E. THAWAF.
Thawaf berarti mengelilingi dan yang dimaksud adalah mengelilingi Ka’bah
sebanyak 7 (tujuh) kali putaran, dimulai dari Hajar Aswad lalu berputar
berlawanan arah jarum jam (dari arah kiri menuju arah kanan) serta berakhir di
Hajar Aswad, sebagaimana firman Allah SWT berikut ini: “Kemudian, hendaklah mereka
menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka
menyempurnakan nazar-nazar mereka dan hendaklah mereka melakukan melakukan
thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah). (surat Al Hajj (22) ayat 29)
1. Jenis Jenis Thawaf. Adapun jenis-jenis thawaf dapat kami kemukakan sebagai berikut:
a. Thawaf Umroh. Dilaksanakan setelah jamaah mengambil Miqat dengan menggunakan ihram
bagi jamaah haji yang memilih Haji Tamattu atau jamaah umroh yang melaksanakan
umroh yang tidak bersamaan degan ibadah haji yang dilanjutkan dengan Sa’i lalu
diakhiri dengan Tahallul.
b. Thawaf Qudum. Thawaf Qudum atau thawaf selamat datang dilakukan oleh jamaah haji yang memilih haji Qiran dan Haji Ifrat.
c. Thawaf Haji/Ifadhah. Dilaksanakan setelah jamaah Wukuf dan setelah Tahallul awal sehingga bisa
dilaksanakan dengan mempergunakan baju bebas atau tanpa berihram.
d. Thawaf Nadzar. Dilaksanakan tanpa miqat dengan baju bebas atau tanpa ihram jika jamaah
hanya berniat untuk thawaf semata tanpa sa’i dan tanpa tahallul. Sedangkan jika
jamaah bernadzar untuk umroh dimulai dari miqat dalam kondisi ihram yang
dilanjutkan dengan sa’i yang diakhiri dengan tahallul.
e. Thawaf Sunnah. Dilaksanakan dengan baju bebas, tanpa ihram bisa dilak-sanakan kapan saja
sepanjang jamaah berada di Masjidil Haram.Thawaf Sunnah tidak bisa dilanjutkan
dengan Sa’i sehingga tanpa ada Tahallul.
f. Thawaf Wada’. Dilaksanakan dengan
baju bebas, tanpa ihram dan tanpa mengambil miqat.
Catatan Khusus Tentang Thawaf: Thawaf Wada
dilakukan ketika jamaah hendak pulang ke tanah air bagi jamaah haji gelombang
pertama atau yang hendak pergi berziarah ke Madinah bagi jamaah haji gelombang
ke dua. Tata caranya sama dengan Thawaf Sunnah, tanpa ihram dan tanpa Miqat
serta Thawaf Wada’ tidak dilanjutkan dengan Sa’i (tanpa Sa’i) serta tanpa
tahallul. Hal yang samapun berlaku bagi jamaah umroh yang hendak kembali ke
tanah air.
2. Sunnah Dalam Thawaf.
a. Mencium Hajar Aswad.
b. Menjadikan ihram dibawah ketiak kanan dan meletakkan
ujungnya di atas pundak kiri serta membiarkan pundak kanan terbuka, hal ini
disebut dengan istilah Al Idthiba.
c. Berjalan cepat (al rmal) berlari-lari kecil hanya
bagi pria, selama tiga putaran penuh kemudian berjalan biasa selama empat
puturan sisa.
d. Memulai Thawaf dai sisi Rukun Yamani (kanan) dekat
Hajar Aswad kemudian menghadap Hajar Aswad seraya mengangkat kedua tangan.
e. Tidak memutus putaran thawaf.
3. Adanya beberapa
catatan khusus tentang Thawaf.
a. Kedudukan Thawaf sama dengan kedudukan Shalat (suci
dari hadas, junub, haid dan nifas) dan dilakukan dalam keadaan suci atau
berwudhu.
b. Menutup Aurat. Bagi laki-laki, antara pusar sampai
bagian bawah lutut.Sedangkan bagi wanita adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan
telapak tangan.
c. Mengelilingi Ka’bah sebanyak 7(tujuh) kali arah ke
kiri (Ka’bah selalu berada di sebelah kiri).
d. Bermula dan berakhir di sudut Hajar Aswad.
e. Memberi salam kepada Hajar Aswad dan Rukun Yamani
meski dengan isyarat tangan saja.
f. Shalat sunnah dua rakaat di belakang Maqam Nabi
Ibrahim as, searah Multazam (pintu Ka’bah).
g. Thawaf ada yang bersifat rukun sehingga wajib
dilaksanakan dan ada thawaf sunnah yang dilakukan tanpa ihram dan tanpa Miqat.
Saat diri kita melaksanakan Thawaf maka kita tidak bisa melepaskan diri
dari Hajar Aswad. Untuk itu Rasulullah SAW telah memberikan tuntunan dalam
bersikap terhadap Hajar Aswad. Jika mungkin, orang yang Thawaf supaya mencium
Hajar Aswad. Jika tidak mung-kin cukup menyentuhnya dengan tangan. Kemudian
mencium tangannya yang telah menyentuh Hajar Aswad. Jika tidak mungkin mencium
Hajar Aswad cukup beri isyarat dari jauh, dengan mengangkat tangan kemudian
menciumnya, sebagaimana hadits berikut ini:“Umar Ra, berkata: “Sungguh aku mengetahui engkau
hanyalah batu, sekiranya aku tidak melihat Rasulullah SAW telah menciumnya dan
mengusapnya, niscaya aku tidak akan mengusapmu dan menciummu.(Hadits Riwayat
Ahmad).”
Jangan sampai diri kita memaksakan diri untuk mencium Hajar Aswad dengan
cara-cara yang membahayakan diri sendiri, atau membahayakan orang lain. Apalagi
dengan cara membayar joki (mengupah orang orang tertentu) agar diri kita mudah
untuk mencium Hajar Aswad. Mencium Hajar Aswad adalah ibadah sunnah sehingga
jangan sampai kita sibuk mengejar ibadah sunnah dengan mengabaikan atau
mengalahkan ibadah wajib lainnya.
Ingat, jika kita tidak mencium Hajar Aswad tidak akan mengakibatkan ibadah
umroh yang kita laksanakan menjadi tidak sah dan batal atau berkurang nilainya
dihadapan Allah SWT. Justru yang harus kita dapatkan saat ibadah haji atau
umroh adalah bagaimana bisa bertemu dan bisa diterima oleh pemilik Ka’bah
tempat diletakkanya Hajar Aswad itu. Jika konsep ini kita lakukan berarti
nilainya lebih tinggi ketimbang hanya mencium Hajar Aswad.
BACAAN
MEMULAI THAWAF :
Bismillahi Allahu
Akbar. (seraya ber istilam*)
Artinya:
Dengan
Nama Allah, Allah Maha Besar.
*istilam /
isyarat dengat mangangkat tangan menghadap hajar aswad dan mengecup tangan
kanan
BACAAN
THAWAF :
Subhanallah
walhamdulillah walaa ilaaha illallah wallahu akbar walaahawla wala quwwata illa
billahil ‘aliyil ‘azhiim. Allahuma inny as’alukal ‘afwa wal’afiyah
walmu’aafatad daa-imah fiddiini waddunya wal aakhiroh.
Artinya:
Maha suci Allah, segala puji bagi Allah dan tiada
Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar. Tiada daya dan upaya kecuali dengan
pertolongan Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung. Ya Allah, aku memohon
kepada-Mu ampunan, kesehatan dan kesejahteraan yang langgeng, baik dalam urusan
agama, dunia maupun akhirat.
BACAAN
SAAT BERADA DI RUKUN YAMANI :
Bismillahi Allahu
Akbar.
Artinya:
Dengan
Nama Allah, Allah Maha Besar.
(dibaca setiap berada
di Rukun Yamani dengan mengangkat tangan kanan dan menghadap kearah ke Rukun
Yamani)
BACAAN
SETELAH MELEWATI RUKUN YAMANI :
Robbanaa aatina
fiddunya hasanah wa fil aakhiroti hasanah waqinaa adzabannaar wa adkhilnal
jannata ma’al abror. Yaa Azizz Yaa Goffar Yaa Robbal’aalamin.
Artinya:
Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan didunia dan
akhirat, dan bebaskanlah kami dari siksa neraka serta masukanlah kami ke dalam
surga bersama orang-orang yang berbuat baik, wahai dzat yang Maha Mulia dan
Maha Pengampun serta Penguasa seluruh alam.
BACAAN DI MAQAM IBRAHIM :
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Wa takhidzuu mim maqoomi Ibrohiima musholla.
Artinya:
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Jadikanlah bagian dari Maqam Ibrahim sebagai tempat sholat.
Agar diri kita yang menunaikan ibadah haji atau umroh paham akan makna
yang tersembunyi di balik ibadah Thawaf. Berikut ini akan kami kemukakan
pemandangan yang bisa kita lihat di alam semesta ini yang pada dasarnya adalah
konsep Thawaf. Bukankah bumi mengelilingi matahari dengan penuh ketundukan
kepada Allah SWT? Dan bukankah pada gilirannya, mataharipun beserta
planet-planetnya termasuk bumi mengelilingi galaksi bima sakti?
Dan bukankah galaksi bima saktipun bersama-sama galaksi-galaksi lainnya
berputar mengelilingi Arsy Allah SWT? Dari sini nyatalah bahwa seluruh alam semesta
berthawaf mengelilingi Arsy dalam rangka memenuhi kehendak Allah SWT. Thawaf
juga melambangkan gerak kosmos dalam ketundukannya yang total kepada kehendak
Allah SWT.
Di lain sisi, menurut tradisi Islam, Thawaf dilakukan bukan hanya di
Mekkah, tetapi juga di seluruh jagad raya dari mulai para malaikat sampai
dengan alam semesta, dikatakan bahwa berjuta-juta malaikat melakukan Thawaf
mengelilingi Arsy. Selain para malaikat, alam semesta juga ternyata melakukan
Thawaf. Oleh karena itu, orang-orang yang melakukan Thawaf adalah orang orang yang telah diberi
kesempatan yang sangat istimewa oleh
Allah SWT. Karena diri kita telah ikut dan turut berpartisipasi dalam drama
kosmik yang sesungguhnya yang merupakan sebuah tindakan ketundukkan universal
kepada kehendak Allah SWT Yang Maha Kuasa.
Orang-orang yang berthawaflah yang sebenarnya sedang melakukan tindakan
pengabdian universal kepada Allah SWT bersama makhluk-makhluk Allah SWT yang
ada di langit dan di bumi, yang lainnya tidak. Inilah keistimewaan ibadah Thawaf mengelilingi Ka’bah yang berlawanan
arah jarum jam dibandingkan dengan ibadah-ibadah yang lainnya. Begitu istimewa
ibadah haji atau ibadah umroh ini.
Sekarang pernahkah kita memperhatikan apa yang kita alami saat kita hidup
di muka bumi ini. Selama kita hidup di muka bumi berarti kita berada di dalam
rotasi bumi yang selalu berputar searah jarum jam. Namun apa yang terjadi
dengan diri kita, kita tidak pernah merasa pusing di dalam putaran bumi. Hal
ini dikarenakan di dalam diri kita jika kita mau menyadarinya ada sesuatu yang
Thawaf sehingga pengaruh dari putaran bumi tidak mengakibatkan diri kita
pusing. Lalu apa yang Thawaf di dalam diri sehingga kita tidak merasa pusing?
Lihatlah lalu perhatikan serta renungkan dengan seksama aliran darah dalam diri
kita sendiri yang bergerak dari bilik kiri ke bilik kanan serta perhatikan pula
arah ubun- ubun yang ada di atas kepala yang menunjukkan gerakkan Thawaf.
Adanya aliran darah yang bergerak berlawanan arah dengan arah rotasi bumi
mampu menetralisir pengaruh putaran bumi kepada kita sehingga tidak
mengakibatkan kita pusing. Ini sudah terjadi pada semua orang dan kita pun
sudah merasakan manfaat dari adanya Thawaf yang ada pada diri kita, inilah yang
kami istilahkan dengan Thawaf jasmani. Jika Jasmani sudah Thawaf yang
mengakibatkan diri kita tidak pusing di dalam putaran bumi, lalu bagaimana
dengan ruh. Apakah ruh harus Thawaf seperti halnya jasmani? Saat diri kita hidup di muka bumi ini dapat
dipastikan ruh dari diri kita tidak dapat menghindarkan diri dari pengaruh ahwa
(hawa nafsu) dan setan yang mengakibatkan kefitrahan ruh menjadi kotor atau
tidak fitrah lagi sedangkan kita harus mempertahan kefitrahan itu (datang
fitrah kembali harus fitrah).
Adanya pengaruh dari ahwa (hawa nafsu) dan setan yang tidak bisa kita
hindari maka salah satu jalan keluar untuk mengatasinya adalah ruhpun harus
Thawaf seperti halnya jasmani Thawaf. Adapun tata cara dari Thawafnya ruh berbeda
dengan tata cara Thawafnya jasmani. Thawafnya jasmani adalah anugerah Allah
SWT (sunnatullah) yang tiada terhingga
kepada diri kita dimana aliran darah yang mampu menetralisir pengaruh putaran
bumi kepada tubuh kita. Lalu bagaimana dengan Thawafnya ruh? Untuk itu mari
kita lanjutkan pembahasan tentang Thawafnya ruh di bawah ini.
Sebagai hamba-Nya yang sekaligus khalifah-Nya yang telah diundang oleh
Allah SWT ke Baitullah untuk melaksanakan ibadah haji atau umroh, pernahkah
kita bertanya atau mempertanyakan kenapa kita harus Thawaf berlawanan dengan
arah jarum jam atau kita Thawaf tetapi Thawaf yang kita lakukan berbeda dengan
Thawaf makhluk? Kita harus melaksanakan Thawaf ruh tidak searah jarum jam
dikarenakan :
1. Ruh yang tidak lain adalah jati diri manusia yang sesungguhnya adalah
bagian dari Nur Allah SWT sehingga pada saat Ruh Thawaf berarti diri kita yang
sesungguhnya masuk ke dalam garis edar Allah SWT; masuk ke dalam kehendak Allah
SWT; masuk ke dalam perintah Allah SWT
sehingga diri kita yang sesungguhnya bersama dengan kebesaran dan kemahaan
Allah SWT lalu terjadilah sinergi antara ruh diri kita dengan kemahaan dan
kebesaran Allah SWT.
2. Allah SWT adalah pencipta dan pemilik alam semesta sedangkan makhluk itu
sen-diri adalah ciptaannya sehingga garis edar Allah SWT berbeda dengan garis
edar makhluk. Jika garis edar Allah SWT sama dengan garis edar makhluk berarti
tidak ada beda diantara keduanya lalu dimana letak kebesaran dan kemahaan Allah
SWT dibanding makhluk?
3. Setiap manusia adalah hamba-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi
di-mana kedudukan manusia sudah ditempatkan oleh Allah SWT di atas apa-apa yang
dikhali-fahinya. Jika yang dikhalifahi thawafnya searah dengan jarum jam maka thawaf
khalifah harus berlawanan arah jarum jam (dari kiri ke kanan) sebab jika thawafnya
sama tidak ada beda antara khalifah dengan yang dikhalifahinya dan bagaimana
mungkin khalifahnya bisa sukses mengkhalifahi sesuatu hal jika melaksanakan
Thawafnya searah jarum jam?.
4. Pada saat diri kita melaksanakan Thawaf maka pada saat itu kita ikut
memutar seluruh energi yang diarahkan oleh orang yang shalat yang tidak
putus-putusnya di muka bumi ini, seperti energi penggagungan dan pengakuan akan
kebesaran dan kemahaan Allah SWT, energi doa dan harapan yang dipanjatkan umat
baik yang shalat maupun yang berdoa, yang kesemuanya ditujukan ke titik yang
sama yaitu Ka’bah.
Di lain sisi, teori energi mengemukan bahwa setiap energi jika diputar
berlawanan arah jarum jam maka energi yang diputar tersebut akan naik ke atas.
Hal yang samapun terjadi dengan energi pengagungan dan pengakuan atas kebesaran
dan kemahaan Allah SWT. Demikian pula energi doa dan harapan yang diarahkan
oleh orang yang shalat dan energi tahmid, tahlil juga akan diputar oleh orang
yang melakukan Thawaf yang arahnya berlawanan dengan arah jarum jam sehingga
naiklah doa dan harapan serta pengagungan dan pengakuan itu semua kepada Allah
SWT.
Jika kita mampu melaksanakanThawaf mengelilingi Ka’bah saat haji atau
umroh berarti kita ikut berperan aktif secara langsung di dalam memutar dan
menggerakkan energi doa dan harapan serta energi pengagungan kepada Allah SWT
menuju ke Allah SWT. Sehingga tidak berlebihan pula jika Allah SWT memberikan
60 (enam puluh) rahmat kepada orang yang Thawaf, 40 (empat puluh) rahmat kepada
yang shalat dan 20 (dua puluh) rahmat kepada orang yang hadir menyaksikan,
sebagaimana hadits berikut ini: “Rasulullah SAW bersabda: “Allah menurunkan di Al Haram (Ka’bah)
seratus dua puluh rahmat. Enam puluh di antaranya untuk orang orang yang
Thawaf, empat puluh untuk orang orang yang shalat, dan dua puluh untuk orang
orang yang hadir menyaksikan. (Al Hadits).
Untuk itu, sering-seringlah kita ikut berpartisipasi untuk menggerakkan
energi tersebut saat kita menunaikan ibadah haji atau umroh dengan memperbanyak
ibadah Thawaf sunnah, di setiap kesempatan yang kita miliki terutama sebelum
diri kita mendirikan shalat wajib berjamaah di Masjidil Haram dengan selalu
datang lebih awal. Dengan diri kita melaksanakan thawaf baik yang wajib ataupun
thawaf yang sunnah maka ketentuan hadits yang kami kemukakan berikut ini
berlaku kepada diri kita, yaitu: Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa
yang berkeliling ka’bah (thawaf) tujuh kali, dan ia tidak berkata, kecuali
“Subhanallah wal hamdu lillah wa la ilaha illallah wallahu akbar wa la haula wa
la quwwata illa billah”, niscaya akan dihapus darinya sepuluh keburukan dan
dituliskannya sepuluh kebaikan dan diangkat derajatnya sepuluh tingkat. (Hadits
Riwayat Ibnu Majjah), yaitu dihapusnya keburukan dan dituliskannya
kebaikan serta ditingkatkan derajatnya oleh Allah SWT. Sedangkan berdasarkan
hadits berikut ini: “Thawaf itu adalah
shalat dan bila perlu berbicara (saat melakukan thawaf) hendaklah bicara yang
baik-baik. (Hadits Riwayat Athtirmidzi).” Apabila kita melakukan thawaf
maka thawaf yang kita lakukan dijadikan oleh Allah SWT sebagai ibadah shalat.
Saat diri kita melaksanakan Thawaf
berarti diri kita yang sesungguhnya (maksudnya ruh diri kita) sudah
berada di dalam garis edar Allah SWT sehingga ruh sudah berada di dalam kebesaran
dan kemahaan Allah SWT kemudian kita katakan kepada Allah SWT: “Maha Suci Engkau Ya Allah, Maha Suci Engkau
Ya Allah, Tiada Tuhan selain Engkau Ya Allah, Engkau Maha Besar Ya Allah ” Dan jika ini yang kita katakan kepada Allah
SWT saat berada di dalam garis edar Allah SWT berarti kita ini kecil, sangat
kecil sehingga yang kecil bukanlah siapa-siapa, kita yang kecil hanyalah
partikel yang tidak ada apa-apanya dibandingkan Allah SWT sehingga kita yang
kecil yang sangat membutuhkan Allah SWT Dzat Yang Maha Besar.
Disinilah salah satu letak dari kehebatan ibadah Thawaf dimana dibalik
Thawaf yang kita laksanakan terdapat sebuah proses sinergi yang sangat
menguntungkan diri kita selaku yang kecil sehingga yang kecil tertolong,
sehingga yang kecil terbantu yang akhirnya terjadilah proses pengembalian
kefitrahan ruh melalui prosesi ibadah Thawaf yang kita lakukan. Dengan satu
catatam, sepanjang yang kecil tidak mengkhianati yang besar, sepanjang yang
kecil tidak menjauh dari yang besar, sepanjang yang kecil mau memenuhi kehendak
yang besar.
Perjalanan diri kita saat melaksanakan Thawaf mengelilingi Ka’bah yang
berjumlah 7 (tujuh) putaran, hal ini juga bisa melambangkan perjalanan diri
kita menaiki 7 (tujuh) lapis langit dalam rangka untuk menuju kepada Allah SWT.
Lalu melalui proses ini berarti kita telah melaksanakan proses lapor diri kepada
Allah SWT atas kedatangan kita ke Baitullah untuk menjadi tamu Allah SWT.
Setelah 7 (tujuh) kali mengelilingi Ka’bah maka selesailah Thawaf yang kita lakukan, lalu mundurlah kita menuju
Maqam Ibrahim untuk melaksanakan shalat sunnah Thawaf 2 (dua) rakaat yang mengarah ke Multazam
(pintu Ka’bah).
Sekali lagi kami ingatkan, setelah diri kita selesai mendirikan shalat
sunnah Thawaf 2 (dua) rakaat, jangan
pernah membaca doa kepada Allah SWT. Akan tetapi berdoalah kepada Allah SWT
dengan adab dan sopan santun yang terbaik. Lalu kemukakanlah doa-doa yang
terbaik yang telah kita persiapkan
sewaktu di tanah air. Lalu kemukakan apa yang kita hendak kita kemukakan secara
merendahkan diri tanpa harus malu-malu berdoa kepada Allah SWT.
Alangkah indahnya jika doa yang kita kemukakan kepada Allah SWT itu
adalah doa-doa yang bersifat pribadi bagi kepentingan diri, keluarga, istri,
suami, kedua orang tua dan kedua orang mertua, anak dan keturunan serta
harapan-harapan untuk kebahagiaan hidup di dunia dan di ahkirat kelak. Jangan
sampai kita hanya diam dan mengaminkan doa orang lain karena kita tidak bisa
berdoa langsung kepada Allah SWT. Doa yang kita panjatkan kepada Allah SWT
tidak harus mempergunakan bahasa Arab, namun gunakanlah bahasa ibu yang kita
mengerti dan pahami, lalu ungkapkan dan panjatkan doa itu kepada Allah SWT.
Tumpahkan semuanya kepada Allah SWT dan jika harus menangis, menangislah tanpa
harus ditahan-tahan.
Berikut ini akan kami berikan 2 (dua) buah contoh doa yang bisa kita
kemukakan saat menghadap ke Multazam sesudah shalat sunnah Thawaf dua rakaat,
sebagaimana berikut ini:
DOA DI MULTAZAM SETELAH SHALAT
SUNNAH THAWAF (ALTERNATIF 1)
Ya
Allah Tuhanku yang memelihara Ka’bah ini, merdekakanlah diri kami, bapak dan
ibu kami, saudara-saudara dan anak-anak kami dari siksa neraka.
Wahai
Tuhan Yang Maha Pemurah, yang mempunyai keutamaan, kelebihan, anugerah dan
kebaikan. Ya Allah Tuhanku sesungguhnya aku ini hamba-Mu, anak dari hamba-Mu
tegak berdiri di bawah pintu Ka’bah-Mu, menundukan diri dihadapan-Mu, sambil
mengharapkan rahmat-Mu, kasih sayang-Mu, aku takut akan siksa-Mu,
Wahai
Tuhan Yang Maha Tahu yang punya segala kebaikan. Ya Allah, Tuhanku, aku mohon
pada-Mu, agar engkau tinggikan namaku, hapuskan dosaku, perbaiki segala
urusanku, bersihkan hatiku, berilah cahaya kelak dalam kuburku. Berilah ampun
dosaku dan aku mohon pada-Mu martabat yang tinggi di dalam syurga. Aamiin.
DOA DI MULTAZAM SETELAH SHALAT
SUNNAH THAWAF (ALTERNATIF 2)
Ya
Allah Ya Tuhanku, kini aku telah hadir dan berada dihadapan Ka’bah-Mu dalam
rangka menunaikan ibadah umroh seraya bersimpuh bersama jamaah lainnya di
tempat yang mulia ini, terimalah kedatanganku, kabulkan segala doa dan
harapanku, jadikan ibadah umrohku ibadah umroh yang sesuai dengan kehendak-Mu.
Ya
Allah Ya Tuhanku, sesungguhnya aku ini hamba-Mu, yang berdiri tegak berdiri
dihadapan Ka’bah-Mu, menundukkan diri dihadapan-Mu, sambil mengharapkan rahmat-Mu,
kasih sayang-Mu, aku takut akan siksa-Mu, jadikan aku hamba yang paling
beruntung dihadapan-Mu.
Ya
Allah, yang memiliki langit dan bumi beserta isinya, aku mohon kepadamu wahai
dzat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, ampunilah segala dosa kesalahanku,
dosa dan kesalahan istriku/suamiku, anak keturunanku, kedua orang tuaku, kedua
orang mertuaku, nenek dan kakekku semuanya, sayangi mereka sebagaimana mereka
menyayangi kami dan istri/suami kami sejak kami kecil. (sebutkan namanya satu persatu)
Ya
Allah Tuhanku yang memelihara Ka’bah ini, merdekakanlah diri kami, anak
keturunan kami, kedua orang tua kami, kedua orang mertua kami, saudara-saudara
kami, murid murid kami, pegawai pegawai kami dari siksa api neraka.
Wahai
Tuhan Yang Maha Pemurah, yang mempunyai keutamaan, kelebihan, anugerah dan
kebaikan anugerahkanlah kami, keluarga kami, anak keturunan kami dengan
kebaikan dan lindunganMu.
Wahai
Tuhan Yang Maha Tahu yang mempunya segala kebaikan, aku mohon pada-Mu, agar
Engkau tinggikan namaku, hapuskan dosa dan kesalahanku, mudahkanlah segala
urusanku, bersihkan hatiku, berilah cahaya kelak dalam kuburku. Berilah ampun
bagi segala dosa dan kesalahanku dan aku mohon pada-Mu martabat yang tinggi di
dalam syurga.
Ya
Allah Ya Tuhanku jadikan kelurga kami keluarga “Samara” Jadikan anak keturunan
kami anak shaleh dan shalehah yang dapat berbakti kepadamu, berbakti kepada
orang tua dan berbakti kepada nusa dan bangsanya.
Ya
Allah Ya Tuhanku, pertemukan putri/putra kami (sebutkan namanya) dengan seorang lelaki yang mukmin/wanita
shalehah yang menjadi jodohnya yang
mencintai dan menyayanginya, yang mampu menjadi imam bagi dirinya/pendamping
baginya, yang kaya hati dan kaya harta serta mampukan kami untuk mendampinginya
dalam membina keluarga “Samara”.
Ya
Allah Ya Tuhanku, jadikan putra/putri kami (sebutkan
namanya) menjadi lelaki yang shaleh/wanita shalehah yang darinya lahir
generasi anak dan keturunan yang shaleh dan shalehah pula.
Ya
Allah Ya Tuhanku, Tolonglah putra/putri kami (sebutkan namanya) Bimbinglah ia, Bantu ia, tambahi ilmunya,
pertinggi kecerdasannya serta mudahkan segala urusannya. Lalu lindungi ia wahai
Dzat Yang Maha Pelindung dari segala marabahaya, bencana, penyakit, niat jahat
dan busuk serta fitnah yang berasal dari jin dan manusia.
Ya
Allah Ya Tuhanku, mudahkan jalan bagi putra/putri kami (sebutkan namanya) untuk dapat bekerja yang sesuai dengan
pendidikannya. Tolonglah ia, bantulah ia, mudahkan jalan baginya untuk menuju
apa yang dicita-citakannya dan jangan pernah permalukan ia di dalam
melaksanakan pekerjaannya sehari-hari.
Ya
Allah Ya Tuhanku, aku bangga telah memiliki putri walaupun hanya ….. tahun,
maafkan aku dan istriku Ya Allah jika kami berdua belum optimal dalam menjaga
dan merawatnya.
Ya
Allah Ya Tuhanku, sayangi orang tua kami/mertua kami (sebutkan namanya), orang orang yang kami sayangi (sebutkan namanya) dan selalu bahagiakan
mereka semua yang kini ada diharibaan-Mu. Tidur nyenyakkan mereka semua di
Illiyin. Masukkan ia bersama orang orang Siddiqin, ampuni segala dosa dan
kesalahannya, terima segala amal ibadahnya, jadikan ia tabungan akhirat kami
sekeluarga besar dan pertemukan di syurga-Mu kelak.
Ya
Allah Ya Tuhanku, berikan kami kekuatan, kesembuhan dari penyakit, kesehatan
dan keleluasaan rezeki serta kekuatan Iman, Islam serta Ikhsan sehingga kami
mampu mendampingi anak dan keturunan kami (sebutkan
namanya) membina keluarga “Samara”, serta mampu selalu berbuat kebaikan
kepada sesama selama hayat masih di kandung badan kami.
Ya
Allah Ya Tuhanku, jadikan kami tamu yang sudah Engkau nanti nantikan
kedatangannya, jadikan kami tamu yang bisa Engkau banggakan baik saat
melaksanakan ibadah haji (umroh) maupun setelah kami pulang kami ke tanah air
selama hayat masih dikandung badan kami.
Ya
Allah Ya Tuhanku, jadikan ibadah haji (umroh) yang kami laksanakan adalah
ibadah yang terbaik yang mampu menjadikan kami menjadi umat yang terbaik yang
mampu berbuat kebaikan dari waktu ke waktu sehingga kami mampu bertemu langsung
denganMu kelak di Syurga.
Ya
Allah Ya Tuhanku, jadikan kami, keluarga kami, anak keturunan kami menjadi
manusia manusia yang terhormat yang mampu berperilaku terhormat sehingga mampu
pulang kampung ke tempat yang terhormat untuk bertemu dengan Yang Maha
Terhormat dalam suasana yang saling hormat menghormati.
Ya
Allah Ya Tuhanku, terimalah salam dari murid-murid hamba yang ada di ……………,
terimalah salam dari padanya serta kabulkanlah segala doa dan harapan-harapan
mereka, mereka ingin seperti hamba untuk bisa melaksanakan ibadah haji dan
umroh kelak dikemudian hari. Ya Allah.
Ya
Allah Ya Tuhanku, terimalah salam dari murid murid hamba/teman teman hamba yang
ada di (sebutkan nama dan alamatnya)
terimalah salam dari padanya serta kabulkanlah doa dan harapan mereka, mudahkan
mereka kembali fitrah, mudahkan mereka diterima kembali oleh masyarakat,
mudahkan mereka memperoleh pekerjaan baru, jangan kembalikan mereka ke lembah
hina, bimbing mereka, lindungi mereka Ya
Allah.
Ya
Allah Ya Tuhanku, berikan kepada seluruh murid-murid hamba untuk mudah menerima
ilmu yang dari Engkau, jadikan mereka orang yang cerdas, mudah memahami dan
mudah pula mengamalkannya Ya Allah.
Ya
Allah Ya Tuhanku, terimalah salam dari pegawai pegawai yang bekerja pada hamba,
terimalah salam dari padanya serta kabulkanlah doa dan harapan mereka Ya Allah.
Ya
Allah Ya Tuhanku, terimalah salam dari
teman teman hamba dan dari handai taulan hamba, terimalah salam dari
padanya serta kabulkanlah doa dan harapan mereka yang telah mereka kemukakan
kepada hamba sebelum hamba berangkat menunaikan ibadah Haji Ya Allah.
Ya
Allah Ya Tuhanku, sampaikan salam dan shalawat kami kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan
para sahabatnya.
Ya
Allah Ya Tuhanku, perkenankan doa dan harapan kami. Aamiin.
Setelah selesai berdoa kepada Allah SWT ebagaimana yang kami contohkan di
atas, setelah itu minumlah segelas air zam zam dengan tidak sekali teguk lalu
langsung habis. Sebaiknya tiga kali tegukan.
BACAAN
MEMINUM AIR ZAM-ZAM :
Allahuma inny as-aluka ilman naafi’an warizqon waasi’an, wa syifaa-an min kulli
daa-in wasaqomin birohmatika yaa arhamarraahimiin.
Artinya:
Ya Allah, sesungguhnya hamba mohon kepada-Mu ilmu yang
bermanfaat, rizki yang luas dan obat bagi segala penyakit, dengan rahmat-Mu ya
Allah, Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Hal yang harus kita perhatikan di dalam melaksanakan Thawaf adalah apakah
kehadiran kita di Baitullah diterima oleh Allah SWT selaku Tuan Rumah dan juga
selaku pengundang? Adalah sesuatu yang sangat sia-sia jika kita yang datang
melaksanakan ibadah umroh untuk menjadi tamu Allah SWT; untuk memenuhi undangan
Allah SWT. Akan tetapi kehadiran diri kita tidak dikehendaki oleh Allah SWT
sehingga kita hanya mampu menjadi penonton, hanya mampu menjadi pengagum, hanya
mampu menjadi komentator dari pelaksanaan ibadah haji atau umroh karena tidak
mampu merasakan rasa diterima oleh Allah SWT yang selanjutnya bagaimana mungkin
akan menjadi haji yang mabrur yang pahalanya adalah syurga atau memperoleh
ampunan melalui ibadah umroh!.
Selanjutnya Maqam Ibrahim adalah sebuah batu dimana terdapat jejak
kakinya. Di atas batu inilah Nabi Ibrahim as, berdiri untuk meletakkan batu
landasan Ka’bah sehingga berdirilah Ka’bah sebagai Kiblat manusia. Di dalam
sejarah manusia, Nabi Ibrahim as, adalah tokoh pemberontak yang menentang
penyembahan berhala dan menegakkan monotheisme di atas dunia ini. Kini kita
berdiri di atas Maqam Ibrahim as. Inilah hasil tertinggi yang dapat dicapai
oleh Nabi Ibrahim as, inilah tempat yang paling dekat kepada Allah SWT. Nabi
Ibrahim as, pembangun Ka’bah, arsitek rumah kebebasan, penegak tauhid, pemerang
berhala, telah dianiaya oleh Nimrod.
Nabi Ibrahim as, sebagai pemimpin kaumnya, manusia yang memerangi
kebodohan dan kekafiran, dan yang benar-benar mengenal cinta dan tanggung
jawab. Nabi Ibrahim as, juga menghindari godaan-godaan setan dan pembisik yang
memberikan saran-saran buruk ke dalam hati manusia. Di Maqam Ibrahim ini, kita
berjabat tangan dengan Allah SWT. lalu hiduplah seperti Nabi Ibrahim, as dan
jadikan diri kita sebagai arsitek Ka’bah (arsitek Agama Islam) di jaman kita
sendiri.
Selamatkanlah bangsa, keluarkanlah rakyat dari kehidupan mandek yang tidak berfaedah menuju kebaikan.
Jagalah rakyat (diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara) dari keterlenaan sehingga mereka keluar dari penindasan dan kebodohan.
Bantulah rakyat (diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara serta generasi yang datang dikemudian hari) untuk bergerak. Ajaklah mereka untuk melaksanakan Diinul Islam secara kaffah. Ajarkan mereka untuk kembali fitrah.
Oleh karena itu setelah kita melaksanakan Thawaf dan juga telah sampai di
Maqam Ibrahim, maka jadilah sebagai sekutu Allah SWT, atau sebagai hamba-Nya
yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi, kita harus mampu untuk :
1. Membuat negeri
sendiri aman seperti yang telah kita rasakan di Tanah Haram;
2. Hidup seperti di
dalam keadaan Ihram, seolah-olah keadaan Ihram tersebut ti-dak pernah
berkesudahan;
3. Membuat dunia ini
sebagai Masjid Yang Aman (Masjid-ul Haram) seolah-olah kita sedang berada di
sana.
Semua ini harus kita laksananakan dengan sebaik mungkin karena dunia ini,
karena bumi ini adalah Masjid Masjid Allah SWT.
Sekarang mari kita renungi sekali lagi arah perjalanan Thawaf yang berlawanan arah dengan arah jarum jam,
apakah hanya sebatas yang telah kami kemukakan di atas ataukah masih ada lagi
rahasia lain yang tersembunyi? Jika kita termasuk orang yang mau berfikir,
masih ada rahasia lain yang terkandung yang terdapat di balik arah Thawaf yaitu
kita dikehendaki oleh Allah SWT untuk menjadi golongan kanan yaitu menjadi
orang yang beruntung yang tempat kembalinya adalah syurga, sebagaimana firman
Allah SWT yang kami kemukakan berikut ini: “Yaitu golongan kanan[1448]. Alangkah mulianya golongan kanan itu. dan
golongan kiri[1449]. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu. dan orang-orang
yang beriman paling dahulu, mereka
Itulah yang didekatkan kepada Allah. berada dalam jannah kenikmatan. (surat Al
Waaqiah (56) ayat 8, 9, 10, 11, 12)
[1448] Ialah mereka yang
menerima buku catatan amal dengan tangan kanan.
[1449] Ialah mereka yang
menerima buku catatan amal dengan tangan kiri.
Berdasarkan ketentuan di atas ini, prosesi Thawaf bukan untuk menjadikan
diri kita menjadi golongan kiri yaitu orang yang merugi yang tempat kembalinya
adalah Neraka. Adanya Thawaf yang kita laksanakan merupakan sarana bagi diri
kita hijrah keluar dari pola pola kehidupan duniawi untuk segera menuju pola
pola kehidupan ukhrawi (akhirat). Kehidupan duniawi akan menghantarkan diri
kita menjadi golongan kiri sedangkan kehidupan ukhrawi (akhirat) akan
menghantarkan diri kita menjadi golongan kanan sebagaimana arah dari Thawaf
yang berlawanan arah dengan arah jarum jam.
Selain daripada itu, dengan diri kita melaksanakan Thawaf kita sedang melakukan apa yang dinamakan
dengan menuju Kebesaran Allah SWT dari yang sebelumnya berada di dalam Tanda
Tanda Kebesaran Allah SWT atau dalam ciptaan Allah SWT. Ingat kita menuju kepada kebesaran Allah SWT bukan
menuju kepada Tanda Tanda Kebesaran Allah SWT atau kepada ciptaan Allah SWT.
Inilah rahasia yang tersembunyi yang lainnya yang terdapat di balik
prosesi Thawaf lalu sudahkah diri kita
mampu melaksanakannya dan membuktikan hasilnya setelah pulang menunaikan ibadah
haji atau umroh?
Sebagai orang yang akan menunaikan ibadah haji atau umroh atau yang telah
melaksanakan ibadah haji atau umroh, sudahkah apa yang kami kemukakan di atas
kita perbuat dan masyarakat juga telah menikmati buah dari ibadah haji atau
umroh yang mabrur yang kita laksanakan? Semoga kita yang sudah melaksanakan
ibadah haji atau umroh ataupun yang belum melaksanakan ibadah haji atau umroh mampu memahami dan mampu pula melaksanakan
apa-apa yang dikehendaki Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar