Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Kamis, 06 Juni 2024

INILAH YANG AKAN KITA PEROLEH DAN RASAKAN DARI KETAUHIDAN YANG ADA DALAM DIRI (PART 2 of 5)

 

B. KETAUHIDAN DALAM DIRI AKAN MAMPU MENGHANTARKAN DIRI KITA KEPADA MA’RIFATULLAH.

 

Adanya ketauhidan dalam diri yang baik dan benar akan menghantarkan orang yang bertauhid kepada ma’rifatullah sehingga kita akan mampu mengetahui, memahami segala sesuatu tentang Allah SWT yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Lalu apa itu ma’rifatullah? Sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi ketahuilah bahwa ma’rifatullah merupakan ilmu yang tertinggi yang harus dipahami manusia. Hakikat ilmu adalah memberikan keyakinan kepada yang mendalaminya. Ma’rifatullah adalah ilmu yang tertinggi sebab jika dipahami dengan baik dan benar akan memberikan keyakinan mendalam.

 

Memahami akan pentingnya ma’rifatullah juga akan mengeluarkan manusia dari kegelapan kebodohan kepada cahaya hidayah yang terang, hal ini sebagaimana dikemukakan dalam firmanNya berikut ini: “Dan Apakah orang yang sudah mati[502] kemudian Dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu Dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan. (surat Al An’am (6) ayat 122)

[502] Maksudnya ialah orang yang telah mati hatinya Yakni orang-orang kafir dan sebagainya.

 

Sehingga dengan nemiliki ilmu tentang ma’rifatullah serta mampu untuk berma’rifatullah adalah sesuatu yang sangat penting karena berhubungan dengan Allah Sang Pencipta dan Pemiliki serta berhubungan dengan manfaat yang diperoleh, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, yang dengannya akan diperoleh keberuntungan dan kemenangan.

 

Sebagai contoh saat seseorang belajar ilmu alam. Ia mempelajari ciptaan Allah yang begitu mempesona dan menakjubkan. Ia mencoba mengenal gunung sebagai pasak bumi, ia mencoba mengenal lautan dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dan ia menggali pengetahuan tentang alam semesta ini secara keseluruhan. Akan tetapi ia tidak mencoba merenungkan ciptaan Allah itu sebagai sarana dan media yang efektif dalam mengenal Allah, dzat yang maha agung lagi maha perkasa.

 

Maka yang ia pelajari tidak menjadikan bertambahnya keimanan pada jiwanya, ia sekedar mengenal ciptaan Allah, yang demikian sempurna tetapi ia tidak tergerak untuk merenungkan kekuasaan dan ilmu dari Dzat yang menciptakan dan membentuk segala macam apa yang ada di dunia ini adalah Dzat yang paling layak dan berhak diibadahi dan disembah oleh semua umat manusia. Fenomena ini terjadi pada masyarakat barat dan para pengekornya. Mereka memiliki kepandaian yang luar biasa dalam segi ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi mereka bertambah kufur dan membangkang kepada Allah SWT. Lalu apakah hanya itu saja pentingnya kita memiliki ilmu tentang ma’rifatulllah? Berikut ini akan kami kemukakan beberapa alasan tentang betapa pentingnya diri kita mengenal Allah (ma’rifatullah) dikarenakan kita sangat membutuhkannya, sebagaimana akan kami kemukakan berikut ini:

 

1.  Ma’rifatullah adalah puncak kesadaran yang akan menentukan perjalanan hidup manusia selanjutnya dikarenakan ma’rifatullah akan menjelaskan tujuan hidup manusia yang sesungguhnya. Dari Ma’rifatullah inilah manusia akan mengetahui perjalanan hidupnya, dan bahkan akhir dari kehidupan ini yang menuju kepada kehidupan alam barzakh (alam kubur) dan kehidupan akherat, dalam hal ini syurga. Ketiadaan ma’rifatullah dalam diri membuat banyak orang hidup tanpa tujuan yang jelas, bahkan menjalani hidupnya sebagaimana makhluk hidup lain seperti binatang ternak. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam firmanNya berikut ini: Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang mukmin dan beramal saleh ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka Makan seperti makannya binatang. dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka. (surat Muhammad (47) ayat 12).”

 

2.   Ma’rifatullah adalah asas (landasan) perjalanan ruhiyyah (spiritual/jiwa) manusia secara keseluruhan. Seorang yang mengenal Allah (ma’rifatullah) akan merasakan kehidupan yang lapang lagi tentram. Orang yang ma’rifatullah hidup dalam rentang yang panjang antara bersyukur dan bersabar. Sebagaimana dikemukakan dalam hadits berikut ini: “Sabda Nabi : Amat mengherankan urusan seorang mukmin itu, dan tidak terdapat pada siapapun selain mukmin, jika ditimpa musibah ia bersabar, dan jika diberi karunia ia bersyukur” (Hadits Riwayat Muslim). Adanya ketentuan hadits ini menunjukkan bahwa orang yang mampu mengenal Allah SWT dengan baik dan benar akan selalu berusaha dan bekerja untuk mendapatkan ridha Allah (ikhlas) sehingga ia kehidupannya tidak untuk memuaskan nafsu dan keinginan syahwatnya. Selain itu, adanya Ma’rifatullah dalam diri (maksudnya dalam hati) manusia terdorong untuk mengenali para nabi dan rasul, untuk mempelajari cara terbaik mendekatkan diri kepada Allah. Karena para Nabi dan Rasul-lah orang-orang yang diakui sangat mengenal dan dekat dengan Allah. Selain daripada itu dari ma’rifatullah ini manusia akan mengenali kehidupan di luar alam materi, seperti adanya malaikat, adanya jin (syaitan) dan juga ruh serta syurga dan neraka.

 

3.    Allah SWT mengemukakan salah satu ciri dari orang yang beriman yaitu gemetar hati mereka saat disebut nama Allah SWT kepadanya serta apabila dibacakan ayat-ayat Allah SWT bertambahlah keimanan mereka, sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Anfaal (8) ayat 2 berikut ini: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman[594] ialah mereka yang bila disebut nama Allah[595] gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (surat Al Anfaal (8) ayat 2)

 

[594] Maksudnya: orang yang sempurna imannya.

[595] Dimaksud dengan disebut nama Allah Ialah: menyebut sifat-sifat yang mengagungkan dan memuliakannya 

 

Timbul pertanyaan atas dasar apa ini terjadi? Seseorang baru akan gemetar hatinya atau bertambah keimanannya setelah dibacakan ayat ayatNya adalah orang orang yang telah mampu mengenal, mengetahui, memahami, mampu meletakkan dan menempatkan kebesaran dan kemahaan Allah SWT yang sesuai dengan kehendak Allah SWT itu sendiri. Disinilah letak betapa pentingnya kita memiliki ilmu tentang Allah SWT, semakin berkualitas ilmu kita tentang Allah SWT maka makin berkualitas pula kenik-matan bertuhankan kepada Allah SWT.

 

Ingat, seperti apa kita mengenal Allah SWT, seperti itu pula Allah SWT akan hadir kepada kita. Hal ini sebagaimana hadits berikut ini: “Abu Hurairah ra, berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Aku selalu menurutkan persangkaan hamba-Ku terhadap diri-Ku, jika ia bersangka baik, maka ia dapat balasannya, demikian pula bila ia berprasangka jahat (buruk), maka ia dapat balasannya. (Hadits Qudsi Riwayat Ahmad, Muslim, Ath Thabrani, Ibnu Najjar, 272:73).Jika saat disebut Asma Allah SWT terhem-bus dalam hatimu cinta dan kerinduan kepada-Nya, maka ketahuilah bahwa Allah SWT adalah sebagaimana yang disangka oleh hamba-Nya. Oleh karena itu jika saja yang terpikir dalam akalmu adalah ketakutan, azab, api penyiksaan, maka ketahuilah bahwa saat itu pun engkau sudah berada dalam ketakutan dan kobaran api.

 

4.     Seseorang  yang  mengenal  Allah SWT  dengan baik dan benar maka pasti ia akan tahu tujuan hidupnya dan sehingga ia tidak tertipu oleh dunia, sebagaimana dikemukakan dalam surat Adz Dzariyaat (51) ayat 56 berikut ini: .dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” Bayangkan jika sampai kita tidak mampu ma’rifatullah saat hidup di dunia, bagaimana kita bisa mengabdi, beriba-dah, berbuat sesuatu untuk memperoleh ridhaNya, jika kita tidak paham dan mengerti tentang Allah SWT. Kita tidak tahu apa apa saja hak Allah SWT sehingga yang kita pahami hanyalah hak hak kita saja kepada Allah SWT. Alangkah ruginya jika ini sampai terjadi pada diri kita.

 

Saat diri kita hidup di muka bumi ini, ketahuilah bahwa semua yang ada di alam ini mutlak ada dalam kekuasaan Allah. Ketika melihat fenomena alam, idealnya kita bisa ingat kepada Allah selaku pencipta dan pemilik sehingga dapat kita katakana puncak ilmu adalah mengenal Allah (ma'rifatullah). Kita baru dapat dikatakan sukses dalam belajar bila dengan belajar itu kita semakin mengenal Allah (semakin ma’rifatullah). Jadi percuma saja sekolah tinggi, luas pengetahuan, gelar prestisius, bila semua itu tidak menjadikan kita makin mengenal Allah.

 

Mengenal Allah (ma’rifatullah) adalah aset terbesar. Mengenal Allah akan membuahkan akhlak mulia. Betapa tidak, dengan mengenal Allah kita akan merasa ditatap, didengar, dan diperhatikan selalu oleh Allah SWT. Inilah kenikmatan hidup sebenarnya. Bila demikian, hidup pun jadi akan terarah, tenang, ringan, dan bahagia. Sebaliknya, saat kita tidak menge-nal Allah, apalagi tidak mau beriman kepada Allah SWT maka hidup kita akan sengsara, terjerumus pada maksiat, tidak tenang dalam hidup, dan sebagainya, yang pada akhirnya membuat syaitan bahagia kepada diri kita karena mudah untuk di ajak pulang kampung ke neraka.

 

C. KETAUHIDAN DALAM DIRI MENJADIKAN PRIBADI-PRIBADI YANG IKHLAS DALAM MENERIMA SETIAP KETENTUAN ALLAH SWT.

 

Adanya ketauhidan dalam diri dengan baik dan benar maka orang yang bertauhid akan merasakan rasa menjadi pribadi-pribadi yang ikhlas di dalam menerima setiap ketentuan Allah SWT. Hal ini sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Katakanlah, ‘Tuhanku menyuruh-ku untuk berlaku adil. Dan hadapkanlah wajahmu (kepada Allah) pada setiap shalat, dan sembahlah Dia dengan mengikhlaskan ibadah semata-mata hanya kepada-Nya. Kamu akan dikembalikan kepada-Nya sebagaimana kamu diciptakan semula.” (surat Al-A’raf  (7) ayat  29)

 

Ayat di atas sejalan dengan firman-Nya berikut ini: “Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” (surat Al Fath (48) ayat 28).” Orang yang ikhlas akan menjadi pribadi-pribadi yang mampu menjadikan cukuplah Allah SWT sebagai saksi bagi setiap amal ibadah yang kita laksanakan. Cukuplah Allah sebagai penjamin rezeki kita. Selamat menikmati kebahagiaan karena hati yang penuh keikhlasan. Bahkan, dengan adanya ketauhidan dalam diri mampu pula memberikan jiwa yang tenang, lapang dan tentram.

 

Selain itu, dalam sebuah hadits dikatakan bahwa Allah SWT tidak akan menerima amal perbuatan kecuali yang dilakukan dengan ikhlas. Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak menerima amal perbuatan, kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya." (Hadits Riwayat Abu Dawud dan An-Nasa'i).

 

Dan apabila kita mampu menjadi pribadi-pribadi ikhlas maka kita akan merasakan manfaat dari ikhlasnya diri kita terhadap keputusan Allah SWT sebagaimana dikemukakan dalam laman “news.detik.com” berikut ini:  

 

1.       Mendapat kebaikan berupa pahala dari Allah SWT;

2.       Hati menjadi lebih tenang dan ibadah menjadi khusyu’ dan lancar;

3.       Menjadi manusia yang mudah memberi maaf (pemaaf);

4.       Tidak mudah marah sehingga tidak diperdaya oleh amarah;

5.     Selalu disayangi dan disenangi oleh banyak orang sehingga banyak pula orang yang mendoakannya;

6.  Dijauhkan dari sifat-sifat kotor seperti ujub, takabur, dan iri sehingga yang ada adalah ikhlas berbuat hanya untuk Allah SWT semata;

7.   Hati  selalu  lapang  dan terasa ringan dalam menjalani hidup karena sabar dan syukur menjadi patokannya.

8.       Selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT;

9.     Menjadi sosok yang hebat dan kuat serta tangguh di dalam menghadapi hidup dan kehidupa, serta; mendapat kemuliaan di sisi Allah SWT.

 

Sebagai orang yang telah memiliki ketauhidan dalam diri, bersiaplah untuk merasakan ke sembilan hal yang kami kemukakan di atas ini saat hidup di dunia. Lalu nikmatilah betapa luar biasanya bertuhankan kepada Allah SWT.

 

D. KETAUHIDAN DALAM DIRI AKAN MENJADIKAN DIRI KITA MEMPE-ROLEH KEBERKAHAN ILMU DAN KEBAIKAN ALLAH SWT.

 

Adanya ketauhidan dalam diri yang baik dan benar  maka diri kita diberi kemampuan untuk memahami rahasia-rahasia (hikmah) yang luar biasa dari ilmu Allah SWT sehingga kita mampu merasakan secara langsung keberkahan ilmu dan kebaikan Allah SWT. Hal ini sebagaimana dikemukakan firman-Nya berikut ini: “Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat. (surat Al Baqarah (2) ayat 269).”

 

Adanya tambahan ilmu yang berasal dari ilmu yang ada pada Allah SWT secara langsung maka akan timbullah ide-ide segar lagi baru serta cemerlang dalam diri sehingga akan memudahkan seseorang untuk berbuat, untuk berkarya nyata, untuk berbagi ilmu saat mengajar, mampu menginspirasi banyak orang untuk berbuat kebaikan serta mampu menyampaikan ilmu yang berat menjadi ringan dan mudah dimengerti oleh khalayak ramai sehingga kita mampu menjadi seorang dengan kemampuan kepemimpinan yang luar biasa melalui ilmu yang kita dapatkan dari Allah SWT. Dan inilah salah satu perilaku positif dari orang yang mendapatkan keberkahan ilmu.

 

Selanjutnya dengan adanya keberkahan ilmu yang diperoleh dari ketauhidan yang ada dalam diri maka akan tercermin dari adanya peningkatan amal shaleh (perbuatan baik) pada diri seorang muslim. Jika diri kita sudah mendapat keberkahan ilmu tapi tidak berbekas pada diri kita, bisa jadi, kondisi ini bukanlah sesuatu yang dikehendaki oleh Allah SWT. Misalnya, bertahun-tahun kita belajar dengan mendatangi secara rutin majelis ilmu (majelis ta'lim), akan tetapi yang tampil dalam diri adalah keburukan, tidak suka (pelit) berbagi ilmu dan inilah yang disebut dengan tidak ada keberkahan dari ilmu yang kita pelajari.

 

Lalu, bagaimanakah cara untuk mengetahui bahwa ilmu yang kita peroleh itu sudah diberkahi oleh Allah SWT dan bermanfaat bagi diri sendiri dan umat? Menurut “Najmi Umar Bakkar” sebagaimana dikemukakan dalam laman “Sindonews.com” mengenai beberapa ciri-ciri orang yang telah mendapat keberkahan ilmu, antara lain :

 

1.   Seseorang akan terlihat semakin tulus ikhlas dalam beribadah kepada Allah, dan semakin sesuai dengan syariat & sunnah Nabi SAW dalam mempelajari dan mengamalkan ilmu, mendakwahkan dan mempertahankan ilmu. Imam al-Barbahari Rahimahullah berkata: "Dan ketahuilah semoga Allah merahmatimu, bahwasanya (keberkahan) ilmu itu bukanlah dengan banyaknya (hafalan) riwayat serta kitab2. Hanyalah (dikatakan) seorang yang 'alim itu adalah siapa yang telah mengikuti (mengamalkan) ilmu dan sunnah2, sekalipun sedikit ilmu dan kitab2nya. Dan barangsiapa menyelisihi al-Quran dan as-Sunnah, maka dia adalah pelaku bid'ah, sekalipun banyak ilmu dan kitab2nya" (Kitab Syarhus Sunnah). 

 

2.     Bertambahnya ilmu seseorang semakin menumbuhkan rasa takutnya seseorang ke-pada Allah Ta'ala. Sebagaimana firman-Nya berikut ini: “........Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama (ahli ilmu). Sungguh, Allah Mahaperkasa, Maha Pengampun. (surat Fathir (35) ayat 28).” Barangsiapa yang takut kepada Allah, maka dialah alim, yaitu seorang yang berilmu. Dan barangsiapa yang bermaksiat kepada Allah, maka dialah jahil (orang yang jauh dari ilmu). Adanya ilmu dalam diri mendorong seseorang untuk semakin semangat dalam melakukan ketaatan dan semakin semangat menjauhi berbagai kemaksiatan.

 

3.    Ilmu  itu  akan mengantarkan seseorang pada sifat qana’ah (selalu merasa cukup) dan zuhud pada dunia. Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah berkata : "Zuhud itu terbagi tiga : (1). meninggalkan yang haram, maka itu ialah zuhudnya orang yg awam. (2). tidak berlebihan dari sesuatu yang halal, & itu zuhudnya dari orang yang khusus. (3). meninggalkan setiap hal yang menyibukkan serta menjauhkan dari Allah, maka itu zuhudnya al-arifin (yaitu orang yang berma'rifat kepada Allah)" (kitab Mawaa'izh Imam Ahmad).

 

4.    Ilmu  tersebut  akan  menjadikan  pada  diri seseorang semakin tawadhu’ (rendah hati). Menjadikan hati tunduk dan khusyuk kepada Allah Ta'ala, merasa hina di hadapan-Nya dan semakin mudah untuk menerima kebenaran dari siapa pun. Malik bin Dinar berkata : "Sesungguhnya jika engkau menuntut ilmu dengan tujuan untuk diamalkan, maka ilmu itu akan membuatmu tawadhu. Jika engkau menuntut ilmu bukan untuk diamalkan, maka ilmu itu hanyalah akan membuatmu semakin berbangga diri (sombong)" (Kitab Az-Zuhd oleh Imam Ahmad). Sedangkan Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah pernah berkata:   "Dan di antara tanda bahwa amal ibadah kita diterima adalah kita akan merendahkan, mengkerdilkan dan menganggapnya kecil di hati kita" (Buku Madarijus Saalikiin).

 

5.     Ilmu  tersebut  akan  menjadikan  pada  diri   seseorang benci kepada pujian dan ia juga enggan menyucikan diri sendiri serta tidak suka ketenaran. Untuk itu perhatikanlah apa yang dikemukakan oleh Imam Ibnu Rajab berkata : "Dan di antara tanda ilmu yang bermanfaat adalah membimbing pemiliknya untuk lari meninggalkan dunia, dan yang terbesar adalah kepemimpinan, ketenaran, serta pujian. Dan sesungguhnya orang yang memiliki ilmu yang bermanfaat itu tidak akan mengaku memiliki ilmu, dia pun tidak akan membanggakannya kepada siapapun, dan juga tidak akan menganggap orang lain bodoh, kecuali terhadap orang-orang yang menyelisihi Sunnah Nabi Shallalahu 'alaihi wa sallam serta yang berpegang teguh dengannya" (Kitab Majmu’ur Rasail).

 

6.   Ilmu tersebut akan menjadikan semakin bersih hatinya, semakin bersabar, mudah meredam amarah, mudah untuk memaafkan kesalahan orang lain, tidak ada hasad serta dendam, dan semakin mulia dan luhur akhlaknya.

   

   Adanya 6 (enam) hal yang kami kemukakan di atas ini, semoga diri kita bisa merasakan keberkahan ilmu yang telah kita dapatkan dan kami berharap setelah memiliki ilmu berkah jangan lupa kita mengajarkan ilmu itu kepada sesama umat manusia sebagai bukti kita bermanfaat bagi sesama melalui ilmu yang kita miliki atau kita harus segera mempersiapkan diri untuk membuat program wakaf waktu untuk mengajar. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar