Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Sabtu, 08 Juni 2024

RANGKAIAN IBADAH UMROH YANG SESUAI DENGAN KEHENDAK ALLAH SWT (PART 4 of 7)

 

E.     THAWAF.

 

Thawaf berarti mengelilingi dan yang dimaksud adalah mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 (tujuh) kali putaran, dimulai dari Hajar Aswad lalu berputar berlawanan arah jarum jam (dari arah kiri menuju arah kanan) serta berakhir di Hajar Aswad, sebagaimana firman Allah SWT berikut ini: “Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah). (surat Al Hajj (22) ayat 29)

 

1.  Jenis Jenis Thawaf. Adapun jenis-jenis thawaf dapat kami kemukakan sebagai berikut: 

a. Thawaf Umroh. Dilaksanakan setelah jamaah mengambil Miqat dengan menggunakan ihram bagi jamaah haji yang memilih Haji Tamattu atau jamaah umroh yang melaksanakan umroh yang tidak bersamaan degan ibadah haji yang dilanjutkan dengan Sa’i lalu diakhiri dengan Tahallul. 

b.   Thawaf Qudum. Thawaf Qudum atau thawaf selamat datang dilakukan oleh jamaah haji yang memilih haji Qiran dan Haji Ifrat. 

c. Thawaf Haji/Ifadhah. Dilaksanakan setelah jamaah Wukuf dan setelah Tahallul awal sehingga bisa dilaksanakan dengan mempergunakan baju bebas atau tanpa berihram. 

d.   Thawaf Nadzar. Dilaksanakan  tanpa  miqat  dengan  baju bebas atau tanpa ihram jika jamaah hanya berniat untuk thawaf semata tanpa sa’i dan tanpa tahallul. Sedangkan jika jamaah bernadzar untuk umroh dimulai dari miqat dalam kondisi ihram yang dilanjutkan dengan sa’i yang diakhiri dengan tahallul. 

e.  Thawaf Sunnah. Dilaksanakan dengan baju bebas, tanpa ihram bisa dilak-sanakan kapan saja sepanjang jamaah berada di Masjidil Haram.Thawaf Sunnah tidak bisa dilanjutkan dengan Sa’i sehingga tanpa ada Tahallul. 

f.  Thawaf Wada’. Dilaksanakan dengan baju bebas, tanpa ihram dan tanpa mengambil miqat.

 

Catatan Khusus Tentang Thawaf:  Thawaf Wada dilakukan ketika jamaah hendak pulang ke tanah air bagi jamaah haji gelombang pertama atau yang hendak pergi berziarah ke Madinah bagi jamaah haji gelombang ke dua. Tata caranya sama dengan Thawaf Sunnah, tanpa ihram dan tanpa Miqat serta Thawaf Wada’ tidak dilanjutkan dengan Sa’i (tanpa Sa’i) serta tanpa tahallul. Hal yang samapun berlaku bagi jamaah umroh yang hendak kembali ke tanah air.

 

2.       Sunnah Dalam Thawaf.

 

a.     Mencium Hajar Aswad.

b.  Menjadikan ihram dibawah ketiak kanan dan meletakkan ujungnya di atas pundak kiri serta membiarkan pundak kanan terbuka, hal ini disebut dengan istilah Al Idthiba.

c.  Berjalan cepat (al rmal) berlari-lari kecil hanya bagi pria, selama tiga putaran penuh kemudian berjalan biasa selama empat puturan sisa.

d.   Memulai Thawaf dai sisi Rukun Yamani (kanan) dekat Hajar Aswad kemudian menghadap Hajar Aswad seraya mengangkat kedua tangan.

e.    Tidak memutus putaran thawaf.

 

3.       Adanya beberapa catatan khusus tentang Thawaf.

 

a.  Kedudukan Thawaf sama dengan kedudukan Shalat (suci dari hadas, junub, haid dan nifas) dan dilakukan dalam keadaan suci atau berwudhu.

b. Menutup Aurat. Bagi laki-laki, antara pusar sampai bagian bawah lutut.Sedangkan bagi wanita adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan.

c.     Mengelilingi Ka’bah sebanyak 7(tujuh) kali arah ke kiri (Ka’bah selalu berada di sebelah kiri).

d.     Bermula dan berakhir di sudut Hajar Aswad.

e.     Memberi salam kepada Hajar Aswad dan Rukun Yamani meski dengan isyarat tangan saja.

f.  Shalat  sunnah  dua rakaat di belakang Maqam Nabi Ibrahim as, searah Multazam (pintu Ka’bah).

g.   Thawaf ada yang bersifat rukun sehingga wajib dilaksanakan dan ada thawaf sunnah yang dilakukan tanpa ihram dan tanpa Miqat.

 

Saat diri kita melaksanakan Thawaf maka kita tidak bisa melepaskan diri dari Hajar Aswad. Untuk itu Rasulullah SAW telah memberikan tuntunan dalam bersikap terhadap Hajar Aswad. Jika mungkin, orang yang Thawaf supaya mencium Hajar Aswad. Jika tidak mung-kin cukup menyentuhnya dengan tangan. Kemudian mencium tangannya yang telah menyentuh Hajar Aswad. Jika tidak mungkin mencium Hajar Aswad cukup beri isyarat dari jauh, dengan mengangkat tangan kemudian menciumnya, sebagaimana hadits berikut ini:“Umar Ra, berkata: “Sungguh aku mengetahui engkau hanyalah batu, sekiranya aku tidak melihat Rasulullah SAW telah menciumnya dan mengusapnya, niscaya aku tidak akan mengusapmu dan menciummu.(Hadits Riwayat Ahmad).”

 

Jangan sampai diri kita memaksakan diri untuk mencium Hajar Aswad dengan cara-cara yang membahayakan diri sendiri, atau membahayakan orang lain. Apalagi dengan cara membayar joki (mengupah orang orang tertentu) agar diri kita mudah untuk mencium Hajar Aswad. Mencium Hajar Aswad adalah ibadah sunnah sehingga jangan sampai kita sibuk mengejar ibadah sunnah dengan mengabaikan atau mengalahkan ibadah wajib lainnya.

 

Ingat, jika kita tidak mencium Hajar Aswad tidak akan mengakibatkan ibadah umroh yang kita laksanakan menjadi tidak sah dan batal atau berkurang nilainya dihadapan Allah SWT. Justru yang harus kita dapatkan saat ibadah haji atau umroh adalah bagaimana bisa bertemu dan bisa diterima oleh pemilik Ka’bah tempat diletakkanya Hajar Aswad itu. Jika konsep ini kita lakukan berarti nilainya lebih tinggi ketimbang hanya mencium Hajar Aswad.

 

BACAAN MEMULAI THAWAF :

Bismillahi Allahu Akbar. (seraya ber istilam*)

Artinya: 

Dengan Nama Allah, Allah Maha Besar.

 

*istilam / isyarat dengat mangangkat tangan menghadap hajar aswad dan mengecup tangan kanan

 

BACAAN THAWAF :

Subhanallah walhamdulillah walaa ilaaha illallah wallahu akbar walaahawla wala quwwata illa billahil ‘aliyil ‘azhiim. Allahuma inny as’alukal ‘afwa wal’afiyah walmu’aafatad daa-imah fiddiini waddunya wal aakhiroh.

Artinya:
Maha suci Allah, segala puji bagi Allah dan tiada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar. Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ampunan, kesehatan dan kesejahteraan yang langgeng, baik dalam urusan agama, dunia maupun akhirat.

 

BACAAN SAAT BERADA DI RUKUN YAMANI :

Bismillahi Allahu Akbar.

Artinya: 

Dengan Nama Allah, Allah Maha Besar.

(dibaca setiap berada di Rukun Yamani dengan mengangkat tangan kanan dan menghadap kearah ke Rukun Yamani)

 

BACAAN SETELAH MELEWATI RUKUN YAMANI :

Robbanaa aatina fiddunya hasanah wa fil aakhiroti hasanah waqinaa adzabannaar wa adkhilnal jannata ma’al abror. Yaa Azizz Yaa Goffar Yaa Robbal’aalamin. 

Artinya:
Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan didunia dan akhirat, dan bebaskanlah kami dari siksa neraka serta masukanlah kami ke dalam surga bersama orang-orang yang berbuat baik, wahai dzat yang Maha Mulia dan Maha Pengampun serta Penguasa seluruh alam.


BACAAN DI MAQAM IBRAHIM :

Bismillahirrahmaanirrahiim. Wa takhidzuu mim maqoomi Ibrohiima musholla.
Artinya:
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Jadikanlah bagian dari Maqam Ibrahim sebagai tempat sholat.

 

Agar diri kita yang menunaikan ibadah haji atau umroh paham akan makna yang tersembunyi di balik ibadah Thawaf. Berikut ini akan kami kemukakan pemandangan yang bisa kita lihat di alam semesta ini yang pada dasarnya adalah konsep Thawaf. Bukankah bumi mengelilingi matahari dengan penuh ketundukan kepada Allah SWT? Dan bukankah pada gilirannya, mataharipun beserta planet-planetnya termasuk bumi mengelilingi galaksi bima sakti?

 

Dan bukankah galaksi bima saktipun bersama-sama galaksi-galaksi lainnya berputar mengelilingi Arsy Allah SWT?  Dari sini nyatalah bahwa seluruh alam semesta berthawaf mengelilingi Arsy dalam rangka memenuhi kehendak Allah SWT. Thawaf juga melambangkan gerak kosmos dalam ketundukannya yang total kepada kehendak Allah SWT.

 

Di lain sisi, menurut tradisi Islam, Thawaf dilakukan bukan hanya di Mekkah, tetapi juga di seluruh jagad raya dari mulai para malaikat sampai dengan alam semesta, dikatakan bahwa berjuta-juta malaikat melakukan Thawaf mengelilingi Arsy. Selain para malaikat, alam semesta juga ternyata melakukan Thawaf. Oleh karena itu, orang-orang yang melakukan Thawaf  adalah orang orang yang telah diberi kesempatan  yang sangat istimewa oleh Allah SWT. Karena diri kita telah ikut dan turut berpartisipasi dalam drama kosmik yang sesungguhnya yang merupakan sebuah tindakan ketundukkan universal kepada kehendak Allah SWT Yang Maha Kuasa.

 

Orang-orang yang berthawaflah yang sebenarnya sedang melakukan tindakan pengabdian universal kepada Allah SWT bersama makhluk-makhluk Allah SWT yang ada di langit dan di bumi, yang lainnya tidak. Inilah keistimewaan  ibadah Thawaf mengelilingi Ka’bah yang berlawanan arah jarum jam dibandingkan dengan ibadah-ibadah yang lainnya. Begitu istimewa ibadah haji atau ibadah umroh ini. 

 

Sekarang pernahkah kita memperhatikan apa yang kita alami saat kita hidup di muka bumi ini. Selama kita hidup di muka bumi berarti kita berada di dalam rotasi bumi yang selalu berputar searah jarum jam. Namun apa yang terjadi dengan diri kita, kita tidak pernah merasa pusing di dalam putaran bumi. Hal ini dikarenakan di dalam diri kita jika kita mau menyadarinya ada sesuatu yang Thawaf sehingga pengaruh dari putaran bumi tidak mengakibatkan diri kita pusing. Lalu apa yang Thawaf di dalam diri sehingga kita tidak merasa pusing? Lihatlah lalu perhatikan serta renungkan dengan seksama aliran darah dalam diri kita sendiri yang bergerak dari bilik kiri ke bilik kanan serta perhatikan pula arah ubun- ubun yang ada di atas kepala yang menunjukkan gerakkan Thawaf.

 

Adanya aliran darah yang bergerak berlawanan arah dengan arah rotasi bumi mampu menetralisir pengaruh putaran bumi kepada kita sehingga tidak mengakibatkan kita pusing. Ini sudah terjadi pada semua orang dan kita pun sudah merasakan manfaat dari adanya Thawaf yang ada pada diri kita, inilah yang kami istilahkan dengan Thawaf jasmani. Jika Jasmani sudah Thawaf yang mengakibatkan diri kita tidak pusing di dalam putaran bumi, lalu bagaimana dengan ruh. Apakah ruh harus Thawaf seperti halnya jasmani?  Saat diri kita hidup di muka bumi ini dapat dipastikan ruh dari diri kita tidak dapat menghindarkan diri dari pengaruh ahwa (hawa nafsu) dan setan yang mengakibatkan kefitrahan ruh menjadi kotor atau tidak fitrah lagi sedangkan kita harus mempertahan kefitrahan itu (datang fitrah kembali harus fitrah).

 

Adanya pengaruh dari ahwa (hawa nafsu) dan setan yang tidak bisa kita hindari maka salah satu jalan keluar untuk mengatasinya adalah ruhpun harus Thawaf seperti halnya jasmani Thawaf. Adapun tata cara dari Thawafnya ruh berbeda dengan tata cara Thawafnya jasmani. Thawafnya jasmani adalah anugerah Allah SWT  (sunnatullah) yang tiada terhingga kepada diri kita dimana aliran darah yang mampu menetralisir pengaruh putaran bumi kepada tubuh kita. Lalu bagaimana dengan Thawafnya ruh? Untuk itu mari kita lanjutkan pembahasan tentang Thawafnya ruh di bawah ini.    

 

Sebagai hamba-Nya yang sekaligus khalifah-Nya yang telah diundang oleh Allah SWT ke Baitullah untuk melaksanakan ibadah haji atau umroh, pernahkah kita bertanya atau mempertanyakan kenapa kita harus Thawaf berlawanan dengan arah jarum jam atau kita Thawaf tetapi Thawaf yang kita lakukan berbeda dengan Thawaf makhluk? Kita harus melaksanakan Thawaf ruh tidak searah jarum jam dikarenakan :

 

1.     Ruh yang tidak lain adalah jati diri manusia yang sesungguhnya adalah bagian dari Nur Allah SWT sehingga pada saat Ruh Thawaf berarti diri kita yang sesungguhnya masuk ke dalam garis edar Allah SWT; masuk ke dalam kehendak Allah SWT;  masuk ke dalam perintah Allah SWT sehingga diri kita yang sesungguhnya bersama dengan kebesaran dan kemahaan Allah SWT lalu terjadilah sinergi antara ruh diri kita dengan kemahaan dan kebesaran Allah SWT.

 

2.    Allah SWT adalah pencipta dan pemilik alam semesta sedangkan makhluk itu sen-diri adalah ciptaannya sehingga garis edar Allah SWT berbeda dengan garis edar makhluk. Jika garis edar Allah SWT sama dengan garis edar makhluk berarti tidak ada beda diantara keduanya lalu dimana letak kebesaran dan kemahaan Allah SWT dibanding makhluk?

 

3.   Setiap manusia adalah hamba-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi di-mana kedudukan manusia sudah ditempatkan oleh Allah SWT di atas apa-apa yang dikhali-fahinya. Jika yang dikhalifahi thawafnya searah dengan jarum jam maka thawaf khalifah harus berlawanan arah jarum jam (dari kiri ke kanan) sebab jika thawafnya sama tidak ada beda antara khalifah dengan yang dikhalifahinya dan bagaimana mungkin khalifahnya bisa sukses mengkhalifahi sesuatu hal jika melaksanakan Thawafnya searah jarum jam?.

 

4.  Pada saat diri kita melaksanakan Thawaf maka pada saat itu kita ikut memutar seluruh energi yang diarahkan oleh orang yang shalat yang tidak putus-putusnya di muka bumi ini, seperti energi penggagungan dan pengakuan akan kebesaran dan kemahaan Allah SWT, energi doa dan harapan yang dipanjatkan umat baik yang shalat maupun yang berdoa, yang kesemuanya ditujukan ke titik yang sama yaitu Ka’bah.

 

Di lain sisi, teori energi mengemukan bahwa setiap energi jika diputar berlawanan arah jarum jam maka energi yang diputar tersebut akan naik ke atas. Hal yang samapun terjadi dengan energi pengagungan dan pengakuan atas kebesaran dan kemahaan Allah SWT. Demikian pula energi doa dan harapan yang diarahkan oleh orang yang shalat dan energi tahmid, tahlil juga akan diputar oleh orang yang melakukan Thawaf yang arahnya berlawanan dengan arah jarum jam sehingga naiklah doa dan harapan serta pengagungan dan pengakuan itu semua kepada Allah SWT.

 

Jika kita mampu melaksanakanThawaf mengelilingi Ka’bah saat haji atau umroh berarti kita ikut berperan aktif secara langsung di dalam memutar dan menggerakkan energi doa dan harapan serta energi pengagungan kepada Allah SWT menuju ke Allah SWT. Sehingga tidak berlebihan pula jika Allah SWT memberikan 60 (enam puluh) rahmat kepada orang yang Thawaf, 40 (empat puluh) rahmat kepada yang shalat dan 20 (dua puluh) rahmat kepada orang yang hadir menyaksikan, sebagaimana hadits berikut ini: “Rasulullah SAW bersabda: “Allah menurunkan di Al Haram (Ka’bah) seratus dua puluh rahmat. Enam puluh di antaranya untuk orang orang yang Thawaf, empat puluh untuk orang orang yang shalat, dan dua puluh untuk orang orang yang hadir menyaksikan. (Al Hadits).

 

Untuk itu, sering-seringlah kita ikut berpartisipasi untuk menggerakkan energi tersebut saat kita menunaikan ibadah haji atau umroh dengan memperbanyak ibadah Thawaf sunnah, di setiap kesempatan yang kita miliki terutama sebelum diri kita mendirikan shalat wajib berjamaah di Masjidil Haram dengan selalu datang lebih awal. Dengan diri kita melaksanakan thawaf baik yang wajib ataupun thawaf yang sunnah maka ketentuan hadits yang kami kemukakan berikut ini berlaku kepada diri kita, yaitu: Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang berkeliling ka’bah (thawaf) tujuh kali, dan ia tidak berkata, kecuali “Subhanallah wal hamdu lillah wa la ilaha illallah wallahu akbar wa la haula wa la quwwata illa billah”, niscaya akan dihapus darinya sepuluh keburukan dan dituliskannya sepuluh kebaikan dan diangkat derajatnya sepuluh tingkat. (Hadits Riwayat Ibnu Majjah), yaitu dihapusnya keburukan dan dituliskannya kebaikan serta ditingkatkan derajatnya oleh Allah SWT. Sedangkan berdasarkan hadits berikut ini: “Thawaf itu adalah shalat dan bila perlu berbicara (saat melakukan thawaf) hendaklah bicara yang baik-baik. (Hadits Riwayat Athtirmidzi).” Apabila kita melakukan thawaf maka thawaf yang kita lakukan dijadikan oleh Allah SWT sebagai ibadah shalat.

 

Saat diri kita melaksanakan Thawaf  berarti diri kita yang sesungguhnya (maksudnya ruh diri kita) sudah berada di dalam garis edar Allah SWT sehingga ruh sudah berada di dalam kebesaran dan kemahaan Allah SWT kemudian kita katakan kepada Allah SWT: “Maha Suci Engkau Ya Allah, Maha Suci Engkau Ya Allah, Tiada Tuhan selain Engkau Ya Allah, Engkau Maha Besar Ya Allah  Dan jika ini yang kita katakan kepada Allah SWT saat berada di dalam garis edar Allah SWT berarti kita ini kecil, sangat kecil sehingga yang kecil bukanlah siapa-siapa, kita yang kecil hanyalah partikel yang tidak ada apa-apanya dibandingkan Allah SWT sehingga kita yang kecil yang sangat membutuhkan Allah SWT Dzat Yang Maha Besar.

 

Disinilah salah satu letak dari kehebatan ibadah Thawaf dimana dibalik Thawaf yang kita laksanakan terdapat sebuah proses sinergi yang sangat menguntungkan diri kita selaku yang kecil sehingga yang kecil tertolong, sehingga yang kecil terbantu yang akhirnya terjadilah proses pengembalian kefitrahan ruh melalui prosesi ibadah Thawaf yang kita lakukan. Dengan satu catatam, sepanjang yang kecil tidak mengkhianati yang besar, sepanjang yang kecil tidak menjauh dari yang besar, sepanjang yang kecil mau memenuhi kehendak yang besar.   

 

Perjalanan diri kita saat melaksanakan Thawaf mengelilingi Ka’bah yang berjumlah 7 (tujuh) putaran, hal ini juga bisa melambangkan perjalanan diri kita menaiki 7 (tujuh) lapis langit dalam rangka untuk menuju kepada Allah SWT. Lalu melalui proses ini berarti kita telah melaksanakan proses lapor diri kepada Allah SWT atas kedatangan kita ke Baitullah untuk menjadi tamu Allah SWT. Setelah 7 (tujuh) kali mengelilingi Ka’bah maka selesailah Thawaf  yang kita lakukan, lalu mundurlah kita menuju Maqam Ibrahim untuk melaksanakan shalat sunnah Thawaf  2 (dua) rakaat yang mengarah ke Multazam (pintu Ka’bah).

 

Sekali lagi kami ingatkan, setelah diri kita selesai mendirikan shalat sunnah Thawaf 2 (dua) rakaat,  jangan pernah membaca doa kepada Allah SWT. Akan tetapi berdoalah kepada Allah SWT dengan adab dan sopan santun yang terbaik. Lalu kemukakanlah doa-doa yang terbaik yang  telah kita persiapkan sewaktu di tanah air. Lalu kemukakan apa yang kita hendak kita kemukakan secara merendahkan diri tanpa harus malu-malu berdoa kepada Allah SWT.

 

Alangkah indahnya jika doa yang kita kemukakan kepada Allah SWT itu adalah doa-doa yang bersifat pribadi bagi kepentingan diri, keluarga, istri, suami, kedua orang tua dan kedua orang mertua, anak dan keturunan serta harapan-harapan untuk kebahagiaan hidup di dunia dan di ahkirat kelak. Jangan sampai kita hanya diam dan mengaminkan doa orang lain karena kita tidak bisa berdoa langsung kepada Allah SWT. Doa yang kita panjatkan kepada Allah SWT tidak harus mempergunakan bahasa Arab, namun gunakanlah bahasa ibu yang kita mengerti dan pahami, lalu ungkapkan dan panjatkan doa itu kepada Allah SWT. Tumpahkan semuanya kepada Allah SWT dan jika harus menangis, menangislah tanpa harus ditahan-tahan.

 

Berikut ini akan kami berikan 2 (dua) buah contoh doa yang bisa kita kemukakan saat menghadap ke Multazam sesudah shalat sunnah Thawaf dua rakaat, sebagaimana berikut ini:

 

DOA DI MULTAZAM SETELAH SHALAT SUNNAH THAWAF (ALTERNATIF 1)

 

Ya Allah Tuhanku yang memelihara Ka’bah ini, merdekakanlah diri kami, bapak dan ibu kami, saudara-saudara dan anak-anak kami dari siksa neraka.

 

Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah, yang mempunyai keutamaan, kelebihan, anugerah dan kebaikan. Ya Allah Tuhanku sesungguhnya aku ini hamba-Mu, anak dari hamba-Mu tegak berdiri di bawah pintu Ka’bah-Mu, menundukan diri dihadapan-Mu, sambil mengharapkan rahmat-Mu, kasih sayang-Mu, aku takut akan siksa-Mu,

 

Wahai Tuhan Yang Maha Tahu yang punya segala kebaikan. Ya Allah, Tuhanku, aku mohon pada-Mu, agar engkau tinggikan namaku, hapuskan dosaku, perbaiki segala urusanku, bersihkan hatiku, berilah cahaya kelak dalam kuburku. Berilah ampun dosaku dan aku mohon pada-Mu martabat yang tinggi di dalam syurga. Aamiin.

 

DOA DI MULTAZAM SETELAH SHALAT SUNNAH THAWAF  (ALTERNATIF 2)

 

Ya Allah Ya Tuhanku, kini aku telah hadir dan berada dihadapan Ka’bah-Mu dalam rangka menunaikan ibadah umroh seraya bersimpuh bersama jamaah lainnya di tempat yang mulia ini, terimalah kedatanganku, kabulkan segala doa dan harapanku, jadikan ibadah umrohku ibadah umroh yang sesuai dengan kehendak-Mu.

 

Ya Allah Ya Tuhanku, sesungguhnya aku ini hamba-Mu, yang berdiri tegak berdiri dihadapan Ka’bah-Mu, menundukkan diri dihadapan-Mu, sambil mengharapkan rahmat-Mu, kasih sayang-Mu, aku takut akan siksa-Mu, jadikan aku hamba yang paling beruntung dihadapan-Mu.

 

Ya Allah, yang memiliki langit dan bumi beserta isinya, aku mohon kepadamu wahai dzat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, ampunilah segala dosa kesalahanku, dosa dan kesalahan istriku/suamiku, anak keturunanku, kedua orang tuaku, kedua orang mertuaku, nenek dan kakekku semuanya, sayangi mereka sebagaimana mereka menyayangi kami dan istri/suami kami sejak kami kecil. (sebutkan namanya satu persatu)

 

Ya Allah Tuhanku yang memelihara Ka’bah ini, merdekakanlah diri kami, anak keturunan kami, kedua orang tua kami, kedua orang mertua kami, saudara-saudara kami, murid murid kami, pegawai pegawai kami dari siksa api neraka.

 

Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah, yang mempunyai keutamaan, kelebihan, anugerah dan kebaikan anugerahkanlah kami, keluarga kami, anak keturunan kami dengan kebaikan dan lindunganMu.

 

Wahai Tuhan Yang Maha Tahu yang mempunya segala kebaikan, aku mohon pada-Mu, agar Engkau tinggikan namaku, hapuskan dosa dan kesalahanku, mudahkanlah segala urusanku, bersihkan hatiku, berilah cahaya kelak dalam kuburku. Berilah ampun bagi segala dosa dan kesalahanku dan aku mohon pada-Mu martabat yang tinggi di dalam syurga.

 

Ya Allah Ya Tuhanku jadikan kelurga kami keluarga “Samara” Jadikan anak keturunan kami anak shaleh dan shalehah yang dapat berbakti kepadamu, berbakti kepada orang tua dan berbakti kepada nusa dan bangsanya.

 

Ya Allah Ya Tuhanku, pertemukan putri/putra kami (sebutkan namanya) dengan seorang lelaki yang mukmin/wanita shalehah  yang menjadi jodohnya yang mencintai dan menyayanginya, yang mampu menjadi imam bagi dirinya/pendamping baginya, yang kaya hati dan kaya harta serta mampukan kami untuk mendampinginya dalam membina keluarga “Samara”.

 

Ya Allah Ya Tuhanku, jadikan putra/putri kami (sebutkan namanya) menjadi lelaki yang shaleh/wanita shalehah yang darinya lahir generasi anak dan keturunan yang shaleh dan shalehah pula.

 

Ya Allah Ya Tuhanku, Tolonglah putra/putri kami (sebutkan namanya) Bimbinglah ia, Bantu ia, tambahi ilmunya, pertinggi kecerdasannya serta mudahkan segala urusannya. Lalu lindungi ia wahai Dzat Yang Maha Pelindung dari segala marabahaya, bencana, penyakit, niat jahat dan busuk serta fitnah yang berasal dari jin dan manusia.

Ya Allah Ya Tuhanku, mudahkan jalan bagi putra/putri kami (sebutkan namanya) untuk dapat bekerja yang sesuai dengan pendidikannya. Tolonglah ia, bantulah ia, mudahkan jalan baginya untuk menuju apa yang dicita-citakannya dan jangan pernah permalukan ia di dalam melaksanakan pekerjaannya sehari-hari.

 

Ya Allah Ya Tuhanku, aku bangga telah memiliki putri walaupun hanya ….. tahun, maafkan aku dan istriku Ya Allah jika kami berdua belum optimal dalam menjaga dan merawatnya. 

 

Ya Allah Ya Tuhanku, sayangi orang tua kami/mertua kami (sebutkan namanya), orang orang yang kami sayangi (sebutkan namanya) dan selalu bahagiakan mereka semua yang kini ada diharibaan-Mu. Tidur nyenyakkan mereka semua di Illiyin. Masukkan ia bersama orang orang Siddiqin, ampuni segala dosa dan kesalahannya, terima segala amal ibadahnya, jadikan ia tabungan akhirat kami sekeluarga besar dan pertemukan di syurga-Mu kelak.

 

Ya Allah Ya Tuhanku, berikan kami kekuatan, kesembuhan dari penyakit, kesehatan dan keleluasaan rezeki serta kekuatan Iman, Islam serta Ikhsan sehingga kami mampu mendampingi anak dan keturunan kami (sebutkan namanya) membina keluarga “Samara”, serta mampu selalu berbuat kebaikan kepada sesama selama hayat masih di kandung badan kami.

 

Ya Allah Ya Tuhanku, jadikan kami tamu yang sudah Engkau nanti nantikan kedatangannya, jadikan kami tamu yang bisa Engkau banggakan baik saat melaksanakan ibadah haji (umroh) maupun setelah kami pulang kami ke tanah air selama hayat masih dikandung badan kami.

 

Ya Allah Ya Tuhanku, jadikan ibadah haji (umroh) yang kami laksanakan adalah ibadah yang terbaik yang mampu menjadikan kami menjadi umat yang terbaik yang mampu berbuat kebaikan dari waktu ke waktu sehingga kami mampu bertemu langsung denganMu kelak di Syurga.

 

Ya Allah Ya Tuhanku, jadikan kami, keluarga kami, anak keturunan kami menjadi manusia manusia yang terhormat yang mampu berperilaku terhormat sehingga mampu pulang kampung ke tempat yang terhormat untuk bertemu dengan Yang Maha Terhormat dalam suasana yang saling hormat menghormati.

 

Ya Allah Ya Tuhanku, terimalah salam dari murid-murid hamba yang ada di ……………, terimalah salam dari padanya serta kabulkanlah segala doa dan harapan-harapan mereka, mereka ingin seperti hamba untuk bisa melaksanakan ibadah haji dan umroh kelak dikemudian hari.  Ya Allah.

 

Ya Allah Ya Tuhanku, terimalah salam dari murid murid hamba/teman teman hamba yang ada di (sebutkan nama dan alamatnya) terimalah salam dari padanya serta kabulkanlah doa dan harapan mereka, mudahkan mereka kembali fitrah, mudahkan mereka diterima kembali oleh masyarakat, mudahkan mereka memperoleh pekerjaan baru, jangan kembalikan mereka ke lembah hina, bimbing mereka, lindungi mereka  Ya Allah.

 

Ya Allah Ya Tuhanku, berikan kepada seluruh murid-murid hamba untuk mudah menerima ilmu yang dari Engkau, jadikan mereka orang yang cerdas, mudah memahami dan mudah pula mengamalkannya Ya Allah.

 

Ya Allah Ya Tuhanku, terimalah salam dari pegawai pegawai yang bekerja pada hamba, terimalah salam dari padanya serta kabulkanlah doa dan harapan mereka Ya Allah.

Ya Allah Ya Tuhanku, terimalah salam dari  teman teman hamba dan dari handai taulan hamba, terimalah salam dari padanya serta kabulkanlah doa dan harapan mereka yang telah mereka kemukakan kepada hamba sebelum hamba berangkat menunaikan ibadah Haji  Ya Allah.

 

Ya Allah Ya Tuhanku, sampaikan salam dan shalawat kami  kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Ya Allah Ya Tuhanku, perkenankan doa dan harapan kami. Aamiin.

 

Setelah selesai berdoa kepada Allah SWT ebagaimana yang kami contohkan di atas, setelah itu minumlah segelas air zam zam dengan tidak sekali teguk lalu langsung habis. Sebaiknya tiga kali tegukan. 

 

BACAAN MEMINUM AIR ZAM-ZAM :


Allahuma inny as-aluka ilman naafi’an warizqon waasi’an, wa syifaa-an min kulli daa-in wasaqomin birohmatika yaa arhamarraahimiin.

Artinya:
Ya Allah, sesungguhnya hamba mohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang luas dan obat bagi segala penyakit, dengan rahmat-Mu ya Allah, Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

 

Hal yang harus kita perhatikan di dalam melaksanakan Thawaf adalah apakah kehadiran kita di Baitullah diterima oleh Allah SWT selaku Tuan Rumah dan juga selaku pengundang? Adalah sesuatu yang sangat sia-sia jika kita yang datang melaksanakan ibadah umroh untuk menjadi tamu Allah SWT; untuk memenuhi undangan Allah SWT. Akan tetapi kehadiran diri kita tidak dikehendaki oleh Allah SWT sehingga kita hanya mampu menjadi penonton, hanya mampu menjadi pengagum, hanya mampu menjadi komentator dari pelaksanaan ibadah haji atau umroh karena tidak mampu merasakan rasa diterima oleh Allah SWT yang selanjutnya bagaimana mungkin akan menjadi haji yang mabrur yang pahalanya adalah syurga atau memperoleh ampunan melalui ibadah umroh!. 

 

Selanjutnya Maqam Ibrahim adalah sebuah batu dimana terdapat jejak kakinya. Di atas batu inilah Nabi Ibrahim as, berdiri untuk meletakkan batu landasan Ka’bah sehingga berdirilah Ka’bah sebagai Kiblat manusia. Di dalam sejarah manusia, Nabi Ibrahim as, adalah tokoh pemberontak yang menentang penyembahan berhala dan menegakkan monotheisme di atas dunia ini. Kini kita berdiri di atas Maqam Ibrahim as. Inilah hasil tertinggi yang dapat dicapai oleh Nabi Ibrahim as, inilah tempat yang paling dekat kepada Allah SWT. Nabi Ibrahim as, pembangun Ka’bah, arsitek rumah kebebasan, penegak tauhid, pemerang berhala, telah dianiaya oleh Nimrod.

 

Nabi Ibrahim as, sebagai pemimpin kaumnya, manusia yang memerangi kebodohan dan kekafiran, dan yang benar-benar mengenal cinta dan tanggung jawab. Nabi Ibrahim as, juga menghindari godaan-godaan setan dan pembisik yang memberikan saran-saran buruk ke dalam hati manusia. Di Maqam Ibrahim ini, kita berjabat tangan dengan Allah SWT. lalu hiduplah seperti Nabi Ibrahim, as dan jadikan diri kita sebagai arsitek Ka’bah (arsitek Agama Islam) di jaman kita sendiri.

 

Selamatkanlah bangsa, keluarkanlah rakyat dari kehidupan mandek yang tidak berfaedah menuju kebaikan. 

Jagalah rakyat (diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara) dari keterlenaan sehingga mereka keluar dari penindasan dan kebodohan. 

Bantulah rakyat (diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara serta generasi yang datang dikemudian hari) untuk bergerak. Ajaklah mereka untuk melaksanakan Diinul Islam secara kaffah. Ajarkan mereka untuk kembali fitrah. 

Oleh karena itu setelah kita melaksanakan Thawaf dan juga telah sampai di Maqam Ibrahim, maka jadilah sebagai sekutu Allah SWT, atau sebagai hamba-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi, kita harus mampu untuk :

 

1.    Membuat negeri sendiri aman seperti yang telah kita rasakan di Tanah Haram;

2.  Hidup seperti di dalam keadaan Ihram, seolah-olah keadaan Ihram tersebut ti-dak pernah berkesudahan;

3.   Membuat dunia ini sebagai Masjid Yang Aman (Masjid-ul Haram) seolah-olah kita sedang berada di sana.

 

Semua ini harus kita laksananakan dengan sebaik mungkin karena dunia ini, karena bumi ini adalah Masjid Masjid Allah SWT.

 

Sekarang mari kita renungi sekali lagi arah perjalanan Thawaf  yang berlawanan arah dengan arah jarum jam, apakah hanya sebatas yang telah kami kemukakan di atas ataukah masih ada lagi rahasia lain yang tersembunyi? Jika kita termasuk orang yang mau berfikir, masih ada rahasia lain yang terkandung yang terdapat di balik arah Thawaf yaitu kita dikehendaki oleh Allah SWT untuk menjadi golongan kanan yaitu menjadi orang yang beruntung yang tempat kembalinya adalah syurga, sebagaimana firman Allah SWT yang kami kemukakan berikut ini: “Yaitu golongan kanan[1448]. Alangkah mulianya golongan kanan itu. dan golongan kiri[1449]. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu. dan orang-orang yang beriman paling dahulu,  mereka Itulah yang didekatkan kepada Allah. berada dalam jannah kenikmatan. (surat Al Waaqiah (56) ayat 8, 9, 10, 11, 12)

 

[1448] Ialah mereka yang menerima buku catatan amal dengan tangan kanan.

[1449] Ialah mereka yang menerima buku catatan amal dengan tangan kiri.

 

Berdasarkan ketentuan di atas ini, prosesi Thawaf bukan untuk menjadikan diri kita menjadi golongan kiri yaitu orang yang merugi yang tempat kembalinya adalah Neraka. Adanya Thawaf yang kita laksanakan merupakan sarana bagi diri kita hijrah keluar dari pola pola kehidupan duniawi untuk segera menuju pola pola kehidupan ukhrawi (akhirat). Kehidupan duniawi akan menghantarkan diri kita menjadi golongan kiri sedangkan kehidupan ukhrawi (akhirat) akan menghantarkan diri kita menjadi golongan kanan sebagaimana arah dari Thawaf yang berlawanan arah dengan arah jarum jam.

 

Selain daripada itu, dengan diri kita melaksanakan Thawaf  kita sedang melakukan apa yang dinamakan dengan menuju Kebesaran Allah SWT dari yang sebelumnya berada di dalam Tanda Tanda Kebesaran Allah SWT atau dalam ciptaan Allah SWT. Ingat kita  menuju kepada kebesaran Allah SWT bukan menuju kepada Tanda Tanda Kebesaran Allah SWT atau kepada ciptaan Allah SWT.

 

Inilah rahasia yang tersembunyi yang lainnya yang terdapat di balik prosesi Thawaf  lalu sudahkah diri kita mampu melaksanakannya dan membuktikan hasilnya setelah pulang menunaikan ibadah haji atau umroh?

 

Sebagai orang yang akan menunaikan ibadah haji atau umroh atau yang telah melaksanakan ibadah haji atau umroh, sudahkah apa yang kami kemukakan di atas kita perbuat dan masyarakat juga telah menikmati buah dari ibadah haji atau umroh yang mabrur yang kita laksanakan? Semoga kita yang sudah melaksanakan ibadah haji atau umroh ataupun yang belum melaksanakan ibadah haji atau  umroh mampu memahami dan mampu pula melaksanakan apa-apa yang dikehendaki Allah SWT.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar