Khusyu’ zhahir akan mengikuti khusyu’ bathin,
setiap kali seorang hamba khusyu’ dalam jiwanya hal tersebut akan membawanya
menjadi tenang dalam ketaatan dan kepatuhan, perlahan lahan dalam berucap,
membaca dan berdoa, maka jasad dan semua anggota tubuhnya akan menjadi khusyu’
karena mengikuti kekhusyu’an hatinya. Ia berpindah dari satu rukun ke rukun
yang lain dengan tenang sehingga ia merasakan ketenangan dalam jiwanya di saat
ia melakukan perpindahan, bahkan suaranya pun akan terpengaruh karena
kekhusyu’an. Ketika ia membaca, ia membaca bacaan dengan bacaan yang sangat
baik sehingga kekhusyu’an itu bisa diketahui dari suaranya dan orang yang
mendengar bacaannya akan mengetahui bahwa ia adalah orang yang takut kepada
Allah SWT.
Pengaruh khusyu’ juga tampak pada tubuh
seseorang, bisa jadi tubuhnya akan bergetar karena takut kepada Allah dan
matanya akan berlinangan air mata. Untuk itu perhatikan dengan seksama surat Az
Zumar (39) ayat 23 berikut ini: “Allah
telah menurunkan Perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu
ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang [1312], gemetar karenanya kulit orang-orang
yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di
waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki
siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak
ada baginya seorang pemimpinpun.”
[1312]
Maksud berulang-ulang di sini ialah hukum-hukum, pelajaran dan kisah-kisah itu
diulang-ulang menyebutnya dalam Al Quran supaya lebih kuat pengaruhnya dan
lebih meresap. sebahagian ahli tafsir mengatakan bahwa Maksudnya itu ialah
bahwa ayat-ayat Al Quran itu diulang-ulang membacanya seperti tersebut dalam
mukaddimah surat Al Faatihah.
Seseorang yang khusyu’ hampir tidak
memperhatikan hal-hal lain seperti sibuk memper-baiki pakaian sesaat waktu
berdiri setelah sujud seolah olah di depannya ada cermin; sibuk melebarkan
bentangan kaki untuk ditempelkan ke kaki kiri jamaah yang berada di kanannya
setelah berdiri dari sujud. Yang pasti orang yang khusyu’ ia tidak akan merasa
lelah dan sakit dan tidak sibuk dengan hal hal tersebut. Adanya kekhusyu’an
akan membantu dia untuk berlama-lama
dalam melaksanakan ibadah shalat.
Sebaliknya orang yang merasa berat dalam
melaksanakan shalat mungkin ia akan tergesa- gesa sehingga ia tidak merasa
tenang dalam setiap rukun yang merupakan syarat kesempurnaan shalat, seperti
yang dijelaskan dalam sebuah hadits ketika Rasulullah SAW memerintahkan
seseorang untuk mengulangi shalatnya dan memerintahkannya untuk thuma’ninah dalam
setiap rukunnya karena shalatnya yang pertama dilakukan dengan terburu buru.
Merasa berat dalam melaksanakan shalat bisa
terlihat dari cara meletakkan tangan di bawah perut dan tidak meletakkan tangan
kanan di atas tangan kiri dengan baik, bersandar dengan kedua sikunya ketika
sujud, dan tidak melebarkan jarak antara dua sisi, atau dengan melakukan banyak
gerakan dalam shalat dan pandangan yang tidak fokus ke kiri dan ke kanan. Semua
itu bagian dari kemalasan dan menunjukkan ketidakkhusyu’an serta menyalahi
sunnah. Nabi Muhammad SAW telah memerintahkan untuk bersikap tenang dalam
melaksanakan shalat, beliau bersabda: “Bersikap tenanglah dalam shalat.”
Berat dalam melaksanakan shalat juga menjadikan
seseorang berat untuk shalat di belakan imam (shalat berjamaah) yang melakukan
shalat dengan tuma’ninah. Karena orang orang munafik merupakan orang yang
paling keras hatinya maka ibadah shalat adalah hal yang paling berat bagi
mereka. Allah SWT berfirman:“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu
Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka[364]. dan apabila mereka berdiri
untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya[365] (dengan
shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit
sekali[366]. (surat An Nisaa’ (4) ayat 142)
[364]
Maksudnya: Alah membiarkan mereka dalam pengakuan beriman, sebab itu mereka
dilayani sebagai melayani Para mukmin. dalam pada itu Allah telah menyediakan
neraka buat mereka sebagai pembalasan tipuan mereka itu.
[365]
Riya Ialah: melakukan sesuatu amal tidak untuk keridhaan Allah tetapi untuk
mencari pujian atau popularitas di masyarakat.
[366]
Maksudnya: mereka sembahyang hanyalah sekali-sekali saja, Yaitu bila mereka
berada di hadapan orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar