B.
MENYADARI HAKIKAT DUNIA.
Ada banyak ayat dan juga hadits yang
mengingatkan kepada manusia tentang hakikat dunia. Untuk itu, mari kita buka
lembaran lembaran firman Allah SWT. Disana kita akan menemukan kebenaran yang
hakiki. Ayo kita selami firman-Nya, agar kita tidak terlampau jauh berada dalam
kesalahan memaknai keberadaan hakekat dunia. Berikut ini akan kami kemukakan 4
(empat) bentuk dari hakekat dunia itu, yakni:
1. Dunia adalah Mataa’ (kesenangan yang menipu).Berdasarkan ketentuan surat Ali Imran (3) ayat
14 berikut ini: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa apa yang
diingini, yaitu: wanita wanita, anak anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang binatang ternak dan sawah lading. Itulah
kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik
(syurga). (surat Ali Imran (3) ayat 14)”. Dunia adalah mataa’
(kesenangan yang menipu). Ketertipuan terhadap dunia terjadi ketika kita
menjadikan dunia sebagai tujuan akhir. Padahal dunia ini hanyalah perantara
atau media untuk menggapai kebahagiaan hidup di alam abadi. Dunia adalah media
untuk mencari bekal hidup agar kelak kita meraih syurga.
2. Dunia adalah Qalil (kecil). Berdasarkan ketentuan surat An Nisaa (4) ayat
77 berikut ini: “Kesenangan di dunia ini hanya kecil (sebentar) dan akhirat itu lebih
baik untuk orang orang yang bertaqwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun. (surat
An Nisaa (4) ayat 77)”. Dunia adalah qalil (kecil). Dalam ayat ini Allah
SWT membandingkan dunia dengan akhirat. Segala yang ada dunia ini kecil.
Manusia itu kecil. Harta itu kecil. Nikmat di dunia itu kecil. Kesengsaraan di
dunia itu kecil. Kelak di akhiratlah segala yang besar besar itu berada.
Kenikmatan di syurga, kata Rasul SAW, belum
pernah terdengar telinga, belum pernah terlihat mata, bahkan belum pernah
terjamah oleh pikiran manusia. Begitu pula dengan kesengsaraan dan kebinasaan
di neraka, yang belum pernah terjamah dan dirasakan oleh manusia.
Untuk itu bersabarlah di dunia yang singkat dan
kecil ini. Jangan terlena dengan kenikmatan dunia yang kecil ini. Jangan
menyerah dengan cobaan dan kesengsaraan hidup di dunia yang juga kecil ini.
Asalkan kita berada di titian iman dan taqwa hingga ajal tiba, Allah akan
menjanjikan kenikmatan yang jauh lebih indah, kekal dan abadi.
3. Dunia adalah La’ib (main main) dan Laghwu
(senda gurau). Berdasarkan keten-tuan surat
Al An’am (6) ayat 32 berikut ini: “Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main main dan senda gurau belaka.
Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang orang yang bertaqwa. Maka
tidakkah kamu memahaminya?” (surat Al
An’am (6) ayat 32)”. Dunia adalah la’ib (main main) dan laghwu (senda
gurau). Dunia hanyalah tempat sandiwara kehidupan dipentaskan. Bukankah hidup
ini sebenarnya adalah sangat sederhana? Kita bagaikan aktor ataupun artis yang
sedang memegang peran masing-masing. Sedangkan sutradaranya adalah Allah SWT.
Di sandiwara kehidupan ini, ada skenario Tuhan yang wajib diperankan dengan
sebaik-baiknya dan juga semaksimal mungkin diperankan oleh diri kita.
4. Dunia adalah Penjara. Dunia adalah penjara. Ada yang mengungkapkan
bahwa yang dimaksud dengan penjara adalah beragam aturan aturan yang membatasi
diri seorang muslim. Hal ini tertuang dalam hadits berikut ini: “Dari Abu Hurairah ra,
Rasulullah SAW bersabda, “Dunia itu penjara bagi orang mukmin dan syurga bagi
orang kafir.” (Hadits Riwayat Ahmad)”. Sebagaimana kita ketahui bahwa di dunia ini
seorang muslim diikat oleh aturan yang bernama syariat. Ada perintah dan ada
larangan. Ada perintah untuk mengontrol dan mengalahkan hawa nafsu. Ada kewajiban,
sunnah, mubah, makruh, serta haram. Ada perintah shalat, puasa, zakat, serta
berhaji bagi yang mampu. Ada larangan judi, zinah, korupsi, minum minuman
keras, meninggalkan shalat dan lain lain.
Sebagian ulama berpendapat bahwa semua itulah
yang dimaksud dengan belenggu. Kematian adalah saat dimana belenggu belenggu
itu terlepas. Kematian adalah masa terbebasnya diri seorang muslim dari segala
belenggu belenggu yang selama di dunia telah mengikatnya. Allah SWT berfirman: “Kehidupan dunia
dijadikan terasa indah dalam pandangan orang-orang yang kafir, dan mereka
menghina orang-orang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu berada di
atas mereka pada hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang yang Dia
kehendaki tanpa perhitungan. (surat Al-Baqarah (2) ayat 212)”.
Kematian adalah masa
kebahagiaan bagi seorang muslim karena ia akan segera disambut dengan
kenikmatan kenikmatan akhirat sebagai hadiah atas kesabarannya meniti jalan
yang telah diatur oleh Allah di dunia.
Itulah
4(empat) buah hakekat dunia yang harus kita ketahui dan harus pula kita sikapi
dengan sikap yang baik dan benar. Jika sampai salah kita mensikapi tentang hakekat
dunia maka akan berakibat fatal bagi kehidupan akhirat kita kelak. Dan ketika kita masih takut dengan kematian, berarti
kita salah di dalam mensikapi hakekat dunia dan itu pertanda kita masih banyak
lumuran salah dan dosa. Karena seorang muslim yang telah mengisi
hidupnya dengan ketaatan dalam ketakwaan, ia sangat mendambakan hadirnya
kematian.
Seorang muslim yang selama hidupnya di dunia
telah berusaha semaksimal mungkin untuk menjauhi maksiat pasti akan merindukan
momentum kematian.
Ia sangat merindukan hari di mana ia akan menerima balasan atas segala kebaikan
yang telah ia kerjakan selama hidupnya. Seorang muslim yang selama hidupnya
sudah berusaha untuk mengabdikan seluruh waktunya untuk penghambaan kepada
Allah, ia akan sangat menantikan saat perjumpaan dengan Penciptanya. Dan masa
itu adalah kematian dan kematian merupakan pintu awal untuk kembali kepada Allah.
C. JANGAN PERNAH GADAIKAN AKHIRATMU.
Hidup itu pendek, pendek saat untuk berkarya nyata karena dibatasi oleh
keterbatasan waktu. Karya nyata terbaik adalah menjadikan hidup berarti dengan
berani membayar mahal segala kepentingan akhirat saat kita hidup di muka bumi
ini. Akhirat adalah tujuan akhir yang abadi sedangkan dunia adalah perantara
untuk menuju tujuan akhir. Sekali lagi kami ingatkan, akhirat bukanlah
perantara kehidupan, melainkan tujuan akhir hidup manusia. Jangan dirubah
ketentuan ini, jika kita tidak mau menyesal dikemudian hari.
Allah SWT telah mengingatkan hal ini kepada
seluruh manusia melalui ayatNya berikut ini: “Allah melapangkan rezeki
bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki).
Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu
(dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). (surat
Ar-Ra’d (13) ayat 26).”
Selanjutnya Allah SWT
melalui surat At Taubah (9) ayat 38 berikut ini: “Apakah kamu lebih menyenangi
kehidupan di dunia dari pada kehidupan akhirat? Padahal kenikmatan hidup di
dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. (surat
At Taubah (9) ayat 38)”.
Berdasarkan dua buah
ketentuan di atas ini, Allah SWT dengan dengan tegas menyatakan bahwa kehidupan
akhirat adalah kehidupan yang paling baik bagi kepentingan umat manusia, namun
Allah SWT memberikan pilihan kepada umatnya untuk memilih salah satu dari dua
pilihan ini, ingat segala resiko tanggung sendiri.
Dunia dan segala
kenikmatannya ini akan pergi, akan sirna dan akan berakhir dengan cepat,
berbeda dengan segala kenikmatan akhirat yang tidak pernah berakhir
selama-lamanya. Allah SWT berfirman: Sedangkan kamu (orang-orang kafir) memilih
kehidupan dunia. Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebik kekal.
(surat Al-A’lâ (87) ayat 16-17)”. Untuk itu ketahuilah bahwa dunia dan
seluruh isinya ini seperti air yang menempel di jari setelah dicelupkan di
lautan, sedangkan akhirat ibarat lautan yang sangat luas.
Nabi SAW bersabda:“Demi
Allah! Dunia dibandingkan akhirat hanyalah seperti seseorang dari kalian yang
mencelupkan salah satu jemarinya ke laut), maka lihatlah apa yang ada pada
jarinya tersebut saat ia keluarkan dari laut! (Hadits Riwayat Muslim)”. Wahai
manusia yang lebih mendahulukan dan mementingkan kehidupan dunia dibandingkan kehidupan
akhiratnya, tidakkah engkau mau berpikir dan memikirkan kembali tentang hakikat
dunia ini?!
Seandainya seluruh
dunia beserta segala isinya berada dalam genggamanmu, dan ditambah dengan satu
dunia lagi yang semisal dengan itu untukmu, maka apakah yang tersisa darinya
untukmu jika malaikat maut datang menjemputmu?! Semua tidak ada apa apanya,
bahkan menjadi nihil dikarenakan kepemilikan dari harta kekayaan sudah berubah
menjadi milik para ahli ahli waris dari kalangan manusia.
Setiap hari ada pelajaran
kematian yang dapat kita saksikan atau bisa melalui berita kematian yang sampai
ke telinga kita, kesemuanya agar kita mulai mempersiapkan segala sesuatu yang
berhubungan dengan kehidupan akhirat. Bergegaslah menyambut seruan dan perintah
Rabbmu dan persiapkanlah bekal perjalanan akhiratmu saat ini juga, tanpa pernah
menunda nunda lagi! Bertaubatlah dari dosa dan kesalahanmu sekarang juga.
Alangkah ruginya seseorang yang menjual kenikmatan syurga dengan angan-angan dusta, dengan permainan-permainan yang menarik atau menukar syurga dengan syahwat yang hina dan perbuatan-perbuatan tercela. Dan agar diri kita tidak terjebak melakukan pertukaran antara akhirat dengan dunia yang merugikan ini, ada baiknya kita renungkan secara seksama dua buah nasehat tentang kehidupan dan satu dongeng kuno tentang utusan maut, agar hidup ini menjadi lebih berarti lagi, yaitu:
1. Imam Syafi’i memberi nasehat: Janganlah kamu gadaikan kehidupan abadi de-ngan
rumah fantasi. Sesungguhnya kehidupan dunia ini akan luntur dan temboknya akan
hancur. Oleh sebab itu, perbanyaklah amalan dan jangan memperbanyak berangan
angan. Jika waktu yang singkat ini kita isi dengan hal hal yang bermanfaat
untuk akhirat, kebahagianlah yang akan kita raih. Jika diisi dengan hal hal
yang tidak bermanfaat untuk akhirat, hanya penyesalan yang akan diperoleh di
akhirat kelak.
2. Hasan Al Bashri pernah berkata: Sesungguhnya perumpamaan dunia dan akhirat adalah seperti timur dan barat. Bila yang satu mendekat, yang lain akan menjauh. Dunia diawali dengan kesulitan dan diakhiri dengan kebinasaan, yang halal akan dihisab dan yang haram akan berujung siksa. Yang kaya akan menghadapi ujian dan fitnah sedang yang miskin selalu dalam kesulitan. Kalau saja engkau sadari, tiap kali terbenam matahari, berkuranglah satu hari usiamu dan lenyaplah sebagian yang ada padamu.
3. Kisah Utusan Maut. Inilah sebuah dongeng kuno seseorang yang sakit
didatangi oleh Izrail, malaikat pencabut nyawa. Orang itu lalu bertanya,
“Apakah kedatanganmu sebagai kunjungan biasa atau untuk mencabut nyawaku?’.
Izrail menjawab, “Kunjungan biasa.” Orang itu berkata lagi, “Demi persahabatan
kita. Jika dekat ajalku nanti, kirimlah utusan untuk memberitahukan aku.” Dan Izrail menyetujui
permintaan itu. Pada suatu hari Izrail datang untuk mencabut nyawanya. Orang
itu berkata, “Bukankah belum pernah ada utusanmu yang datang kepadaku untuk
memberitahukan perkara ini?’. Izrail menjawab, "Sudah…….sudah pernah
datang, bahkan beberapa kali. Bukankah tulang punggungmu bungkuk sebelumnya
lurus? Rambutmu memutih yang sebelumnya hitam. Suaramu bergemetar sesudah
dahulunya lantang. Bahkan akhir akhir ini kamu lemah sesudah dahulunya kamu
kuat perkasa. Penglihatanmu kabur sesudah dahulunya terang, kamu dahulu penuh
harapan, tetapi akhir akhir ini sering putus asa. Aku telah mengirim banyak
utusan kepadamu padahal kamu hanya meminta satu utusan. Oleh karena itu,
janganlah kamu menyalahkan aku.” (A Azis
Salim Basyarahil, Hikmah Humor Kisah dan Pepatah, Gema Insani, Jakarta, 1998)
Ingat, kesempatan kita untuk berubah hanya ada
di sisa waktu yang kita miliki, berapa lama? Kita tidak tahu. Lalu apakah kita
akan membiarkan waktu yang tersisa ini berlalu begitu saja tanpa ada perubahan,
lalu kapan lagi kita berubah jika bukan sekarang. Lalu berpikir dan berbuat
cerdaslah dalam memutuskan pilihan hidup ini sebagaimana sabda Rasulullah
SAW: “Orang yang cerdas adalah yang paling banyak mengingat mati dan paling
baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati.” (Hadits Riwayat Ibnu Majah).
Untuk itu mulai saat ini juga, mari kita isi
setiap detik demi detik yang kita lalui di kehidupan yang pertama ini (episode dunia) dengan
cerdas karena hasil dari episode dunia akan sangat menentukan nasib kita di
kehidupan ke dua (episode akhirat), apakah akan bahagia (syurga) ataukah celaka
(neraka). Inilah pilihan yang dihadapkan Allah SWT kepada diri kita lalu
pilihan ada di tangan diri kita masing masing.
Mengingat kematian adalah salah satu cara untuk
meningkatkan produktivitas hidup. Dalam ajaran Islam, mengingat kematian
sungguh sangat dianjurkan. Imam Al Ghazali pernah mengungkapkan bahwa: “mengingat
mati membawa manusia merenggang atau menjauh dari perdaya duniawi, serta
menyebabkan manusia tekun untuk mencari bekal menuju keabadian. Sementara orang
yang lengah terhadap kematian menarik manusia pada nafsu duniawi”.
Mereka yang akan menjadi penghuni syurga adalah orang orang pilihan yang
diridhai Allah SWT. Menjadi penghuni syurga tidak mudah, butuh kesungguhan,
perjuangan yang maksimal dari jiwa, raga dan harta dalam mentaati Allah SWT.
Hal ini dipertegas melalui hadits berikut ini: “Rasulullah
SAW bersabda: “Ketahuilah bahwa sesungguhnya barang dagangan Allah sangat
mahal. Ketahuilah babwa barang dagangan Allah adalah syurga. (Hadits Riwayat
Ath Thirmidzi dan Hakim)”. Sedangkan syurga itu sendiri adalah sesuatu
yang diliputi perkara yang dibenci oleh jiwa dan neraka diliputi oleh perkara
yang disukai syahwat, sebagaiman hadits berikut ini: “Syurga itu diliputi perkara
perkara yang dibenci (oleh jiwa) dan neraka itu diliputi oleh perkara perkara
yang disukai syahwat. (Hadits Riwayat Muslim)”. Disinilah letak
permainan yang sesungguhnya, yaitu bagaimana kita bisa melewati, mengalahkan sesuatu
yang dibenci jiwa yang hasilnya mampu menghantarkan diri kita ke syurga.
Usia manusia memang misteri. Kita tidak tahu
kapan usia kita berakhir. Namun terkadang kita lupa bahwa Allah menjadikan usia
kita sebagai misteri justru agar kita bisa mendayagunakan daya pikir, perasaan
dan ilmu kita, bahwa kita bisa mati kapan saja dan dimana saja, tanpa harus
menunggu tua, tanpa harus menunggu pangkat dan jabatan, tanpa harus menunggu
sakit atau tanpa harus menunggu kaya terlebih dahulu. Dan betapa bodoh bin tidak tahu
dirinya ketika kita tahu bahwa kematian bisa datang kapanpun, namun masih saja
dengan tenang mengerjakan kemaksiatan dan pekerjaan yang sia sia dalam hidup
yang terbatas ini. Seolah olah waktu itu kita yang miliki dan juga
kecepatan waktu bisa kita atur sesuai dengan kehendak kita serta malaikat maut
bisa kita kalahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar