B.
SUNGGUH KAMU DATANG
KEPADA KAMI SENDIRI SENDIRI.
Apabila kematian datang kepada diri kita, maka
selanjutnya adalah kita menghadap kepada Allah SWT dalam kondisi sendiri
sendiri, bukan secara berjamaah, bukan pula bareng-bareng dengan keluarga untuk
bertemu Allah SWT. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat Al An’am (6)
ayat 94 berikut ini: “Dan kamu benar benar datang sendiri sendiri
kepada Kami sebagaimana Kami ciptakan kamu pada mulanya, dan apa yang telah
Kami karuniakan kepadamu, kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia). Kami tidak
melihat pemberi syafaat (pertolongan) besertamu yang kamu anggap bahwa mereka
itu sekutu sekutu (bagi Allah). Sungguh, telah terputuslah (semua pertalian)
antara kamu dan telah lenyap dari kamu apa yang dahulu kamu sangka (sebagai
sekutu Allah). (surat Al An’am (6) ayat 94)”.
Ayat ini menunjukkan kepada
diri kita bahwa kita akan terlepas dari hubungan kekeluargaan, terlepas dari
hubungan kekerabatan, atau terlepas dari
hubungan kelompok tertentu, saat bertemu dengan Allah SWT. Yang
menyertai diri kita di alam akhirat hanyalah amal perbuatan kita, baik yang
masuk dalam kategori kebaikan ataukah dalam kategori keburukan.
Untuk itu, ketahuilah
bahwa proses menuju kematian yang akan kita hadapi juga harus kita hadapi
secara sendiri sendiri atau secara individual. Orang lain, keluarga, handai
taulan, hanya bisa mendoakan atau membantu mentalqinkan syahadat kepada diri
kita saat sakratul maut tiba. Namun proses dari sakratul maut itu, kita
sendirian yang menghadapinya, bukan bersama mereka.
Selain daripada itu,
kita juga akan mempertanggungjawabkan segala sesuatu tentang hidup yang kita
jalani secara individual, satu persatu berdasarkan catatan yang dipertunjukkan
oleh malaikat Raqib dan malaikat Atid kelak di hari berhisab.
Sebagai orang yang
sedang menunggu giliran untuk menghadap Allah SWT melalui proses kematian,
ketahuilah bahwa kita tidak akan pernah tahu kapan, dimana dan bagaimana proses
kematian itu terjadi pada diri kita. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu
tentang hari Kiamat; dan Dia yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada
di dalam rahim. Dan tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti)
apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat
mengetahui di bumi mana dia akan mati, Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha
Mengenal. (surat Luqman (31) ayat 34)”.
Semua hal tentang
kematian ada di dalam rahasia Allah SWT dan malaikat maut hanya melaksanakan
tugasnya sesuai dengan kualitas diri kita sendiri atau sesuai dengan amal
perbuatan yang kita lakukan saat hidup di dunia, sebagaimana hadits yang kami
kemukakan berikut ini: “Sungguh Allah Ta’ala tidak memandang postur
tubuhmu dan tidak pula pada kedudukan maupun harta kekayaanmu, tetapi Allah
memandang hatimu. Barangsiapa memiliki hati yang shaleh, niscaya Allah akan
menyukainya. Bani Adam yang paling dicintai Allah ialah yang paling taqwa.
(Hadits Riwayat Ath Thabrani dan Muslim)”. Jadi, sudahkah kita
mempersiapkan kematian bagi kematian diri kita sendiri, apakah husnul khatimah
ataukah suul khatimah, yang jelas segala resiko tanggung sendiri.
C.
JADIKAN KEMATIAN SEBAGAI
NASIHAT.
Sesungguhnya manusia
pasti mengalami adanya akhir dari kehidupan. Waktu kematian, ketika seorang
tiran menjadi hina, pendurhaka menjadi tertunduk lesu, pemberontak menjadi
urung, dan pendosa menjadi bertobat. Saat kematian adalah saat yang memiliukan,
sebab sama sama dialami oleh raja dan rakyatnya, atasan dan bawahan, tua dan
muda, si kaya dan si miskin. Saat kematian adalah saat yang membuat kita lupa
pada masa lalu itu pasti akan kita lalui, saat yang membuat seseorang teringat
perhitungannya dengan Allah. Apa yang sudah diperbuatnya? Apa yang sudah ia
persembahkan? Kemana saja ia gunakan waktu yang dimilikinya, apakah untuk
bersenda gurau dan bermain? Atau bergaul dengan orang orang yang baik?
Kalaulah ada orang
yang lolos dari kematian, mestilah Nabi Muhammad SAW yang lolos dari kematian.
Tetapi beliau tidak lolos. Beliau melewati saat yang juga dilewati oleh setiap manusia
biasa pada umumnya, padahal beliau adalah manusia paling mulia di sisi Allah.
Bedanya dengan manusia yang lain adalah beliau menerima kematian dengan lapang
dada karena beliau telah beramal dengan baik untuk Allah SWT. Lalu apa yang
bisa kita perbuat dengan keadaan ini?
Nabi Muhammad SAW
mengajarkan kepada kita melalui hadits haditsnya berikut ini: “Perbanyaklah
mengingat kematian, sebab akan menghapuskan dosa dan menumbuhkan sikap zuhud
(tidak tamak/rakus terhadap sesuatu yang bersifat duniawi) (Hadits Riwayat Ibnu
Abid Dunya). Dimana orang yang sering mengingat kematian akan bersikap
tidak tamak akan sesuatu yang bersifat duniawi, yang tentunya sangat
menguntungkan bagi kepentingan akhiratnya.
Sedangkan berdasarkan
hadits berikut ini: “Rasulullah SAW bersabda: Perbanyaklah mengingat kematian, niscaya kamu
akan terhibur dari kelelahan dunia. Dan hendaklah kamu bersyukur, sesungguhnya
bersyukur akan menambah kenikmatan Allah untukmu. Dan perbanyaklah doa,
sesungguhnya kamu tidak tahu kapan doamu akan terkabul. (Hadits Riwayat Ath
Thabrani)”. Nabi SAW mengemukakan bahwa mengingat kematian akan mampu
menghibur diri kita dari kelelahan perjuangan hidup di dunia ini. Lalu masih
ada lagi lagi manfaat yang di dapatkan dari mengingat kematian berdasarkan
hadits berikut ini: Rasulullah SAW bersabda, “Perbanyaklah olehmu mengingat si penghancur
segala kenikmatan, yaitu kematian. Sesungguhnya tidaklah seseorang yang
mengingat kematian dalam kesempitan hidup kecuali Allah memberikan kelapangan
kepadanya. Tidaklah seseorang mengingatnya dalam kelapangan hidup kecuali Allah
memberikan kesempitan baginya. (Hadits Riwayat Al Baihaqi dan Ibnu Hibban)”.
Dan yang tidak kalah
penting dari mengingat kematian adalah diringankannya akan sakitnya kematian,
sebagaimana hadits berikut ini: “Perbanyaklah mengingat kematian. Seorang
hamba yang banyak mengingat mati maka Allah akan menghidupkan hatinya dan
diringankan baginya akan sakitnya kematian. (Hadits Riwayat Adh Dailami)”. Berdasarkan
empat buah hadit diatas, Nabi Muhammad SAW sangat menganjurkan kepada setiap
umatnya termasuk kepada diri kita, untuk sering sering mengingat kematian
dikarenakan sangat bermanfaat.
Agar diri kita mampu
mengingat kematian, atau mudah saat merasakan kematian, berikut ini akan kami
kemukakan beberapa hal yang kiranya dapat menggugah diri kita agar selalu ingat
akan kematian, yaitu:
1. Sering-seringlah
melakukan ziarah kubur. Jangan sampai anda lalai dari berziarah kubur gara gara
sibuk dengan perdagangan, pameran, istana, rumah, hobbi, pesta, pohon atau
taman. Adakan ziarah kubur, lalu berdirilah sesaat seraya mengingat ingat
dimana kawan kawan yang dulu bersamamu? Di mana orang orang yang kamu kenal? Di
mana orang orang yang dulu bersenda-gurau denganmu?
Wejangan
wejangan inilah yang memberikan pelajaran yang tidak terlupakan kepada Anda.
Jadi, Anda harus berdiri di dekat kuburan, walaupun hanya sekali sebulan, untuk
mengingat ayah, ibu, paman, nenek, anak Anda atau mengingat orang orang yang
telah meninggal dunia.
2. Selalu memanfaatkan
waktu yang ada dengan cara menentukan adanya waktu khusus untuk belajar guna
menambah pengertian dan pemahaman tentang diri, tentang Allah dan tentang
Diinul Islam, tentang kehidupan dan tentang kematian. Sehingga kita mampu
merasakan nikmatnya bertuhankan kepada Allah dari waktu ke waktu melalui ibadah
yang bersifat bathiniah tanpa melanggar syariat dan juga mampu mempersiapkan
diri untuk menyongsong kematian.
3. Membaca kitabullah
yang diikuti dengan memahami dan mentadaburinya, seba-gaimana hadits berikut
ini: Nabi
SAW bersabda: : “Bacalah AlQur’an dan naiklah ke derajat yang paling tinggi,
lalu bacalah dengan runtut sebagaimana kamu pernah membacanya di dunia. Karena
sesungguh derajatmu sangat tergantung pada ayat terakhir yang telah kamu baca
(Hadits Riwayat Ahmad)”
4. Berkawan dengan orang
orang shaleh. Keuntungan bergaul bersama mereka antara lain; rahmat turun dali
langit, merasa tenang, Dia menyebut dirimu di antara makhluk yang berada di
sisiNya. Orang orang shaleh akan mengingatkan kita kepada kematian dan
kehidupan akhirat. Mereka tidak melengahkan kita dari kedua perkara itu dengan
hal hal yang sia sia seperti dilakukan oleh kawan kawan yang tidak shaleh.
Semoga Allah SWT
mengganti keadaan kita dengan yang lebih baik lagi, mengembalikan kita ke
jalanNya dengan cara yang baik, menolong kita, menghiasi kita dengan iman, islam
dan ikhsan, mengingatkan kita akan kematian yang pasti tiba, menjadikan kita
orang orang yang mempersiapkan diri sebaik baiknya untuk kematian, dan menjaga
waktu, usia dan kehidupan kita. Sesungguhnya hanya Dia yang kuasa melakukan itu
semua kepada kita.
D.
ADANYA GANGGUAN
MENJELANG SAKRATUL MAUT.
Dalam
kitab At Tadzikirah, karya Imam Al Qurthubi meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW
pernah bersabda, “Ketika ajal akan mendatangi seorang hamba manusia, ada dua setan yang
duduk di sampingnya. Satu di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri. Setan
yang berada di sebelah kanan berwujud seperti ayah manusia tersebut dan
berkata, “Anakku, dulu aku bersikap lembut dan menyayangimu. Akan tetapi, aku
mati beragama Nasrani dan memang Nasrani adalah agama yang paling baik.
Sementara yang disebelah kiri berwujud seperti ibundanya dan berkata, “Anakku,
perutku dulu adalah ruang tumbuhmu, susuku adalah air minummu, dan kedua pahaku
adalah tempat lahirmu. Akan tetapi, aku mati beragama Yahudi dan memang Yahudi
adalah agama yang paling baik.” Hadits ini menerangkan bahwa ketika
nyawa manusia siap terlepas dan terangkat, orang itu akan menghadapi cobaan dan
gangguan.
Ketika
itu, Iblis mengerahkan, meminta perhatian, dan melimpahkan tugas khusus kepada
beberapa kawannya untuk menggoda, mengganggu orang yang akan mengalami sakratul
maut. Bala tentara Iblis itu pun akhirnya mendatangi orang yang sedang
merasakan sakitnya sakratulmaut. Mereka menampakkan wujud seperti kekasih
kekasih orang yang akan meninggal itu, yang telah meninggal terlebih dahulu dan
selalu menasehatinya saat masih hidup di dunia, seperti kedua orang tua,
saudara laki laki dan perempuan, dan sahabat karib.
Mereka
pun berkata, “Fulan, engkau akan mati, sementara kami telah mati terlebih
dahulu. Jadi, matilah sebagai orang Yahudi, karena ialah agama yang diterima
Allah”. Jika penjelmaan syaitan yang pertama sudah pergi dan ditolak, maka
datanglah syaitan yang lain seraya berkata, Jadi, matilah sebagai orang Nasrani
karena ialah ahama Isa al Masih. Agama Musa pun digantikan dengan Nasrani.
Mereka menyebutkan keyakinan keyakinan semua agama yang ada.
Namun,
jika Allah menghendaki hidayah dan sikap yang tegar dalam diri seseorang, maka
rahmat pun akan datang kepadanya. Ada yang mengatakan bahwa rahmat tersebut
adalah berwujud Malaikat Jibril yang mengusir syaitan dan mengusap kesedihan
dari wajah orang tersebut. Seringkali kita melihat orang yang meninggal dalam
keadaan tersenyum, karena bahagia mendapatkan kabar gembira dari sisi Allah
SAW. Sang Malaikat, “Fulan, tidak tahukah engkau siapa aku? Aku adalah Jibril,
sedangkan mereka syaitan, musuh musuhmu. Untuk itu, matilah sebagai orang yang
memegang agama yang lurus dan syari’at Islam. Tidak ada yang hal yang lebih
dicintai seorang hamba manusia dan membuatnya bahagia, selain kabar gembira
tersebut. Beberapa saat kemudian, nyawanya dicabut ketika menghelakan napas
terakhir setelah mengucapkan kalimat tauhid.
Syaitan
sebagaimana penjelasan hadits di atas, akan menyertai manusia menjelang ajalnya
tiba untuk memalingkan dari kebenaran dan juga untuk membatalkan fasilitas yang
diperoleh oleh orang orang yang mampu mentalkinkan syahadat sebagai perkataan
terakhir seseorang, yaitu memperoleh syurga. Adanya kondisi ini maka kita
diwajibkan untuk mendampingi orang yang sedang menuju sakratulmaut, agar
gangguan dan godaan syaitan dapat dihindarkan dan fasilitas terakhir berupa
syurga melalui kata kata terakhirnya berupa syahadat bisa diraih oleh yang
bersangkutan.
E.
PEDIH DAN PERIHNYA SAKRATUL
MAUT.
Sakratul maut adalah
kesulitan dan beratnya menghadapi proses dipisahkan antara jasmani dengan
ruhani seseorang. Jika sudah waktunya, kematian akan mendatanginya. Hal ini
dapat disaksikan oleh mata telanjang manusia. Sebagaimana hadits berikut ini: “Rasulullah
SAW bersabda: “Seorang hamba yang shaleh pasti mampu mengatasi kematian dan
sakratul mautnya. Sebagian persendiannya akan menyelamatkan persendian lainnya.
Sakratul maut akan berkata: “Assalamu’alaika. Engkau akan berpisah denganku dan
aku akan berpisah darimu hingga hari kiamat.” Dan jika seorang hamba Allah SWT sudah
berada diambang kematian, maka mulutnya terkunci. Tak sepatah katapun yang
dapat diucapkannya.
Ketika itu datanglah
empat Malaikat secara bergantian. Setelah mengucapkan salam (jika orang yang
meninggal itu Islam), masing masing malaikat memberitahukan akhir masa tugasnya
terhadap orang tersebut. “Selama ini aku yang ditugaskan mengurus
rezekimu, dan telah kutunaikan dengan baik,” kata malaikat pertama.
“Sekarang sudah tidak kudapatkan lagi rezeki untukmu, baik di belahan bumi
timur maupun di belahan bumi barat.”
Malaikat kedua pun
melaporkan akhir tugasnya untuk calon mayit, “Akulah yang diperintahkan
mengurus minuman yang engkau butuhkan. Tapi kini sudah tidak kuperoleh lagi
setetespun jatah minuman untukmu.” Sesaat setelah itu, malaikat ketiga
menghampiri, “Selama hidupmu, akulah yang dipercaya mencari dan menyambungkan
nafasmu. Tetapi sekarang ini sudah tidak kutemukan lagi nafas untukmu”.
“Ajalmu
sepenuhnya dipercayakan kepadaku,” tutur malaikat keempat. “Dan
sekarang telah habis masanya”.
Setelah ke empat
malaikat itu pergi, tibalah giliran Malaikat Raqib dan Malaikat Atid datang
menghampiri hamba Allah yang akan meninggal dunia tersebut. Mereka melaporkan
semua catatan tentang tingkah laku calon si mayit selama hidupnya. Yang mereka
catat, tentu saja, sepak terjang si calon mayit sejak menginjak usia baligh,
dimana sudah berkewajiban menjalankan syariat Islam. Sebab orang yang belum
baligh tidak ada kewajiban untuk menjalankan segala peraturan.
Malaikat Raqib adalah
malaikat yang bertugas mencatat amal amal kebaikan seseorang, sedangkan
Malaikat Atid adalah malaikat yang bertugas mencatat amal amal keburukan
seseorang. Kedua malaikat ini di dalam melaksanakan tugasnya mempergunakan “cctv
system” dengan “hard disk: terbesar dan
tercanggih” sehingga tidak ada yang terlewat sedetikpun. Semuanya bisa terekam
dengan baik, rapi, dan bisa diputar ulang pada saat yang tepat. Alhamdulillah, saat
ini cctv sedang bekerja untuk kebaikan diri kita.
Lalu bisakah kita
menghapus, menghilangkan atau memanipulasi atas cctv system ini dengan cara
merubah, menambah atau menguranginnya? System cctv yang dioperatori oleh
Malaikat Raqib dan Malaikat Atid tidak bisa diintervensi oleh siapapun juga,
termasuk oleh Allah SWT sendiri, sehingga apa yang tampil kelak sesuai dengan
aslinya, utuh, tanpa ada editan disana sini. Malaikat Raqib sebagai operator
cctv system untuk kebaikan, akan memutarkan kembali seluruh kebaikan yang
pernah dilakukan oleh si calon mayit.
Selesai menyimak
rekaman amal perbuatan baiknya, senyum hamba yang akan mati itu mengendap.
Masih ada yang ia sesalkan, mengapa tidak mencurahkan segenap harta, tenaga dan
nyawanya sepanjang usianya itu untuk mengabdi kepada Allah SWT semata? Sesaat
kemudian, hamba yang akan mati itu menjadi murung melihat kehadiran Malaikat
Atid yang tidak ramah selaku operator cctv system untuk keburukan.
Menyaksikan daftar
dosa dosanya yang cukup panjang, hamba yang akan mati itu baru menyadari bahwa
dirinya telah menjadi orang yang merugi. Sesaat kemudian terlintas di
pikirannya tentang siksa kubur, dan bara api neraka. Lalu ia menangis menggigil
ketakutan sampai kedatangan Malaikat Izrail melaksanakan tugasnya. Dari
sekelumit cerita yang kami kisahkan, dapatlah dimengerti, mengapa setiap orang
yang akan meninggal dunia terus menerus menatap langit langit. Dan apabila
diajak berbicara oleh orang orang yang mendampinginya, ia hanya menjawab dengan
anggukan atau gelengan kepala.Kematian sangatlah pahit rasanya. Ia telah dirasakan
dan akan dirasakan oleh semua orang sebagaimana tiap tiap jiwa akan merasakan
mati.
Berikut ini akan kami
kemukakan beberapa dalil yang menerangkan bagaimana beratnya sakratul maut. Semoga
dengan adanya dalil ini dapat kita jadikan pelajaran, bahan renungan dan
peringatan bagi kita, agar kita selalu mawas diri dari waktu ke waktu terutama
di sisa waktu yang kita miliki. Allah SWT berfirman: “Dan datanglah sakaratul maut
dengan sebenar benarnya. Itulah yang kamu lari daripadanya. (surat Qaf (50) ayat
19)”. Jika sakratul maut datang kamu tidak akan bisa lari daripadanya.
Lalu dipertegas lagi oleh Allah SWT melalui firman-Nya: “Alangkah dahsyatnya sekiranya
kamu melihat saat orang orang yang zhalim berada di dalam tekanan sakaratul
maut. (surat Al An’am (6) ayat 93)”. Kondisi sakratul maut sangatlah
luar biasanya tekanannya bagi orang orang yang zhalim. Apalagi jika nafas
seseorang telah mendesak sampai ke kerongkongan. Luar biasa sakitnya, ini
dikemukakan oleh Allah SWT melalui firmanNya berikut ini: “Sekali kali jangan. Apabila
nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan. (surat Al Qiyamah
(75) ayat 26)”.
Selain ketiga ayat yang
telah kami kemukakan di atas, ada dua hadits yang menjelaskan tentang saat saat
manusia mengalami sakratul maut datang, atau saat sakratul maut menjelang, dan
sesakit apa kepedihannya. “Rasulullah SAW bersabda: Cara Malaikat Maut
mencabut nyawa itu lebih kejam daripada seribu sabetan pedang. Dan tidak ada
satu orang beriman pun yang mati, kecuali setiap keringat akan terasa sangat
sakit. (Hadits Riwayat Abu Nu’aim dari Atha bin Yasar, Hilyatul Al Auliya)”.
Menurut hadits ini
sakitnya sakratul lebih kejam dari seribu sabetan pedang. Sedangkan menurut
hadits berikut ini: “Diriwayatkan bahwa Izrail ketika dicabut
nyawanya (oleh Allah SWT), yaitu setelah semua mahluk mati, ia berkata, “Demi
keagunganMu, seandainya aku tahu bagaimana sakitnya sakaratul maut sebagaimana
yang aku rasakan sekarang, maka aku tidak akan mencabut nyawa orang beriman. (Abdul Azis Asy Syinnawi, Mereka bertanya
kepada Nabi, Amzah, Jakarta, 2010)”. Hadits
ini menerangkan bahwa malaikat maut hanya melaksanakan tugas semata tanpa
pernah tahu betapa sakitnya orang yang dipisahkan ruh/ruhani dengan jasmaninya.
Demikian beratnya
sakaratul maut. Beberapa orang yang mengalaminya ada yang pingsan, atau lupa
akan akalnya. Sakaratul maut adalah perkara yang benar dan pasti akan terjadi.
Ia akan datang kepada siapapun. Dari Anas ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Malaikat memeluk hamba (yang
sedang menghadapi sakaratul maut) dan menahannya.Karena jika tidak demikian, ia
akan lari dari gurun dan daratan karena dahsyatnya sakaratul maut. (Abdul Azis Asy Syinnawi, Mereka bertanya
kepada Nabi, Amzah, Jakarta, 2010).
Bagi orang yang
mengingkari datangnya kematian, mereka akan melihat dengan mata kepala sendiri
betapa pedihnya sakaratul maut. Padahal, saat itu pintu taubat sudah tertutup. Rasulullah
SAW bersabda: “Nyawa seorang mukmin keluar dengan setetes demi setetes.
Sedangkan nyawa orang kafir keluar/dicabut seperti dicabutnya nyawa seekor
keledai. Seorang mukmin yang mengerjakan dosa, maka sakaratul mautnya semakin
berat, karena perbuatan dosa itu agar dosanya dapat dihapuskan. Seorang kafir
yang mengerjakan kebaikan, maka sakaratul mautnya akan semakin ringan karena
kebaikan itu, sehingga dengan demikian kebaikannya sudah terbalas (dan tidak
ada lagi sisa kebaikan yang dapat menjaga dari api neraka).” (Abdul Azis Asy Syinnawi, Mereka bertanya
kepada Nabi, Amzah, Jakarta, 2010).
Kematian adalah akhir
dari kehidupan seorang manusia di dunia, tidak ada lagi pengulangan setelahnya
(sakratul maut hanya dialami sekali oleh
seorang manusia). Namun walaupun hanya sekali dahsyatnya sangat luar biasa,
terutama bagi orang kafir, zhalim dan munafik. Ingat, Allah SWT mengemukakan tentang hakekat kematian dan dahsyatnya sakratul
maut bukan untuk menakut nakuti manusia, melainkan bertujuan agar orang-orang
yang sombong dapat mengambil pelajaran, sedangkan bagi orang orang yang sedang
lupa bisa segera sadar bahwa sakratul maut itu adanya seperti itu sehingga ia
tidak mengalami hal ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar