G.
HANYA ADA DUA CARA
MERASAKAN KEMATIAN.
Berdasarkan ketentuan
di dalam surat An Nahl (16) ayat 61 berikut ini: “Dan kalau Allah menghukum
manusia karena kezhalimannya, niscaya tidak akan ada yang ditinggalkanNya (di
bumi) dari makhluk yang melata sekalipun, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai waktu yang sudah ditentukan.
Maka apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan
sesaatpun. (surat An Nahl (16) ayat 61)’. Jika ajal seseorang telah
tiba, berarti waktu hidup yang telah ditetapkan berakhir, maka tidak akan ada
penundaan waktu kematian, sehingga tidak akan ada penambahan waktu untuk hidup
di dunia. Jika bel kematian telah berbunyi maka berakhir sudah tugas dan
kewajiban sebagai khalifah yang kita emban saat hidup di dunia ini.
Apabila batas waktu
yang telah ditetapkan oleh Allah SWT berakhir maka berlakulah ketentuan surat
As Sajdah (32) ayat 11 berikut ini: “Katakanlah, “Malaikat maut yang diserahi
untuk (mencabut nyawa) mu akan mematikan kamu, kemudian kepada Tuhanmu, kamu
akan dikembalikan. (surat As Sajdah (32) ayat 11)”. Yaitu malaikat maut
yang diserahi tanggung jawab untuk mencabut nyawa datang untuk melaksanakan
tugasnya. Malaikat maut hanya melihat batasan usia yang telah sampai tanpa
melihat siapa yang akan dicabut nyawanya. Malaikat maut tidak akan bisa disogok
apalagi dipengaruhi untuk mengulur waktu atau menambah waktu hidup seseorang.
Untuk kita ketahui
bersama bahwa saat malaikat maut melaksanakan tugasnya, malaikat hanya memiliki
dua cara yaitu mencabut nyawa dengan cara cara keras dan kasar (suul khatimah)
dan mencabut nyawa dengan cara lemah lembut (husnul khatimah), sebagaiman
firman Allah SWT berikut ini: “Demi (malaikat) yang mencabut (nyawa)
dengan keras. Demi (malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah lembut (surat
An Naziat (79) ayat 1 & 2)”. Adanya dua cara yang hanya bisa
dilakukan oleh malaikat maut untuk mencabut nyawa, ini menunjukkan adanya
perbedaan kualitas dari orang yang akan dicabut nyawanya.
Yang menjadi
persoalan saat ini adalah sudahkah kita mempersiapkan diri agar saat dicabut
nyawa kita kelak dalam kondisi dicabut oleh malaikat dengan cara lemah lembut
(husnul khatimah)! Allah SWT berfirman: “(yaitu) orang yang ketika di wafatkan oleh
para malaikat dalam keadaan baik, mereka (para malaikat) mengatakan (kepada
mereka), “Salamun alaikum, masuklah ke dalam syurga karena apa yang telah kamu
kerjakan. (surat An Nahl (16) ayat 32)’.
Lalu bagaimana dengan
orang yang suul khatimah? Allah SWT melalui firmannya berikut ini menerangkan
cara pelaksanaan memisahkan ruh dengan jasmani secara suul khatimal berikut
ini: “Dan sekiranya kamu melihat ketika para malaikat mencabut nyawa orang
orang yang kafir sambil memukul wajah dan punggung mereka (dan berkata),
“Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar”. Demikian itu disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri. Dan sesungguhnya Allah tidak menzhalimi hamba
hambaNya. (surat Al Anfal (8) ayat 50, 51)”.
Ingat, apa yang akan
dilakukan kelak oleh malaikat maut kepada diri kita bukanlah malaikat maut yang
menentukan caranya, melainkan kita sendirilah yang menentukannya (sesuai dengan
kondisi dan keadaan amal perbuatan dari diri kita), sebagaimana firman Allah
SWT berikut ini: “Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di saat orang orang yang
dzalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan
tangannya (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu! Di hari ini kamu dibalas
dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap
Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri
terhadap ayat ayat-Nya (surat Al An’am (6) ayat 93)”.
Malaikat maut hanya
melaksanakan apa yang sudah terjadi pada diri kita sehingga malaikat maut
hanyalah pelaksana tugas untuk memisahkan jasmani dengan ruh seseorang tanpa
memandang siapa yang akan dipisahkan ruh dengan jamaninya.
Jika saat ini, kita
hidup sesuai dengan yang dikehendaki Allah SWT maka cara lemah lembut yang
dilakukan oleh malaikat. Namun apabila hidup kita saat ini justru sesuai dengan kehendak syaitan maka
jangan berharap malaikat maut melaksanakan tugasnya dengan cara lemah lembut.
Malaikat maut melaksanakannya dengan cara kasar, dipaksa, dipukul yang pada
akhirnya sakitnya luar biasa. Adanya keadaan ini menginformasikan kepada diri
kita bahwa proses kematian (proses dipisahkannya ruh dengan jasmani) hanya ada
dua methode, yaitu secara husnul khatimah dan secara suul khatimah. Tidak ada
methode lain selain dua methode ini.
H. HUSNUL KHATIMAH
VS SUUL KHATIMAH.
Kematian merupakan tahapan yang harus dilalui
oleh seseorang di dalam hidupnya, kapan dan dimana kematian itu terjadi, tidak
ada seorangpun yang tahu dan mampu menjawabnya. Kematian pasti akan datang,
jika ajal sampai pada masanya dan manusia akan berpisah dari kehidupan dunia
menuju kehidupan yang kekal, alam akhirat. Dan pada saat peristiwa sakratul
maut tiba, setiap manusia akan dihadapkan kepada dua pilihan, yaitu: ada
kematian yang baik yang disebut dengan istilah husnul khatimah (akhir yang
membahagiakan), dan ada pula kematian yang buruk yang disebut sebagai suul
khatimah (akhir yang buruk).
Dan melalui proses kematian inilah seseorang
dimungkinkan untuk berjumpa dengan Allah SWT kelak. Perjumpaan dengan Allah
hanya ada di syurga yang ditentukan oleh akhir yang baik (husnul khatimah) di
saat seseorang menghembuskan nafasnya yang terakhir, atau detik detik terakhir
ketika seseorang mampu mengucapkan kalimat tauhid (syahadat), yang menjaminnya
akan masuk syurga.
Untuk itu perhatikanlah dengan seksama hadits
berikut ini: “Rasulullah SAW bersabda: “Apabila Allah menghendaki seorang hamba
menjadi orang baik maka Dia sucikan hatinya sebelum dia meninggal, para sahabat
bertanya,: “dan apakah yang dimaksud dengan mensucikan seorang hamba?
Rasulullah SAW menjawab: “amal shaleh yang Allah ilhamkan kepadanya sehingga
dia meninggal dalam keadaan (beramal shaleh) itu. (Hadits Riwayat Ath Tabrani)”.
Semoga Allah SWT membantu kita saat sakratul maut terjadi.
Agar diri kita terhindar dari apa yang disebut
dengan akhir kehidupan yang buruk (suul khatimah), kita harus memahami terlebih
dahulu penyebab dari tergelincirnya diri kita ke dalam suul khatimah, yaitu:
1. Adanya perasaan ragu-ragu dalam hal akidah atau
keyakinan terhadap Allah SWT;
2. Menunda-nunda kesempatan untuk bertaubat;
3. Panjang angan-angan;
4. Bergelimang dengan maksiat dan dosa;
5. Memelihara sifat-sifat kemunafikan dalam dalam
diri, seperti mudah berbohong, ingkar janji dan berkhianat;
6. Salah di dalam mensikapi ujian dan cobaan dalam
kehidupan.
Jadi, apabila kita berharap husnul khatimah,
hindari dan jangan lakukan ke enam hal yang kami kemukakan di atas.
Selain daripada itu, Nabi SAW juga telah mengingatkan
kepada diri kita agar menghindari perbuatan-perbuatan yang akan menghancurkan,
merusak amal perbuatan kita melalui haditsnya berikut ini: “Ada enam perkara yang
menghancurkan amal, yaitu sibuk mengurus aib orang lain, hati yang kasar,
hubbud dunia, sedikit memiliki rasa malu, panjang angan angan, dan selalu
berbuat dzalim. (Hadits Riwayat Adh Dailami)”.
Husnul khatimah merupakan karunia yang luar
biasa dari Allah untuk seorang hamba, akan tetapi karunia itu tidak turun
begitu saja kepada manusia. Harus ada upaya upaya yang dilakukan oleh manusia
untuk meraih husnul khatimah. Di antara upaya yang bisa kita lakukan untuk
meraih husnul khatimah, adalah:
1. Menjaga iman dan akidah dalam diri sepanjang hayat masih di kandung badan. Untuk itu setiap manusia harus semaksimal mungkin untuk menjauhi pembatal pembatal keimanan serta segala amalan yang mengurangi kesempurnaan keimanan.
2. Berusaha bersungguh sungguh untuk memperbaiki niat dan tujuan hidup. Berusaha sekuat tenaga untuk menghindar dari dosa dan maksiat sekecil apapun.
3. Senantiasa memohon dan berdoa kepada Allah agar diwafatkan di atas iman dan taqwa. Contohnya, “Wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang orang yang shaleh.” (surat Yusuf (12) ayat 101) dan “Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepadaMu).” (surat Al A’raf (7) ayat 126)
4. Senantiasa
mengerjakan amal shalih secara ikhlas semata-mata karena Allah. Kita tidak akan
pernah tahu kapan ajal akan menjemput. Namun dengan konsisten mengerjakan amal
shalih secara ikhlas semata-mata karena Allah, Insyaallah kita akan siap
manakala waktu kita kembali kepada Sang Pencitpta telah tiba. Dan insyaallah bisa
meraih husnul khotimah. Sebagaimana hadis berikut ini: “Rasulullah SAW bersabda: “Orang
yang cerdas adalah orang yang menahan hawa nafsunya dan berbuat (amal shalih)
untuk (bekal) kehidupan setelah mati.” (Hadits Riwayat Ath Thirmidzi).
5. Waktu yang diberikan kepada kita untuk hidup di dunia sangatlah singkat. Se-hingga kita akan sangat merugi jika menyia-nyiakan waktu yang telah diberikan hanya untuk melakukan hal-hal yang tidak berguna dan tidak memberikan manfaat baik bagi diri kita maupun orang lain. Allah SWT berfirman: “Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (surat Al An’am (6) ayat 32)”. Agar kita memiliki manajemen waktu yang baik saat hidup di dunia ini.
6. Jangan pernah meremehkan dosa-dosa kecil yang telah dilakukan. Disadari atau tidak kita seringkali melakukan dosa-dosa kecil dan tidak seharusnya kita meremeh kannya. Karena banyaknya dosa kecil bisa merusak iman, bahkan bisa menjadi dosa besar dihadapan Allah, Naudzubillah. Rasulullah SAW bersabda: “Jauhilah dosa-dosa kecil karena bila berkumpul pada seseorang akan menghancurkan dirinya.” (Hadits Riwayat Ahmad).
Senantiasa berdzikir
dan mengingat Allah di manapun berada. Dengan membiasakan diri untuk berdizikir
maka kita akan senantiasa mengingat Allah dimanapun kita sedang berada, dan
dalam kondisi apapun. Nabi SAW mengemukakan dalam hadits berikut ini: “Dari
Mu’adz bin Jabal ra, ia berkata: “Aku bertanya kepada Rasulullah SAW, “Amal apakah yang paling dicintai oleh Allah SWT?’
Nabi SAW bersabda: “Engkau mati dalam keadaan lidahmu basah karena berdzikir
kepada Allah SWT.” (Hadits Riwayat Ibnu Hiban)”.
Kita diperintahkan
untuk selalu membasahi lidah kita dengan selalu berdzikir kepada Allah. Lalu
apa yang akan kita peroleh? Allah SWT berfirman: “…laki-laki dan
perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk
mereka ampunan dan pahala yang besar.” (surat Al-Ahzab (33) ayat 35).
7. Mendirikan shalat dan memelihara shalat. Shalat merupakan ibadah yang akan ditanyakan pertama kali pada hari akhir nanti. Shalat adalah kebutuhan bagi seluruh umat muslim, shalat menjadi media bagi seorang hamba untuk berkomunikasi secara langsung kepada Rabb-nya. Shalat memiliki banyak keutamaan sehingga seseorang akan sangat merugi jika tidak melaksanakan shalat sesuai kebutuhannya.Bahkan kebiasaan meninggalkan shalat secara terus menerus bisa dianggap sebagai kekafiran seseorang. Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan masuk neraka seseorang yang shalat sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya.” (Hadits Riwayat. Muslim).
Rasulullah SAW
bersabda: “(Pemisah) di antara kami dan mereka (orang kafir) adalah meninggalkan
shalat, karenanya barangsiapa yang meninggalkannya maka sungguh dia telah
kafir.” (Hadits Riwayat Ahmad). Dengan mendirikan shalat tepat waktu
dan memeliharan shalat dengan baik maka seorang muslim akan terhindar dari
perbuatan keji dan munkar sehingga terhindar pula dari perbuatan dosa yang
dimurkai Allah SWT.
Saat ini, kita tidak
akan pernah tahu bagaimana cara kita mati nanti dan tidak akan pernah tahu
apakah kita akan mengalami husnul khotimah ataupun suul khotimah. Namun yang
pasti, kita harus senantiasa memperbaiki diri dengan amal shalih secara
konsisten hingga akhir hayat agar bisa mencapai husnul khotimah.
Semoga beberapa upaya yang kami kemukakan
diatas, bisa menjadikan kita mantap berjalan dalam titian iman dan Islam.
Semoga Allah senantiasa membimbing jalan kita agar tetap berada di shiratal
mustaqim, jalan yang lurus, hingga malaikat Izrail datang menjemput.
Seperti halnya kupu-kupu, yang butuh proses
untuk mengubah dirinya. Kita tidak akan pernah menjadi kupu-kupu yang cantik
yang membawa manfaat bagi sesama tanpa proses metamorfosis. Kita tidak akan
pernah berubah tanpa adanya perubahan. Kita tidak akan mampu mencapai kehidupan
yang kita inginkan tanpa perenungan.
Kita tidak akan benar-benar menjadi sempurna
tanpa kesalahan, tanpa proses, tanpa menderita, tanpa kesakitan, dan tanpa
tertatih-tatih. Orang yang sukses (bahagia) adalah karena mereka pernah merasakan
kegagalan. Mungkin dengan kegagalan kita mampu merenung dan mampu untuk
merasakan dan merenungkan apa yang kurang pada diri kita. Kita menjadi tahu
arah mana kita akan menuju. Kita tahu ke mana kita harus memperbaiki diri. Kita
akan mampu mengubah bagian mana yang harus disempurnakan.
Lalu, haruskah kita menyia nyiakan hidup ini?
Haruskah kita membuang waktu yang kita miliki? Haruskah kita menunggu terlambat
baru berubah? Berubahlah. Bermetamorfosislah. Warnai hidup ini menjadi yang terbaik di mata Allah SWT dari
segala peluang dan potensi hidup yang kita miliki. Seekor ulat harus menjadi
kepompong terlebih dahulu, sebelum menjadi kupu kupu yang indah dan menebar
manfaat.
Manusia kadang harus bermetamorfosis dahulu
sebelum menjadi manusia yang dapat memberi manfaat bagi kehidupannya sendiri
dan orang lain. Bermetamorfosislah dan jadikan baru seluruh muka bumi. Semoga
hal ini menjadi kenyataan. Akhirnya kita mampu memanjangkan umur kita melalui
karya karya nyata yang bisa dinikmati oleh generasi yang datang di kemudian
hari. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar