti yang mereka katakan dalam surat Al Mu’minuun (23) ayat 37 berikut ini: “kehidupan itu tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita hidup[1000] dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi,”

 

[100 0] Maksudnya: di samping sebagian dari manusia meninggal dunia, Maka ada manusia yang lain dilahirkan.

 

Namun pernyataan itu segera dibantah oleh AlQuran dengan mengatakan bahwa ruh tetap hidup setelah matinya jasad (jasmani). Untuk itu Allah SWT berfirman: “dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup[100], tetapi kamu tidak menyadarinya. (surat Al Baqarah (2) ayat 154)

 

[100] Yaitu hidup dalam alam yang lain yang bukan alam kita ini, di mana mereka mendapat kenikmatan-kenikmatan di sisi Allah, dan hanya Allah sajalah yang mengetahui bagaimana Keadaan hidup itu.

 

Ini fakta pertama tentang ruh yang disebutkan dalam AlQuran yang dibenarkan oleh ilmu pengatahuan modern, yaitu ruh tetap hidup sampai kapanpun juga.

 

b.    Kita Tidak Bisa Melihat dan Mendegar Suara Ruh. Kita tidak bisa melihat ruh dan tidak bisa mendengar suara ruh, bukan karena ruh tidak ada, tetapi karena ketidakmampuaan mata dan telinga manusia menangkap obyek itu. AlQuran menekankan kebenaran fakta ini dan menyebutkan bahwa disekitar kita banyak hal yang tidak dapat ditangkap mata kita. Allah SWT berfirman: “Maka aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat. dan dengan apa yang tidak kamu lihat. (surat Al Haqqaah (69) ayat 38,39). Ruh merupakan kemukjizatan karena Allah SWT bersumpah dengan sejumlah benda yang tidak terlihat oleh mata kita. Menurut ilmu pengeta-huan modern, perbandingan antara benda benda yang terlihat oleh mata dengan benda benda yang tidak terlihat oleh mata adalah 1 : 10 Juta.

 

Tentu saja perbandingan ini sangat besar dan tidak mungkin terbetik dalam benak seorangpun yang hidup pada masa AlQuran diturunkan. Namun disinilah letak sumpah yang agung itu. Dan Islam tidak berhenti pada fenomena ini karena ilmu pengetahuan modern tidak mampu menafsirkannya. Rasulullah saw pernah bersab-da tentang ruh: Semua makhluk mendengar suaranya kecuali manusia. Jika manusia mendengarnya pasti jatuh pingsan” (Hadits Riwayat Bukhari). Allah SWT mencipta-kan mata dan telinga manusia tidak dapat melihat dan mendengar ruh agar manusia tidak ngeri dan takut. Hal ini adalah salah satu rahmat yang diberikan Allah SWT kepada manusia yang masih hidup. Jadi, selama hubungan bendawi antara manusia dan ruh terputus, tidak mungkin untuk menyentuh atau berbicara dengan mereka dalam kondisi biasa, kita akan ketakutan jika melihat atau mendengar tanpa dapat menyentuh.

 

Ilmu pengetahuan modern menyatakan bahwa ruh tidak akan menampakkan diri atau melakukan suatu pekerjaan dalam upacara pendatangan ruh, kecuali dalam kegelapan atau paling tidak sinar merah yang redup. Hal ini dikarena ruh adalah getaran sinar dan suara yang akan pecah dengan adanya sinar biasa. Oleh karena itu, upacara pendatangan ruh tidak akan dilakukan kecuali pada malam hari. Di lakukan pada malam malam bulan yang tenang dan tidak terdapat kilat dan halilintar. Rasulullah telah mengisyaratkan fakta ini sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern dengan sabdanya: “Kurangilah keluar pada keheningan malam karena Allah mempunyai binatang binatang yang disebar pada saat ini”. Adapun arti keheningan malam adalah berkumpulnya kegelapan dengan ketenangan.

 

c.    Sifat Ruh adalah Sebagian dari sifat Allah. Sifat ruh adalah sebagian dari sifat Allah SWT. Allah SWT menyatakan dalam ayat ayat AlQuran bahwa ruh adalah tiupan Allah SWT. Hal ini terlihat jelas dalam surat Shaad (38) ayat 72 berikut ini; Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadaNya". dimana Allah SWT menyebutkan tiupan ruh ke dalam jasad Nabi Adam as, setelah sempurna kejadian-nya. Dan Allah SWT juga menerangkan tentang janin seorang manusia yang ditiupkan ruh sebagaiman dikemukakan dalam surat As Sajdah (32) ayat 9 di atas. “kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” Dengan demikian, ruh yang ada dalam tubuh manusia adalah tiupan ruh yang berasal dari Allah SWT dan sifatnya adalah sebagian dari sifat (af’al) Allah SWT, yang tidak dapat dilihat dengan mata manusia, sebagaimana dalam surat Al An’am (6) ayat 103 berikut ini:“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui. (surat Al An’am (6) ayat 103)

 

d.    Ruh Ditiupkan ke dalam Janin Di dalam rahim seorang Ibu. Ruh tidak ditiupkan ke dalam janin yang berada dalam perut ibunya sebelum berumur 4 (empat) bulan, atau 120 (seratus dua puluh) hari menurut hitungan para fukaha. Hal ini sama persis dengan kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan pada masa ini. Sebelum berumur 4 (empat) bulan, perkembangan janin belumlah sempurna. Masih berupa nuthfah, alaqah, atau mudhghah yang semuanya adalah periode periode kehidupan tanpa ruh. Dalam ilmu kedokteran periode periode itu disebut dengan kehidupan biologi, yaitu suatu jenis kehidupan yang ada pada benda benda, seperti tumbuhan tumbuhan, mani dan sel telur. Allah SWT berfirman, dalam surat As Sajdah (32) ayat 9 berikut ini: “kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (surat As Sajdah (32) ayat 9). Berdasarkan ketentuan ayat di atas ini, ruh tidak akan pernah ditiupkan sebelum kejadian dan perkembangan janin di dalam rahim seorang ibu menjadi sempurna, demikian juga yang dinyatakan ilmu pengetahuan modern.

 

e.    Ruh dijaga oleh Allah SWT. Allah SWT menjaga ruh yang ada di dalam jasad sehingga tidak meninggalkannya kecuali dengan perintahNya pada waktu yang ditentukan sebagaimana Allah SWT kemukakan dalam surat Ath Thaariq (86) ayat 4 berikut ini: tidak ada suatu jiwapun (diri) melainkan ada penjaganya.” Hafizh (penjaga) di sini mengandung banyak arti, di antaranya adalah seorang malaikat yang berada di dalam, atau di luar tubuh yang selalu menyertai dan menjaga ruh hingga tidak meninggalkan tubuh itu. Namun, kita tidak dapat melihat atau merasakan malaikat ini. Dan ilmu pengetahuan modern pun membenarkan teori ini, dengan sedikit perbedaan dalam nama dan ungkapan. Menurut ilmu pengetahuan modern, penjaga di sini adalah zat zat kimia yang ada dalam tubuh kita yang menjaga hubungan antara ruh dan jasad. Teori teori ilmiah itu mengatakan bahwa jika hubungan itu terganggu, manusia akan terserang banyak penyakit jiwa dan ruh tanpa terserang penyakit fisik.

 

f.    Kehidupan di alam barzakh. Kehidupan barzakh antara AlQuran dan ilmu pe-ngetahuan. Setelah meninggalkan jasmani, ruh tidak langsung berpindah ke syurga atau ke neraka, tetapi singgap terlebih dahulu di alam barzakh. Kata barzakh berasal dari bahasa Persia. Digunakan oleh orang Arab untuk menyatakan arti “tempat di antara dua tempat”. Sedangkan, AlQuran menggunakannya untuk menyatakan arti “periode atau kehidupan antara dua kehidupan”. Berdasarkan surat Al Mu’minuun (23) ayat 100 yang kami kemukakan berikut ini: “agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah Perkataan yang diucapkannya saja. dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan[1022]. (surat Al Mu’minuun (23) ayat 100)

 

[1022] Maksudnya: mereka sekarang telah menghadapi suatu kehidupan baru, Yaitu kehidupan dalam kubur, yang membatasi antara dunia dan akhirat.

 

Dapat dikatakan bahwa barzakh berarti suatu periode yang terjadi antara kematian dan datangnya hari kiamat. Ilmu pengetahuan modern sejalan dengan AlQuran tentang adanya alam barzakh ini dengan nama lain, yaitu alam eter. Menurut buku buku ilmu pengetahuan modern, alam eter adalah ruang kosong yang berada di antara bumi dan semua langit yang mengelilingi kita yang mencakup matahari dan planet planet. Namun setelah penemuan penemuan luar biasa di bidang ilmu atom, ruang kosong itu ditambah dengan ruang kosong yang ada di dalam semua benda padan dan di dalam atom itu sendiri, yaitu antara ruang kosong yang berada di antara proton dan elektron.

 

Ruh hidup bebas di dalam ruang kosong yang sangat luas tanpa ada penghalang apapun dan dapat menembus ke dalam ruang kosong yang ada dalam atom meskipun berada di dalam dinding yang terbuat dari baja. Dan Ruh ruh di alam barzakh mungkin bahagia dan mungkin sengsara. Mereka selalu diberitahu tempat tinggal yang akan mereka huni di hari kiamat, baik di syurga maupun di neraka berdasarkan perbuatan yang mereka lakukan di dunia. Allah SWT berfirman: mereka dalam Keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka[249], bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (surat Ali Imran (3) ayat 170)

[249] Maksudnya ialah teman-temannya yang masih hidup dan tetap berjihad di jalan Allah s.w.t.

 

Adapun orang orang kafir dan orang orang lalim mengetahui nasib akhir mereka di dalam neraka dan azab yang pedih, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Waqi’ah (56) ayat 92, 93, 94 berikut ini: “dan Adapun jika Dia Termasuk golongan yang mendustakan lagi sesat, Maka Dia mendapat hidangan air yang mendidih,dan dibakar di dalam Jahannam.”

 

Ruh ruh hidup bebas di alam barzakh di antara langit dan bumi tanpa terikat, baik dengan jasad maupun kubur. Sebelum Islam datang, orang orang memuja kubur, membangunnya dengan megah, serta meletakkan makanan, lampu dan penjaga karena adanya keyakinan bahwa ruh terikat dengan kubur dan akan senang dengan keadaan lahir yang seperti itu.

 

Ketika Islam datang, segera memerintahkan kepada pengikutnya untuk memusnah-kan kubur kubur itu dan meratakannya dengan tanah, bahkan melarang untuk menziarahinya dengan satu tujuan agar mereka lupa akan tradisi jahiliah itu.Setelah mereka lupa akan hal itu, mereka beriman, barulah Nabi SAW bersabda, “Dulu aku melarang ziarah kubur, tetapi ziarahilah sekarang! Hal itu akan melembutkan hati”. Dalam riwayat lain, “mengingatkan akan kematian”.Namun, beliau tidak mengata-kan “membahagiakan mayit” yang berarti bahwa disana tidak ada hubungan antara ruh mayit dengan kuburan dan antara ruh dengan jasad.

Tempat persinggahan ruh di alam barzakh bertingkat-tingkat. Sebagian darinya ada yang berada di tempat yang paling tinggi bersama para nabi, syuhada, orang-orang yang shaleh dan sebagian lain ada yang berada di tempat paling rendah bersama para pembunuh, pezina, dan orang orang yang musyrik. Demikianlah, tempat tempat ruh di alam barzakh yang dilihat oleh Rasulullah SAW pada malam Isra’ Mi’raj. Di alam barzakh para ruh saling berkunjung satu sama lain. Mereka juga mendengar pembicaraan orang orang yang masih hidup, terpengaruh oleh doa doa mereka yang baik dan mengunjungi mereka di mana pun mereka berada.

 

Selain daripada itu, terdapat hal-hal yang dapat diambil oleh ruh yang berada di alam barzakh terdiri dari dua hal,

 

a.     Hal-hal yang ia kerjakan semasa masih hidup, sebagaimana hadits berikut ini: “Rasulullah bersabda, “Amalan dan kebaikan seorang mukmin yang dapat menyusulnya setelah ia meninggal adalah ilmu yang ia ajarkan atau sebarkan, anak shaleh yang mendoakan, mushaf AlQuran yang ia wariskan, masjid yang ia bangun, rumah yang ia bangun untuk ibnu sabil, sungai yang ia alirkan dan sedekah yang ia keluarkan dari hartanya semasa ia hidup dan sehat.” (Muttafaq’alaih). Sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, anak shaleh, membangun rumah penampungan, mengalirkan sungai, menggali sumur, menanam pohon yang berbuah, semua itu akan mengangkat derajat ruh disisi Allah SWT.

 

b.   Hal-hal yang dikerjakan orang-orang yang masih hidup yang terdiri dari atas empat perkara, yaitu melunasi hutangnya, doa, shalat dan puasa untuknya, membaca AlQuran untuk ruhnya, sedekah jariah untuknya dan lain sebagainya. 

 

Masalah ruh dan yang berkenaan dengannya telah dibatasi oleh kerangka AlQuran dan juga oleh hadits, sehingga tidak akan keluar dari kerangka itu kecuali sebatas yang dibolehkan oleh pemahaman secara bahasa maupun syariat. Allah SWT berfirman: “dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (surat Al Israa’ (17) ayat 85). Rasulullah SAW bersabda: Pikirkanlah ciptaan Allah  dan jangan pikirkan dzatNya karena kalian nanti akan binasa. (Kanzu Al Umal). Hal ini karena wahyu dari Sang Pencipta adalah satu-satunya sumber pengetahuan tentang hal-hal yang ghaib yang tidak dapat ditangkap oleh indera dan tidak dapat diketahui oleh nalar murni. Oleh karena itu, apa saja yang dikatakan wahyu akan kita percayai, dan yang bertentangan dengannya akan kita buang dan tidak kita terima. Selain itu, ruh adalah salah satu bukti kebesaran dan kemahaan Allah SWT, sehingga hanya Allah SWT lah yang mengetahui rahasianya, sebagaimana firman-Nya berikut ini: Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui? (surat Al Mulk (67) ayat 14)

 

Akhirnya, hakekat ruh akan tetap menjadi teka teki, rahasia yang tersembunyi, dan tantangan bagi akal manusia hingga waktu yang dikehendaki oleh Allah SWT. Ruh adalah rahasia kehidupan manusia. Allah SWT mengkhusukan pengetahuan ruh untuk diri-Nya sendiri. Adapun bagaimana ruh menempatkan diri dalam jasmani atau meninggalkannya adalah masalah masalah ghaib yang hanya diketahui oleh Allah SWT. Sehingga yang tampak oleh kita dalam realita kehidupan adalah hidup, tidur dan kematian. Dan masih banyak lagi rahasia di balik rahasia yang terdapat di dalam ruh, yang tidak lain adalah jati diri kita yang sesungguhnya. Semoga kita mampu menjadikan ruh ini menjadi jati diri kita yang sesungguhnya dan mampu mempertahakan kefitrahan ruh selama kita hidup di dunia ini sampai diri kita bertemu langsung dengan Allah SWT di syurga-Nya kelak. Amien.

 

2.       Siapakah Pencipta Ruh Manusia. Ruh adalah salah satu unsur yang ada pada diri kita, tanpa adanya ruh dalam diri maka kita belum dapat dikatakan sebagai seorang manusia. Manusia baru dapat dikatakan sebagai manusia, jika sudah terdiri dari jasmani dan ruh serta setelah dipersatukan keduanya terjadilah hidup dan jika setelah dipersatukan lalu dipisahkan keduanya berakhirlah hidup manusia. Selanjutnya darimanakah asalnya ruh tersebut atau siapakah yang menciptakan ruh? Apakah ruh datang begitu saja ke dalam jasmani manusia tanpa ada yang menciptakan? Apakah manusia mampu membuat ruh untuk dirinya sendiri? Untuk menjawab pertanyaan ini mari kita pelajari surat Shaad (38) ayat 72-73 yang kami kemukakan berikut ini: “Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadaNya". lalu seluruh malaikat-malaikat itu bersujud semuanya.” Dan berdasarkan surat Shaad (38) ayat 72-73 di atas, terdapat beberapa ketentuan yang mengatur tentang ruh, yaitu :

 

a.    Ruh ditiupkan langsung oleh Allah SWT tanpa melalui perantaraan siapapun juga dan ini berarti ruh ada karena ada yang menciptakan dan yang menciptakan ruh adalah Allah SWT se        ada yang menciptkan dan yang menciptakan Ruh adalah smani melalui proses penciptaan./ri Jasmani dan Ruhani.mata;

b.   Allah SWT meniupkan ruh ke dalam jasmani setelah jasmani sempurna se-hingga setiap manusia pasti terdiri dari jasmani dan ruh;

c.     Ruh masuk ke dalam jasmani melalui proses peniupan sedangkan jasmani di-cipta-kan bukan melalui proses peniupan, melainkan melalui proses penciptaan.

 

Sekarang bedakah antara sesuatu yang diciptakan (maksudnya jasmani) dengan sesuatu yang ditiupkan (maksudnya ruh)? Sesuatu yang diciptakan baru akan ada setelah diciptakan, jika ia tidak pernah diciptakan maka sesuatu itu tidak akan pernah ada serta mustahil diakal jika pencipta ada setelah ciptaannya ada. Lalu bagaimana dengan sesuatu yang ditiupkan? Sesuatu yang ditiupkan sangat berbeda dengan sesuatu yang diciptakan. Hal ini disebabkan oleh sesuatu yang ditiupkan sudah ada sebelum ditiup-kan, sekarang dimana adanya ruh sebelum ditiupkan? Adanya bersama pada yang meniupkan, dalam hal ini Allah SWT.

 

Berdasarkan kondisi ini terlihat sangat jelas bahwa ruh lebih tinggi kedudukannya, lebih terhormat kedudukannya dibandingkan dengan jasmani yang asalnya dari saripati tanah. Selanjutnya uhuhuh uhjika ruh yang ada pada diri manusia berasal dari Allah SWT melalui proses peniupan, timbul pertanyaan apa yang sebenarnya yang ditiupkan oleh Allah SWT itu, apakah sesuatu yang bersifat remeh temeh atau sesuatu yang merupakan bagian dari Allah SWT itu sendiri? Jika kita berpedoman kepada tidak adanya teknologi yang canggih yang bagaimanapun juga, yang mampu mempelajari secara detail tentang karakteristik ruh, maka yang ditiupkan oleh Allah SWT ke dalam jasmani manusia tidak lain adalah bagian atau sesuatu yang tidak terpisahkan dari Allah SWT itu sendiri yang intinya ruh adalah bentuk dari penampilan dari kebesaran dan kemahaan Allah SWT itu sendiri.

 

Lalu patut dan pantaskah jika Allah SWT memerintahkan kepada seluruh Malaikatnya yang ada pada saat itu untuk sujud kepada Nabi Adam as. (maksudnya adalah sujud kepada ruh Nabi Adam as,)? Apa yang diperintahkan oleh Allah SWT memang sepatutnya dilakukan oleh Malaikat. Allah SWT berfirman:“Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. (surat Al Hijr (15) ayat 29). Adanya perintah sujud ini menunjukkan bahwa diri kita yang sesungguhnya (maksudnya adalah ruh) lebih tinggi kedudukannya dibandingkan dengan Malaikat dan ini juga menandakan bahwa sejak awal manusia sudah ditempatkan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang terhormat. Sebagai makhluk yang awalnya terhormat, sekarang masih terhormatkah diri kita saat ini? Jika tidak berarti ada yang salah dalam diri kita. 


Sekarang jika seluruh ruh berasal dan diciptakan hanya oleh Allah SWT, apakah mungkin sesuatu yang berasal langsung dari Allah SWT mempunyai sifat buruk, mempunyai sifat jahat, mempunyai sifat tercela, mempunyai sifat munafik, mempunyai sifat kejam dan  seterusnya? Allah SWT sebagai yang Maha Terhormat lagi Terpuji tentu akan memperlihatkan, tentu akan menunjukkan kehormatan yang dimilikinya dengan cara yang terhormat pula. Adanya kondisi ini maka tidak akan mungkin ruh memiliki sifat atau diberikan sifat yang tidak mencerminkan kehormatan peniupnya sehingga yang ada hanya hanyalah Nilai-Nilai Kebaikan yang menyertai ruh yang masuk ke dalam diri kita.

 

Lalu adakah campur tangan dari pihak manapun di dalam proses penciptaan dan peniupan ruh? Ruh diciptakan dan ditiupkan hanya oleh Allah SWT tanpa melibatkan siapapun juga sehingga ruh suci, murni hanya diciptakan dan ditiupkan oleh Allah SWT semata, sebagaimana firmanNya berikut ini: “Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”. (surat Al Israa’ (17) ayat 85). Adanya kondisi ini berarti hanya Allah SWT sajalah yang memiliki ilmu dan tentang ruh atau hanya Allah SWT saja Yang Maha Ahli tentang ruh. Selanjutnya jika ruh berasal dan diciptakan oleh Allah SWT secara langsung, apakah mungkin ruh tidak patuh dan taat kepada Allah SWT? Apakah ruh berani menentang Allah SWT seperti Iblis berani menantang Allah SWT? Sesuatu yang berasal dari Allah SWT dapat dipastikan selalu baik, benar, patuh dan taat. Timbul pertanyaan baru, dari dzat-dzat apakah ruh diciptakan oleh Allah SWT? Jika benar ruh diciptakan oleh Allah SWT dari dzat-dzat atau bahan-bahan tertentu lalu mampukah kita mempelajarinya? Dan jika ruh dapat dipelajari oleh manusia, dapatkah manusia mencari sebuah ruh yang akan dipelajarinya? Allah SWT melalui surat Al Israa’ (17) ayat 85 berfirman bahwa urusan ruh adalah Urusan Allah SWT, sehingga manusia tidak akan mempunyai kemampuan untuk mempelajari asal muasal dzat pembentuk ruh.

 

Manusia hanya bisa mempelajari ruh sebatas pengetahuan luarnya saja atau sebatas keterangan-keterangan saja. Hal ini sesuai dengan pernyataan Allah SWT itu sendiri yang menyatakan tidaklah kamu diberi pengetahuan walaupun sedikit. Ingat sedikitnya Allah SWT tentu berbeda dengan sedikitnya manusia. Adanya kondisi ini berarti tidak ada kata tabu atau tidak ada larangan untuk mempelajari ruh. Hanya saja kesempatan untuk mempelajari ruh tidak seperti kita mempelajari atom dan ion yang ada di alam semesta ini karena ilmu tentang ruh yang dikemukakan oleh Allah SWT hanya sedikit yang dikemukakan. Manusia dengan segala teknologi yang ada tidak akan pernah mampu untuk mempelajari ruh sampai hal yang sekecil-kecilnya seperti kita mempelajari atom ataupun ion. Sekarang bagaimana mungkin manusia akan mempelajari ruh sedangkan manusia itu sendiri tidak mempunyai kemampuan untuk mendapatkan contoh atau bahan baku atau material dasar dari ruh untuk dipelajarinya?

 

Jika sampai ruh bisa dipelajari oleh manusia berarti Dzat Allah SWT pun bisa dipelajari. Dan jika ini yang terjadi maka ketentuan sebagai berikut berlaku yaitu sesuatu yang bisa dipelajari, sesuatu yang bisa dianalisa, maka yang mempelajari atau yang menganalisa sesuatu pasti ia lebih baik dan lebih mampu dibandingkan sesuatu yang bisa dipelajari dan bisa dianalisa. Kenyataan yang ada pada saat ini sampai dengan hari kiamat kelah adalah ruh ataupun pencipta ruh itu sendiri tidak akan pernah bisa dipelajari ataupun tidak akan bisa dianalisa seperti layaknya atom dan ion. Adanya kondisi ini dapat dikatakan bahwa pengetahuan tentang ruh hanya Allah SWT sajalah yang tahu sampai kapanpun juga.

 

Untuk menambah pengertian dan pemahaman tentang ruh, berikut ini akan kami kemukakan sebuah ilustrasi sebagai berikut: Sekarang dapatkah kita mengetahui kondisi dan keadaan mobil merk Toyota dengan baik dan benar justru kita pergi ke Mitsubishi? Jika ini yang terjadi maka kita tidak akan pernah tahu dan tidak akan pernah mengerti tentang mobil merk Toyota. Sekarang bagaimana dengan ruh yang diciptakan hanya oleh Allah SWT? Jika hanya Allah SWT saja pencipta ruh berarti hanya Allah SWT sajalah yang paling Ahli tentang ruh, hanya Allah SWT sajalah yang paling mengerti tentang ruh, hanya Allah SWT sajalah yang mampu memperbaiki, yang mampu mengembalikan kondisi ruh sesuai dengan kondisi yang aslinya. Sekarang adakah makhluk atau pihak manapun juga yang mampu memperbaiki, yang mampu mengembalikan kondisi ruh sesuai dengan aslinya? Sampai dengan kapanpun, tidak akan pernah ada yang mampu memperbaiki, atau mengem-balikan kondisi ruh seperti sediakala (maksudnya kefitrahannya). Sekarang jika ada orang, atau kelompok tertentu yang mampu memperbaiki, yang mampu mengemba-likan kondisi ruh seperti sediakala, apa yang harus kita perbuat? Yang dapat kita perbuat adalah sarankan kepada mereka untuk Taubatan Nasuha sebelum ruh mereka tiba dikerongkongan. Jika ini adalah kondisi dasar dari ruh dari sudut pandang penciptanya, sudahkah kita mengetahuinya, sudahkah kita berhubungan dan berkomu-nikasi dengan Allah SWT untuk memperbaiki kondisi ruh jika mengalami gangguan akibat pengaruh buruk dari ahwa (hawa nafsu) dan juga setan.

 

Apakah ruh yang diciptakan oleh Allah SWT berbeda-beda kualitasnya antara satu orang dengan orang lainnya atau apakah ruh mengenal suku bangsa? Ruh setiap manusia sama kualitasnya. Allah SWT tidak pernah membeda-bedakan ruh manusia, siapapun orangnya, apakah akan menjadi orang yang beriman ataukah menjadi orang yang kafir, kualitasnya tidak dibeda-bedakan alias sama. Selain daripada itu ruh yang diciptakan Allah SWT tidak mengenal apa yang dinamakan dengan suku bangsa, sebab yang mengenal suku bangsa adalah jasmani. Ruh juga tidak mengenal istilah kelamin, laki-laki atau perempuan, sebab yang mengenal laki-laki atau perempuan adalah jasmani. Ruh juga tidak ada yang cacat yang mengalami disabilitas adalah jasmani. Dan juga ruh juga tidak mengenal apa yang dinamakan dengan nilai-nilai keburukan, sebab yang mengenal nilai-nilai keburukan adalah jasmani.

 

Timbul pertanyaan baru, adakah makhluk lain yang ada di jagad raya ini yang memiliki ruh seperti yang dimiliki oleh manusia? Sampai dengan saat ini dan juga sampai dengan hari kiamat kelak hanya manusia sajalah yang memiliki ruh yang berasal dari Allah SWT. Adanya kondisi seperti ini menandakan bahwa manusia yang tidak lain adalah khalifah di muka bumi, sudah ditempatkan, sudah diletakkan, sudah diposisikan lebih mulia, lebih terhormat dibandingkan dengan malaikat, jin/iblis/setan, tumbuhan, hewan, air dan udara. Apa buktinya? Buktinya adalah diperintahkannya malaikat untuk sujud kepada Nabi Adam as, setelah ditiupkannya ruh ke dalam jasad Nabi Adam as. Dan sebagai makhluk yang terhormat dibandingkan dengan jin/iblis/setan yang telah dikutuk oleh Allah SWT, berarti manusia tidak akan dapat dikalahkan oleh jin/iblis/setan. Selanjutnya apakah kondisi ini masih berlaku? Jika saat ini jin/iblis/setan dapat mengalahkan manusia berarti ada sesuatu yang salah di dalam diri kita. Untuk itu segeralah introspeksi diri saat ini juga, dikarenakan kita tidak tahu kapan Malaikat Maut memisahkan ruh dengan jasmani diri kita dan selanjutnya terserah kepada diri kita sendiri.   

 

3.   Kapan Ruh Ditiupkan (Dipersatukan) Dengan Jasmani. Kapankah ruh ditiup-kan, atau kapankah ruh mulai dipersatukan dengan jasmani oleh Allah SWT?  Berdasarkan surat As Sajdah (32) ayat 9 berikut ini: “kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” Ruh/ruhani mulai ditiupkan ke dalam jasmani setelah kondisi dan keadaan jasmani sempurna (maksudnya janin telah sempurna berbentuk manusia). Lalu setelah itu Allah SWT juga memberikan pendengaran, penglihatan dan juga perasaan (af’idah) kepada manusia baru tersebut sebagai bagian dari Amanah yang 7 yang akan dimintakan pertanggungjawabannya kelak oleh Allah SWT. Timbul pertanyaan kapan kondisi itu terjadi? Jawaban dari pertanyaan ini ada pada hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim berikut ini: “Abdullah bin Mas’ud ra, berkata: Rasulullah SAW yang benar dan harus dibenarkan telah menerangkan kepada kami: “Sesungguhnya seseorang terkumpul kejadiannya dalam perut ibunya empat puluh hari berupa mani, kemudian berupa sekepal darah selama itu juga kemudian berupa sekepal daging selama itu juga, kemudian Allah mengutus Malaikat  yang diperintah mencatat empat kalimat dan diperintah: “Tulislah Amalnya, rizqinya, ajalnya dan nasib baik dan sial (celaka), kemudian ditiup ruh kepadanya. Maka sesungguhnya adakalanya seorang dari kamu melakukan amal ahli sorga sehingga antaranya dengan sorga hanya sehasta, tetapi adakalanya dalam suratan pertama, tiba-tiba melakukan amal ahli neraka, dan adakalanya seorang berbuat amal ahli neraka sehingga antaranya dengan neraka hanya sehasta, tiba-tiba dalam ketentuan suratannya ia berubah mengerjakan ahli sorga”. (Hadits Riwayat Bukhari, Muslim).

 

Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim di atas ini, Allah SWT meniupkan ruh ke dalam jasmani setelah jasmani tumbuh secara sempurna dalam rahim seorang ibu dalam hal ini  kurang lebih setelah 120 (seratus dua puluh) hari atau setelah Malaikat diperintah oleh Allah SWT untuk mencatat tentang empat hal, yaitu catatan Amal, catatan Rezeki, catatan Ajal dan catatan Nasib Baik dan Sial (Celaka) atas kondisi awal jasmani yang ada di dalam rahim Ibu. Sehingga seseorang baru dapat dikatakan sebagai seorang manusia setelah bersatunya ruh dengan jasmani yaitu saat  janin berusia 120 (seratus dua puluh) hari di dalam rahim ibu. Hal ini dipertegas jika janin yang telah berusia diatas 120 (seratus dua puluh) hari atau sama dengan 120 (seratus dua puluh) hari mengalami keguguran atau meninggal dunia, maka kita diwajibkan oleh Allah SWT untuk menshalatinya atau timbul kewajiban untuk shalat jenazah.

 

Selain daripada itu, jika terdapat catatan yang dibuat oleh Malaikat sebelum ruh ditiupkan bukanlah catatan untuk ruh yang ditiupkan dikarenakan ruh masih fitrah  dan juga bukan pula catatan untuk manusia karena manusia harus terdiri dari jasmani dan ruh, sedangkan pada waktu catatan dibuat oleh Malaikat ruh belum ditiupkan atau belum dipersatukan dengan jasmani. Lalu apa yang terjadi pada ruh setelah ditiupkan ke dalam janin saat masih di dalam rahim seorang ibu? Setelah ruh ditiupkan ke dalam janin maka ruh akan mengisi seluruh bahagian bahagian yang ada di dalam janin tanpa terkecuali. Sehingga ruh akan mengisi setiap sel sel serta seluruh jaringan syaraf yang ada di dalam janin atau mengisi setiap ruang dan celah yang ada di dalam tubuh manusia tanpa terkecuali. Lalu apa yang terjadi berikutnya? Setelah ruh mengisi seluruh komponen dan jaringan yang ada di dalam tubuh manusia, maka terjadilah apa yang dinamakan dengan hidup yang terjadi di dalam rahim seorang ibu. Pernahkah kita merenungkan keadaan ini lalu mampukah kita melihat betapa luar biasanya Allah SWT.

 

Setelah manusia lahir lalu apa yang terjadi dengan ruh? Ruh akan mengikuti setiap perkembangan jasmani. Sehingga ruh akan terus berkembang mengikuti tumbuh dan berkembangnya jasmani. Semakin jasmani tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu maka ruh pun akan tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan jasmani tanpa terkecuali. Dan ingat, ruh tidak ada yang cacat atau mengalami kerusakan sedikitpun baik sebelum dipersatukan dengan jasmani ataupun setelah dipersatukan dengan jasmani. Sehingga bentuk ruh akan mengikuti bentuk dan rupa jasmani.

 

Lalu, seperti apakah perkembangan ruh setiap orang? Disilah salah satu letak betapa Allah SWT sangat sempurna mempersiapkan rencana besar keberadaan manusia di muka bumi melalui adanya perkembangan ruh seseorang yang tidak bisa dilepaskan dari perkembangan jasmani seseorang. Katakan saat diri kita lahir memiliki panjang tubuh hanya 50 cm, maka pada saat itu pula panjangnya ruh sesuai dengan panjangnya tubuh kita. Allah SWT berfirman: “dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah tumbuh berangsur angsur (dengan sebaik-baiknya), (surat Nuh (71) ayat 17).” Jika jasmani berkembang sesuai dengan bertambahnya usia, maka ruh pun bertambah sesuai dengan berkembangnya jasmani seseorang dan seterusnya. Sampai kapan perkembangan ruh mengikuti perkembangan jasmani manusia? Jawaban pastinya hanya Allah SWT saja yang tahu secara pasti dikarenakan Allah SWT yang memegang rahasia ini. 

 

4.   Adanya Kesaksian Ruh Kepada Allah SWT. Apa yang akan ruh lakukan pada waktu pertama kali masuk atau bergabung di dalam jasmani manusia disaat masih dalam rahim ibu? Apakah ruh berontak? Apakah ruh tunduk dan patuh kepada Allah SWT? Apakah ruh diam saja pada saat ruh masuk (dipersatukan) dengan jasmani?  Jawaban dari pertanyaan ini ada pada surat Al A’raaf (7) ayat 172 sebagaimana berikut ini: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”.  Berdasarkan surat Al A’raaf  (7) ayat 172 yang kami kemukakan di atas terdapat 3(tiga) buah ketentuan dan keterangan yang wajib kita jadikan pedoman saat melaksanakan rencana besar penciptaan manusia di muka bumi, yaitu: 

 

a.     Adanya Pernyataan Allah SWT Bahwa Allah SWT Adalah Tuhan Bagi Diri Kita. Allah SWT melalui surat Al A'raaf (7) ayat 172 dengan tegas menyatakan bahwa Allah SWT adalah Tuhan bagi diri kita. Melalui pernyataan ini maka Allah SWT dengan tegas  menyatakan bahwa  Akulah Tuhan, Akulah Pencipta, Aku Pemelihara, Aku Pengawas, Akulah Penguasa, Akulah Pengayom, Akulah Pembimbing, Akulah Penjaga, Akulah Pemberi dan seterusnya sesuai dengan Asmaul Husna di mana itu semuanya bersifat Baqa, bersifat Qiyamuhu Binafsih, bersifat Wahdaniah, bersifat Mukhalafatul Lil Hawadish, dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Jika sekarang Allah SWT sudah memberikan kesaksian dan pernyataan tentang diri-Nya sendiri seperti ini, selanjutnya maka : (1) Ilmu Allah SWT selalu ada di tengah dan di sekeliling kita; (2) Pendengaran dan penglihatan Allah SWT selalu ada di tengah dan di sekeliling kita; (3) Qudrat dan Iradat selalu ada di tengah dan di sekeliling kita; (4) Kalam dan Hayat selalu ada di tengah dan disekeliling kita; (5) Kasih sayang, pengawasan, pemeliharaan dari Allah SWT selalu ada di tengah dan di sekeliling diri kita.

 

Akhirnya kita tidak dapat dipisahkan dari ilmu, pendengaran, penglihatan, qudrat, iradat, kalam, hayat, kasih sayang, pengawasan dan pemeliharaan Allah SWT. Jika itu semua adalah posisi dan juga keadaan dari pernyataan dan kesaksian Allah SWT kepada seluruh makhluk-Nya. Selanjutnya apakah kita akan menyianyiakannnya atau apakah kita akan mengabaikannya atau apakah kita mau menerima pernyataan dan kesaksian Allah SWT dengan sebenar-benarnya? Sekarang tinggal bagaimana kita menyikapi kesaksian dan pernyataan Allah SWT itu, maukah kita menerima dan mempercayai atau menolak atau apakah kita akan menggantinya dengan yang lain? Yang pasti kita yang sangat membutuhkan Allah SWT sedangkan Allah SWT tidak butuh sama sekali dengan diri kita.

 

b.  Adanya Pernyataan Ruh kepada Allah SWT. Inilah pengakuan ruh di dalam rahim ibu kita pada waktu berumur 120 (seratus dua puluh) hari atau setelah ruh ditiupkan ke dalam jasmani yaitu ruh memberikan kesaksian bahwa Allah SWT adalah Tuhan. Adanya kondisi seperti ini dapat dikatakan bahwa setiap ruh secara individual atau secara pribadi-pribadi tanpa terkecuali, telah mengakui, telah menyatakan dengan tegas tanpa ada paksaan dari siapapun juga bahwa Allah SWT adalah Tuhan bagi seluruh umat manusia. Selanjutnya apa yang terjadi setelah ruh mengakui bahwa Allah SWT adalah Tuhan? Adanya pengakuan ruh secara individual kepada Allah SWT berarti ruh telah memberikan kesaksian tentang Allah SWT sehingga ruh telah beriman kepada Allah SWT  dan adanya kondisi ini terlihat dengan jelas bahwa ajaran Islam tidak mengenal konsep reinkarnasi. Sekarang timbul pertanyaan, atas dasar apakah ruh mengakui bahwa Allah SWT adalah Tuhan sehingga ruh telah beriman kepada Allah SWT?

 

Pengakuan dan kesaksian ruh kepada Allah SWT bahwa Allah SWT adalah Tuhan dikarenakan ruh mengenal siapa Allah SWT; ruh tahu apa dan bagaimana Allah SWT; ruh tahu dari mana ia berasal serta ruh tahu bahwa Allah SWT-lah yang menciptakannya. Lalu apakah hanya itu saja sehingga ruh mengakui Allah SWT adalah Tuhan? Ruh adalah bagian dari Allah SWT, jika suatu bagian dipisahkan dari asalnya maka bagian yang dipisahkan pasti akan tahu, pasti akan mencari sesuatu yang sama dengan dirinya, pasti akan menuju kepada asalnya dan selanjutnya pasti akan mengetahui siapa asalnya tersebut. Jika ruh tahu bahwa Allah SWT adalah Tuhan dimana pernyataan itu sudah dinyatakan sejak awal kehidupan manusia atau sejak dipersatukannya ruh dengan jasmani maka apakah hal ini tidak cukup bagi kita untuk beriman kepada Allah SWT selama-lamanya.

 

Hal yang harus kita perhatikan tentang pernyataan ruh kepada Allah SWT adalah apakah kualitas pernyataan yang telah kita lakukan kepada Allah SWT masih tetap sama kondisinya atau kualitasnya masih seperti saat pertama kali menyatakan Allah SWT adalah Tuhan bagi diri kitarpisahkan antara ketentuan satu dengan ketentuan yang lainiri kita.lak oleh ALLAH SWT.  ini karena eb? Sebagai makhluk yang terhormat sudah sepatut-nya dan sepantasnya jika pernyataan ruh kita kepada Allah SWT tetap terpelihara, tetap terjaga kualitasnya dari waktu ke waktu dan jangan sampai menurun kualitas akibat pengaruh ahwa (hawa nafsu) dan setan.

 

c.    Sampai Kapankah Masa Berlakunya Pernyataan Ruh Kepada Allah SWT. Seka-rang bagaimana dengan masa berlakunya pernyataan ruh kepada Allah SWT, apakah memiliki masa berlaku? Pernyataan ruh kepada Allah SWT juga memiliki masa berlaku, yaitu masa berlaku dalam arti  umum dan masa berlaku dalam arti khusus. Secara umum masa berlakunya sepanjang manusia ada di muka bumi atau sepan-jang di muka bumi ini masih ada manusia atau sepanjang masih ada kehidupan manusia di muka bumi maka pernyataan ruh untuk bertuhankan kepada Allah SWT masih berlaku sampai dengan hari kiamat tiba.

 

Sekarang bagaimana dengan masa berlaku pernyataan ruh dalam arti khusus yaitu masa berlaku bagi individual atau bagi pribadi-pribadi? Bagi individual atau secara pribadi-pribadi masa berlaku pernyataan ruh kepada Allah SWT dapat dibedakan menjadi 2(dua) yaitu: (1) dimulai dari saat ditiupkannya ruh ke dalam jasmani sampai dengan sebelum ruh tiba dikerongkongan dan/atau; (2) dimulai dari saat ditiupkannya ruh dalam jasmani sampai dengan diri kita sendiri yang memutuskan untuk tidak mau melaksanakan pernyataan yang telah kita buat atau diri kita sendiri yang memutuskan hubungan dengan Allah SWT dengan tidak mau lagi melaksanakan komitmen bertuhankan kepada Allah SWT.Adanya kondisi yang kami kemukakan di atas ini, maka dapat dikatakan bahwa masa berlaku pernyataan bertuhankan kepada Allah SWT  bagi individual sangat tergantung kepada individu-individu itu sendiri, yaitu: (a) Apakah ia mau menerima, apakah ia mau melaksanakan komitmen ruh untuk bertuhankan kepada Allah SWT  ataukah; (b) Apakah ia tidak mau menerima dan tidak mau melaksanakan komitmen ruh untuk bertuhankan kepada Allah SWT.

 

Ini berarti jika kita mau berkomitmen untuk melaksanakan pengakuan ruh untuk bertuhankan kepada Allah SWT maka masa berlaku pernyataan bertuhankan hanya kepada Allah SWT (syahadat) yang kita lakukan akan panjang yaitu selama pengakuan tersebut terus kita lakukan dari waktu ke waktu selama hayat di kandung badan sehingga terjadilah kontrak permanen. Demikian pula sebaliknya, jika kita memutuskan untuk tidak mau melaksanakan komitmen ruh untuk bertuhankan hanya kepada Allah SWT maka sampai disitulah masa berlaku syahadat yang kita lakukan atau berakhirlah pernyataan  diri kita kepada Allah SWT. Sekarang pilihan untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan komitmen yang telah ruh lakukan untuk bertuhankan hanya kepada Allah SWT tergantung pada diri kita sendiri.

 

Setelah menjalani hidup di dunia ini, bagaimanakah kualitas dari pernyataan diri kita kepada Allah SWT, apakah masih tetap utuh seperti sediakala ataukah  sudah berubah ataukah  kita telah melanggar janji dengan berubah sikap sehingga tidak lagi mau mengakui Allah SWT sebagai Tuhan? Mudah-mudahan kualitas dari pernyataan diri kita kepada Allah SWT tidak berubah sedikitpun sehingga kemudahan menjadi abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya dapat kita rasakan dan nikmati dan selanjutnya dapat menghantarkan diri kita ke “Kampung Kebahagiaan”. Terkecuali jika kita hendak pulang ke” Kampung Kesengsaraan dan Kebinasaan” maka lakukanlah ingkar janji atau berpalinglah dari pernyataan dan kesaksian kita kepada Allah SWT. Selamat memilih dan menentukan sikap.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar