Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Sabtu, 18 Mei 2024

PENAMPILAN ORANG YANG BERJIWA FUJUR (PART 1 of 2)

 

Ketika dalam otak (pikiran) seseorang tercetus pikiran negatif terhadap sesuatu hal, atau adanya keinginan berbuat kejahatan dan kecurangan maka pada saat  itu  juga partikel- partikel kimia atau cairan yang ada dalam otak langsung bergerak dan berpendar. Gerakan itu menggeser partikel yang ada di sebelahnya. Itu terjadi karena di dalam diri kita (pikiran) dan di alam ini tidak ada ruang kosong, semua sudah terisi oleh partikel partikel yang sangat rapat.

 

Pergerakan kecil yang terjadi pada otak (pikiran) akan mengakibatkan gerakan berantai yang akan menimbulkan gelombang, dan pada akhirnya mengeluarkan aura negatif, pikiran jelek, hanya mementingkan urusan jangka pendek, lalu terjadilah aktifitas atau perbuatan yang tercela. Inilah yang terjadi pada orang orang yang berjiwa fujur.

 

Lain halnya bagi orang orang yang berjiwa muthmainnah, kondisi yang kami kemukakan di atas ini tidak terjadi dikarenakan sewaktu timbul godaan, rayuan, pikiran kotor, yang dihadapinya tidak diserahkan kepada pikiran, melainkan diserahkan kepada hati nurani, sehingga hati nurani mengambil prosesnya yang dihadapi oleh manusia. Adanya peran hati nurani di dalam menghadapi godaan, rayuan, pikiran kotor, maka nilai nilai keburukan yang dibawa oleh jasmani dapat dihindari, atau bahkan bisa hilang dalam diri tergantikan dengan  kebaikan yang berasal dari nilai nilai kebaikan.

 

Sedangkan bagi orang orang yang berjiwa fujur, proses menghadapi persoalan hidup hanya mengandalkan pikiran (otak) semata tanpa melibatkan peran hati nuraninya, akhirnya bukan jalan kebaikan yang di dapat melainkan jalan keburukan yang nampak karena pikiran (otak) tanpa peran hati nurani lebih mudah untuk diintervensi oleh syaitan sedangkan hati nurani tidak. Akibat yang ditimbulkan dari tidak dilibatkannya hati nurani di dalam menghadapi persoalan hidup dan kehidupan, mengakibatkan perilaku, tabiat, perbuatan, penampilan seseorang menjadi tidak sesuai dengan nilai nilai kebaikan yang dikehendaki Allah SWT.

 

Berikut ini akan kami sampaikan beberapa bentuk  tabiat, perilaku ataupun penampilan dari orang orang yang berjiwa fujur, yang hanya mengandalkan pikiran (otak) semata tanpa pernah melibatkan hati nurani, yaitu:

 

A.  MAMPU MENJADIKAN SESEORANG MENJADI PEMBUNUH (PERISTIWA QABIL MEMBUNUH SAUDARANYA HABIL).

 

Tabiat, perilaku ataupun bentuk penampilan dari orang yang berjiwa fujur akan kami kemukakan sesuai dengan firman Allah SWT berikut ini:

 

“Ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam, ketika kedunya mempersembahkan kurban, maka (kurban) salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan dari yang lain (Qabil) tidak diteriman. Dia (Qabil) berkata, “Sungguh, aku pasti membunuhmu!’ Dia (Habil) berkata: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertaqwa. Sungguh, jika engkau (Qabil) menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Aku takut kepada Allah, Tuhan seluruh alam. Sesungguhnya aku ingin ahgar engkau kembali dengan membawa dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka engkau akan menjadi penghuni neraka; dan itulah balasan bagi orang orang yang zalim. Maka nafsu (Qabil) mendorongnya untuk membunuh saudaranya, kemudian dia pun (benar benar) membunuhnya, maka jadilah ia termasuk orang yang rugi. (surat Al Maaidah (5) ayat 27, 28, 29, 30).”

Ayat di atas ini mengemukakan bahwa Allah SWT telah mengabadikan sebuah peristiwa pembunuhan yang pertama kali terjadi di muka bumi ini, yaitu peristiwa Qabil membunuh saudara kandungnya sendiri yang bernama Habil.

 

Peristiwa pembunuhan ini terjadi karena Qabil telah memperturutkan ahwa (hawa nafsu) nya akibat dilarang menikah dengan saudara kembarnya sendiri. Akhirnya terjadilah peristiwa yang sangat luar biasa kejam yaitu saudara kandung membunuh saudara kandungnya sendiri hanya karena ketidaksukaannya untuk menikah dengan saudara kembar dari Habil. Adanya peristiwa pembunuhan Habil oleh Qabil menunjukkan bahwa orang yang memperturutkan ahwa (hawa nafsu)nya mampu bertindak diluar batas kepatutan dan kepantasan yang berlaku.

 

Allah SWT mengabadikan peristiwa pembunuhan yang pertama kali terjadi bukan tanpa maksud dan tujuan, melainkan ingin menunjukkan kepada kita semua, terutama kepada umat manusia, jangan pernah sekalipun memperturutkan ahwa (hawa nafsu) karena semua hal yang tidak mungkin terjadi bisa terjadi karena faktor memperturutkan ahwa (hawa nafsu) yang bersifat menyesatkan lagi menyengsarakan akhirnya.

 

Bayangkan saat peristiwa pembunuhan Habil terjadi, penduduk muka bumi saat itu masih sangat sedikit jumlahnya, namun akibat terpengaruh ahwa (hawa nafsu) nya Qabil dengan sangat teganya membunuh saudara kandungnya sendiri. Allah SWT selaku pencipta dan pemilik dari rencana besar kekhalifahan di muka bumi sudah mengingatkan kepada seluruh umat manusia, agar diri kita tidak mengikuti atau terpengaruh atau memperturutkan ahwa (hawa nafsu) karena sangat berbahaya dan akhirnya menggagalkan usaha manusia untuk masuk ke dalam syurga karena kondisi manusia sudah tidak lagi sesuai dengan kehendak Allah SWT.

 

B.      RUSAKNYA CIPTAAN ALLAH SWT DI MUKA BUMI.

 

Akibat dari memperturutkan ahwa (hawa nafsu) adalah banyaknya orang-orang yang  membuat langit, bumi beserta isinya hancur, rusak, punah atau binasa. Ini semua terjadi akibat adanya manusia-manusia yang tidak mengindahkan perintah dan larangan Allah SWT selaku pencipta dan pemilik alam semesta ini. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Allah SWT dalam  surat Al Mu’minuun (23) ayat 71 berikut ini: Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu”.  

 

Lihatlah hutan yang semakin gundul, lihatlah kerusakan lingkungan akibat eksplorasi yang mengabaikan amdal, lihatlah flora dan fauna yang telah punah karena hobbi yang tidak berguna, lihatlah sisa-sisa penambangan yang ditinggalkan begitu saja tanpa direstorasi kembali, yang kesemuanya terjadi akibat  keserakahan manusia yang hanya memikirkan keuntungan sesaat, yang hanya mementingkan diri sendiri tanpa memikirkan siapa yang menciptakan itu semua dan tanpa mengindahkan kehendak pencipta-Nya.

 

Apa yang terjadi diatas ini seperti kerusakan langit dan bumi dan juga pertumpahan darah dan lainnya sangat berkesesuaian dengan apa yang dikhawatirkan oleh malaikat saat Allah SWT pertama kali mengemukakan rencana besarNya tentang kekhalifahan di muka bumi. Allah SWT berfirman: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah disana, sedangkan kami bertasbih memujiMu dan menyucikan namaMu? Dia berfirman: “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (surat Al Baqarah (2) ayat 30).”

 

Jika sampai diri kita menjadi pelaku kerusakan alam berarti diri kita sudah gagal melaksanakan tugas sebagai abd’ (hamba)-Nya yang sekalugus khalifah-Nya di muka bumi, dikarenakan tujuan dari diciptakannya manusia di muka bumi adalah untuk menjaga, merawat, memelihara alam serta terciptanya kedamaian dan keteraturan di muka bumi melalui kekhalifahan yang diciptakan Allah SWT.

 

Hal lain yang harus kita perhatikan saat ini adalah bahwa segala keserakahan, tamak, loba tidak akan bisa menjadikan diri kita tetap menjadi makhluk terhormat serta tidak akan bisa pula menghantarkan diri kita pulang kampung ke tempat yang terhormat dengan cara yang terhormat. Sudahkah kita memahaminya.!

 

C.     SULIT MENERIMA AJAKAN KEBAIKAN.

 

Tabiat, perangai dan perilaku dari orang orang yang berjiwa fujur, apakah itu jiwa hewani, jiwa amarah ataupun jiwa mushawwilah akan sulit memahami dan bahkan tidak mau menerima pernyataan yang mengajak kepada kebaikan. Inilah salah satu perilaku orang yang berjiwa fujur adalah selalu menolak kebaikan, atau akan sulit menerima sebuah kebenaran walaupun telah datang petunjuk yang benar dihadapan mereka langsung. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya berikut ini: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu (surat Al Baqarah (2) ayat 120)”. 

 

Ingat, orang yang berjiwa fujur adalah orang yang masih munafik terhadap dirinya  sendiri. Munafik karena hatinya meyakini tapi raganya tak mau mengikuti, nuraninya mengimani tapi jasadnya mengingkari, karena pendengaran, penglihatan, dan perasaan (af’idah) serta iradat yang mereka miliki telah dijajah (dipengaruhi) oleh ahwa (hawa nafsu). Sehingga yang ada hanyalah nilai nilai keburukan melalui merasa dirinya saja yang benar orang lain salah sehingga mereka sesuai dengan kehendak syaitan melalui program memandang indah perbuatan buruk. Akhirnya mereka merasa dirinya hebat, dibandingkan dengan Nabi dan RasulNya dan bahkan merasa sudah tidak membutuhkan Allah SWT lagi.

 

Sebagai makhluk terhormat, tentu kita tidak bisa melanggar ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Untuk itu sebelum kita bertindak dan berbuat sesuatu, pikirkanlah segala sesuatunya dengan cermat. Jika kita berharap untuk memperoleh kebaikan tidak akan bisa diperoleh melalui jalan keburukan. Dikarenakan sesuatu yang bersifat keburukan tidak akan dapat menghasilkan sesuatu yang bersifat kebaikan sebab keduanya saling bertolak belakang. Untuk mendapatkan atau menghasilkan sesuatu yang baik harus di mulai dari niat yang baik melalui  proses yang baik pula. Hal ini dikarenakan ukuran dan parameter dari kebaikan yang kita lakukan bukanlah parameter dari diri kita sendiri, akan tetapi parameter yang dari sisi Allah SWT.

 

Jika di dalam diri manusia sudah tidak mempunyai serta tidak mengakui adanya kebaikan, mungkinkah manusia tersebut dapat memperoleh dan menghasilkan sebuah kebaikan? Jika apa yang kami kemukakan di atas merupakan parameter dari ketetapan Allah SWT untuk memperoleh kebaikan, sekarang bisakah, mampukah, berhasilkah manusia memperoleh dan mendapatkan kebaikan dan kesuksesan hidup melalui jiwa fujur, atau menjadikan jiwa fujur sebagai alat bantu saat diri kita hidup di dunia? Jawabannya bisa berhasil, tetapi di dalam koridor nilai nilai syaitaniyah yang menghantarkan kita ke neraka.

 

Selain menolak kebaikan, orang orang yang berjiwa fujur, mereka juga menolak kebenaran walaupun bukti bukti kebenaran itu sudah mereka saksikan langsung. Berdasarkan surat An Nisaa’ (4) ayat 27 berikut ini: Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran)”. orang yang selalu memperturutkan kepentingan ahwanya paling suka menolak kebenaran sehingga acuan dasar tindakan yang dilakukannya selalu berada di dalam koridor nilai-nilai keburukan yang dikehendaki syaitan.

 

Jika sampai kondisi jiwa fujur terjadi pada diri kita berarti cara-cara menipu dengan menolak kebenaran atau memberikan keterangan palsu atau membuat kesaksian palsu, akan lebih sering kita lakukan yang pada akhirnya apa yang kita lakukan atau hasil akhir dari perbuatan kita dapat dipastikan sesuai dengan nilai-nilai Syaitani.

 

Hal ini terjadi karena orang orang tersebut telah mengorbankan Amanah yang 7 dan Hubbul yang 7, sesuatu yang sangat baik yang berasal dari Allah SWT, didayagunakan untuk kepentingan nilai-nilai keburukan dan kejahatan yang dibawa oleh jasmani serta yang dikehendaki oleh syaitan. Selanjutnya hasil akhir dari manusia yang selalu memperturutkan ahwa (hawa nafsu)nya atau manusia yang mengorbankan Amanah yang 7 dan Hubbul yang 7 yang melalui cara-cara yang tidak elegan, tidak jujur, tidak bertanggungjawab, akan dapat  menghantarkan diri mereka kita ke neraka jahannam untuk hidup bertetangga dengan syaitan.

 

D.    BERPERILAKU (DIPERSAMAKAN) SEPERTI ANJING.

 

Yang harus kita ketahui adalah orang orang yang berjiwa fujur dipersamakan dengan anjing oleh Allah SWT.Hal ini berdasarkan surat Al A’raaf  (7) ayat 176 berikut ini, “Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya kami tinggikan (derjat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir”. orang yang telah menjadikan dirinya menjadi jiwa fujur disamakan dengan Anjing oleh Allah SWT.

 

Untuk itu lihatlah anjing, dari sisi negatifnya yaitu “setiap orang dicela dan diolok-olok (maksudnya tuan rumah digonggong, tamu juga digonggong), anjing tak tahu yang baik dan buruk (maksudnya diberi bangkai dimakan, diberi makanan enak dimakan), anjing kemana-mana selalu menjulurkan lidah (maksudnya senang berkeluh kesah, susah berkeluh kesah).” Di lain sisi anjing juga memiliki sifat-sifat positif yaitu “kesetiaan dan amanah”.

 

Sekarang Allah SWT berdasarkan surat Al A'raaf (7) ayat 176 telah menyatakan bahwa orang yang memperturutkan ahwa (hawa nafsu)nya disamakan dengan anjing. Timbul pertanyaan, jika manusia disamakan dengan anjing, sisi manakah dari anjing yang disamakan dengan manusia, apakah sisi yang negatif ataukah sisi yang positif? Allah SWT menyamakan manusia dengan anjing, bukan dilihat dari sisi positif yang dimiliki oleh anjing melainkan dari sisi negatif dari anjing.

 

Jika ada manusia yang hanya dapat memberi komentar tanpa dapat memberi solusi, jika manusia hanya melihat kejelekan seseorang tanpa bisa melihat kebaikan seseorang, jika manusia hanya bisa mencela tanpa dapat melihat kebaikan seseorang, jika manusia hanya mampu memberikan opini miring tanpa melihat masalah secara seutuhnya, jika manusia hanya selalu berburuk sangka kepada siapapun tanpa mau tahu apa latarbelakang dari itu semua, itulah sisi buruk dari anjing yang dipakai oleh manusia akibat dari penguasaan Amanah yang 7 dan Hubbul yang 7 untuk kepentingan jasmani, atau karena jiwanya telah menjadi jiwa fujur.  

 

Sekarang siapakah yang meniru, apakah anjing yang meniru manusia, ataukah manusia yang meniru anjing? Yang pasti anjing  tidak meniru manusia, akan tetapi manusialah yang meniru anjing. Jika ini yang terjadi, jadi siapakah yang lebih hebat, manusiakah atau anjingkah? Mudah-mudahan hal ini tidak terjadi pada diri kita, dan juga pada anak dan keturunan kita selama lamanya.

 

Untuk itu coba kita renungkan kenapa Allah SWT menyamakan manusia dengan anjing, padahal awalnya manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang terhormat yang mampu menjadi menjadi perpanjangan tangan Allah SWT di muka bumi? Jika pencipta dan penggagas dari manusia sudah seperti itu penilaiannya kepada ciptaannya sendiri yang telah diangkat menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi, berarti manusia tersebut sudah keluar dari konsep awal penciptaan manusia atau ada sesuatu yang salah di dalam diri manusia tersebut.

 

E.      HATINYA DIKUNCI OLEH ALLAH SWT.

 

Yang juga harus kita ketahui adalah orang orang yang berjiwa fujur, hatinya dikunci oleh Allah SWT. Hal ini berdasarkan surat Muhammad (47) ayat 16 berikut ini: “Dan diantara mereka ada orang yang mendengarkan perkataanmu sehingga apa bila mereka ke luar dari sisimu mereka berkata kepada orang yang telah diberi ilmu pengetahuan (sahabat-sahabat Nabi): “Apakah yang dikatakannya tadi?” Mereka itulah orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka”. Apa maksudunya?

 

Setiap manusia tanpa terkecuali telah diberikan oleh Allah SWT apa yang dinamakan dengan perasaan (af’idah) yang diletakkan di dalam hati nurani. Adanya perasaan yang ada di dalam hati nurani, maka kita dapat merasakan rasa sedih ataupun gembira ataupun kecewa. Dan melalui perasaan kita dapat juga mengungkapkan rasa syukur atau rasa penyesalan atas apa-apa yang telah kita perbuat.

 

Sekarang perasaan (af’idah) ini telah dikunci, dicabut, dihilangkan oleh Allah SWT apa yang dapat kita rasakan? Dapatkah kita menangis setelah merasakan kesedihan atau mengungkapkan rasa syukur atau dapatkah kita tertawa setelah merasakan kebahagiaan atau setelah bergurau?

 

Selain daripada itu, jika sampai Allah SWT menutup hati nurani kita berarti kita tidak akan dapat berkomunikasi dengan Allah SWT, kita tidak akan dapat merasakan kebesaran Allah SWT, kita tidak dapat merasakan nikmatnya bertuhankan kepada Allah SWT, kitapun tidak merasakan getaran saat menerima pesan pesan baik atau bahkan melihat kematianpun biasa bisa saja.

 

Kenapa hal ini bisa terjadi? Ingat, hanya hati nurani orang mukminlah yang dapat menjangkau Allah SWT. Sebagaimana hadits berikut ini: “Wahai bin Munabbih berkata; Nabi SAW bersabda: Allah ta’ala berfirman: Sesungguhnya langit langit dan bumi tidak berdaya menjangkauKu, namun Aku telah dijangkau oleh hati seorang mukmin. (Hadits Qudsi Riwayat Ahmad; 272:32)”.  Di dalam kehidupan sehari-hari hanya orang yang hilang ingatan atau yang tidak waras atau hanya orang gila saja yang disebut dengan orang tidak mempunyai perasaan.

 

Sekarang jika kita tidak mau kehilangan perasaan yang telah diletakkan oleh Allah SWT di dalam Hati Ruhani maka jangan serahkan atau jangan perturutkan ahwa (hawa nafsu) saat menjadi abd’ (hamba)-Nya yang sekaligus khalifah-Nya di muka bumi, terkecuali jika kita ingin menjadi pengikut syaitan yang ingin merasakan pulang kampung ke Neraka. 

 

Ingat, bahwa orang orang yang telah dikunci hatinya oleh Allah SWT akan memiliki delapan kelemahan yaitu:

 

1.       Orang yang duduk dalam majelis padahal dia bukan ahlinya;

2.       Orang yang berbicara kepada orang yang tidak mendengarnya;

3.       Ikut berbicara di tengah dua orang  yang sedang berbicara dalam urusan yang lain;

4.       Orang yang mencampuri urusan yang bukan wewenangnya;

5.       Orang yang berniat buruk terhadap tuan rumah di rumahnya sendiri;

6.       Orang yang mendatangi resepsi (walimah) tanpa undangan;

7.       Orang yang mengharapkan kebaikan dari lawan lawannya;

8.       Orang yang meremehkan kekuasaan penguasa.

 

Semoga hal ini tidak pernah terjadi pada diri kita, pada keluarga kita, pada anak dan keturunan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar