Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Kamis, 16 Mei 2024

HATI SANG PENGENDALI DIRI (PART 6 of 8)

 

F.      HUBUNGAN AMAL KEPADA HATI.

 

Keberadaan hati bagi manusia sangat vital baik ditinjau dari sudut hati jasmani maupun dari sudut hati ruhani. Hati dari sisi jasmani mempunyai fungsi yang sangat vital bagi kesehatan tubuh manusia sehingga jika fungsi hati jasmani mengalami gangguan akan mengakibatkan tubuh manusia menjadi sakit. Sedangkan hati  dari sisi ruhani mempunyai fungsi yang sangat penting bagi keberadaan manusia sebab hati nurani merupakan tempat diletakkannya perasaan, akal, pengobat, petunjuk yang berasal dari Allah SWT serta alat untuk berkomunikasi dengan Allah SWT.

 

Hati Ruhani juga bisa menderita sakit dan obat penyembuhnya adalah bertaubat dan menjauhi maksiat.  Hati Ruhanipun bisa berkarat dan penghapusnya adalah dzikrulllah. Hati Ruhani juga bisa telanjang seperti tubuh dan pakaiannya adalah taqwa.Hati Ruhani juga bisa lapar dan haus seperti badan dan makanan dan minumannya adalah beribadah, Infaq, Shadaqah.

Jika keberadaan hati begitu penting bagi manusia, tidak ada cara lain bagi kita untuk selalu menjaga, untuk selalu memelihara, untuk selalu mempergunakan hati sesuai dengan keten-tuan yang berlaku, apakah itu Ilmu Kesehatan bagi hati jasmani ataupun ilmu tentang Diinul Islam yang berasal dari Allah SWT bagi hati ruhani. Apabila kita mampu melaksanakan apa yang diperintahkan oleh ilmu kesehatan tentang pemeliharaan hati jasmani maka hasil yang di dapatkan adalah kesehatan dan kebugaran tubuh. Demikian pula jika kita melaksanakan Diinul Islam secara kaffah yang telah ditentukan oleh Allah SWT maka hasil yang kita dapatkan adalah diberikan ketenangan bathin oleh Allah SWT melalui petunjuk yang diterima melalui hati nurani.

 

Sekarang bagaimana jika manusia melanggar ketentuan ilmu kesehatan, maka kesehatan dan kebugaran tubuh akan terganggu yang pada akhirnya akan menyebabkan sakit. Sekarang bagaimana dampaknya bagi diri manusia atau bagi hati nurani itu sendiri jika kita melanggar atau tidak mematuhi Diinul Islam telah di-syariatkan oleh Allah SWT? Banyak akibat atau dampak negatif yang akan diterima oleh hati nurani jika kita melanggar ketentuan Diinul Islam, yaitu :

 

1.     Dosa Bikin Karat pada Hati. Segala perbuatan yang dilakukan secara sengaja atau di dalam keadaan sadar melanggar ketentuan syariat Allah SWT akan memberikan dampak kepada hati ruhani berupa tertutupnya hati karena adanya noktah hitam atau titik-titik hitam sehingga hati ruhani menjadi kelam dan gelap. Hati ruhani yang kelam dan gelap tidak dapat memancarkan kecerian di dalam diri  sehingga yang ada adalah kemurungan, rasa ketakutan, rasa rendah diri, putus asa, patah semangat atau dapat menjadikan manusia tidak mempunyai perasaan lagi. Sebagaimana dikemukakan dalam surat Al Muthaffifiin (83) ayat 14 berikut ini: Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan  itu menutup hati mereka.(surat Al Muthaffifiin (83) ayat 14).

 

Hati nurani jika di-ibaratkan sebagai sebuah cermin dan jika cermin tersebut telah kelam dan gelap akibat bintik dan noktah hitam dapatkah cermin itu dipergunakan dengan baik? Cermin tidak dapat lagi dipergunakan untuk berkaca dengan sempurna serta cermin tidak bisa lagi memantulkan cahaya secara sempurna. Kondisi yang seperti inilah yang dimaksud oleh hadits berikut ini: Nabi SAW bersabda: Sesungguhnya bila seorang hamba melakukan dosa satu kali, maka di dalam hatinya timbul satu titik noda hitam. Apabila ia berhenti dari perbuatan dosanya dan memohon ampun serta bertobat, maka bersihlah hatinya. Jika ia kembali berbuat dosa,maka bertambahlah hitamnya titik nodanya itu sampai memenuhi hatinya. (Hadits Riwayat Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Nasa’i, Ibnu Hibban dan Hakim). Jika kondisi ini berlaku kepada cermin, maka hal yang samapun berlaku bagi hati baik dari sisi hati jasmani maupun dari sisi hati nurani (hati ruhani). Hati jasmani tidak bisa melaksanakan fungsinya dengan baik dan benar, sedangkan hati nurani juga tidak bisa bekerja yang sesuai dengan kehendak Allah SWT.

 

Timbul pertanyaan bagaimana dengan tindakan atau perbuatan manusia yang dilakukan secara tidak sengaja atau karena ketidaktahuannya melanggar ketentuan Allah SWT? Berdasarkan surat Al Ahzab (35) ayat 5 berikut ini: “Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggillah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Allah SWT  menegaskan bahwa tidak ada dosa atas tindakan yang kita lakukan sepanjang hal itu dilakukan secara tidak sengaja ataupun khilaf ataupun dikarenakan ketidaktahuan sehingga hal tersebut tidak mempengaruhi atau tidak mengakibatkan noktah atau bintik hitam di dalam hati ruhani. Akan tetapi jika kita telah tahu dan mengerti tentang ketentuan Allah SWT lalu kita melanggarnya maka ketentuan di atas menjadi tidak berlaku lagi. Untuk itu berhati-hatilah sebelum melakukan sebuah tindakan atau perbuatan jika kita tidak mau mendapatkan dosa. Ingat dosa adalah penyebab utama terputusnya hubungan diri kita dengan Allah SWT. 

 

2.    Kebaikan Hati dapat Ganjaran. Allah SWT sangat sayang kepada manusia, salah satu bentuk kasih sayang Allah SWT kepada manusia adalah jika di dalam hati manusia masih ada kebaikan walaupun itu sedikit atau walaupun masih berupa niat baik saja maka Allah SWT sudah memberikan ganjaran atau pahala atas perbuatan atau dari niat baik tersebut. Bagaimana dengan niat jahat yang keluar dari dalam hati? Berdasarkan surat Al Anfaal (8) ayat 70 berikut ini: “Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggillah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” 

 

Dan berdasarkan hadits yang kami kemukakan berikut ini, “Abu Dardda’ r.a. berkata: Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Apabila seorang hambaKu merencanakan akan melakukan suatu kejahatan, maka janganlah kamu mencatat sebelum ia melaksanakannya dan bila telah dilaksanakannya catatlah sebagai satu kejahatan. Akan tetapi bila ia merencanakan melakukan suatu kebajikan yang tidak dilaksanakannya, maka catatlah baginya sepuluh kebajikan. (Hadits Riwayat Bukhari,Muslim: 272-23)”. Sebuah niat jahat sepanjang belum dilaksanakan maka belum dicatatkan sebagai sebuah dosa dan niat jahat baru akan dicatat sebagai dosa setelah niat jahat tersebut dilaksanakan oleh manusia.

 

Sekarang bagaimana dengan tindakan atau perbuatan yang sesuai dengan ketentuan Allah SWT, seperti melaksanakan syahadat, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan puasa ramadhan, pergi haji, pergi umroh, selalu berdzikir kepada Allah SWT serta melaksanakan perbuatan-perbuatan baik lainnya yang sesuai dan dianjurkan oleh syariat yang berlaku? Allah SWT melalui surat An Nuur (24) ayat 37-38 berikut ini: “laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi guncang,(Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karuniaNya kepada mereka. Dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” menyatakan bahwa akan memberikan balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan atau akan menambah karunia-Nya atau akan memberikan rezeki tanpa batas kepada manusia yang dikehendaki-Nya. Sekarang semuanya tergantung bagaimana kita menyikapi pernyataan Allah SWT tersebut, maukah kita mematuhinya ataukah memang kita memilih untuk melanggarnya. Pilihan sekarang ada di tangan kita masing-masing.  

 

3.   Jaga Hati Jangan Sampai Kotor. Allah SWT telah mengingatkan untuk berhati hati dalam bersumpah karena akan mengotorkan hati. Untuk itu kita harus selalu menjaga hati ini jangan sampai kotor karena kotornya hati merupakan cerminan diri kita. Hal ini berdasarkan surat Al Baqarah (2) ayat 225 berikut ini: “Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.”  Hal ini dikarenakan hati dapat diumpamakan sebagai sebuah cermin. Cermin yang baik adalah cermin yang dapat dipergunakan untuk berkaca atau dapat memantulkan cahaya secara sempurna dari sinar yang dipantulkan. Untuk dapat menghasilkan itu semua maka cermin yang dipergunakan haruslah dalam kondisi bersih tanpa noda ataupun tanpa bercak-bercak hitam. Adanya titik-titik noda atau bercak-bercak hitam dipermukaan cermin dapat mengakibatkan susahnya kita bercermin atau cermin tidak dapat memantulkan cahaya secara sempurna. Adanya kondisi ini berarti kita harus menjaga kebersihan cermin dari abu yang menempel atau dari noda dan noktah hitam yang menempel di permukaan cermin.

 

Di dalam kehidupan, minyak dan air tidak dapat disatukan menjadi sebuah zat cair baru yang bernama air minyak. Air dan minyak tetap berdiri sendiri, ia tidak dapat menyatu oleh sebab apapun juga. Air hanya dapat menyatu dengan air, demikian pula minyak hanya dapat bersatu dengan minyak. Jika Allah SWT mempunyai perbuatan yaitu Al-Quddus dapatkah tersambung dengan hati ruhani yang kotor, penuh noda dan noktah hitam akibat dari dosa yang kita perbuat? Al-Quddus hanya dapat tersambung dengan hati ruhani yang bersih tanpa noda dan dosa. Demikian pula dengan Af’al (perbuatan) dari Allah SWT yang lainnya, baru dapat tersambung dengan hati ruhani jika hati ruhani manusia telah sama frekuensinya, telah sama gelombangnya, telah memenuhi syarat dan ketentuan  Allah SWT yang berlaku, barulah kita dapat memperoleh apa yang kita minta melalui doa yang kita panjatkan. Untuk itu hati-hatilah di dalam memelihara, merawat serta mempergunakan hati, jangan sampai kotor, jangan sampai ternoda dan jangan pula sampai beku akibat ulah diri kita sendiri.

  

4.    Amal Jahat adalah Dosa Hati. Cermin jika tidak dirawat dan dijaga kebersihannya dari debu, dari noda, dari noktah hitam, yang menempel dipermukaan cermin, maka fungsi dan kegunaan cermin akan terganggu serta tidak dapat maksimal memantulkan cahaya. Ini berarti bahwa debu, noda, noktah yang menempel di permukaan cermin merupakan akibat dari kelalaian kita yang tidak mau menjaga kebersihan cermin. Demikian pula dengan hati ruhani, jika kita lalai di dalam merawat, memelihara, mempergunakan hati atau melakukan perbuatan yang melanggar ketentuan Allah SWT maka hati nurani akan terkena dampak negatif dari kelalain dan perbuatan tersebut, sebagaimana yang dikemukakan oleh Allah SWT dalam firman-Nya berikut ini: Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh orang yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyi kannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (surat Al Baqarah (2) ayat 283).

 

Adapun bentuk kelalaian atau perbuatan yang mengakibatkan dan mempengaruhi hati nurani menjadi kotor antara lain tidak amanat terhadap janji, tidak bertaqwa kepada Allah SWT serta melakukan persaksian palsu. Akibat dari apa yang kita perbuat dan kita lakukan seperti yang kami kemukakan di atas akan mengakibatkan timbulnya dosa atau noktah hitam di dalam hati nurani.

 

Dosa hati merupakan dampak langsung akibat dari perbuatan yang melanggar ketentuan Allah SWT atau  akibat dari kelalaian diri kita merawat hati sehingga hati ruhani menjadi kotor, kelam, tidak suci lagi. Kotornya hati, kelamnya hati, tidak sucinya hati, akan mengakibatkan frekuensi, gelombang, serta pemenuhan syarat dan ketentuan dari Allah SWT dengan diri kita menjadi tidak sesuai lagi atau diri kita sudah berada di luar kehendak Allah SWT. Selanjutnya jika kondisi ini diibaratkan kenikmatan mendengar siaran radio, maka baik buruknya siaran radio yang dipancarkan stasiun pemancar sangat tergantung dengan baik buruknya antena radio yang kita miliki. Sekarang jika kita ingin merasakan nikmatnya bertuhankan kepada Allah SWT maka jagalah selalu hati nurani agar selalu menjadi hati yang mukmin.    


5.  Dosa Mengakibatkan Hati Tertutup. Jika anda ingin memiliki hati nurani yang kotor, kelam, penuh noktah dan noda hitam yang pada akhirnya kita akan selalu berada di dalam koridor nilai-nilai keburukan, caranya sangat mudah dan gampang yaitu lakukanlah perbuatan yang mengakibatkan timbulnya dosa, sebagaimana hadits berikut ini: Nabi SAW bersabda: Sesungguhnya bila seorang hamba melakukan dosa satu kali, maka di dalam hatinya timbul satu titik noda hitam. Apabila ia berhenti dari perbuatan dosanya dan memohon ampun serta bertobat, maka bersihlah hatinya. Jika ia kembali berbuat dosa,maka bertambahlah hitamnya titik nodanya itu sampai memenuhi hatinya. (Hadits Riwayat Ahmad, Ath Thirmidzi, Ibnu Majah, Nasa’i, Ibnu Hibban dan Hakim)

 

Timbulnya dosa akan mengakibatkan titik-titik noda hitam di dalam hati nurani sehingga kondisi hati nurani akan menjadi tertutup oleh titik-titik noda hitam yang pada akhirnya akan menjadikan hati nurani gelap atau hati nurani menjadi tertutup, hasil akhirnya tertutup pula hubungan kita dengan Allah SWT. Allah SWT berfirman: “Dan apakah belum jelas bagi orang-orang yang mempusakai suatu negeri sesudah (lenyap) penduduknya, bahwa kalau Kami menghendaki tentu Kami azab mereka karena dosa-dosanya; dan Kami kunci mati hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar (pelajaran lagi)? (surat Al A’raaf (7) ayat 100).” Tertutupnya hati nurani akan mengakibatkan fungsi hati nurani menjadi terganggu, lalu apa yang terjadi dengan manusia? Jika hati nurani manusia merupakan tempat diletakkannya perasaan, maka setelah hati nurani tertutup maka manusia akan kehilangan perasaan atau menjadikan manusia tidak mempunyai perasaan lagi. Manusia yang sudah tidak memiliki perasaan atau manusia yang telah terganggu perasaannya, biasanya ia tidak dapat lagi membedakan mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk atau sudah tidak dapat merasakan kesedihan yang di alami oleh orang lain atau hilangnya rasa welas asih kepada sesama manusia, akhirnya pulangnya ke Neraka.

 

6.  Hati Dipengaruhi oleh Lingkungan. Lingkungan yang dihadapi oleh manusia dapat dibedakan menjadi 2(dua) yaitu lingkungan mikro (lingkungan kecil) ataupun lingkungan makro (lingkungan besar). Adanya lingkungan mikro dan lingkungan makro akan mempengaruhi keadaan dan kondisi jasmani dan ruh manusia. Jika jasmani  dipengaruhi oleh lingkungan baik mikro dan makro maka hati jasmani akan terpengaruh oleh lingkungan tersebut, demikian pula jika ruh yang dipengaruhi oleh lingkungan baik mikro dan makro maka hati nurani akan dipengaruhi pula oleh lingkungan tersebut, sebagaimana dicontohkan oleh Allah SWT melalui firman-Nya berikut ini: “Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah). (surat Al Qashash (28) ayat 10)

 

Adanya kondisi yang kami sebutkan diatas, maka kita harus mewaspadai dan memperhatikan kondisi lingkungan hidup yang kita hadapi sehingga jika terjadi pengaruh negatif dari lingkungan kita dapat melakukan tindakan preventif atau melakukan tindakan pencegahan jika terjadi sesuatu kepada diri, anak dan keluarga kita. Jika kita sampai terbawa oleh arus negatif dari lingkungan seperti narkoba, pornoaksi, maka yang pertama-tama akan merasakan dampak dari perbuatan yang kita lakukan adalah hati nurani. Hati nurani menjadi rusak, menjadi gelap yang pada gilirannya akan membawa manusia ke jalan kegelapan. Akan tetapi jika manusia dapat melawan pengaruh negatif dari lingkungan dengan keteguhan, disinilah Allah SWT akan memberikan bantuan dan lindungan-Nya kepada manusia yang berhasil melawan pengaruh negatif lingkungan. Jika Allah SWT sudah turun tangan atau turut serta membantu semuanya akan beres, semuanya akan berhasil dengan penuh kemenangan.

 

7.   Hati Selalu Mencari Ridha Allah SWT. Perasaan yang ada di dalam hati nurani manusia merupakan anugerah Allah SWT kepada setiap manusia. Timbul pertanyaan, apakah yang berasal dari Allah SWT itu jelek, tidak berguna, tidak bermanfaat? Sesuatu yang berasal dari  Allah SWT pasti baik, pasti berguna, pasti bermanfaat sehingga tidak ada sedikitpun keburukan yang melekat di dalam pemberian tersebut. Setelah perasaan diberikan dan diletakkan oleh Allah SWT di dalam hati nurani manusia maka baik buruknya perasaan sudah tidak tergantung lagi kepada Allah SWT atau sudah bukan menjadi tanggung jawab Allah SWT lagi melainkan sudah menjadi tanggung jawab manusia.

 

Hal yang harus kita perhatikan adalah perasaan yang telah diberikan oleh Allah SWT bukanlah barang gratisan yang dapat dipergunakan seenak-enaknya saja. Akan tetapi akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah SWT. Untuk itu manusia perlu menjaga, perlu memelihara, perlu mempergunakan hati nurani (dan juga perasaan) sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku dari Allah SWT. Allah SWT berfirman: Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasul menyeru kamu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. Dan sesungguhnya Dia telah mengambil perjanjianmu jika kamu adalah orang-orang yang beriman.” (surat Al Hadiid (57) ayat 8)

 

Semakin baik kita menjaga, merawat dan mempergunakan hati nurani maka semakin baik hubungan kita dengan Allah SWT dan jika hubungan kita makin baik maka hati nurani akan selalu mencari ridha Allah SWT atau hati nurani akan selalu memerlukan serta mendambakan keridhaan Allah SWT dari waktu ke waktu. Jika keridhaan Allah SWT sudah menjadi kebutuhan bagi hati nurani, langkah berikutnya adalah pertahankan terus kondisi ini dari waktu ke waktu dan jika kita berhasil maka kita dapat sukses menjadi abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi yang sesuai dengan kehendak Allah.

  

8.  Mendapat Rahmat Hati Menjadi Lembut. Tinggi rendahnya tingkat kesesuaian frekuensi dan gelombang dari diri kita dengan pancaran dan siaran Allah SWT melalui kekuasaan, pengawasan serta pengawasan yang dilakukan oleh Allah SWT kepada seluruh makhluknya, akan mempengaruhi tingkat kesehatan, tingkat kelembutan, tingkat ketenangan serta tingginya cahaya hati nurani, demikian pula sebaliknya, sebagaimana firman Allah SWT berikut ini: “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) AlQuran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendakiNya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya. (surat Az Zumar (39) ayat 23)

 

Jika kita ingin memperoleh hati nurani yang lembut atau jika kita ingin memperoleh ketenangan bathin maka sesuaikanlah terus frekuensi dan gelombang diri kita dengan  Allah SWT kapanpun, dimanapun dan dalam kondisi apapun. Jika Allah SWT adalah Al-Quddus (Maha Suci) maka kitapun harus sesuai dengan kondisi dan keadaan dari Al-Quddus yang dimiliki oleh Allah SWT, demikian pula jika Allah SWT adalah Ar Rahiem (Maha Penyayang) maka kitapun harus memberikan rasa kasih sayang kepada sesama saat hidup di muka bumi yang diciptakan oleh Allah SWT.

 

Lalu bagaimana jika Allah SWT adalah Al-Adlu (Maha Adil) maka kitapun harus berlaku adil pula baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain.Apabila kita dapat menyesuaikan diri kita dengan seluruh perbuatan (af’al) yang dimiliki oleh Allah SWT maka tingkat kelembutan, tingkat kesehatan serta tingkat ketenangan hati dapat kita rasakan dan nikmati serta manfaat dari itu semua dapat pula dinikmati atau dirasakan oleh orang banyak.

 

9.    Yang Menjadi Musyrik adalah Hati. Hati nurani adalah penerima dari segala amal perbuatan manusia, apakah itu amal kebaikan maupun amal kejahatan. Jika amal baik dilakukan oleh manusia maka hati manusia menjadi cerah, bersinar sedangkan jika amal buruk yang dilakukan oleh manusia maka hati menjadi hitam, kelam penuh noktah dan noda. Adanya kondisi ini di dalam hati manusia maka dapat dikatakan bahwa hati adalah sentral dari jati diri manusia (maksudnya adalah hati ruhani adalah pusat dari jati diri manusia yang sesungguhnya). Sebagaimana dikemukakan dalam firmanNya berikut ini: “Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkat bukit (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): “Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah”. Mereka menjawab: “Kami mendengarkan tetapi tidak menta’ati”. Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi karena kekafirannya. Katakanlah: “Amat jahat perbuatan yang diperintahkan imanmu kepadamu jika betul kamu beriman (kepada Taurat). (surat Al Baqarah (2) ayat 93).

 

Baik buruknya kondisi manusia akan terlihat dari baik dan buruknya kondisi hati ruhaninya. Jika manusia berbuat musyrik maka hatipun akan menjadi musyrik pula dan jika manusia berbuat syirik maka hatipun akan syirik pula. Semakin tinggi tingkat kemusyrikan dan tingkat kesyirikan yang dilakukan oleh manusia maka hatipun akan mengikuti pula keadaan tersebut demikian pula sebaliknya. Adanya kondisi ini maka hati dapat dikatakan sebagai  cermin dari perbuatan yang manusia lakukan. Dan sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi, kondisi yang manakah hati ruhani kita, apakah yang mencerminkan nilai-nilai kebaikan yang lebih banyak ataukah yang mencerminkan nilai-nilai keburukan yang lebih banyak? Harapan kami adalah nilai-nilai kebaikan yang berasal dari nilai-nilai ilahiah merupakan komponen terbesar yang terdapat di dalam hati nurani diri kita sehingga kita mampu selalu sesuai dengan kehendak Allah SWT. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar