Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Senin, 17 Juni 2024

HIDUP TIDAK BERAKHIR SAAT KEMATIAN TIBA (PART 3 of 4)

 

D.   JADIKAN SYURGA SEBAGAI VISI HIDUP.

  

Visi hidup adalah arah tujuan utama dari kehidupan kita. Sebaik baik visi hidup adalah yang mengikutkan Allah SWT dan mempersangkutkan akhirat di dalamnya. Visi akhirat akan tercapai kala visi dunia terpenuhi. Sehingga visi akhirat hanya bisa dicapai dengan raihan prestasi luar biasa di dunia. Prestasi di dunia inilah yang akan membuat sosok diri kita begitu dibanggakan, kehadiran akan begitu dirindukan karena banyak manusia merasakan manfaat kebaikan dari kehadiran dan karya karya nyata diri kita, bukan sebaliknya.

 

Lalu apa yang sudah kita hasilkan sebagai bentuk karya nyata diri kita saat hidup di muka bumi ini? Jika belum ada lalu bagaimana kita akan berhasil mencapai visi akhirat? Lalu bagaimana fasilitas berikut ini bisa kita dapatkan: “(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh Para Malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun'alaikum, masuklah kamu ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan". (surat An Nahl (16) ayat 32)”.

 

Bayangkan malaikat memberikan salam penghormatan kepada diri kita. Untuk itu tancapkan tekad yang kuat di dalam hati dan realisasikan dalam amal bahwa visi atau tujuan hidup kita hanya satu, yaitu meraih syurga tanpa hisab dan tanpa azab sedikitpun, semoga Allah memudahkan kita untuk meraihnya. Amiin.

 

Mulai saat ini, mari jadikan kehidupan di dunia ini sebagai ladang untuk beramal shaleh sebanyak banyaknya dengan memaksimalkan jiwa, raga, dan harta kita hanya untuk mengabdi dan mentaati Allah SWT semata. Sebagaimana dikemukakan hadits berikut ini: “Ya Allah, Perbaikilah agamaku sebagai benteng urusanku. Perbaikilah duniaku yang menjadi tempat kehidupanku, Perbaikilah akhiratku yang menjadi tempat kembaliku, Dan jadikanlah kehidupan ini mempunyai nilai tambah bagiku dalam segala kebaikan, Dan jadikanlah kematianku sebagai kebebasanku dari segala kejahatan” (Hadits Riwayat Muslim)”. Buatlah visi hidup yang akan selalu membuat kita dirindukan, karena setelah kematian tiba bukan hanya penduduk bumi yang merasa ditinggalkan, bahkan para penduduk langit pun menangis sedih karena merasa kehilangan kita.

 

Untuk itu milikilah visi akhirat yang unik dan mencerminkan diri kita sendiri. Apa contohnya? Contohnya ingin memeluk Nabi Muhammad SAW beserta sahabat sahabatnya di syurga, ingin berkumpul di syurga bersama keluarga besar serta anak dan keturunan, ingin menggendong orang tua melewati jembatan sirathal mustakim, dan lain sebagainya.

 

Jika kita sudah mampu membuat prestasi dunia yang membanggakan bagi penduduk dunia dan juga penduduk langit serta memiliki visi akhirat yang jelas berarti kesempatan untuk merasakan mati senang sudah kita persiapkan. Hidup senang di dunia tidak akan menjamin kita mati tenang, apalagi mati senang. Betapa banyak manusia yang dikelilingi rasa senang berlimpah harta ataupun popularitas tapi mati dalam kondisi was was atau ketakutan seperti fir’aun, hamman ataupun qarun. Mati senang bukan berarti mati dalam keadaan tersenyum atau ketika sakratulmaut manusia tersebut tertawa. Mati senang karena para malaikat mengatakan kepada diri kita “salaamun alaikum” masuklah kamu ke dalam syurga seperti yang tertuang dalam surat An Nahl (16) ayat 32 di atas.

 

Selain daripada itu, mati dalam keadaan senang adalah kala mendapat kabar dari Malaikat bahwa diri kita akan masuk syurga seperti yang tertuang dalam surat Al Fajr (89) ayat 27 sampai 30 berikut ini: Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,masuklah ke dalam syurga-Ku. (surat Al Fajr (89) ayat 27, 28,29,30)”.

 

Mati senang bisa diraih dengan berbagai sukses tetapi tidak dapat diukur dari garis bibir yang melengkung ke atas saat mata terpejam. Mati senang adalah suatu kondisi saat di hari berhisab kita menerima buku laporan terakhir dari sisi sebelah kanan sehingga kita termasuk di dalam golongan kanan. Ya, Allah perkenankan kami memperolehnya. Amien.

 

Jika ada mati senang tentu ada pula mati sengsara atau mati susah, jika hal ini yang terjadi maka kita akan dikelompokkan menjadi golongan kiri yang pulang kampungnya ke Neraka seperti yang tertuang dalam surat Al Waaqiah (56) ayat 8, 9, 10, 11 berikut ini: “Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu. dan orang-orang yang beriman paling dahulu,mereka Itulah yang didekatkan kepada Allah.berada dalam jannah kenikmatan. (surat Al Waaqiah (56) ayat 8, 9, 10, 11, 12)”.

 

Sedangkan melalui surat Al Israa’ (17) ayat 17 berikut ini Allah SWT mengemukakan bahwa: (ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan Barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya Maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun. (surat Al Israa’ (17) ayat 71). Semoga diri kita, keluarga, istri/suami, anak keturunan semuanya mampu menjadi golongan kanan sebagaimana yang kami kemukakan di atas ini.


E.      SINGKATNYA USIA KITA DI DUNIA.

 

Usia sebagai salah satu modal utama kita dalam mengarungi hidup di dunia ini, namun kondisinya sangatlah terbatas (dibatasi oleh usia), sementara perjalanan yang akan kita tempuh menuju kehidupan akhirat sangatlah panjang. Saat kita di alam Barzakh, kita bisa ribuan tahun disana  untuk menunggu hari kiamat tiba, lalu kita tidak tahu berapa lama lagi kita akan menunggu setelah dibangkitkan sampai selesai berhisab, yang kesemuanya membutuhkan bekal dan sebaik baik bekal adalah takwa.

 

Di lain sisi, usia itu ada empat kriteria atau tingkatan atau kelompok, yakni masa kecil, masa muda, masa separuh baya, dan masa tua. Masa tua adalah akhir dari usia seseorang. Adanya kategori usia menjadi empat kelompok sejalan dengan waktu waktu shalat yang lima waktu, dimana Subuh merupakan saat kelahiran, sedangkan Isya adalah saat kematian. Titik krusial dari persoalan ini adalah di posisi manakah diri kita saat ini?

 

Tidak ada yang pernah tahu dimana posisi kita yang sesungguhnya, namun yang pasti adalah semuanya menuju ke waktu Isya (menuju kepada kematian) dan yang kita miliki saat ini adalah sisa waktu dari waktu yang telah ditetapkan Allah SWT. Hal ini sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (surat Luqman (31) ayat 34)”.

 

Enam puluh tahun hingga tujuh puluh tahun menjadi batas usia umat ini, menurut hadits berikut ini: Rasulullah SAW bersabda: Usia umatku berkisar antara enam puluh hingga tujuh puluh tahun. Sedikit yang berhasil melewatinya. (Hadits Riwayat Ath Thirmidzi dan Ibnu Majah)”. Di usia inilah usia manusia paling dekat dengan pertarungan maut, atau bisa dikatakan sebagai usia kepasrahan dan kekhusyu’an, atau usia menanti kematian.

 

Itulah usia yang telah Allah SWT tentukan yang tidak ada seorangpun yang tahu kapan dan dalam keadaan seperti apa akhir dari kehidupan seseorang saat usianya berakhir.

 

Dan berdasarkan hadits yang kami kemukakan di atas, sekarang mari kita hitung berapa lama kita hidup di dunia ini dibandingkan dengan waktu di akhrat?

 

a.       1 hari di akhirat                            = 1.000 tahun kita hidup di dunia.

b.       24 jam di akhirat                           = 1.000 tahun kita hidup di dunia.

c.       1 jam di akhirat                             = 41,66 tahun kita hidup di dunia.

d.       1,5 jam di akhirat                         = 62,49 tahun kita hidup di dunia.

 

Berdasarkan ketentuan hadits di atas, umat Nabi Muhammad SAW hanya berusia 1,44 jam hidup di dunia sampai dengan 1,680 jam hidup di dunia dengan memakai ketentuan waktu akhirat. Jika ini kondisi manusia hidup di muka bumi ini, maka pantaslah jika kita selalu diingatkan dengan masalah waktu oleh Allah SWT.

 

Untuk itu pelajari kembali serta renungi surat  surat Adh Dhuhaa (93) ayat 1 sampai 11 yang kami kemukakan berikut ini: “demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi (gelap), Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu. dan Sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan). dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi puas. Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu? dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.  sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu Berlaku sewenang-wenang. dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya. dan terhadap nikmat Tuhanmu, Maka hendaklah kamu siarkan. (surat Adh Dhuhaa (93) ayat 1 sampai 11)

 

Sekarang mari kitaperhatikan lagi dengan seksama surat Al Muddatstir (74) ayat 7 berikut ini: “dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah. (surat Al Muddatstsir (74) ayat 7)”. Lalu hubungkan dengan rumus hidup di diatas, berarti hanya 1,44 jam sampai dengan 1,680 jam saja kita wajib memenuhi/melaksanakan perintah Allah SWT dan sudah sepantasnya kita bersabar untuk melaksanakannya. Hal yang samapun berlaku saat diri kita berbuat kebaikan di muka bumi, yaitu hanya selama 1,44 jam sampai dengan 1,68 jam, apakah kita tidak mau bersabar untuk melaksanakannya padahal hasil dari perbuatan ini akan dicukupkan pahala mereka tanpa batas.

 

Allah SWT berfirman: “Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu". orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (surat Az Zumar (39) ayat 10)”. Demikian juga dengan memerangi/perang melawan ahwa (hawa nafsu) yang menyuruh kepada kejahatan masanya juga sangat singkat. Sebagaimana firman Allah SWT berikut ini: “dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. (surat Yusuf (12) ayat 53)”. Selanjutnya apa yang harus kita lakukan?

 

Untuk itu jadikan apa yang dikemukakan oleh Allah SWT dalam surat At Taubah (9) ayat 72 berikut ini: “Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar. (surat At Taubah (9) ayat 72)”. Sebagai motivasi yang diikat dengan komitmen betapa perjuangan yang sangat singkat itu akan diganjar oleh Allah SWT berupa syurga. Jadi apalagi yang menghalangi diri kita untuk berbuat dan berbuat yang sesuai dengan kehendak Allah SWT di saat diri kita sudah berada di persimpangan jalan.

 

Saat manusia mencapai usia 60 tahun hingga 70 tahun, maka pada saat itulah muncul kecenderungan melemahnya kekuatan dan penurunan daya tahan tubuh. Maka seyogyanya, ia berkonsentrasi pada urusan akhirat, karena mustahil ia akan kembali bersemangat seperti sebelumnya yaitu saat masa mudanya. Hadits berikut ini: “Rasulullah SAW bersabda: ‘Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang melakukan perjalanan” (Hadits Riwayat Bukhari)”. Hidup di dunia ini hanya mampir sebentar saja, sebab rumah kita yang sesungguhnya adalah akhirat. Selain mampir sebenar, kita ini hanyalah sebagai musafir atau orang asing dengan waktu yang terbatas sekali yaitu hanya sepanjang usia kita di dunia (2 jam saja berdasarkan ukuran waktu di akhirat).

 

Selanjutnya agar diri kita bisa memanfaatkan waktu yang terbatas ini, ada baiknya kita memperhatikan nasehat yang dikemukakan oleh Umar bin Abdul Azis berikut ini: “Sesungguhnya dunia ini bukanlah tempat tinggal yang sejati dan abadi bagi kalian. Dunia adalah tempat yang telah ditentukan Allah untuk hancur dan mengharuskan kepada penghuninya untuk pergi. Berapa banyak orang yang tadinya kuat dan menguasai, namun hancur dalam waktu sekejab. Berapa banyak orang yang bermukim, namun sebentar lagi harus segera pergi. Oleh karena itu persiapkanlah perbekalan dan kendaraan kalian dengan sebaik baiknya untuk perjalanan pulang, Perbanyaklah bekal kalian dan sesungguhnya sebaik baik bekal adalah bertaqwa kepada Allah SWT.”.

 

Di dunia ini, kita sedang memperjuangkan nasib kita untuk hari yang kekal selamanya, yaitu kehidupan akhirat, itulah kampung halaman kita yang sesungguhnya. Dalam memperjuangkan nasib tersebut, ada di antara kita yang memerdekakan diri sendiri, yaitu hanya menghamba kepada Allah SWT semata dengan cara menjalan perintah perintah Allah SWT dan menjauhkan larangan laranganNya sehingga merdeka dan bahagia di syurga dan ada pula yang menghamba kepada ahwa dan juga syaitan dengan berani meninggalkan perintah perintah Allah SWT dan mengerjakan larangan laranganNya sehingga sengsara di neraka dengan siksaan yang sangat pedih.

 

F.    JANGAN TERPESONA DENGAN DUNIA.

 

Jangan jadikan hatimu terpesona dengan dunia ini. Jangan sampai dunia masuk ke dalam hatimu. Jadikanlah dunia hanya dalam genggaman tangan kita, bukan di dalam hati sanubari, dahulukan yang kekal daripada yang akan musnah, sebagaimana hadits berikut ini:   “Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa mencintai dunianya, ia merugikan akhiratnya dan barangsiapa yang mencintai akhiratnya, ia merugikan dunianya. Maka dahulukanlah alam yang kekal daripada alam yang pasti musnah. (Hadits Riwayat Ahmad)”.  Jadikan dunia sebagai ladang untuk beramal shaleh sebagai bekal yang bermanfaat di akhirat, sehingga akhirat adalah tempat memanen atas apa apa yang kita tanam saat hidup di dunia.

 

Teladanilah generasi terbaik umat ini, yaitu para sahabat Nabi dalam menyikapi kehidupan di dunia ini. Salah satunya adalah melalui nasehat dari Hasan Al Bashri berikut ini:“Berhati hatilah kalian dari menyibukkan diri dengan perkara perkara dunia karena ia dipenuhi kesibukan. Siapa yang berani membuka salah satu pintu kesibukan itu, niscaya akan terbuka untuknya sepuluh pintu kesibukan lainnya, tidak seberapa lama kemudian”. Sekali lagi kami tegaskan, berhati hatilah saat hidup di dunia ini.

 

Dunia adalah tempat ujian dengan waktu yang sangat terbatas, dengan tipe soal yang berbeda beda untuk setiap orang tetapi dengan satu persamaan tujuan, yaitu untuk menseleksi siapa di antara kita yang paling baik amalnya, siapa yang pantas masuk syurga dan siapa yang pantas menempati neraka, secara adil dan beradab sebagaimana termaktub dalam surat Al Mulk (67) ayat 2 berikut ini: “yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, (surat Al Mulk (67) ayat 2)”. Setiap manusia memiliki ujian yang berbeda beda dalam kehidupannya, tetapi sama dalam tujuannya. Dan untuk bisa mendapatkan manusia manusia yang terbaik sesuai dengan konsep surat Al Mulk (67) ayat 2 di atas, maka manusia akan diuji dengan berbagai jenis ujian.

 

Dan inilah bentuk-bentuk ujian yang akan diberikan oleh Allah SWT kepada setiap manusia, yaitu:

 

1.    Ujian Harta Kekayaan. Banyak di antara kita yang tidak menyadari bahwa harta dan seluruh apa yang ada di langit dan bumi adalah milik Allah. Manusia hanya dititipkan harta sampai waktu yang ditentukan dan akan dimintakan pertanggungjawaban atas harta tersebut. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam hadits berikut ini: “Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya setiap umat memiliki fitnah (ujian) dan fitnah bagi umatku adalah harta. (hadits riwayat Ath Thirmidzi).   

Ujian harta dapat berupa kelebihan harta atau bisa juga melalui kekurangan harta. Jika Allah menitipkan kelebihan harta, harus disadari itu adalah ujian dari Allah SWT. Kita diperintahkan oleh Allah SWT untuk bersyukur. Jika Allah memberikan ujian kekurangan harta, itu adalah ujian untuk bersabar.

 

2.    Ujian Kesehatan dan Waktu Luang. Banyak di antara kita yang tidak menyadari bahwa kesehatan dan waktu luang adalah nikmat sekaligus ujian. Lalu apakah kedua nikmat tersebut membuat kita mengisinya dengan hal hal yang bermanfaat untuk akhirat ataukah malah sebaliknya untuk kepentingan duniawi. Sebagaimana hadits berikut ini: “Rasulullah SAW bersabda: Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang.” (hadits riwayat Bukhari)

 

3.   Ujian Dalam Menjalankan Perintah dan Larangan Allah. Banyak di antara kita yang tidak menyadari bahwa ujian tidak mentaati Allah sangat besar pengaruhnya terhadap keselematan seseorang di akhirat kelak. Oleh karena itu, segeralah bertaubat agar tidak menyesal di kemudian hari.Sebagaiman hadist berikut ini: “Rasulullah SAW bersabda: “Apa saja yang aku larang terhadap kalian, jauhilah. Dan apa saja yang aku perintahkan kepada kalian, kerjakanlah semampu kalian..” (Hadits Riwayat Bukhari, Muslim).

 

Semakin tinggi tingkat keimanan seseorang, semakin tinggi ujian yang diberikan Allah kepadanya. Semakin tinggi soal ujian atau cobaan yang diberikan Allah, semakin besar nilai yang akan diperoleh. Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh, besarnya nilai/pahala itu sesuai dengan besarnya cobaan.” (Hadits Riwayat Ath Thirmidzi dan Ibnu Majah)

 

Ingat, ujian yang menimpa orang orang sebelum kita tentu jauh lebih berat daripada kita. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan dengan berbagai macam cobaan sehingga berkatalah Rasul dan orang orang yang beriman bersamanya sebagaimana Allah SWT berfirman: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat. (surat Al Baqarah (2) ayat 214)”.

 

Hal yang harus kita jadikan acuan atau pedoman adalah saat ujian dan cobaan menerpa diri kita ketahuilah bahwa Allah SWT telah memberikan petunjuknya kepada kita bahwa kita pasti bisa menghadapi seluruh ujian dan cobaan karena Allah SWT memberikan ujian dan cobaan sesuai dengan kesanggupan diri kita. Sekarang semuanya tergantung kepada diri kita, maukah mempercayai apa yang dikemukakan oleh Allah SWT dalam surat Al Baqarah (2) ayat 286 berikut ini:

 

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir." (surat Al Baqarah (2) ayat 286)”. Dalam hal ini kita pasti mampu menghadapi segala tantangan, rintangan, ujian dan cobaan hidup dan kehidupan yang kita jalani saat ini. Percayalah.  

 

Di lain sisi, sekaya apapun seorang mukmin di dunia ini, hidup di dunia ini adalah penjara baginya, segala perintah, segala larangan yang telah diberlakukan oleh Allah harus dilaksanakan. Semiskin apapun seorang yang kafir (yang tidak mau bertaubat sebelum meninggal dunia), hidup di dunia ini adalah syurga baginya karena di akhirat kelak akan menjadi penghuni neraka.

 

Nabi SAW bersabda:“Sungguh Allah telah menentukan batasan batasan. Janganlah kalian melampauinya. Ditetapkan pula perkara perkara wajib dan janganlah kalian menyianyiakannya. Selain itu juga mengharamkan beberapa hal, jangan pula kalian melanggarnya. Dan mendiamkan beberapa macam perkara, bukan karena lupa, melainkan sebagai bentuk kasih sayang kepada kalian, terimalah dan janganlah kalian mencari carinya.” (Hadits Riwayat Al Hakim)”. Ayo berfikir terlebih dahulu sebelum bertindak, jangan dirubah aturan ini.

 

Bersabarlah sebentar dalam menjalani ujian dan cobaan hidup di dunia ini. Bersabarlah sebentar dalam menjalankan perintah dan larangan serta ridha atas semua ketatapan dari Allah yang belum sesuai dengan harapan kita. Sebab, seorang mukmin itu selalu berpikir positif dalam segala keadaan. Seorang mukmin itu selalu meyakini bahwa semua ketetapan Allah adalah baik baginya.Untuk itu, jagalah hati, lisan, dan anggota tubuh dari berkeluh kesah dan ridhalah dengan semua takdir Allah SWT.

 

Sebagaimana nasehat dari Ibnul Qayyum Al Jauziah berikut ini: “Segala persoalan dalam hidup ini sungguh untuk tidak menguji seberapa besar kekuatan dirimu. Tetapi menguji seberapa besar kesungguhanmu dalam meminta pertolongan Allah SWT”. Bisakah kita membayangkannya bahwa melaksanakan ujian itu bukan sesuatu yang menjadi tolak ukur, namun kesungguhan meminta pertolonganlah yang akan dinilai oleh Allah SWT. Maha Suci Allah SWT dari apa yang kita sangka selama ini.

 

Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi ketahuilah akan adanya ketentuan ini yaitu: “Usia umat ini relatif singkat dibandingkan usia umat sebelumnya” Adanya ketentuan yang mengikat kepada setiap manusia maka untuk itu :

 

a.     Kita harus cerdas dan produktif di dalam mengisi waktu dalam semua segi ke-hidupan kita;

b.      Kita harus bersyukur dengan cara mendayagunakan seluruh potensi yang telah Allah berikan kepada kita untuk ketaatan (beribadah) kepada Allah;

c.     Kita harus sabar dalam menjalankan perintah dan larangan-Nya serta ridha atas ketentuan-Nya.”

 

Dan jika usia yang telah ditetapkan oleh Allah SWT habis maka kematian pasti tiba. Jika ajal telah tiba, tidak ada yang dapat menghindar darinya dan tidak ada yang dapat memajukannya atau memundurkannya walau sedetikpun. Maut atau Kematian adalah saat dipisahkannya ruhani seseorang dari jasmaninya. Sebagaimana firman-Nya berikut ini: “tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (surat Ali Imran (3) ayat 185)”.

 

Kematian merupakan perpindahan dari tahapan kehidupan di dunia kepada kehidupan di akhirat. Jika telah sampai ajal kepada manusia, pintu taubat pun telah tertutup. Sebagaimana hadits berikut ini: “Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh, Allah menerima taubat seorang hamba-Nya selama nyawanya belum sampai di tenggorokan.” (Hadits Riwayat Ahmad)”. Dan sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT ketahuilah kita semua pasti akan mengalami kematian dan kematian yang kita alami bukanlah akhir dari segalanya. Namun perjalananan panjang untuk menuju syurga ataukah neraka yang  panjang masih menunggu kita. Jangan sampai kita mau diajak ke neraka oleh syaitan karena kampung halaman kita yang asli bukanlah neraka, melainkan syurga. Jadi jika syaitan pulang ke neraka bukanlah sesuatu yang istimewa karena kampung halamannya memanglah di sana.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar