Ada
banyak potensi dan kekuatan terpendam dalam diri setiap manusia, terutama orang
yang beriman. Kekuatan yang dapat menyingkap dan mendorong seseorang untuk
melakukan banyak hal. Namun, sangat banyak di antara manusia yang tidak
mengetahui bagaimana potensi dan kekuatan yang terpendam dalam dirinya.
Kekuatan itu pun luput dari perhatian mereka, sehingga tak kunjung memberi
kontribusi dan manfaat bagi mereka agar dapat bangkit dari keterpurukan ataupun
bagi kemaslahatan masyarakat, bangsa dan negara.
Ketika
seorang manusia memperhatikan sisi ini, maka keimanan akan masuk ke dalam
dirinya disertai dengan wahyu Ilahi yang menunjukkan tentang hal ini. Perhatian
itu tidak dapat memalingkan wajah manusia untuk melihat kemampuan, rahasia,
kekuatan dan potensi yang ada dalam diri manusia. Hal ini seperti yang
dikemukakan oleh Allah SWT dalam surat Adz Dzaariyat (51) ayat 21 berikut ini:
“dan
(juga) pada dirimu sendiri. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan? (surat Adz
Dzaariyaat (51) ayat 21).”
AlQur’an
yang mulia ini juga senantiasa membimbing kita, AlQur’an menjelaskan bahwa
perubahan hakiki yang terjadi dalam diri manusia bukan semata-mata berasal dari
usaha yang dilakukannya untuk mengubah apa yang ada dalam diri manusia, tetapi
itu merupakan nikmat dan pertolongan yang Allah SWT berikan. Sebagaimana
firmanNya berikut ini: “bagi manusia ada malaikat-malaikat yang
selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya
atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan
apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang
dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (surat
Ar Ra’d (13) ayat 11).”
[767] Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa
Malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa Malaikat
yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat ini ialah
Malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut Malaikat Hafazhah.
[768] Tuhan tidak akan merobah Keadaan
mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.
Allah
SWT telah menyatukan kebenaran melalui keutamaan dan pertolonganNya kepada
manusia serta adanya usaha dan kerja keras dari manusia untuk mengubah apa yang
ada pada diri mereka. Oleh karena itu, Allah Yang Maha Mulia tidak pernah
memberikan kemenangan bagi para pemalas, juga tidak memberi kesuksesan bagi
para pecundang. Allah SWT berfirman: “itu lebih dekat untuk (menjadikan Para
saksi) mengemukakan persaksiannya menurut apa yang sebenarnya, dan (lebih dekat
untuk menjadikan mereka) merasa takut akan dikembalikan sumpahnya (kepada ahli
waris) sesudah mereka bersumpah[456]. dan bertakwalah kepada Allah dan
dengarkanlah (perintah-Nya). Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang fasik. (surat Al Maaidah (5) ayat 108)
[456] Maksud sumpah itu dikembalikan, ialah
saksi-saksi yang berlainan agama itu ditolak dengan bersumpahnya saksi-saksi
yang terdiri dari karib kerabat, atau berarti orang-orang yang bersumpah itu
akan mendapat Balasan di dunia dan akhirat, karena melakukan sumpah palsu.
Allah
SWT berfirman: “bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir sesudah mereka
beriman, serta mereka telah mengakui bahwa Rasul itu (Muhammad) benar-benar
rasul, dan keterangan-keteranganpun telah datang kepada mereka? Allah tidak
menunjuki orang-orang yang zalim. (surat Ali Imran (3) ayat 86).” Jadi
sesungguhnya, Allah SWT tidak pernah menghilangkan pahala bagi orang orang yang
melakukan kebaikan, dan Allah SWT dengan hak menyatakan bahwa keberhasilan dan
pencapaian cita cita hanya dapat diraih bila disertai dengan perjuangan dan
kesabaran. Sebagaimana firmanNya berikut ini: “Hai orang-orang yang beriman,
bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di
perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. (surat
Ali Imran (3) ayat 200).”
Disinilah
letak kerja keras yang disertai kehendak membaja merupakan langkah awal untuk
meraih keberhasilan di atas jalan yang panjang yang harus dilintasi setiap
manusia. Orang orang yang dapat mengarungi samudra dan menerjang badai serta gelombang
adalah orang orang yang memiliki cita cita besar. Inilah salah satu modal dasar
atau konsep dasar dari Hijrah dan harus menjadi prinsip hidup kita. Allah SWT
berfirman: “dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-
benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya
Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (surat Al Ankabuut
(29) ayat 69).”
Benar,
cita-cita dan tujuan takkan tercapai, kecuali dengan kerja keras, kucuran
keringat, dan perjuangan dan kesulitan. Siapapun yang mengatakan selain hal
ini, maka dia adalah orang yang sedang bermimpi di siang bolong, dan tidak
mengetahui hakekat yang sesungguhnya dan jangan sampai prinsip ini berlaku bagi
orang yang berhijrah.
Sekarang
bagaimana dengan keadaan diri kita, apakah sudah tahu diri, tahu aturan dan
tahu tujuan akhir? Apakah kita sudah berada di jalan yang lurus yang sesuai
dengan kehendak Allah SWT? Apakah jiwa
kita masih berada di dalam kriteria jiwa fujur? Apakah kita sudah kembali ke
dalam kriteria fitrah? Jika jawaban di atas belum sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh Allah SWT berarti kita harus berusaha untuk keluar dari hal
hal yang negatif tersebut untuk menuju hal hal yang sesuai dengan kehendak
Allah SWT. Disinilah letak pentingnya kita melakukan upaya yang sungguh sunguh
melalui apa yang dinamakan dengan hijrah.
Hijrah berasal
dari bahasa Arab yang berarti 'meninggalkan, menjauhkan dari dan berpindah
tempat'. Dalam konteks sejarah, hijrah adalah kegiatan perpindahan yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW bersama para sahabat beliau dari kota Makkah
ke kota Madinah, dengan tujuan mempertahankan dan menegakkan risalah Allah,
berupa akidah dan syariat Islam. Perintah berhijrah juga tertulis dalam
perintah Allah SWT dalam surat Al Baqarah (2) ayat 218 berikut ini: “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan
Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (surat Al Baqarah (2) ayat 218).”
Berhijrah
bisa bermakna bertekad untuk mengubah diri demi meraih rahmat dan keridhaan
Allah SWT. Selain dari pada itu, berhijrah juga dapat diartikan sebagai salah
satu prinsip hidup. Seseorang dapat dikatakan hijrah jika telah memenuhi dua
syarat, yaitu ada sesuatu yang ditinggalkan dan ada sesuatu yang ditujunya
(tujuan). Kedua-duanya harus dipenuhi oleh seorang yang berhijrah.Misalnya
dengan meninggalkan segala hal yang buruk, seperti pikiran negatif dan maksiat,
dan menuju keadaan yang lebih baik, positif, untuk menegakkan ajaran Islam atau
dari jiwa fujur menuju jiwa taqwa.
Seseorang
yang telah bertekad untuk berhijrah, dalam artian mengubah hidupnya menjadi
lebih baik dari sebelumnya buruk, akan memperoleh derajat yang lebih tinggi di
mata Allah sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah SWT dalam surat At
Taubah (9) ayat 20 berikut ini: “orang-orang yang beriman dan berhijrah serta
berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih
Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat
kemenangan. (surat At Taubah (9) ayat 20).” Secara garis besar, hijrah
dibedakan menjadi dua macam, yaitu hijrah
makaniyah yang dapat diartikan sebagai berpindah dari satu tempat ke
tempat lain dan hijrah maknawiyah yang
dapat diartikan sebagai mengubah diri, dari yang buruk menjadi lebih baik demi
mengharap keridhaan Allah SWT).
Contoh hijrah
makaniyah adalah peristiwa hijrahnya Rasulullah dari Makkah ke Madinah
serta hijrahnya Nabi Ibrahim as, sebagaimana firmanNya berikut ini: “Maka
Luth membenarkan (kenabian)nya. dan berkatalah Ibrahim: "Sesungguhnya aku
akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku (kepadaku); Sesungguhnya
Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (surat Al Ankabutt (29) ayat 26)”.
Sedangkan hijrahnya Nabi Musa as, ada pada surat Al Ankabutt (29) ayat
26 berikut ini: “Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut
menunggu-nunggu[1117] dengan khawatir, Dia berdoa: "Ya Tuhanku,
selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu". (surat Al Qashash (28)
ayat 21).”
[1117] Maksudnya: merasa sangat khawatir,
kalau-kalau ada orang yang menyusul untuk menangkapnya.
Adapun Hijrah Maknawiyah dapat dibedakan
menjadi empat kelompok besar, sebagaimana kami kemukakan di bawah ini, yaitu :
1. Hijrah i'tiqadiyah (hijrah
keyakinan), ketika seorang Muslim mencoba meningkat-kan keimanannya agar
terhindar dari kemusyrikan.
2. Hijrah fikriyah (hijrah
pemikiran), ketika seseorang memutuskan kembali mengkaji pemikiran Islam yang
berdasar pada sabda Rasulullah dan firman Allah demi menghindari pemikiran yang
sesat.
3. Hijrah syu'uriyyah adalah
berubahnya seseorang yang dapat dilihat dari penampi-lannya, seperti gaya
berbusana dan kebiasaannya dalam kehidupan sehari-hari. Hijrah ini biasa
dilakukan untuk menghindari budaya yang jauh dari nilai Islam, seperti cara
berpakaian, hiasan wajah, rumah, dan lainnya.
4. Hijrah sulukiyyah (hijrah tingkah
laku atau kepribadian). Hijrah ini digambarkan dengan tekad untuk mengubah
kebiasaan dan tingkah laku buruk menjadi lebih baik. "Seperti orang yang
sebelumnya selalu berbuat buruk, seperti mencuri, membunuh, atau lainnya,
bertekad berubah kepribadiannya menjadi pribadi yang berakhlak mulia,
Hijrah merupakan fase
terpenting dalam hidup dan kehidupan seseorang untuk memperbaiki diri atau
untuk proses kembali kepada fitrahnya seorang manusia (dari jiwa fujur menuju
jiwa taqwa).
Sekarang renungkanlah
apa-apa yang kami kemukakan di bawah ini, sebagai sesuatu semangat atau
pendorong bagi setiap manusia yang siap menuju kepada perubahan yang merubah
keadaan diri kita menjadi lebih baik, menjadi lebih fitrah, sehingga menjadi hamba
dan khalifah yang dibanggakan oleh Allah SWT
1. Allah SWT adalah
penolong dan siap menolong. Berdasarkan surat Ali Imran (3) ayat 160
berikut ini: “jika Allah menolong kamu, Maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan
kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), Maka siapakah
gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? karena itu
hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal. (surat Ali Imran
(3) ayat 160)”. Inilah janji Allah SWT kepada orang yang mau
bertawakkal, semakin berkualitas tawakkal diri kita maka semakin berkualitas
pertolongan Allah SWT kepadanya hambaNya. Dan jika Allah SWT sudah menolong
seseorang maka tidak seorangpun yang dapat menggagalkannya, demikian pula
sebaliknya, apabila Allah SWT tidak mau memberikan pertolongan maka tidak
seorangpun yang mampu menolongnya. Apakah kita tidak mempercayai pernyataan
Allah SWT ini?
2. Allah SWT siap
menjadikan diri kita berkuasa di muka bumi. Berdasarkan fir-man Allah SWT berikut
ini: Allah
telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan
amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa
dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka
berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka,
sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap
menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan
Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah
orang-orang yang fasik. dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah
kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat. (surat An Nuur (24) ayat 55, 56)”. Bagi
siapa saja yang mau beriman dan mengerjakan amal yang shaleh akan dijadikan
oleh Allah SWT berkuasa di muka bumi. Lalu apakah kita masih ragu untuk
melakukan proses hijrah untuk memperbaiki diri?
3. Allah SWT adalah
pemberi rezeki dan siap memberi rezeki. Berdasarkan firman Allah SWT berikut ini: Hai
manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang
dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi? tidak ada Tuhan
selain dia; Maka Mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)? (surat Faathir
(35) ayat 3)”. Hanya Allah SWT lah yang dapat memberikan rezeki kepada
kamu dari langit bumi, mengapa kamu ragu dan berpaling dari Allah SWT sehingga
ragu pula melaksanakan hijrah dalam kerangka memperbaiki diri?
4. Allah SWT adalah
pelindung dan siap melindungi. Berdasarkan firman Allah SWT berikut ini: Katakanlah:
"Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan
Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya kepada Allah orang-orang
yang beriman harus bertawakal." (surat At Taubah (9) ayat 51)”. Allah
SWT adalah pelindung dan siap memberikan perlindungan dari apapun juga
sepanjang kita beriman dan bertawakkal, lalu apa yang harus kita takuti?
Itulah 4 (empat) buah
sikap Allah SWT kepada umat-Nya lalu apakah Anda yang akan keluar atau baru
keluar dari dalam penjara masih takut untuk melaksanakan hijrah? Rasanya apa
yang kami kemukakan sebelum ini yaitu hijrahlah ke kota Bekasi dan semoga Allah
SWT memudahkan dan memberkahi langkah-langkah Anda di kota Bekasi yang memiliki
beberapa daerah seperti Harapan Baru, Harapan Indah, Harapan Regency; Harapan
Jaya, Harapan Mulya dan yang terakhir Ujung Harapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar