Nabi Muhammad SAW
melalui hadits-hadits yang akan kami kemukakan di bawah ini, telah mengemukakan
tentang adanya tantangan, atau ancaman, atau suatu keadaan yang harus siap kita
hadapi dengan sebaik mungkin. Nabi Muhammad
SAW jauh-jauh hari sudah memberikan peringatan kepada seluruh umatnya agar kita
mempersiapkan diri jauh-jauh hari juga dengan sebaik mungkin. Sehingga umatnya
tidak terjerumus ke dalamnya atau tidak mampu menghadapi tantangan dimaksud
yang pada akhirnya akan membawa kita ke dalam neraka. Begitu banyak tanda-tanda
zaman yang dikemukakan oleh Nabi Muhammad SAW. Begitu banyak indikator yang
telah disampaikan oleh Nabi kita. Yang kesemuanya menunjukkan betapa
visionernya (berpikir jauh ke depan) Nabi kita dan menunjukkan betapa sangat
sayangnya Nabi Muhammad SAW kepada seluruh umatnya.
Di lain sisi, Anda sebagai
wargabinaan pernah terpisah dengan keluarga serta anak keturunan Anda
masing-masing lalu apakah kondisi dan keadaan umat akhir zaman yang dikemukakan
oleh Baginda Nabi Muhammad SAW tidak berlaku bagi Anda? Lalu apakah diri Anda
yang pernah terpisah dengan keluarga akibat ulah diri Anda sendiri bisa dengan
mudah menghadapi apa yang dikemukakan oleh Nabi Muhammad SAW di bawah ini? Jika
Anda saja tidak mudah menghadapinya lalu bagaimana dengan anak keturunan Anda
kelak? Dan inilah yang dikemukakan oleh Nabi Muhammad SAW itu, yakni:
1. Umat Islam seperti
buih di lautan.
Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam ha-dits berikut ini: Rasulullah bersabda,
“Nyaris
orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang
yang menyerbu makanan di atas piring.” Seseorang berkata, “Apakah karena
sedikitnya kami waktu itu?” Beliau bersabda, “Bahkan kalian waktu itu banyak
sekali, tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut
musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit
wahn.” Seseorang bertanya, “Apakah wahn itu?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan
takut mati,” (Hadits Riwayat. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu
Dawud). Kini umat Islam lebih suka berada di zona aman ketimbang
melakukan pembelaan terhadap hak-hak umat Islam. Mereka lebih suka berdiam diri
di rumah bermesraan dengan keluarga. Takut menghadapi ancaman dan tantangan.
Jika hal ini terus terjadi, maka selamanya umat Islam akan menjadi makanan yang
diperebutkan oleh musuh.
2. Adanya Perpecahan
Umat. Berdasarkan
hadits yang kami kemukakan berikut ini: “Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW
bersabda, "Yahudi terpecah menjadi 71 atau 72 golongan, Nasrani terpecah
menjadi 71 atau 72 golongan. Dan umatku terpecah menjadi 73 golongan. (Hadits
Riwayat Abu Dawud, Ath Thirmizi, Ibnu Majah, Ibu Hibban dan Al-Hakim). Nabi
Muhammad SAW sudah memberikan informasinya kepada diri kita bahwa akan terjadi
perpecahan umat. Umat Yahudi menjadi 71 atau 72 golongan. Umat Nasrani menjadi
71 atau 72 golongan sedangkan umat Islam akan terpecah menjadi 73 golongan.
Dan khusus bagi umat
Nabi Muhammad SAW yang akan selamat adalah hanya satu golongan, sebagaimana
hadits berikut ini: “Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 72
millah (agama), sementara umatku berpecah menjadi 73 millah (agama). Semuanya
di dalam neraka, kecuali satu millah." Sahabat bertanya, "Millah apa
itu?" Beliau menjawab, "Yang aku berada di atasnya dan juga para
shahabatku." (Hadits Riwayat Ath Thirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah,
Al-Baihaqi dan Al-Hakim). Dan adapun golongan yang selamat adalah
golongan yang mengikuti dan mengamalkan ajaran yang disampaikan oleh
Rasulullah SAW, baik yang berwujud perkataan, perbuatan, tingkah laku,
kebiasaan maupun yang diajarkan dengan cara lain, termasuk penyampaian AlQuran
dan Hadits.
3. Adanya Tolak Ukur
Kesuksesan Hidup Bersifat Keduniawian. Sekarang mari ki-ta perhatikan hadits yang
diriwayatkan oleh Adh Dailami di bawah ini, Nabi Muhammad SAW telah
mengemukakan akan tiba suatu zaman dimana perut mereka dijadikan sebagai tuhan.
Perempuan perempuan dijadikan kiblat. Kekayaan duniawi sebagai agama,
sebagaimana dikemukakan dalam hadits berikut ini: “Nabi SAW bersabda: Manusia akan
melihat hari ketika mereka akan menjadikan perut mereka sebagai tuhan,
perempuan perempuan mereka sebagai kiblat, kekayaan duniawi sebagai agama
mereka, sebagai tolak ukur keunggulan dan kemuliaan mereka. (akan datang suatu
saat ketika) tidak ada keimanan melainkan nama, tidak ada Islam melainkan
ritual ritual saja, tidak ada AlQuran selain sekedar pelajaran saja, Masjid masjid
mereka akan berdiri seperti bangunan bangunan batu sementara hati mereka sepi
dari petunjuk. Para ulama pada zaman itu akan menjadi seburuk buruknya manusia
di muka bumi. (yaitu, mayoritas mereka akan menjadi para penyembah dunia).”
(Hadits Riwayat Adh Dailami).”
Selain daripada itu,
tidak ada lagi keimanan melainkan nama semata. Tidak ada Islam melainkan
ritual-ritual semata. Tidak ada AlQuran selain sekedar pelajaran saja atau
sekedar bacaan semata. Masjid seperti bangunan batu, sementara hati mereka sepi
dari petunjuk apalagi bimbingan yang menentramkan jiwa. Ulama mereka menjadi
seburuk-buruk manusia dikarenakan telah menjadi penyembah dunia, yaitu
mayoritas mereka akan menjadi penyembah dunia.
4. Adanya Keimanan
berdasarkan Pesanan. Lain
halnya yang dikemukakan oleh Abu Dawud dalam hadits yang kami kemukakan berikut
ini: “Nabi
SAW bersabda: Mendekati kiamat akan terjadi berbagai fitnah, seolah-olah
kepingan kepingan malam yang gelap gulita. Seorang yang pagi hari beriman maka
pada sore harinya menjadi kafir, dan orang yang pada sore harinya beriman maka
pada pagi harinya menjadi kafir, dia menjual agamanya dengan (imbalan) harta
benda dunia.” (Hadits Riwayat Abu Dawud). Tingkat atau kualitas
keimanan seseorang sangat tergantung kepada keadaan yang dihadapinya, bisa
berubah ubah dikarenakan mereka telah menjual agamanya dengan harta benda atau
imbalan dunia. Siang lain, malam lain. Hari ini lain, esok lain. Berubah-ubah
sesuai dengan pesanan yang dihadapinya.
5. Adanya Shalat sebatas
Ritual Belaka. Berdasarkan
hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad berikut ini: Nabi SAW bersabda: “Akan
datang suatu masa atas manusia, dimana mereka shalat padahal sebenarnya mereka
tidak shalat. (Hadits Riwayat Ahmad).” Adanya orang yang shalat tapi
sebenarnya tidak shalat menunjukkan bahwa shalat hanya sebatas rutinitas dalam
bentuk ritual dari sebuah kewajiban tanpa pernah merasakan rasa berkomunikasi
dengan Allah SWT. Selain daripada itu, Nabi Muhammad SAW juga telah memberikan
gambaran bahwa akan datang suatu masa amanat yang pertama akan dicabut dari
muka bumi dan yang terakhir adalah shalat khusyu’ walaupun saat itu banyak
orang yang shalat, sebagaimana hadits berikut ini: Nabi SAW bersabda: “Kececeran
yang pertama akan kamu alami dari agamamu ialah amanat, dan kececeran yang terakhir ialah shalat. Dan sesungguhnya
(akan terjadi) orang yang melakukan shalat sedang mereka tidak berakhlak.
(Hadits Riwayat Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah). Kondisi ini terjadi
karena jiwa dari shalat yang sesungguhnya adalah khusyuk sudah hilang sehingga
shalat yang dilakukan hanya sebatas ritual belaka tanpa ada makna atau shalat
hanya sebatas ibadah lahiriah semata tanpa merasakan dan mencapai hakekat dari
shalat yaitu menjadikan shalat sebagai ibadah bathiniah, yang pada akhirnya
shalat yang dikehendaki Allah SWT tidak tercapai sama sekali.
6. Adanya Umat Yang
Wujudnya Berubah Jadi Kera dan Babi. Berdasarkan hadits yang kami kami kemukakan
berikut ini: “Ada suatu kaum dari umatku di akhir zaman yang diubah wujudnya menjadi
kera dan babi. Mereka bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah mereka orang orang
muslim?’ Beliau menjawab: Ya, mereka bersyahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah
dan Aku adalah utusan Allah, mereka berpuasa”. Mereka bertanya lagi: Lalu apa
yang mereka perbuat Wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab: “Mereka mengha-dirkan
alat alat ka n, para biduanita, gendang, dan minum arak. Lalu
mereka bermalam dengan minuman keras dan permainan tersebut. Maka pada pagi
harinya mereka telah berubah wujud”. (Hadits Riwayat Ibnu Hibban) Akan datang umat di akhir zaman wujudnya
menjadi kera dan babi. Lihatlah perilaku kera dan lihatlah perilaku babi, lalu
perhatikan pula pola hidup dan kehidupannya. Apakah kita yang masih memiliki
kesadaran ini mau membiarkan anak dan keturunan kita menjadi seperti mereka
kelak!
7. Kehancuran umat Islam
bukan oleh kekuatan musuh, namun karena peng-khianatan sebagian umat Islam. Para pengkhianat
agama itu bekerja sama dengan thagut dan orang-orang kafir untuk
memerangi para pejuang Islam. Para pengkhianat dari Islam itu sendiri telah
menjual darah daging saudaranya kepada musuh-musuh Islam dengan imbalan yang
tidak sedikit. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya aku sudah memohon kepada Rabbku
untuk umatku janganlah membinasakan mereka dengan paceklik yang merajalela,
jangan menundukkan mereka kepada musuh dari luar kelompok mereka yang menodai
kedaulatan mereka. Sesungguhnya Rabbku berfirman: Wahai Muhammad! Sungguh jika
Aku telah menetapkan suatu ketetapan, maka tidak bisa ditolak. Aku berikan
kepada umatmu agar mereka tidak dibinasakan oleh paceklik yang merajalela dan
agar mereka tidak dikuasai oleh musuh dari luar mereka yang akan menodai
kedaulatan mereka, sekalipun musuh itu berkumpul dari seluruh penjuru dunia, kecuali
jika sebagian mereka membinasakan sebagian yang lain dan mereka saling menawan
satu sama lain.” (Hadits Riwayat Muslim
dan Tirmidzi).
Kegagalan umat Islam
dalam mewujudkan cita-citanya lebih karena faktor loyalnya mereka terhadap
musuh-musuh Islam. Demikian pula keberhasilan musuh-musuh Islam dari kalangan
Yahudi dan Nasrani, mereka menang bukan karena kehebatan dan kekuatan yang
dimilikinya, melainkan adanya sebagian umat Islam yang bergabung bersama
mereka. Dan peristiwa bergabungnya sebagian umat Islam bersama musuh-musuh
Islam, secara tegas telah dinubuwatkan oleh Rasulullah SAW: “Kiamat tidak akan terjadi hingga suku-suku
dari umatku bergabung dengan orang-orang musyrik dan hingga mereka menyembah
berhala. Di tengah umatku kelak akan ada 30 pendusta, masing-masing mengaku
sebagai nabi, padahal aku adalah penutup para nabi, tidak ada nabi sesudahku.”
(Hadits Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi).
8. Masjid Dijadikan
Tempat Ngobrol (Kongkow). Masjid adalah rumah Allah SWT. Sebagai rumah Allah SWT
berarti kita yang datang kesana adalah tamu bagi Allah SWT. Akan tetapi justru
tamu yang datang ke rumah Allah tidak memiliki keperluan terhadap Allah SWT
selaku tuan rumah. Mereka yang datang
justru menjadikan masjid sebagai tempat mengobrol, bukan untuk tempat beribadah
kepada Allah SWT. Inilah yang dikemukan oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadits
yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban berikut ini: “Dari Abdullah bin Mas’ud ra, ia
berkata: Rasulullah SAW bersabda: “akan ada di akhir zaman nanti, suatu kaum
yang mengobrol di masjid. Mereka tidak ada keperluan terhadap Allah SWT.
(Hadits Riwayat Ibnu Hibban). Dan juga berdasarkan hadits berikut ini: “Dari
Ali bin Abi Thalib ra, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Telah
hampir tiba suatu zaman ketika tidak ada lagi dari Islam, kecuali hanya namanya
dan tidak ada lagi dari AlQuran, kecuali hanya tulisannya. Masjid-masjid mereka
indah, tetapi kosong daripada hidayah. Ulama mereka adalah sejahat-jahatnya
makhluk yang ada di bawah langit. Daripada merekalah kluar fitnah dan kepada
mereka juga fitnah itu akan kembali.” (Hadits Riwayat Al-Baihaqi)
Selain adanya 8 (delapan) kondisi umat akhir zaman yang
telah dikemukakan oleh Nabi Muhammad SAW di atas, masih ada satu hadits yang
menginformasikan tentang kondisi umat akhir zama yang sudah tidak memperdulikan
lagi akan adanya ketentuan halal dan haram sebagaimana hadits berikut ini: “Rasulullah
SAW bersabda: Akan datang suatu masa pada umat manusia, mereka tidak peduli
lagi dengan cara untuk mendapatkan harta, apakah melalui cara yang halal
ataukah dengan cara yang haram. (Hadits Riwayat Bukhari).” Sebagai
orang tua, sebagai kakek (nenek) tidakkah kita menyadarinya? Sudahkah kita
mengetahui-nya? Sudahkah kita mengantisipasinya? Sudahkah kita mempersiapkan
diri, keluarga, anak dan keturunan kita untuk siap-siap menghadapi apa apa yang
telah dikemukakan oleh Nabi Muhammad SAW di atas?
Untuk itu kita wajib memperhatikan apa yang dikemukakan
oleh Allah SWT dalam surat Al Hasyr (59) ayat 18 berikut ini: “Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri
memperhatikan apa yang telah diper-buatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan”. Ayat ini mengemukakan bahwa segala sesuatu yang kita lakukan
bukan hanya untuk hari ini namun juga termasuk untuk kepentingan hari esok
(termasuk di dalamnya menghadapi apa yang dikemukakan oleh Nabi di atas) harus
sudah kita lakukan (sudah kita persiapkan) hari ini dan saat ini juga.
Dan dari sinilah akan menghasilkan konsep “tabur–tuai”,
siapa yang menanam maka ia pulalah yang akan memanen hasilnya. Jadi tidak ada alasan menunda-nunda
persiapan untuk menghadapi tantangan dan ancaman yang telah dikemukakan oleh
Nabi Muhammad SAW di atas. Apakah kita mau membiarkan anak dan keturunan
kita sendiri mengalami seperti yang dikemukakan oleh Nabi Muhammad SAW di atas!
Semua terpulang kepada diri kita selaku orang tua atau sebagai generasi datang
terlebih dahulu maukah berbuat sesuatu yang terbaik yang diperuntukkan bagi
kepentingan anak keturunan diri kita sendiri!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar