Berdasarkan surat Al Qashash (28) ayat 77 yang kami kemukakan berikut
ini: “dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan.” Allah SWT telah memberikan ukuran atau batasan
tertentu di dalam berbuat kebaikan, yaitu dahulukan untuk mencari kebahagiaan
akhirat yang telah dianugerahkan Allah SWT kepada diri kita dengan tidak
melupakan bahagian dari kenikmatan duniawi. Adanya kondisi ini Allah SWT tidak melarang diri kita untuk
merasakan kebahagiaan hidup yang bersifat duniawi seperti rekreasi, berkumpul
dan lain sebagainya sepanjang tidak diharamkan oleh Allah SWT.
Allah SWT tidak berkehendak kepada diri kita untuk seluruh waktu yang
kita miliki hanya untuk beribadah dan berbuat kebaikan semata. Kita juga
diperbolehkan untuk merasakan kenikmatan duniawi sepanjang hal itu mampu
menghantarkan diri kita untuk bisa melihat dan merasakan tanda-tanda dari
kebesaran dan kemahaan Allah SWT serta mampu menghantarkan diri kita bertambah
beriman kepada Allah SWT. Dan jika sekarang kita telah merasakan betapa Allah
SWT telah berbuat baik kepada diri kita maka sebagai wujud dari kita bersyukur
kepada Allah SWT maka kita wajib berbuat baik kepada orang lain serta jangan
pernah merusak apa apa yang telah diciptakan Allah SWT.
Lalu yang terjadi adalah kita justru berbuat dan bertindak sesuai
dengan kehendak syaitan sanglaknatullah seperti tidak mau berysukur atau justru
berbuat kerusakan ini berarti kita sendiri yang mengundang kemarahan dan
ketidaksukaan Allah SWT. Untuk itu jangan
pernah salahkan Allah SWT ataupun orang lain jika kita sendiri merasakan
keburukan (adzab) saat hidup di dunia ini karena ulah diri sendiri yang tidak
sesuai dengan kehendak Allah SWT. Ayo segera bertaubat dan segera
memperbaiki diri sebelum semuanya terlambat.
Allah SWT selaku
pencipta dan pemilik langit dan bumi dan yang juga telah memerintahkan kita
untuk selalu berbuat kebaikan telah memiliki suatu rumusan atau perhitungan
tertentu yang kami istilahkan matematika Allah SWT. Ilmu matematika manusia
dengan ilmu matematika Allah SWT sangat berbeda. Hal ini sebagaimana termaktub
di dalam surat Al Baqarah (2) ayat 261 berikut ini: “perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah
adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap
bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia
kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.”
Sedangkan berdasarkan
hadits yang kami kemukakan berikut ini: “Abu Darda ra,
berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Apabila hambaKu berniat
melakukan suatu kejahatan, maka janganlah kamu catat sebelum ia
melaksanakannya. Bila telah dilaksanakannya, catatlah sebagai satu kejahatan.
Akan tetapi bila ia berniat melakukan suatu kebajikan namun tidak jadi
dilaksanakannya, maka catatlah baginya satu kebajikan. Bila ia melaksanakannya,
maka catatlah untuknya sepuluh kebajikan. (Hadits Qudsi Riwayat Bukhari,
Muslim; 272: 23). Jika ilmu matematika Allah SWT berbeda dengan ilmu
matematika manusia, lalu ilmu matematika siapakah yang akan kita ikuti? Sebagai
abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi maka kita harus
menjadikan matematika (metode perhitungan) Allah SWT berlaku kepada diri kita
saat ini juga dan seterusnya. Sekarang tergantung diri kita maukah kita berbuat
kebaikan yang berlandaskan matematika Allah SWT?
Berikut ini akan kami
kemukakan beberapa rumus matematika Allah SWT yang merupakan cerminan dari
nilai-nilai Islami yang berlaku, yaitu:
1. Rumus Angka
1. Angka 1 adalah sebuah angka yang
sangat unik. Angka ini me-rupakan cikal bakal semua angka dalam matematika. Mari
kita lihat, 0 = 1-1, 1 = 1+0, 2 = 1+1, 3 = 1+2, 4 = 1+3, 5 = 1+4, 6 = 1+5, 7 =
1+6, 8 = 1+7, 9 = 1+8. Angka ini terjadi begitu saja. Ia tidak berasal dari
penjumlahan, pengurangan, perkalian ataupun pembagian angka berapa pun, namun
angka 1 lah satu-satunya yang menciptakan semua angka. Angka satu sebenarnya adalah cerminan dari sifat Allah SWT. Allah
SWT itu Esa, tunggal. Tidak berasal dari
apa pun, tidak memiliki anak dan Dia tidak diperanakkan.
Allah SWT tidak
diciptakan oleh siapa pun, tetapi Allah SWT-lah pencipta segala sesuatu,
pencipta langit dan bumi dan segala isinya. Dzat Allah SWT merupakan asal
muasal dari segala sesuatu. Angka 1 sejatinya adalah salah satu perwakilan
Allah SWT di alam semesta.
2. Rumus Perkalian Plus
(+) dan Minus (-). Setidaknya
ada 4 (empat) buah tanda dalam perhitungan matematika yang berhubungan dengan
rezeki yang akan diberikan Allah SWT kepada setiap manusia. Berikut adalah 4
(empat) tanda dimaksud, yaitu:
a. Tanda tambah ( + ), apabila diri kita
pandai bersyukur kepada Allah SWT ma-ka Allah SWT akan menambah menambah rezeki kita.
b. Tanda kali ( x ), apabila kita membiasakan diri untuk
berderma kepada sesama manusia maka
Allah SWT akan memberikan balasan yang
berlipat ganda sesuai dengan tingkat keikhlasan kita masing-masing, atau
minimal balasannya setara dengan nilai yang telah didermakan.
c. Tanda tak hingga (~), apabila kita pandai
bersyukur, gemar berderma kepada sesama dan bertakwa kepada Allah SWT maka kita
akan mendapatkan balasan rezeki yang tak disangka-sangka / tak terduga yang
waktu dan jumlahnya hanya Allah SWT yang menentukan karena Allah SWT Maha Tahu,
Maha Adil dan Maha Bijaksana.
d. Tanda kurang ( - ), namun bagi orang-orang yang tidak
pandai bersyukur, tidak suka berderma (berbagi/sedekah) atau bahkan pelit
kepada sesama dan tidak bertakwa kepada Allah SWT serta gemar berbuat dosa
(baik dosa kecil maupun besar), maka niscaya hidupnya akan terasa sangat sulit,
kalaupun sukses dari segi materi namun mereka tidak akan mendapatkan ketenangan
di dalam jiwa mereka. Karena hanya dengan mengingat Allah SWT dan beramal
sholeh, jiwa kita akan terasa tenang dan damai.
Dari ke empat ‘tanda’
tersebut terdapat 4 (empat) pilihan, ‘tanda’ apa yang akan kita pilih
tentunya sangat tergantung kepada diri kita masing masing karena hidup itu adalah
pilihan. Selain dari pada itu, mari kita perhatikan rumus rumus yang kami
kemukakan di bawah ini :
a.
( + X – =
– ) maksudnya plus dikali minus sama dengan
minus.
b. ( – X + = – ) maksudnya minus dikali plus sama dengan
minus.
c.
(+ X + =
+ ) maksudnya plus dikali plus sama dengan plus.
d. (– X – =
+ )
maksudnya minus dikali minus
sama dengan plus.
Dengan catatan: apabila (+)
adalah benar atau kebenaran, sementara (-) adalah salah atau
kesalahan, maka rumus yang kami kemukakan di atas bisa kita artikan
sebagai berikut : (1). jika yang benar kita katakan salah, maka perbuatan
kita menjadi salah; (2) jika yang salah kita katakan benar, maka perbuatan kita
menjadi salah; (3) jika yang benar kita katakan benar, maka perbuatan kita menjadi
benar; (4) jika yang salah kita katakan salah, maka perbuatan kita menjadi benar.
3. Rumus Pembagian
(Infaq dan Sedekah). Kita
akan melihat rumus matematikanya: p/h = H atau p/0 = oo, dengan catatan sebagai
berikut: p = pemberian; h = harapan; H = hasil; 0 = nol harapan; oo = tidak terhingga. Sebagaimana firman Allah
SWT berikut ini: “perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya)
lagi Maha mengetahui. (surat Al Baqarah (2) ayat 261)
[166] Pengertian
menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan jihad,
pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain.
Misalkan seseorang
memberikan sedekah sebesar sejuta rupiah kepada kaum miskin dengan harapan yang
berbeda beda, maka orang tersebut akan memperoleh balasan dari Allah SWT dengan
jumlah yang berbeda beda pula. Hal ini dapat kami ilustrasikan sebagai berikut:
a.
Pemberian
Rp.1 juta/ harapan 500.000 = hasilnya 2;
b. Pemberian Rp.1 juta/
harapan 400.000 = hasilnya 2,5;
c.
Pemberian
Rp.1 juta/ harapan 300.000 = hasilnya 3,3 ;
d. Pemberian Rp.1 juta/
harapan 200.000 = hasilnya 5 ;
e.
Pemberian
Rp.1 juta/ harapan 100.000 = hasilnya 10 ;
f.
Pemberian
Rp.1 juta/ harapan 50.000 = hasilnya 20
;
g.
Pemberian
Rp.1 juta/ harapan 10.000 = hasilnya 100
;
h. Pemberian Rp.1 juta/
harapan 0 = oo
Point yang terakhir
ini (point h) merupakan bukti yang tidak terbantahkan dari apa yang Allah SWT
kemukakan dalam surat Al Baqarah (2) ayat 261 di atas. Ini berarti pemberian
yang ikhlas kepada yang membutuhkan besar maupun kecil, sedikit atau banyak
tanpa mengharap imbalan apapun kecuali ridha Allah SWT akan mendatangkan
balasan yang tidak terhingga dari Allah SWT.
Balasan tidak terhingga itu bisa dalam bentuk apa saja,
bisa berupa nominal uang, kesehatan diri dan keluarga, anak yang shaleh dan
shalehah, sahabat yang baik, tetangga yang baik, keluarga besar yang saling
mendukung dan mengasihi, kemudahan dari setiap masalah yang kita hadapi,
lingkungan kerja yang positif, kebahagiaan bathin dan lain sebagainya. Ingat, uang bukanlah
tolak ukur yang akan diberikan Allah SWT kepada diri kita karena uang bukanlah
segala galanya. Untuk itu perhatikanlah apa yang kami kemukakan di bawah ini
tentang apa apa yang bisa dibeli oleh uang.
What Money Can Buy:
A Bed but not Sleep; Books but not Brains; Food but not Appetite;Finery but not Beauty; A House but not Home; Medicine but not Health;Luxuries but not Culture; Amusement but not Happiness;Religion but not Salvation; A Clock but not Time; Position but not Resfect.
Untuk itu jadikan
ikhlas hanya kepada Allah SWT yang kita jadikan pedoman saat berbuat kebaikan.
Hal ini dikarenakan keikhlasan dalam memberi berbanding lurus dengan hasil yang
akan kita dapatkan di dunia dan di akhirat kelak.
Balasan Allah SWT tidak terhingga maka yakinlah bahwa
Allah SWT akan memberikan seluruh balasannya di akhirat kelak karena Allah SWT
Dzat yang tidak tidur dan Maha Teliti perhitungannya. Sebagai abd’
(hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya yang sedang bertugas di muka bumi,
jangan pernah ragu ragu di dalam berbuat kebaikan. Lakukan dan laksanakan perbuatan baik saat ini juga tanpa diperintah
lagi, tanpa paksaaan, jangan diungkit ungkit lagi, konsisten dari waktu ke
waktu, ikhlas hanya untuk Allah SWT semata maka matematika Allah SWT pasti
berlaku kepada diri kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar