F. HUBUNGAN AMAL KEPADA
HATI.
Keberadaan hati bagi
manusia sangat vital baik ditinjau dari sudut hati jasmani maupun dari sudut hati
ruhani. Hati dari sisi jasmani mempunyai fungsi yang sangat vital bagi
kesehatan tubuh manusia sehingga jika fungsi hati jasmani mengalami gangguan
akan mengakibatkan tubuh manusia menjadi sakit. Sedangkan hati dari sisi ruhani mempunyai fungsi yang sangat
penting bagi keberadaan manusia sebab hati nurani merupakan tempat
diletakkannya perasaan, akal, pengobat, petunjuk yang berasal dari Allah SWT
serta alat untuk berkomunikasi dengan Allah SWT.
Hati Ruhani juga bisa
menderita sakit dan obat penyembuhnya adalah bertaubat dan menjauhi
maksiat. Hati Ruhanipun bisa berkarat
dan penghapusnya adalah dzikrulllah. Hati Ruhani juga bisa telanjang seperti
tubuh dan pakaiannya adalah taqwa.Hati Ruhani juga bisa lapar dan haus seperti
badan dan makanan dan minumannya adalah beribadah, Infaq, Shadaqah.
Jika keberadaan hati begitu penting bagi
manusia, tidak ada cara lain bagi kita untuk selalu menjaga, untuk selalu memelihara,
untuk selalu mempergunakan hati sesuai dengan keten-tuan yang berlaku, apakah
itu Ilmu Kesehatan bagi hati jasmani ataupun ilmu tentang Diinul Islam yang
berasal dari Allah SWT bagi hati ruhani. Apabila kita mampu melaksanakan apa
yang diperintahkan oleh ilmu kesehatan tentang pemeliharaan hati jasmani maka
hasil yang di dapatkan adalah kesehatan dan kebugaran tubuh. Demikian pula jika
kita melaksanakan Diinul Islam secara kaffah yang telah ditentukan oleh Allah
SWT maka hasil yang kita dapatkan adalah diberikan ketenangan bathin oleh Allah
SWT melalui petunjuk yang diterima melalui hati nurani.
Sekarang bagaimana jika
manusia melanggar ketentuan ilmu kesehatan, maka kesehatan dan kebugaran tubuh
akan terganggu yang pada akhirnya akan menyebabkan sakit. Sekarang bagaimana
dampaknya bagi diri manusia atau bagi hati nurani itu sendiri jika kita
melanggar atau tidak mematuhi Diinul Islam telah di-syariatkan oleh Allah SWT?
Banyak akibat atau dampak negatif yang akan diterima oleh hati nurani jika kita
melanggar ketentuan Diinul Islam, yaitu :
1. Dosa Bikin Karat pada Hati. Segala perbuatan yang
dilakukan secara sengaja atau di dalam keadaan sadar melanggar ketentuan
syariat Allah SWT akan memberikan dampak kepada hati ruhani berupa tertutupnya
hati karena adanya noktah hitam atau titik-titik hitam sehingga hati ruhani
menjadi kelam dan gelap. Hati ruhani yang kelam dan gelap tidak dapat memancarkan kecerian di
dalam diri sehingga yang ada adalah
kemurungan, rasa ketakutan, rasa rendah diri, putus asa, patah semangat atau
dapat menjadikan manusia tidak mempunyai perasaan lagi. Sebagaimana dikemukakan
dalam surat Al Muthaffifiin (83) ayat 14 berikut ini: “Sekali-kali tidak (demikian),
sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan
itu menutup hati mereka.(surat Al Muthaffifiin (83) ayat 14).
Hati
nurani jika di-ibaratkan sebagai sebuah cermin dan jika cermin tersebut telah
kelam dan gelap akibat bintik dan noktah hitam dapatkah cermin itu dipergunakan
dengan baik? Cermin tidak dapat lagi dipergunakan untuk berkaca dengan sempurna
serta cermin tidak bisa lagi memantulkan cahaya secara sempurna. Kondisi yang
seperti inilah yang dimaksud oleh hadits berikut ini: Nabi SAW bersabda: Sesungguhnya bila seorang hamba melakukan dosa satu
kali, maka di dalam hatinya timbul satu titik noda hitam. Apabila ia berhenti
dari perbuatan dosanya dan memohon ampun serta bertobat, maka bersihlah
hatinya. Jika ia kembali berbuat dosa,maka bertambahlah hitamnya titik nodanya
itu sampai memenuhi hatinya. (Hadits Riwayat Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Nasa’i,
Ibnu Hibban dan Hakim). Jika kondisi ini berlaku kepada cermin, maka
hal yang samapun berlaku bagi hati baik dari sisi hati jasmani maupun dari sisi
hati nurani (hati ruhani). Hati jasmani tidak bisa melaksanakan fungsinya
dengan baik dan benar, sedangkan hati nurani juga tidak bisa bekerja yang
sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Timbul
pertanyaan bagaimana dengan tindakan atau perbuatan manusia yang dilakukan
secara tidak sengaja atau karena ketidaktahuannya melanggar ketentuan Allah
SWT? Berdasarkan surat Al Ahzab (35) ayat 5 berikut ini: “Panggillah mereka (anak-anak
angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil
pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka
(panggillah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan
tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada
dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” Allah
SWT menegaskan bahwa tidak ada dosa atas
tindakan yang kita lakukan sepanjang hal itu dilakukan secara tidak sengaja
ataupun khilaf ataupun dikarenakan ketidaktahuan sehingga hal tersebut tidak
mempengaruhi atau tidak mengakibatkan noktah atau bintik hitam di dalam hati ruhani.
Akan tetapi jika kita telah tahu dan mengerti tentang ketentuan Allah SWT lalu
kita melanggarnya maka ketentuan di atas menjadi tidak berlaku lagi. Untuk itu
berhati-hatilah sebelum melakukan sebuah tindakan atau perbuatan jika kita
tidak mau mendapatkan dosa. Ingat dosa adalah penyebab utama terputusnya
hubungan diri kita dengan Allah SWT.
2. Kebaikan Hati dapat
Ganjaran. Allah
SWT sangat sayang kepada manusia, salah satu bentuk kasih sayang Allah SWT
kepada manusia adalah jika di dalam hati manusia masih ada kebaikan walaupun
itu sedikit atau walaupun masih berupa niat baik saja maka Allah SWT sudah
memberikan ganjaran atau pahala atas perbuatan atau dari niat baik tersebut.
Bagaimana dengan niat jahat yang keluar dari dalam hati? Berdasarkan surat Al
Anfaal (8) ayat 70 berikut ini: “Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama
bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak
mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggillah mereka sebagai)
saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap
apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh
hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Dan
berdasarkan hadits yang kami kemukakan berikut ini, “Abu Dardda’ r.a. berkata:
Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Apabila seorang hambaKu merencanakan
akan melakukan suatu kejahatan, maka janganlah kamu mencatat sebelum ia
melaksanakannya dan bila telah dilaksanakannya catatlah sebagai satu kejahatan.
Akan tetapi bila ia merencanakan melakukan suatu kebajikan yang tidak
dilaksanakannya, maka catatlah baginya sepuluh kebajikan. (Hadits Riwayat Bukhari,Muslim: 272-23)”. Sebuah niat jahat
sepanjang belum dilaksanakan maka belum dicatatkan sebagai sebuah dosa dan niat
jahat baru akan dicatat sebagai dosa setelah niat jahat tersebut dilaksanakan
oleh manusia.
Sekarang
bagaimana dengan tindakan atau perbuatan yang sesuai dengan ketentuan Allah
SWT, seperti melaksanakan syahadat, mendirikan shalat, menunaikan zakat,
melaksanakan puasa ramadhan, pergi haji, pergi umroh, selalu berdzikir kepada Allah
SWT serta melaksanakan perbuatan-perbuatan baik lainnya yang sesuai dan
dianjurkan oleh syariat yang berlaku? Allah SWT melalui surat An Nuur (24) ayat
37-38 berikut ini: “laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh
jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari)
membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan
penglihatan menjadi guncang,(Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah
memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang
mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karuniaNya kepada mereka. Dan Allah
memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” menyatakan bahwa akan
memberikan balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan atau akan
menambah karunia-Nya atau akan memberikan rezeki tanpa batas kepada manusia
yang dikehendaki-Nya. Sekarang semuanya tergantung bagaimana kita menyikapi
pernyataan Allah SWT tersebut, maukah kita mematuhinya ataukah memang kita
memilih untuk melanggarnya. Pilihan sekarang ada di tangan kita
masing-masing.
3. Jaga Hati Jangan Sampai Kotor. Allah SWT telah mengingatkan untuk berhati
hati dalam bersumpah karena akan mengotorkan hati. Untuk itu kita harus selalu
menjaga hati ini jangan sampai kotor karena kotornya hati merupakan cerminan
diri kita. Hal ini berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 225 berikut ini: “Allah tidak menghukum kamu disebabkan
sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu
disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu. Dan Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.” Hal ini dikarenakan hati dapat diumpamakan
sebagai sebuah cermin. Cermin yang baik adalah cermin yang dapat dipergunakan
untuk berkaca atau dapat memantulkan cahaya secara sempurna dari sinar yang
dipantulkan. Untuk dapat menghasilkan itu semua maka cermin yang dipergunakan
haruslah dalam kondisi bersih tanpa noda ataupun tanpa bercak-bercak hitam.
Adanya titik-titik noda atau bercak-bercak hitam dipermukaan cermin dapat
mengakibatkan susahnya kita bercermin atau cermin tidak dapat memantulkan
cahaya secara sempurna. Adanya kondisi ini berarti kita harus menjaga
kebersihan cermin dari abu yang menempel atau dari noda dan noktah hitam yang
menempel di permukaan cermin.
Di
dalam kehidupan, minyak dan air tidak dapat disatukan menjadi sebuah zat cair
baru yang bernama air minyak. Air dan minyak tetap berdiri sendiri, ia tidak
dapat menyatu oleh sebab apapun juga. Air hanya dapat menyatu dengan air,
demikian pula minyak hanya dapat bersatu dengan minyak. Jika Allah SWT
mempunyai perbuatan yaitu Al-Quddus dapatkah tersambung dengan hati ruhani yang
kotor, penuh noda dan noktah hitam akibat dari dosa yang kita perbuat? Al-Quddus hanya
dapat tersambung dengan hati ruhani yang bersih tanpa noda dan dosa. Demikian
pula dengan Af’al (perbuatan) dari Allah SWT yang lainnya, baru dapat
tersambung dengan hati ruhani jika hati ruhani manusia telah sama frekuensinya,
telah sama gelombangnya, telah memenuhi syarat dan ketentuan Allah SWT yang berlaku, barulah kita dapat
memperoleh apa yang kita minta melalui doa yang kita panjatkan. Untuk
itu hati-hatilah di dalam memelihara, merawat serta mempergunakan hati, jangan
sampai kotor, jangan sampai ternoda dan jangan pula sampai beku akibat ulah
diri kita sendiri.
4. Amal Jahat adalah Dosa Hati. Cermin jika tidak
dirawat dan dijaga kebersihannya dari debu, dari noda, dari noktah hitam, yang
menempel dipermukaan cermin, maka fungsi dan kegunaan cermin akan terganggu
serta tidak dapat maksimal memantulkan cahaya. Ini berarti bahwa debu, noda,
noktah yang menempel di permukaan cermin merupakan akibat dari kelalaian kita
yang tidak mau menjaga kebersihan cermin. Demikian pula dengan hati ruhani, jika kita lalai di
dalam merawat, memelihara, mempergunakan hati atau melakukan perbuatan yang
melanggar ketentuan Allah SWT maka hati nurani akan terkena dampak negatif dari
kelalain dan perbuatan tersebut, sebagaimana yang dikemukakan oleh Allah SWT
dalam firman-Nya berikut ini: “Jika kamu dalam perjalanan
(dan bermu’amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang
penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh orang yang
berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,
maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi)
menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyi kannya, maka
sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan. (surat Al Baqarah (2) ayat 283).
Adapun
bentuk kelalaian atau perbuatan yang mengakibatkan dan mempengaruhi hati nurani
menjadi kotor antara lain tidak amanat terhadap janji, tidak bertaqwa kepada
Allah SWT serta melakukan persaksian palsu. Akibat dari apa yang kita perbuat
dan kita lakukan seperti yang kami kemukakan di atas akan mengakibatkan
timbulnya dosa atau noktah hitam di dalam hati nurani.
Dosa
hati merupakan dampak langsung akibat dari perbuatan yang melanggar ketentuan
Allah SWT atau akibat dari kelalaian diri
kita merawat hati sehingga hati ruhani menjadi kotor, kelam, tidak suci lagi.
Kotornya hati, kelamnya hati, tidak sucinya hati, akan mengakibatkan frekuensi,
gelombang, serta pemenuhan syarat dan ketentuan dari Allah SWT dengan diri kita
menjadi tidak sesuai lagi atau diri kita sudah berada di luar kehendak Allah
SWT. Selanjutnya jika kondisi ini diibaratkan kenikmatan mendengar siaran
radio, maka baik buruknya siaran radio yang dipancarkan stasiun pemancar sangat
tergantung dengan baik buruknya antena radio yang kita miliki. Sekarang jika
kita ingin merasakan nikmatnya bertuhankan kepada Allah SWT maka jagalah selalu
hati nurani agar selalu menjadi hati yang mukmin.
5. Dosa Mengakibatkan Hati Tertutup. Jika anda ingin
memiliki hati nurani yang kotor, kelam, penuh noktah dan noda hitam yang pada
akhirnya kita akan selalu berada di dalam koridor nilai-nilai keburukan,
caranya sangat mudah dan gampang yaitu lakukanlah perbuatan yang mengakibatkan
timbulnya dosa, sebagaimana hadits berikut ini: Nabi SAW bersabda: Sesungguhnya bila seorang hamba melakukan dosa satu
kali, maka di dalam hatinya timbul satu titik noda hitam. Apabila ia berhenti
dari perbuatan dosanya dan memohon ampun serta bertobat, maka bersihlah
hatinya. Jika ia kembali berbuat dosa,maka bertambahlah hitamnya titik nodanya
itu sampai memenuhi hatinya. (Hadits Riwayat Ahmad, Ath Thirmidzi, Ibnu Majah,
Nasa’i, Ibnu Hibban dan Hakim)
Timbulnya
dosa akan mengakibatkan titik-titik noda hitam di dalam hati nurani sehingga
kondisi hati nurani akan menjadi tertutup oleh titik-titik noda hitam yang pada
akhirnya akan menjadikan hati nurani gelap atau hati nurani menjadi tertutup,
hasil akhirnya tertutup pula hubungan kita dengan Allah SWT. Allah SWT
berfirman: “Dan apakah belum jelas bagi orang-orang yang mempusakai suatu negeri
sesudah (lenyap) penduduknya, bahwa kalau Kami menghendaki tentu Kami azab
mereka karena dosa-dosanya; dan Kami kunci mati hati mereka sehingga mereka
tidak dapat mendengar (pelajaran lagi)? (surat Al A’raaf (7) ayat 100).” Tertutupnya hati nurani
akan mengakibatkan fungsi hati nurani menjadi terganggu, lalu apa yang terjadi
dengan manusia? Jika hati nurani manusia merupakan tempat diletakkannya
perasaan, maka setelah hati nurani tertutup maka manusia akan kehilangan
perasaan atau menjadikan manusia tidak mempunyai perasaan lagi. Manusia yang sudah tidak memiliki
perasaan atau manusia yang telah terganggu perasaannya, biasanya ia tidak dapat
lagi membedakan mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk atau sudah
tidak dapat merasakan kesedihan yang di alami oleh orang lain atau hilangnya
rasa welas asih kepada sesama manusia, akhirnya pulangnya ke Neraka.
6. Hati Dipengaruhi oleh
Lingkungan. Lingkungan
yang dihadapi oleh manusia dapat dibedakan menjadi 2(dua) yaitu lingkungan
mikro (lingkungan kecil) ataupun lingkungan makro (lingkungan besar). Adanya
lingkungan mikro dan lingkungan makro akan mempengaruhi keadaan dan kondisi
jasmani dan ruh manusia. Jika jasmani
dipengaruhi oleh lingkungan baik mikro dan makro maka hati jasmani akan
terpengaruh oleh lingkungan tersebut, demikian pula jika ruh yang dipengaruhi
oleh lingkungan baik mikro dan makro maka hati nurani akan dipengaruhi pula
oleh lingkungan tersebut, sebagaimana dicontohkan oleh Allah SWT melalui firman-Nya
berikut ini: “Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia
menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, supaya
ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah). (surat Al Qashash
(28) ayat 10)
Adanya
kondisi yang kami sebutkan diatas, maka kita harus mewaspadai dan memperhatikan
kondisi lingkungan hidup yang kita hadapi sehingga jika terjadi pengaruh
negatif dari lingkungan kita dapat melakukan tindakan preventif atau melakukan
tindakan pencegahan jika terjadi sesuatu kepada diri, anak dan keluarga kita. Jika kita sampai terbawa oleh arus negatif
dari lingkungan seperti narkoba, pornoaksi, maka yang pertama-tama akan
merasakan dampak dari perbuatan yang kita lakukan adalah hati nurani. Hati nurani
menjadi rusak, menjadi gelap yang pada gilirannya akan membawa manusia ke jalan
kegelapan. Akan tetapi jika manusia dapat melawan pengaruh negatif dari
lingkungan dengan keteguhan, disinilah Allah SWT akan memberikan bantuan dan
lindungan-Nya kepada manusia yang berhasil melawan pengaruh negatif lingkungan.
Jika Allah SWT sudah turun tangan atau turut serta membantu semuanya akan
beres, semuanya akan berhasil dengan penuh kemenangan.
7. Hati Selalu Mencari
Ridha Allah SWT. Perasaan
yang ada di dalam hati nurani manusia merupakan anugerah Allah SWT kepada
setiap manusia. Timbul pertanyaan, apakah yang berasal dari Allah SWT itu
jelek, tidak berguna, tidak bermanfaat? Sesuatu yang berasal dari Allah SWT pasti baik, pasti berguna, pasti
bermanfaat sehingga tidak ada sedikitpun keburukan yang melekat di dalam
pemberian tersebut. Setelah perasaan diberikan dan diletakkan oleh Allah SWT di dalam hati nurani
manusia maka baik buruknya perasaan sudah tidak tergantung lagi kepada Allah
SWT atau sudah bukan menjadi tanggung jawab Allah SWT lagi melainkan sudah
menjadi tanggung jawab manusia.
Hal
yang harus kita perhatikan adalah perasaan yang telah diberikan oleh Allah SWT
bukanlah barang gratisan yang dapat dipergunakan seenak-enaknya saja. Akan
tetapi akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah SWT. Untuk itu manusia perlu menjaga,
perlu memelihara, perlu mempergunakan hati nurani (dan juga perasaan) sesuai
dengan syarat dan ketentuan yang berlaku dari Allah SWT. Allah SWT berfirman: “Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah
padahal Rasul menyeru kamu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. Dan sesungguhnya
Dia telah mengambil perjanjianmu jika kamu adalah orang-orang yang beriman.”
(surat Al Hadiid (57) ayat 8)
Semakin
baik kita menjaga, merawat dan mempergunakan hati nurani maka semakin baik
hubungan kita dengan Allah SWT dan jika hubungan kita makin baik maka hati nurani
akan selalu mencari ridha Allah SWT atau hati nurani akan selalu memerlukan
serta mendambakan keridhaan Allah SWT dari waktu ke waktu. Jika keridhaan Allah
SWT sudah menjadi kebutuhan bagi hati nurani, langkah berikutnya adalah
pertahankan terus kondisi ini dari waktu ke waktu dan jika kita berhasil maka
kita dapat sukses menjadi abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi
yang sesuai dengan kehendak Allah.
8. Mendapat Rahmat Hati
Menjadi Lembut. Tinggi
rendahnya tingkat kesesuaian frekuensi dan gelombang dari diri kita dengan
pancaran dan siaran Allah SWT melalui kekuasaan, pengawasan serta pengawasan
yang dilakukan oleh Allah SWT kepada seluruh makhluknya, akan mempengaruhi
tingkat kesehatan, tingkat kelembutan, tingkat ketenangan serta tingginya
cahaya hati nurani, demikian pula sebaliknya, sebagaimana firman Allah SWT
berikut ini: “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) AlQuran yang
serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang gemetar karenanya kulit
orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati
mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia
menunjuki siapa yang dikehendakiNya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah,
maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya. (surat Az Zumar (39) ayat
23)
Jika
kita ingin memperoleh hati nurani yang lembut atau jika kita ingin memperoleh
ketenangan bathin maka sesuaikanlah terus frekuensi dan gelombang diri kita
dengan Allah SWT kapanpun, dimanapun dan
dalam kondisi apapun. Jika Allah SWT adalah Al-Quddus (Maha Suci) maka kitapun harus sesuai
dengan kondisi dan keadaan dari Al-Quddus yang dimiliki oleh Allah SWT,
demikian pula jika Allah SWT adalah Ar Rahiem (Maha Penyayang) maka kitapun
harus memberikan rasa kasih sayang kepada sesama saat hidup di muka bumi yang
diciptakan oleh Allah SWT.
Lalu bagaimana jika Allah
SWT adalah Al-Adlu (Maha Adil) maka kitapun harus berlaku adil pula baik kepada
diri sendiri maupun kepada orang lain.Apabila kita dapat menyesuaikan diri kita
dengan seluruh perbuatan (af’al) yang dimiliki oleh Allah SWT maka tingkat
kelembutan, tingkat kesehatan serta tingkat ketenangan hati dapat kita rasakan
dan nikmati serta manfaat dari itu semua dapat pula dinikmati atau dirasakan
oleh orang banyak.
9. Yang Menjadi Musyrik
adalah Hati. Hati
nurani adalah penerima dari segala amal perbuatan manusia, apakah itu amal
kebaikan maupun amal kejahatan. Jika amal baik dilakukan oleh manusia maka hati
manusia menjadi cerah, bersinar sedangkan jika amal buruk yang dilakukan oleh
manusia maka hati menjadi hitam, kelam penuh noktah dan noda. Adanya kondisi
ini di dalam hati manusia maka dapat dikatakan bahwa hati adalah sentral dari
jati diri manusia (maksudnya adalah hati ruhani adalah pusat dari jati diri
manusia yang sesungguhnya). Sebagaimana
dikemukakan dalam firmanNya berikut ini:
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkat bukit
(Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): “Peganglah teguh-teguh apa yang
Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah”. Mereka menjawab: “Kami mendengarkan
tetapi tidak menta’ati”. Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu
(kecintaan menyembah) anak sapi karena kekafirannya. Katakanlah: “Amat jahat
perbuatan yang diperintahkan imanmu kepadamu jika betul kamu beriman (kepada
Taurat). (surat Al Baqarah (2) ayat 93).
Baik
buruknya kondisi manusia akan terlihat dari baik dan buruknya kondisi hati
ruhaninya. Jika manusia berbuat musyrik maka hatipun akan menjadi musyrik pula
dan jika manusia berbuat syirik maka hatipun akan syirik pula. Semakin tinggi
tingkat kemusyrikan dan tingkat kesyirikan yang dilakukan oleh manusia maka
hatipun akan mengikuti pula keadaan tersebut demikian pula sebaliknya. Adanya
kondisi ini maka hati dapat dikatakan sebagai
cermin dari perbuatan yang manusia lakukan. Dan sebagai abd’ (hamba)-Nya
yang juga khalifah-Nya di muka bumi, kondisi yang manakah hati ruhani kita,
apakah yang mencerminkan nilai-nilai kebaikan yang lebih banyak ataukah yang
mencerminkan nilai-nilai keburukan yang lebih banyak? Harapan kami adalah nilai-nilai
kebaikan yang berasal dari nilai-nilai ilahiah merupakan komponen terbesar yang
terdapat di dalam hati nurani diri kita sehingga kita mampu selalu sesuai
dengan kehendak Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar