B. TAHU ATURAN MAIN.
Agar diri kita mampu
menjadi abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi yang sesuai dengan
kehendak Allah SWT. Langkah pertama yang harus kita ketahui dan pahami adalah
bahwa di langit dan di muka bumi ada aturan mainnya, yang mana aturan main ini
sudah ditetapkan oleh Allah SWT selaku pencipta dan pemilik. Adapun aturan main
yang utama adalah: Diinul Islam adalah satu
satunya Agama yang diridhai oleh Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya, “Sesungguhnya
agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang
yang telah diberi Al Kitab, kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka,
karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap
ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (surat Ali
Imran (3) ayat 19)”.
Selanjutnya Diinul Islam harus dilaksanakan
secara kaffah atau secara keseluruhan, tanpa dipilih-pilih dan dipilah-pilah,
sebagaimana firman-Nya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu
ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (surat Al Baqarah (2) ayat
208)”.
Adanya ketentuan
bahwa hanya Diinul Islam sebagai satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah
SWT maka dapat dikatakan bahwa:
1. Diinul Islam adalah
satu-satunya sistem hidup yang dibebankan kepada seluruh umat manusia baik di
barat atau di timur, di utara atau di selatan tanpa mengenal warna kulit;
2. Diinul Islam adalah
satu-satunya jawaban yang benar dan bersih terhadap seluruh persoalan manusia;
3. Diinul Islam mencakup
seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi keyaki-nan, ibadah, syariat dan
syiar-syiar.
Dan bila seseorang
melaksanakan Diinul Islam secara kaffah, berarti ia telah menyerah secara
mutlak kepada Allah SWT dalam semua persoalan yang mencakup semua aspek
kehidupan, termasuk yang berhubungan
dengan jiwa, akal, hati, ruh, perasaan, emosi, perbuatan, pemikiran, kepercayaan
dan peribadatan. Akhirnya Diinul Islam
merupakan satu sistem yang sempurna dan lengkap karena ia mencakup sistem
politik, sosial, ekonomi dan moral. Sehingga setiap kaum muslimin dibebani
kewajiban menegakkan Kalimatullah agar Islam menjadi satu-satunya Agama yang
tegak di muka bumi ini.
Selanjutnya untuk
mempertegas tentang Diinul Islam dan juga tentang Allah SWT adalah satu-satunya
pencipta dan pemilik langit dan bumi sehingga di langit dan di bumi ini, masih
ada pedoman dasar yang telah ditetapkan berlaku oleh Allah SWT, dalam hal ini:
1. Setiap manusia diwajibkan untuk mengimani,
mempelajari, memahami serta me-ngamalkan AlQuran yang tidak lain adalah kumpulan
dari aturan, hukum, undang-undang, serta ketentuan yang berlaku di langit dan
di muka bumi yang berasal dari Allah SWT selaku pencipta dan pemilik langit dan
bumi.
2. Setiap makhluk yang
ada di langit dan di muka bumi ini hanya tunduk kepada Allah SWT semata. Dan
setiap makhluk yang telah diciptakan oleh Allah SWT dijadikan Allah SWT dengan
kadar (ukuran-ukuran) tertentu serta setiap makhluk yang diciptakan Allah SWT
tunduk dengan sunnatullah sesuai dengan taqdirnya. Dan sesuai dengan taqdirnya
maka makhluk itu menunduki sunnatullah secara terpaksa dan secara sukarela
sehingga Tidak ada hukum selain daripada sunnatullah.
3. Manusia itu adalah
makhluk yang terdiri dari unsur badaniyah (jasmani) dan un-sur ruhaniyah (ruh).
Jasmani manusia bersifat fana sedangkan ruh bersifat kekal. Jasmani terikat
dengan makanan dan minuman yang halal lagi baik (halalan wa tayyiban) sedangkan
ruh terikat dengan kesucian (kefitrahan).
4. Eksisitensi Ruhaniyah
manusia hanya dapat berkembang baik dalam kehidupan bermasyarakat secara
ilahiah.
5. Dan setiap usaha
manusia yang menggunakan sistem pikir dan sistem akhlak mempunyai akibat ganda
yaitu dunia dan akhirat. Dunia hanyalah fana, sedangkan akhirat itu lebih baik
dan kekal.
Lalu kepada siapakah kita belajar aturan yang
berlaku di langit dan di muka bumi ini? Belajar tentang aturan, hukum, undang
undang, ketentuan yang berlaku di muka bumi
harus kepada pencipta dan pemilik langit dan bumi ini, dalam hal ini
adalah Allah SWT. Yang diikiuti dengan mampu menempatkan dan meletakkan guru
(ulama) bukanlah narasumber AlQuran dan Agama Islam melainkan hanya sebagai
perpanjangan tangan Allah SWT sewaktu mempelajari AlQuran dan Agama Islam.
Dan agar diri kita
yang sesungguhnya adalah ruh selalu fitrah dari waktu ke waktu, maka ruh harus
selalu memperoleh asupan energi keimanan melalui pelaksanaan ibadah yang telah
diperintahkan oleh Allah SWT melalui pelaksanaan Diinul Islam secara kaffah,
dengan catatan bahwa :
1. Ibadah yang kita laksanakan bukanlah untuk mencari pahala, atau membatalkan sebuah kewajiban, ibadah adalah kebutuhan yang hakiki bagi diri dan jiwa kita.
2. Ibadah merupakan sarana dan alat bantu terbaik untuk memberi asupan makanan (energi) guna pertumbuhan keimanan dan ketaqwaan, atau untuk mempertahankan kualitas keimanan dan ketaqwaan yang sangat dibutuhkan oleh ruh atau jiwa kita.
3. Ibadah merupakan sarana dan alat bantu untuk memantapkan iman dan taqwa da-lam jiwa, sehingga jiwa kita berada di dalam kelompok jiwa taqwa, dalam hal ini jiwa muthmainnah.
4. Ibadah merupakan sarana dan alat bantu untuk memperbaharui sumber kekuatan guna memperoleh pertolongan Allah SWT yang sangat diperlukan untuk mensukseskan tugas manusia sebagai abd’ (hamba) yang sekaligus khalifah di muka bumi.
5. Ibadah adalah sarana dan alat bantu untuk menggarap hati kita agar menjadi lebih peka terhadap lingkungan, lebih teguh terhadap perintah dan larangan Allah SWT.
6. Ibadah
adalah sarana dan alat bantu untuk membina pribadi-pribadi manusia da-lam
kerangka mempertahankan dan memelihara serta mengembangkan dan juga untuk meningkatkan apa apa yang telah diberikan
Allah kepada diri kita sehingga mampu mensukseskan diri kita sebagai abd’
(hamba) yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi.
Sebagai abd’ (hamba) dan yang juga khalifah-Nya
di muka bumi, sadarilah bahwa proses mempertahankan kefitrahan ruh harus
dibarengi dengan konsep menjaga kesehatan jasmani dengan selalu memperhatikan makanan dan
minuman yang kita konsumsi yang harus selalu berada di dalam konsep halal lagi
baik (thayyib) serta dibacakan basmallah dan doa sebelum mengkonsumsinya dengan
tidak meninggalkan konsep ilmu kesehatan dan ilmu gizi serta olah raga dan
semoga kita mampu menghindarkan diri dari makanan dan minuman yang masuk
kategori haram lagi buruk (khabit).
Selanjutnya, untuk
lebih mempertegas tentang tahu aturan main yang berlaku di muka bumi ini.
Perkenankan kami untuk mengemukakan salah satu bagian dari tahu aturan main
yaitu adanya konsep berpasang-pasangan. Yang mana konsep berpasang-pasangan ini
telah dikemukakan oleh seorang ilmuwan Inggris, Paul Dirac, telah
dianugerahi hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun 1933. Ilmuwan ini menyatakan
bahwa materi diciptakan secara berpasangan. Penemuan ini, yang disebut
"parité", menyatakan bahwa materi berpasangan dengan lawan jenisnya:
anti-materi. Anti-materi memiliki sifat-sifat yang berlawanan dengan materi.
Misalnya, berbeda dengan materi, elektron anti-materi bermuatan positif, dan
protonnya bermuatan negatif. Fakta ini dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah
sebagaimana berikut: "…setiap partikel memiliki anti-partikel
dengan muatan yang berlawanan … … dan hubungan ketidakpastian mengatakan kepada
kita bahwa penciptaan berpasangan dan pemusnahan berpasangan terjadi di dalam
vakum di setiap saat, di setiap tempat." Apa yang dikemukakan oleh
Paul Dirac tentang unsur yang berpasang-pasangan diatas, bukanlah sesuatu yang
baru, namun sudah dikemukakan oleh Allah SWT dalam AlQuran 14 abad yang lalu.
Lalu apakah yang berpasang-pasangan itu ada
dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan ataukah konsep berpasang-pasangan
itu merupakan bagian dari proses alam? Berdasarkan surat Yaa Siin (36) ayat 36 berikut
ini: “Maha
suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa
yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak
mereka ketahui.” Berdasarkan ayat ini, Allah
SWT lah yang telah menciptakan segala sesuatu dengan berpasang-pasangan, baik
apa-apa yang ada di muka bumi maupun yang ada pada diri manusia maupun dari apa-apa
yang tidak kita ketahui.
Lalu, pernahkah kita membayangkan, butuh seribu tahun
lebih, konsep berpasang-pasangan baru bisa dipecahkan oleh umat manusia,
terutama jika kita mengambil patokan kepada hasil penelitian Paul Dirac yang
memperoleh hadiah Nobel bidang fisika tahun 1933. Apakah hal ini masih kurang
sehingga kita masih tidak meyakini AlQuran itu benar-benar wahyu dari Allah SWT
atau bahkan tidak mempercayai Allah SWT selaku pencipta dan pemilik alam
semesta ini! Begitu banyak yang
berpasang-pasangan di alam semesta ini seperti laki-laki dan perempuan, tua dan
muda, kaya dan miskin, negatif dan positif, atas dan bawah, proton dan neutron,
langit dan bumi, jiwa taqwa dan jiwa fujur, ruhani dan jasmani dan lain
sebagainya. Apakah Allah SWT menciptakan hal ini tanpa ada maksud dan tujuan
yang haq. Lalu apa yang dimaksud dengan berpasang-pasangan itu? Sebelum kami membahas lebih lanjut tentang
konsep berpasang-pasangan, sudahkah kita mengetahui dan memahami tentang konsep
dasar dari aturan main yang berlaku sampai dengan hari kiamat kelak? Untuk itu
mari kita pelajari hadits yang kami kemukakan berikut ini:
“Abu Na’im dalam
kitabnya ‘al Hilyah’ telah meriwayatkan sebagai berikut: Allah telah memberi
wahyu kepada Musa, Nabi Bani Israil, bahwa barangsiapa bertemu dengan Aku,
padahal ia ingkar kepada Ahmad, niscaya Aku masukkan dirinya ke dalam neraka.
Musa berkata: “Siapakah Ahmad itu, Ya Rabbi?” Allah berfirman; “Tidak pernah
Aku ciptakan satu ciptaan yang lebih mulia menurut pandanganKu daripadanya. Telah
kutuliskan namanya bersama namaKu di Arasy sebelum Aku ciptakan tujuh lapis
langit dan bumi. Sesungguhnya syuga itu terlarang bagi semua makhluk-Ku,
sebelum ia dan umatnya terlebih dahulu memasukinya.” Musa as, berkata: Siapakah
umatnya itu?” Firmannya: Mereka yang banyak memuji Allah. Mereka memuji Allah
sambil naik, sambil turun dan pada setiap keadaan. Mereka mengikat pinggang
(menutup aurat) dan berwudhu,
membersihkan anggota badan. Mereka shaum (puasa) siang hari, bersepi diri dan
berdzikir sepanjang malam. Aku terima amal yang dikerjakan dengan ikhlas,
meskipun sedikit. Akan kumasukkan mereka ke dalam syurga karena kesaksiannya:
Tiada Tuhan yang sebenarnya wajib diibadahi selain Allah. Musa berkata: “Jadikanlah saya Nabi Ummat
itu?” Allah berfirman: “Nabi ummat itu dari mereka sendiri.” Musa berkata lagi: “Masukkanlah saya ke dalam
golongan ummat Nabi itu. Allah menerangkan: “Engkau lahir mendahului Nabi dan
ummat itu, sedangkan dia lahir kemudian. Aku berjanji kepadamu untuk
mengumpulkan engkau bersamanya di Darul Jalal (Syurga). (Hadits Qudsi Riwayat
Abu Na’im dalam Al Hilyah)
Berdasarkan hadits di atas ini, Allah SWT
menerangkan kepada umat manusia bahwa sudah memiliki konsep syahadat ketauhidan
dan juga syahadat kerasulan sebelum menciptakan langit dan bumi yaitu dengan
menyandingkan nama Allah SWT dengan nama Muhammad dengan bunyi hadits sebagai berikut:
“Telah
kutuliskan namanya bersama nama-Ku di Arasy sebelum Aku ciptakan tujuh lapis
langit dan bumi.” Setelah memiliki memiliki konsep ketauhidan berupa
syahadat yang mengharuskan diri kita mempersaksikan Allah SWT (syahadat
ketauhidan) dan juga Nabi Muhammad SAW sebagai rasul-Nya (syahadat kerasulan)
dalam satu kesatuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar