Sekarang timbul pertanyaan yang paling
mendasar, bagaimana caranya menemukan, menjadikan serta merasakan syurga sebelum
syurga di dalam kehidupan di dunia ini? Agar diri kita mampu menemukan dan
merasakan serta menjadikan syurga sebelum syurga di dalam kehidupan di dunia
ini maka kita harus bisa melakukan apa apa yang dilakukan oleh para penghuni
syurga, sebagaimana berikut ini:
A. MENCIPTAKAN SUASANA
KONSEP SYURGAWI DALAM RUMAH TANGGA (DI LINGKUNGAN KERJA).
Hal yang pertama yang
dapat kita lakukan adalah menciptakan konsep syurga yang tidak hanya di rumah
tangga kita semata, melainkan juga di lingkungan kantor, di lingkungan tempat
tinggal sehingga kesemuanya bersuasana syurga yang aman, yang nyaman dan yang sesuai
dengan konsep rumahku syurgaku (kantorku syurgaku).
Jika hal ini mampu
kita lakukan maka secara di dalam lingkungan yang kita buat akan tampil suasana
yang selalu berkhusnudzan kepada orang lain, tidak sombong, tidak hasad dan
tidak dengki, saling menghargai, tidak saling menjatuhkan, saling asih, saling
asah dan saling asuh terbina dengan baik di antara sesama penghuni rumah. Disinilah
letak perjuangan yang harus kita lakukan, katakan kita akan menjadikan rumahku
syurgaku, maka kondisi ini tidak akan pernah tercipta dengan sendirinya. Semua
anggota keluarga wajib berperan atau mengambil peran sesuai dengan kodratnya
masing masing. Untuk mewujudkan rumah tangga bersuasana syurga, diperlukan
beberapa usaha yang harus dilakukan secara bersungguh-sungguh oleh semua
anggotanya.
1. Pertama. Suami Yang
Menghadirkan Syurga. Unsur
yang pertama kali harus dibentuk adalah suami ---dan sekaligus ayah--- yang
mampu menghadirkan syurga dalam rumah tangga. Suami sebagai kepala rumah tangga
sangat besar pengaruhnya dalam membentuk suasana rumah tangga. Siapakah lelaki
yang bisa menghadirkan syurga dalam rumah tangganya? Ialah lelaki yang
berakhlaq mulia. Nabi SAW bersabda: "Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik
bagi istrinya dan aku adalah orang yang terbaik di antara kalian terhadap
istriku" (Hadits Riwayat. Ath-Thirmidzi no 3895, Ibnu Majah no 1977).
Nabi SAW juga
bersabda: "Orang yang imannya paling sempurna diantara kaum mukminin adalah
orang yang paling bagus akhlaknya di antara mereka, dan sebaik-baik kalian
adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istri-istrinya". (HR. At-Tirmidzi no
1162, Ibnu Majah no 1987).
Mengomentari hadits
tersebut, Syaikh Abdul Malik Ramadhani menjelaskan, "Hadits ini adalah
hadits yang sangat agung, banyak orang lalai akan agungnya kandungan hadits
ini". Al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi (IV/273) menyatakan,
"Karena mereka (para perempuan) merupakan tempat untuk meletakkan kasih
sayang disebabkan lemahnya mereka".
2. Kedua. Istri Yang Menghadirkan Syurga. Usaha berikutnya
adalah istri, yang sekaligus ibu, yang mampu menghadirkan syurga dalam rumah
tangga. Istri sebagai manajer urusan kerumahtanggaan memiliki pengaruh yang
sangat signifikan dalam menciptakan syurga dunia dalam keluarga. Siapakah
perempuan yang bisa menghadirkan syurga dalam rumah tangga?
Ialah istri salihah,
sebagaimana sabda Nabi Saw: "Sesungguhnya dunia itu adalah
perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah." (Hadits
Riwayat Muslim no. 1467). Rasulullah Saw bersabda kepada Umar ibnul Khaththab
Ra: "Maukah
aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu
istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan
menaatinya, dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya."
(Hadits Riwayat Abu Dawud no. 1417).
Dan jika kita ingin
menghadirkan "rumahku syurgaku", maka sebagai istri harus menjadi
istri shalihah, yang mampu menyenangkan dan membahagiakan hati suami, membuat
suami betah berlama-lama di sampingnya, membuat suami bangga, dan tidak ingin
meninggalkan nya. Sebagai ibu harus mampu menghadirkan syurga di bawah
telapak kakinya, bisa membahagiakan hati anak-anak, membuat anak-anak betah
berlama-lama di sampingnya dan tidak ingin meninggalkannya.
3. Ketiga. Anak-anak
yang Menghadirkan Syurga. Usaha berikutnya adalah adalah anak-anak yang mampu
menghadirkan syurga dalam rumah tangga. Anak memiliki pengaruh yang sangat
signifikan dalam menciptakan syurga dunia dalam keluarga, karena sebaik apapun
orangtua jika anaknya bermasalah, akan menghilangkan kebahagiaan mereka.
Siapakah anak-anak
yang bisa menghadirkan syurga dalam rumah tangga? Ialah anak-anak salih dan
salihah, sebagaimana sabda Nabi SAW: "Apabila manusia mati maka amalnya
terputus kecuali karena tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan
anak soleh yang mendoakan orang tuanya. (Hadits Riwyat Ahmad 9079, Muslim 4310,
Abu Dawud 2882 dan yang lainnya).
Betapa banyak
keluarga yang dirampas kebahagiaan mereka karena kenakalan anak-anak yang sudah
melampaui batas. Terlibat tawuran pelajar, terlibat genk destruktif, menjadi
pecandu narkoba, miras serta zat-zat adiktif lainnya. Anak-anak seperti
ini menjadi beban bagi keluarga, merusak nama baik orang tua, dan pada akhirnya
menghilangkan kebahagiaan yang sudah mereka usahakan sejak awal berumah
tangga.Maka harus ada pendidikan bagi anak-anak agar mereka tumbuh menjadi
anak-anak salih dan salihah, menjadi penyejuk mata hati orang tua, menjadi
tuimpuan harapan kebaikan bagi bangsa dan negara.
4. Keempat. Suasana Rumah yang Menghadirkan Syurga. Rumahku surgaku
memiliki suasana yang menyenangkan dan membuat betah semua anggota keluarganya.
Suasana yang menghadirkan surga dalam rumah tangga, bisa dilihat dari makna
firman Allah SWT berikut ini: "Dan bergaullah dengan mereka secara
patut" (surat An Nisaa (4) ayat 19). Menjelaskan ayat tersebut,
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan: "Yakni perbaguslah ucapan kalian
kepada mereka, dan perbaguslah perbuatan kalian dan keadaan kalian sesuai
kemampuan kalian, sebagaimana kalian menyukai hal itu dari mereka.
Oleh karena itu,
lakukanlah hal yang sama terhadap mereka, sebagaimana Allah SWT berfirman
berikut ini: "Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya
menurut cara yang patut (ma'ruf)." (surat Al Baqarah (2) ayat 228). Suasana
rumah yang menghadirkan syurga mencakup hal-hal yang bersifat fisik maupun
nonfisik.
Yang bersifat fisik,
misalnya terkait dengan kebersihan, keindahan, kerapian, keteraturan, kesegaran
udara, kenyamanan lingkungan sekitar, dan lain sebagainya. Sedangkan yang
nonfisik, adalah gaya komunikasi antara suami dengan isteri, antara orang tua
dengan anak-anak, antara sesama anak, dan seluruh anggota keluarga lainnya. Semoga
kita semua mampu mewujudkan rumahku syurgaku. Amien.
B. SELALU BERBUAT BAIK
KEPADA ORANG LAIN, ATAU KEPADA SESAMA MANUSIA, SELALU MELAYANI KEPENTINGAN
ORANG LAIN, TIDAK MINTA UNTUK DILAYANI.
Adanya konsep selalu
berbuat baik kepada sesama dengan selalu melayani kepentingan orang lain dan
juga tidak meminta untuk dilayani. Akhirnya akan menghantarkan hidup rukun, tidak
ada pertengkaran, perselisihan, pertentangan, seperti cerminan ahli syurga sebagaimana
termaktub dalam surat Al-Hijr (15) ayat
45-48 berikut ini: “Sesungguhnya orang orang yang bertaqawa itu
berada dalam syurga-syurga (taman taman) dan (di dekat) mata air (yang
mengalir), (Allah berfirman), “Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera dan aman.”
Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam
yang ada dalam hati mereka, mereka merasa bersaudara, duduk berhadap hadapan di
atas dipan dipan. Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka tidak akan
dikeluarkan darinya.”
Orang akan merasa bahagia,
jika semua keinginannya selalu dimudahkan oleh Allah SWT dan selalu terpenuhi
apa yang dikehendakinya. Dan lagi-lagi hanya orang yang bertaqwa dan berimanlah
yang akan memperoleh dan merasakannya rasa bahagia tersebut. Ditambah dengan
adanya keimanan dan ketaqwaan maka Allah SWT akan selalu memberi kemudahan
dalam segala urusannya, selalu diberikan jalan keluar dalam kesulitannya, dan
cara menghadapi kesulitan pun tetap menggantungkan diri kepada Allah, sehingga
dalam setiap nafasnya hanya Allah lah yang dapat memberi solusi dalam setiap
permasalahan, maka jika Allah hanya tempat kembali, maka ia akan merasakan
ketenangan, karena tidak ada angin yang berhembus keculi dengan kuasaNya, dan
tidak ada nafas yang berhenti juga kecuali dengan kuasaNya.
C. BERPERILAKU
SELAYAKNYA PENGHUNI SYURGA (BERPERILAKU AS-MAUL HUSNA).
Para penduduk syurga akan
selalu menebar senyuman; tidak merengut, tidak judes, tidak membenci, tidak pemarah,
dan tidak berperilaku atau tidak memiliki sifat-sifat yang kurang baik lainnya,
dan dengan senyuman seseorang kepada kita maka kita akan selalu merasakan
kebahagiaan, demikian pula jika kita memberikan senyuman kepada orang lain, di
sana ada keindahan, kedamaian dan kebahagiaan. Maka, memberikan senyuman,
serasa kita menciptakan syurga di dunia lalu jadikan senyum sebagai ibadah.
Abu Hurairah ra,
meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Syurga dan neraka komplain, mereka
berkata, ‘Aku dihuni oleh orang orang yang sombong dan angkuh.’ Syurga berkata,
‘Aku hanya dihuni oleh orang orang yang lemah dan hina’. Allah SWT berfirman
kepada syurga, ‘Kamu adalah rahmatKu. Aku melimpahkan rahmat kepada hambaKu
yang aku kehendaki dengan menjadikannya sebagai penghunimu. Kemudian Allah SWT
berfirman kepada neraka, ‘Kamu adalah siksaKu. Aku menyiksa hambaKu yang Aku
kehendaki dengan menjadikannya sebagai penghunimu.’ Baik syurga dan neraka akan dipenuhi oleh
penghuninya masing masing. Tapi, neraka tidak akan penuh hingga Allah
meletakkan kakiNya lalu neraka berkata, ‘cukup, cukup, cukup.’ Pada saat itu,
nerakapun penuh hingga tidak pernah menganiaya makhlukNya, dan Allah
menciptakan makhluk untuk menjadi penghuni syurga. (Hadits Riwayat Bukhari)
Berdasarkan hadits
diatas ini, penghuni syurga dan penghuni neraka memiliki perilaku yang sangat
berlainan dan berlawanan kualitasnya. Namun jika kita berkehendak ingin
menjadikan hidup ini menjadi syurga sebelum syurga maka jadikanlah diri ini
menjadi rahmat bagi orang lain (berguna
dan bermanfaat bagi orang lain) sebagaimana Allah SWT memberi rahmat kepada
hambaNya dikehendaki.
Dengan diri kita
selalu berperilaku selayaknya penduduk syurga maka kita akan selalu menemukan
dan merasakan syurga yang berada di dunia, dengan melakukan beberapa hal yang
dilakukan oleh penduduk syurga. Karena kebaikan, keindahan, kebahagiaan, dan
kenikmatan tidak pernah dilarang oleh Allah di dunia sebagaimana doa yang
selalu kita harapkan, Rabbana atina fiddunya hasanah wa fil
akhirati hasanah waqina adzabannar (Ya Allah, berikanlah kepada Kami kebaikan
di dunia, berikan pula kebaikan di akhirat dan lindungilah Kami dari siksa
neraka.” (surat Al-Baqarah (2) ayat 201).
Ibnu Kasir memberi
makna kata “Hasanah fi Dunya” dengan
segala keinginan dan kebutuhan dunia seperti kesehatan, tempat yang nyaman,
pasangan yang baik, rezeki yang banyak lagi berkah, ilmu yang bermanfaat, dan
perbuatan yang baik. Kenikmatan, kenyamanan, kebahagiaan yang tidak dilarang
oleh Allah SWT adalah yang tidak bertentangan dengan hukum-hukum Allah,
sedangkan kebahagiaan, kenyamanan, dan kenikmatan yang dirasakan indah tetapi
bertentangan dengan ajaran Islam adalah kenikmatan semu belaka, menipu, dan
pada akhirnya hanyalah fatamorgana, tidak akan menemukan kekekalannya.
Seperti orang orang yang
mencari ketenangan dan kedamaian hidup, dimana ia mencarinya di dalam harta,
tahta, dan juga wanita (laki-laki), dan lainnya setelah ia menemukannya dan
merasakannya, maka ketenangannya akan sirna pula. Tetapi berbeda dengan
ketenangan yang Allah berikan, yaitu hanya dengan mengingat-Nya, "(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram (tatmainnu) dengan
mengingat Allah, Ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati akan menjadi tenang
(tatmainnu).” (surat Ar-Ra'd (13) ayat 28).
Ayat di atas ini
menunjukkan kepada diri kita bahwa akan selalu merasa tenang (damai, tentram),
jika seseorang mengingat Allah. Kedamaian, kebahagiaan, keindahan akan selalu
menghiasinya jika ia selalu mengingat Sang Pencipta, Sang Tempat Kembali, Sang
pemberi Rezeki dan Yang mengambilnya. Maka, ia akan merasakan syurga di dunia,
jika selalu mengingat “dari” dan “ke” mana pada akhirnya.
Hidup dengan segala
keindahan budi pekerti yang luhur yang mampu menampilkan penampilan Asmaul
Husna sebagai perilaku hidup kita maka kita akan selalu berkata-kata yang baik
yang tidak menyakitkan hati orang lain, bersikap santun kepada orang lain serta
mampu melihat keindahan-keindahan Allah
SWT melalui bersyukur dan bertasbih,
seperti cerminan ahli syurga sebagaimana yang kami kemukakan di dalam surat Al-Kahfi (18) ayat 30-31
berikut ini: “Sungguh, mereka yang beriman dan mengerjakan kebaikan, Kami benar
benar tidak akan menyianyiakan pahala orang yang mengerjakan perbuatan yang
baik itu. Mereka itulah yang memperoleh syurga Adn yang mengalir di bawahnya
sungai sungai, (dalam syurga itu) mereka diberi hiasan gelang emas dan mereka
memakai pakaian hijau dari sutra halus dan
sutra tebal, sedang mereka duduk sambil
bersandar di atas dipan dipan yang indah, (itulah) sebaik baik pahalam dan
tempat istirahat yang indah.”
Lalu sudahkah kita
mampu beriman dan mengerjakan kebaikan sebagaimana yang dipersyaratkan di atas!
Selain itu Allah SWT juga
berfirman: “Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang orang yang
berbuat baik. (surat As Saffat (37) ayat 80, 110, 121).” Jika saat ini kita belum mampu secara
konsisten dari waktu ke waktu berbuat baik (kebaikan), apakah kita masih ragu
dengan janji Allah SWT yang tertuang dalam surat As Saffat (37) ayat 80, 110,
121 di atas ini!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar