Seluruh jamaah umroh tanpa terkecuali sangat
mendambakan mampu menunaikan dan melaksanakan ibadah umroh yang sesuai dengan
kehendak Allah SWT baik dari sisi syariat dan juga mampu merasakan hakekat yang
tidak melanggar syariat. Agar apa yang kita kehendaki bisa tercapai maka kita
harus tahu dan paham tentang rangkaian atau tata laksana dari pelaksanaan
ibadah umroh yang sesuai dengan syariat yang berlaku.
Berikut ini akan kami kemukakan rangkaian atau
tata laksana yang berurutan dari pelaksanaan ibadah umroh dimaksud, yaitu:
A. BERANGKAT MENUJU
EMBARKASI UMROH.
Setiap jamaah umroh yang akan berangkat ke Baitullah kiranya wajib
mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1. Setiap jamaah umroh yang mengambil paket perjalanan
9 (sembilan) hari biasanya akan berada di kota Makkah kurang lebih 5 hari 4
malam, sedangkan di kota Madinah selama kurang lebih 3 (tiga) hari 2 malam.
2. Penyelenggara ibadah umroh yang akan memfasilitasi
setiap jamaah umroh agar bisa mendirikan shalat Jum’at di Masjidil Haram.
Sehingga jamaah umroh yang berkunjung terlebih dahulu ke kota Madinah
kedatangannya setelah hari Jum’at. Baru kemudian melakukan ibadah umroh ke
Makkah dengan mengambil Miqat di Dzul Al Khulaifah (Masjid Bir Ali) melalui
perjalanan darat mempergunakan bus atau kereta cepat. Dan setelah menyelesaikan
Thawaf Wada’ akan kembali ke tanah air melalui bandara yang ada di kota Jeddah.
3. Jamaah umroh yang langsung menuju ke kota Makkah
biasanya kedatangannya menjelang hari Jum’at sehingga jamaah akan menunaikan
ibadah umroh terlebih dahulu dan setelah melakukan Thawaf Wada’ baru berkunjung ke Madinah melalui perjalanan
darat mempergunakan bus atau kereta cepat. Dan setelah itu akan kembali ke
tanah air bisa melalui bandara yang ada di kota Madinah atau melalui bandara
yang ada di kota Jeddah. Kondisi ini tidak akan
mengurangi kualitas ibadah jamaah.
4. Adanya perbedaan waktu antara Kerajaan Arab Saudi
dengan waktu Indonesia Bagian Barat, dalam hal ini selisih 4 (empat) jam.
Selain daripada itu, sbelum diri kita berangkat untuk menunaikan ibadah
umroh, sebaiknya hal-hal berikut ini kita laksanakan, seperti:
1. Sebelum meninggalkan rumah dianjurkan untuk shalat sunnah dua rakaat
(mendi-rikan shalat sunnah safar) dan dianjurkan pula berdoa untuk keselamatan
diri dan keluarga yang ditinggalkan.
2. Menyelesaikan segala urusan pribadi, dinas dan sosial kemasyarakatan sehingga
pada saat kita menunaikan umroh haji atau umroh kita tidak terganggu lagi
dengan urusan yang tidak perlu seperti izin cuti, bayar tagihan, urusan
pengalihan tugas pekerjaan dan lain sebagainya.
3. Sudah menyiapkan bekal untuk keluarga yang ditinggalkan selama menunaikan
ibadah umroh dengan sebaik mungkin.
4. Menyiapkan barang-barang bawaan berupa bekal keuangan seperlunya, baju
ihram, pakaian pengganti, keperluan keperluan sehari hari dan obat obatan pribadi selama menunaikan
ibadah umroh.
5. Jangan membawa perhiasan dan jangan membawa barang bawaan yang berlebihan
dan serta hindari membawa barang yang tidak ada hubungannya dengan pelaksanaan
ibadah umroh. Dan jangan sampai kita membawa barang-barang tertentu seperti
untuk perlindungan diri dalam hal ini jimat, batu akik bertuah dan lain
sebagainya yang mengundang kemarahan Allah SWT.
6. Selalu menjaga kondisi kesehatan jasmani dengan selalu makan makanan yang
ber-gizi dan menjaga kebugaran atau kesehatan secara teratur, baik sebelum
berangkat dan juga selama berada di Makkah dan juga Madinah.
7. Hindari terlalu banyak meminum air zam-zam yang dingin dikala suhu udara
di Makkah ataupun di Madinah sangat panas. Memang enak dan nyaman disaat panas
meminum yang dingin-dingin namun dampaknya mengakibatkan sakit batuk dan juga
flu.
Terakhir, jangan lupakan protokol kesehatan. Jangan merasa sehat, lalu
lalai dengan perlindungan diri melalui pelaksanaan protokol kesehatan.
Melaksanakan protokol kesehatan bukan hanya untuk melindungi diri sendiri,
namun juga untuk melindungi kesehatan orang lain.
B. IHRAM.
Ihram berasal dari kata “ahrama” yang artinya mengharamkan. Ihram berarti
pengharaman, atau niat untuk mengharamkan diri dari hal-hal yang menghalangi
diri kita untuk menemui Allah SWT; yang menghalangi diri kita untuk menjadi
tamu Allah SWT; yang menghalangi diri kita untuk menjadi hamba Allah SWT, yang
dimulai dari saat memasuki Miqat lalu mengambil niat umroh di Miqat.
1. Saat-Saat Berihram Bagi Jamaah Umroh.
a. Bagi jamaah umroh yang datang dari arah kota Madinah akan mulai berihram saat Miqat di Dzul Al Khulaifah (Masjid Bir Ali) sampai jamaah umroh menyelasaikan Thawaf, Sa’I dan Tahallul di Masjidil Haram.
b. Bagi jamaah umroh yang kedatangannya lewat Bandara
Jeddah akan memulai Miqat saat pesawat di atas Yalamlam atau Miqat di Jeddah
sampai jamaah menyelesaikan Thawaf, Sa’i dan Tahallul di Masjidil Haram.
Apabila kita sudah berihram lalu telah mengambil Miqat berarti diri kita
adalah orang yang telah siap untuk menemui Allah SWT di Baitullah; atau orang
yang telah siap untuk menjadi tamu Allah SWT saat berhaji (saat umroh) dengan
penuh keikhlasan dan kepasrahan, tidak peduli lagi dengan kehidupan dunia
sekelilingnya. Untuk itu kita harus mengharamkan diri kita baik jasmani maupun ruhani
dari hal-hal yang tidak berkaitan dengan Allah SWT dengan memutuskan seluruh hubungan
dengan segala urusan urusan yang bersifat duniawi.
2. Hal-hal yang harus
diketahui oleh orang yang akan melaksanakan Ihram Umroh, yaitu:
a. Yang disunnahkan sebelum ihram untuk memotong atau
merapikan rambut dan kuku; mandi dan berwangi-wangian; berpakaian ihram yang
berwarna putih-putih serta shalat sunnah ihram dua rakaat. Sebagaimana hadits berikut ini: “Nabi SAW
bersabda: “Zaid bin Tsabit berkata:
Saya melihat Nabi SAW mengganti pakaian untuk Ihram dan mandi. (Hadits Riwayat
Ath Thirmidzi).”
Nabi SAW bersabda: “Aisyah
berkata: Saya pernah memakaikan wewangian kepada Nabi SAW ketika beliau hendak
berihram dengan wangi wangian terbaik yang aku dapatkan. (Hadits Riwayat Al
Bukhari).”
b. Yang disunnahkan setelah ihram adalah memperbanyak
membaca Talbiyah, shalawat dan berdoa. “Talbiyah Rasulullah Saw adalah: “Aku datang
(memenuhi panggilan-Mu) ya Allah, aku datang. Aku datang dan tiada sekutu
bagi-Mu. Aku datang, sesungguhnya segala pujian, kenikmatan dan kerajaan
(kekuasaan) milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu” (Hadits Riwayat Bukhari)
Hal yang samapun terjadi pada saat diri kita melaksanakan Wukuf di Padang
Arafah dan juga saat mendirikan shalat, dimana shalat yang kita dirikan juga
merupakan proses untuk menemui Allah SWT (ash shalatu mi’rajul mu’minin artinya shalat adalah mi’rajnya orang
beriman). Oleh karena itu, shalatpun diawali dengan ihram yang caranya
dengan bertakbir yang disebut takbiratul ihram (takbir pengharaman). Di mulai
saat bertakbir itu diri kita mengharamkan dari makan dan minum, mengobrol,
mondar-mandir, atau berbagai urusan keduniaan lainnya.
3. Larangan-Larangan
Dalam Ihram.
Inilah larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan oleh jamaah umroh
sewaktu berihram, yakni:
a. Untuk pria, dilarang memakai pakaian bertangkup,
dilarang memakai sepatu yang menutupi mata kaki. Dilarang menutup kepala dengan
tutup yang melekat. Sedangkan untuk wanita dilarang bersarung tangan, dilarang
menutup muka (bercadar).
b.
Dilarang memotong, mencukur, mencabut kuku atau
rambut badan.
c.
Dilarang memotong, mencabut dan mematahkan
pepohonan.
d.
Dilarang memburu atau membunuh binatang.
e.
Dilarang menggunjing, mencaci dan bertengkar.
f.
Dilarang memakai wangi-wangian.
g.
Dilarang bicara porno, bercumbu atau bersetubuh.
h. Dilarang meminang, menikah atau menikahkan,
sebagaimana hadits berikut ini: “Rasulullah
SAW bersabda: Yang sedang ihram tidak boleh menikah, menikahkan dan tidak boleh
juga melamar. (Hadits Riwayat Bukhari)
Kain ihram yang berwarna putih melambangkan Allah SWT Dzat Yang Maha Suci
harus kita hadapi dengan yang suci pula, yang terefleksikan dengan kain ihram
yang kita kenakan berwarna putih bersih. Adalah sesuatu yang sangat konyol dan
tidak tahu diri jika sampai Allah SWT Dzat Yang Maha Suci kita hadapi dengan
sesuatu yang berwarna atau sesuatu yang kotor penuh noda padahal kita berada di
Rumah Allah SWT (di Baitullah) serta menjadi Tamu Allah SWT saat Wukuf di
Padang Arafah
Saat diri kita melepaskan pakaian-pakaian jasmani, maka pada saat itu
pula kita harus melepaskan dan menghilangkan segala bentuk sifat-sifat alamiah jasmani
(atau insan) yang mencerminkan nilai-nilai keburukan (ahwa), seperti sifat
pelit, sifat tergesa-gesa, sifat berkeluh kesah, sifat lemah dan lain
sebagainya sehingga antara diri kita dengan Allah SWT terjadi kesesuaian dalam
hal perilaku.
Hal ini dikarenakan sifat-sifat alamiah ruhani (atau Nass) yang
mencerminkan nilai-nilai kebaikan (nafs/anfuss) yang menjadi perilaku diri kita
sangat berkesesuaian dengan perbuatan Allah SWT yang mencerminkan Nama NamaNya
Yang Indah (Asmaul Husna).
Agar diri kita mampu berihram dengan sempurna saat di Baitullah, ada
baiknya kita merenungkan makna dan hakikat yang terdapat dibalik apa apa yang
dilarang dalam Ihram berikut ini:
1. Jangan melihat cermin agar kita tidak melihat bayangan diri sendiri. Jadi untuk sementara waktu lupakan dirimu sendiri, lalu ingatlah Allah SWT.
2. Jangan mempergunakan atau mencium wewangian agar kita tidak teringat dengan kesenangan-kesenangan dimasa sebelumnya. Sekarang kita berada di dalam lingkungan spiritual maka berserah dirilah kita kepada Allah SWT.
3. Jangan mematahkan atau mencabut pohon, hendaklah kita membunuh kecen-derungan-kecenderungan yang bersifat agresif lagi merusak dengan bersikap damai terhadap alam.
4. Jangan berburu, jangan menyakiti binatang, bersikap baiklah kepada makhkuk-makhluk lain.
5. Jangan bercumbu atau jangan berhubungan badan agar
kita memperoleh cinta sejati dari Allah SWT.
Saat diri kita dalam keadaan berihram berarti kita siap dan sedang
menemui Allah SWT serta sedang berada dihadapan kebesaran dan kemahaan Allah
SWT sehingga apapun, siapapun diri kita bukanlah apa-apa dan bukan pula
siapa-siapa dan harus tunduk patuh dengan aturan Allah SWT serta kita harus
pula konsekuen dengan pernyataan Talbiyah yaitu kita kemukakan yaitu Tiada
Sekutu bagi Allah SWT.
Untuk itu jangan pernah menunjukkan apa dan siapa diri kita saat menemui
Allah SWT. Dihadapan Allah SWT kita cuma makhluk yang hina, yang miskin, yang
tidak memiliki apapun, yang keberadaannya juga karena diciptakan oleh Allah
SWT, yang menumpang di langit dan di bumi Allah SWT serta yang harus
mempertanggungjawabkan konsep penghambaan dan konsep kekhalifahan yang kita
laksanakan di muka bumi sehingga kedudukan diri kita tidak akan mungkin sepadan
dan sejajar dengan Allah SWT.
Selanjutnya, apa-apa yang terlarang dalam ihram dapat dikelompokkan
menjadi 3(tiga) ketentuan pokok, yaitu:
1. Unjuk diri (karena kita bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa) sehingga warna, model, bahan, dan harga pakaian menunjukkan kelas atau status yang memakainya. Untuk itu tinggalkanlah segala pakaian yang menunjukkan status itu, merendahlah dihadapan Allah SWT hanya dengan pakaian putih lagi sederhana.
2. Unjuk kekuasaan atau unjuk kekerasan sebab hanya Allah SWT saja yang Maha Kuasa. Pelajaran bagi manusia untuk tidak sembarangan menggunakan kekerasan kecuali dalam hal-hal yang dibenarkan agama seperti menyembelih binatang untuk dimakan, atau memerangi orang kafir yang memusuhi Islam dan itupun harus dilakukan dengan sebaik-baiknya dan dengan tidak berlebihan.
3. Kemewahan dunia yang disimbolkan dengan seks dan
wangi-wangian. Seks adalah bagian dari kodrat manusia, namun jangan pernah
jadikan seks dan wangi-wangian sebagai panglima hidup dan kehidupan.
Ihram juga memiliki makna secara spiritual yang berarti larangan untuk
memikirkan hal yang lain kecuali Allah SWT semata. Adapun tindakan nyata dari Ihram
adalah memakai pakaian Ihram, yaitu dua helai kain putih yang tidak berjahit,
terutama bagi laki-laki, sedangkan bagi perempuan adalah tertutup seluruh aurat
kecuali kedua telapak tangan dan muka, dan boleh berjahit.
Adapun makna lain yang hakiki dari Ihram dapat kami kemukakan sebagai
berikut: Dengan memakai pakaian Ihram berarti kita telah menanggalkan pakaian
kita sehari-hari yang sebenarnya sarat dengan lambang-lambang keduniaan.
Pakaian kita sehari-hari adalah simbol manusia untuk menunjukkan status
sosialnya, sebab bukanlah pada pakaian seperti ini kita menyematkan pangkat
yang melambangkan status sosial seseorang atau perhiasan yang menunjukkan
status ekonomi seseorang. Bahkan bahannya sendiri akan berbicara banyak tentang
status sosial seseorang dan akan membedakan dengan jelas apakah ia orang kaya
ataukah orang miskin. Itulah sebabnya banyak orang yang mengatakan bahwa
pakaian sehari-hari adalah topeng-topeng yang menutupi jati diri kita yang
sesungguhnya dihadapan Allah SWT.
Berpuluh-puluh tahun kita pakai topeng tersebut, sehingga kita telah mengidentikkan diri kita sendiri dengan topeng tersebut. Melalui topeng itulah, manusia merasa berbeda satu sama lain dan bertingkah laku sesuai dengan topeng yang kita kenakan. Begitu lama dan begitu asyiknya dengan memakai topeng tersebut, sehingga kita lupa akan hakekat kita yang sesungguhnya. Melalui Ihram inilah Allah SWT berkehendak untuk membuka topeng-topeng keduniaan yang melekat pada diri kita. Dengan harapan manusia dapat mengetahui dan menyadari apakah hakekat dirinya itu. Ternyata dihadapan Allah SWT derajat manusia adalah sama.
Setiap manusia, apapun kedudukannya, siapapun orangnya, kaya atau miskin, tua ataupun muda, tidak dibedakan karena status sosialnya, tidak ada bedanya antara seorang hamba dengan seorang raja, tidak ada bedanya antara si kaya dengan si miskin dan juga tidak dibedakan melalui ras dan warna kulit serta keturunannya. Dihadapan Allah SWT semua sama derajatnya, yang membedakan derajat seseorang dihadapan Allah SWT adalah ketaqwaannya. Allah SWT berfirman: “sesungguhnya semulia-mulianya kamu adalah yang paling bertaqwa” karena itu dengan melaksanakan ihram, seseorang diharapkan dapat terlecuti jiwa dan pikirannya dari pengaruh pangkat, kekayaan, jabatan, keturunan sehingga pelaksanaan umrohnya betul-betul karena Allah SWT semata, seperti terefleksi dari baju Ihram yang putih dan suci serta bersih dari segala kotoran jasmani maupun kotoran ruhani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar