Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Jumat, 17 Mei 2024

KONDISI DIRI MANUSIA SETELAH RUH DIPERSATUKAN DENGAN JASMANI (PART 2 of 5)


A.     JASMANI  VS  RUH.

 

Hidup adalah masa atau saat masih bersatunya ruh dengan jasmani dan jika saat ini kita masih hidup maka unsur ruh dan jasmani pasti ada di dalam diri kita. Jika unsur jasmani dan unsur ruh masih ada dalam diri kita, maka adakah sifat keduanya dalam diri kita? Selama jasmani dan ruh masih ada dalam diri kita atau selama jasmani belum berpisah dengan ruh, maka sifat ruh dan sifat jasmani pasti ada di dalam diri kita. Seperti apakah sifat jasmani itu? Seperti apakah sifat ruh itu? Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya sifat jasmani cenderung kepada nilai-nilai keburukan  yang berasal dari alam yang sesuai dengan kehendak syaitan. Sedangkan sifat ruh cenderung kepada nilai-nilai kebaikan yang berasal dari nilai-nilai Ilahiah yang sesuai kehendak Allah SWT.

 

Adanya kondisi ini, berarti di dalam diri setiap manusia, termasuk di dalamnya diri kita, pasti ada 2(dua) buah sifat yang saling berlawanan. Dimana yang satu cenderung kepada keburukan dan yang satunya lagi cenderung kepada kebaikan. Jika hal itu sudah ada di dalam diri setiap manusia maka apa yang akan terjadi dalam diri setiap manusia? Apakah akan ada kesesuaian antara sifat jasmani dengan sifat ruh? Apakah akan ada pertarungan sengit antara sifat jasmani dengan sifat ruh? Apakah akan ada perdamaian antara sifat jasmani dengan sifat ruh? Keadaan yang saling bertentangan dan saling berketidaksesuaian antara sifat jasmani dan ruh pasti akan dialami oleh setiap manusia tanpa terkecuali termasuk diri kita, anak keturunan kita, sampai dengan hari kiamat kelak. Apa buktinya? Sekarang mari kita buktikan apakah memang ada pertentangan atau apakah memang ada ketidaksesuaian antara sifat-sifat jasmani dengan sifat-sifat ruh dalam diri kita, untuk itu lihatlah dan perhatikanlah hal-hal sebagai berikut:

 

a.  Pada waktu kita ingin memberikan sedekah sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta ru-piah) untuk kepentingan fakir miskin, apa yang anda rasakan? Di satu sisi anda ikhlas untuk memberikan sedekah, di lain sisi ada bisikan jangan diberikan karena itu terlampau besar jumlahnya. Sekarang, ada ikhlas untuk berbagi dan ada juga pelit bin kikir dalam diri kita, timbul pertanyaan, dari manakah keduanya berasal? Ikhlas berbagi pasti berasal dari sifat alamiah ruh (Nass) sedangkan pelit bin kikir  berasal dari sifat alamiah jasmani (insan).

 

b.    Pada waktu kita ingin mencuri atau mengambil hak orang lain, apa yang akan kita rasakan? Di satu sisi kita takut untuk melakukannya dan di lain sisi ambil saja urusan belakangan. Ada rasa takut dan ada keinginan untuk ambil saja, dari manakah itu asalnya? Rasa takut pasti berasal dari sifat ruh yang mengharamkan untuk mengambil hak orang lain sedangkan ambil saja urusan belakangan berasal dari sifat jasmani yang mau menang sendiri yang didukung oleh syaitan.

Selanjutnya jika kondisi di atas itu terus dan terus terjadi saat diri kita menjadi abd’ (hamba)-Nya yang juga adalah khalifah-Nya di muka bumi, maka di dalam diri manusia akan terjadi pertarungan, atau akan terjadi proses saling pengaruh mempengaruhi, atau terjadi pertan-dingan bebas antara sifat alamiah jasmani dengan sifat alamiah ruh di dalam kehidupan manusia. Jika hal ini telah dan sedang terjadi di dalam setiap diri manusia maka akan ada 3(tiga) kemungkinan hasil akhir dari proses pertentangan atau proses ketidaksesuaian antara sifat jasmani dengan sifat ruh, yaitu :

 

1.  Kemungkinan yang pertama adalah sifat-sifat alamiah jasmani (insan) dapat mempengaruhi (mengalahkan) sifat-sifat alamiah ruh (nass) sehingga sifat-sifat jasmani menjadi sifat manusia yang berarti nilai-nilai keburukan menjadi perilaku manusia. Apa yang terjadi jika jasmani menang atas ruh, yang jelas jasmani yang mempunyai sifat-sifat seperti diciptakan dalam keadaan lemah, selalu tergesa-gesa atau tidak sabaran, selalu keluh kesah, kikir, suka memperbudak satu sama lain dan selalu dalam kerugian dapat mengalahkan sifat-sifat Ilahiah dari ruhani  yang berasal dari sibghah perbuatan (af’al) Allah SWT sehingga nilai-nilai Ilahiah dapat dikalahkan atau dikuasai oleh nilai-nilai keburukan. Adanya kondisi di atas akan menimbulkan dampak sebagai berikut:

 

a.   Manusia menjadi pelit bin kikir yang selalu mementingkan diri sendiri padahal Allah SWT memerintahkan manusia untuk selalu berbagi kepada sesama dan saling tolong menolong. Jika setiap diri melakukan hal ini, bagaimana jika masyarakat luas yang melakukannya?

b. Manusia menjadi tidak sabaran dan selalu tergesa-gesa padahal Allah SWT memerintahkan untuk selalu teliti, sabar dan telaten sebelum mengambil sebuah tindakan.

c.  Manusia selalu berkeluh kesah tiada berhenti, diberi sedikit ngomel dan diberi kurang marah, padahal Allah SWT memerintahkan untuk selalu bersyukur serta manusia menjadi sombong, tinggi hati, merasa jagoan, padahal Allah SWT memerintahkan untuk selalu rendah hati.  

 

Apakah hanya itu saja dampak dari berkuasanya jasmani atas ruhani atau dampak dari sifat jasmani mengalahkan sifat ruhani? Berkuasanya jasmani atas ruh bukan saja berdampak kepada hubungan dengan sesama manusia, yang akan terlihat dari tingkah laku manusia tersebut di luar kepatutan dan kepantasan. Akan tetapi juga berdampak kepada hubungan manusia dengan Allah SWT serta akan  dapat menurunkan kualitas dari ruh manusia itu sendiri.  

 

Berikut ini akan kami kemukakan dampak negatif dari berkuasanya jasmani atas ruh dalam konteks hubungan antar sesama manusia, yaitu (1) akan menimbulkan dan menumbuhkan manusia yang dzalim yang selalu memperbudak manusia; (2) hilangnya rasa welas asih, kejam dan tidak mempunyai peri kemanusian; (3) siapa kuat ia dapat; (4) yang lemah makin terpuruk;  (5) yang kaya dan kuat makin kaya dan berkuasa.

 

Sedangkan dalam konteks hubungan manusia dengan Allah SWT, berkuasanya jasmani atas ruh maka: (1) manusia akan selalu berburuk sangka kepada Allah SWT; (2) selalu Bermaksiat Terus Menerus; (3) suka memperolok-olok Nabi dan Rasul; (4) tidak mau mensyukuri nikmat Allah SWT dan menjadi Thagut; (5) suka menghambur hamburkan waktu untuk kegiatan yang tidak produktif. Hal lainnya yang harus menjadi perhatian kita adalah jika jasmani berkuasa atas ruh maka kualitas ruh akan turun atau ruh mengalami penurunan kualitas atau ruh mengalami degadrasi kualitas kefitrahannya akibat dikuasai oleh jasmani.

 

Seperti apakah mutu atau kualitas ruh manusia? Mutu atau kualitas ruh setiap manusia pada waktu awal diberikan atau pertama kali ditiupkan atau pada saat pertama kali disatukan dengan jasmani adalah ruh yang dalam keadaan suci dan murni serta belum terkontaminasi oleh apapun juga karena langsung ditiupkan oleh Allah SWT dan juga sudah:

 

a.    Mengakui Allah SWT adalah Tuhan bagi dirinya;

b.     Mengetahui akan adanya hari Kiamat;

c.  Mengetahui akan adanya rukun iman yang enam dalam satu kesatuan pemahaman dan pengertian;

d.   Mempunyai kemampuan yang sangat hebat yaitu ruh tidak terkendala dengan jarak, ruang dan waktu.

 

Hal ini dibuktikan dengan mampunya Nabi Adam as, Nabi Ibrahim as, Nabi Isa as, dan Nabi Musa as, dalam bentuk ruh tanpa jasmani mengenal Nabi Muhammad SAW pada waktu peristiwa Mi’raj. Akan tetapi setelah ruh dipersatu-kan dengan jasmani atau setelah jasmani mampu menguasai ruh maka kemampuan ruh mengalami penurunan kualitas sehingga tidak mampu lagi seperti sediakala sebagaima-na pertama kali ditiupkan oleh Allah SWT. Sebagai contoh jika jasmani sehat dan ruh sakit, apa yang kita rasakan dalam diri? Maka kita akan merasa malas untuk melakukan sesuatu; berat untuk melakukan sesuatu; motivasi hilang dan seterusnya sehingga apa yang kita lakukan selalu berada di luar koridor nilai-nilai keburukan dan kitapun jauh dari jalan Allah SWT dikarenakan sifat-sifat jasmani yang menjadi perbuatan diri kita.

 

Selain hal-hal yang telah kami sebutkan di atas, jika jasmani menguasai ruh maka dampak dari itu semua akan berpengaruh pula kepada ruh pada waktu ruh berpisah dengan jasmani apakah yang terjadi? Untuk itu perhatikanlah dengan seksama hadits berikut ini: “Dari Abu Hurairah r.a. katanya: “Apabila ruh orang-orang mukmin keluar dari tubuhnya, dua orang malaikat menyambutnya dan menaikkannya ke langit” Kata Hammad. “Karena baunya harum seperti kasturi” Kata penduduk langit, “Ruh yang baik datang dari bumi, Shallallahu ‘alaika (semoga Allah melimpahkan kebahagiaan kepadamu) dan kepada tubuh tempat engkau bersemayam.” Lalu ruh itu dibawa ke hadapan Tuhannya ‘Azza wa Jalla. Kemudian Allah berfirman, “Bawalah dia ke sidratul muntaha, dan biarkan di sana hingga hari kiamat.” Kata Abu Hurairah selanjutnya, “Apabila ruh orang kafir keluar dari tubuhnya, kata Hammad, berbau busuk dan mendapat makian, maka berkata penduduk langit, “Ruh jahat datang dari bumi.” Lalu diperintahkan, “Bawalah dia ke penjara dan biarkan di sana hingga hari kiamat.”. (Hadits Riwayat Muslim. 2248). Ruh manusia, atau mungkin juga ruh diri kita akan berbau busuk dan mendapat makian dari penduduk syurga yang berbunyi “Ruh jahat datang dari Bumi” dan kemudian di tempatkan oleh Allah SWT ke penjara hingga hari kiamat.

 

Selanjutnya dimanakah posisi ruh diri kita terhadap jasmani pada saat ini, jika saat ini kita berada dalam kondisi jasmani yang masih menguasai ruh, lalu apa yang harus kita lakukan? Langkah yang harus kita lakukan adalah:

 

a. Aktivasilah keimanan kita hanya kepada Allah SWT  dalam kerangka melaksanakan Rukun Iman yang Enam dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Rukun Islam dan Ikhsan;

b.  Isi Baterai kita dengan selalu melaksanakan Ibadah wajib maupun Ibadah sunnah dalam kerangka melaksanakan Diinul Islam secara kaffah (menyeluruh);

c.     Perbanyaklah selalu Saldo Amal Shaleh dalam kerangka Ikhsan.

 

Dan untuk mempertegas apa yang kami kemukakan di atas ini, kami akan memakai istilah di dalam dunia telekomunikasi selular, apa yang dapat kita lakukan jika  kita mempunyai sebuah handphone type terbaru merk yang sangat terkenal, akan tetapi : (1) Kartu perdana atau simcard yang kita miliki tidak pernah di aktivasi dan/atau; (2) Baterai HP tidak pernah di charge atau bahkan lebih parah lagi yaitu baterai yang kita miliki telah soak dan/atau; (3) Saldo pulsa tidak kita miliki atau nihil pulsa. Dengan ketiga kondisi di atas ini, dapatkah kita melakukan hubungan komunikasi baik lokal, SLI, SLJJ, SMS, MMS, Internet, WA, Youtube, Instagram jika kondisi dan keadaan handphone kita seperti yang kami sebutkan di atas? Jangan sampai kita bernasib sama dengan handphone tersebut di atas, kecuali memang kita  sendiri memilih menjadi handphone tersebut.

 

Jika operator selular saja menetapkan adanya syarat dan ketentuan tertentu jika kita ingin mendapatkan fasilitas-fasilitas yang telah disediakan, selanjutnya bagaimana dengan Allah SWT? Allah SWT juga memberikan dan menetapkan syarat dan ketentuan bagi umatnya yang ingin mendapatkan segala fasilitas yang telah Allah SWT janjikan seperti selalu dalam lindungan-Nya, ditolong, dijaga serta dapat bertemu dengan Allah SWT kelak. Sekarang bagaimana kita dapat memperolehnya jika ruh terus dijajah, terus dikalahkan oleh jasmani? Sekarang semuanya terpulang kepada diri kita sendiri, karena diri kitalah yang akan merasakan susah dan senangnya hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak.

 

2.  Kemungkinan yang kedua adalah sifat-sifat alamiah  ruh dapat mengalahkan sifat-sifat jasmani sehingga sifat-sifat alamiah ruh menjadi sifat manusia sehingga ruh  mampu menang mutlak  atas jasmani yang berarti nilai-nilai kebaikan yang berasal dari nilai nilai Ilahiah menjadi perilaku manusia. Apa yang terjadi jika ruh menang atas jasmani, jika hal ini terjadi maka nilai-nilai kebaikan akan selalu tumbuh dan berkembang di dalam diri kita  sebab nilai-nilai kebaikan merupakan Sibghah yang berasal dari perbuatan (af’al) Allah SWT. Hal ini dikarenakan sesuatu yang berasal dari sibghah Allah SWT tidak akan mungkin menghasilkan sesuatu yang buruk, tidak baik, tercela, apalagi  berlawanan dengan ketentuan Allah SWT. Sibghah yang berasal dari perbuatan (af’al) Allah SWT sudah pasti mencerminkan nilai-nilai Ilahiah seperti adanya kasih sayang, toleransi dalam kehidupan, suka tolong menolong, sabar, suka berbagi, pemurah dsb.

 

Lalu apakah hanya itu yang ada di dalam diri kita jika ruh menang atas jasmani? Ada hal lainnya yang terjadi dalam diri kita, apakah itu? Pernahkah anda memperhatikan pada waktu jasmani kita sakit namun ruh kita kuat dan sehat? Rasa sakit yang dialami oleh jasmani dapat hilang atau dapat tidak kita rasakan akibat ruh yang kuat dan sehat. Adanya kondisi ini, sebenarnya apakah yang terjadi pada diri kita? Ruh yang kuat dan sehat dapat mempunyai beberapa fungsi di dalam diri kita, yaitu:

 

a.       ruh yang kuat dan sehat dapat menjadi obat atau penyembuh bagi jasmani;

b.       ruh yang kuat dan sehat dapat menjadi pemacu semangat;

c.       ruh yang kuat dan sehat dapat menjadi motivator untuk kemajuan;

d.       ruh yang kuat dan sehat dapat menjadi pemersatu.

 

Timbul pertanyaan, darimanakah hal itu semua berasal, apakah kemampuan itu ada dengan sendirinya tanpa ada yang mengadakannya? Lalu mampukah ruh berbuat seperti itu tanpa ada yang memberikannya? Allah SWT dalam firman-Nya yang tertulis dalam surat  Al Israa’ (17) ayat 85 berikut ini: “Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”. dengan tegas menyatakan bahwa urusan ruh adalah urusan Allah SWT dan hanya Allah SWT sajalah yang tahu dikarenakan ruh itu sendiri merupakan bagian dari Nur Allah SWT. Selanjutnya jika Ruh asalnya dari Allah SWT mungkinkah ruh memberikan dampak buruk kepada manusia atau mencelakan manusia? Sesuatu yang berasal dari Allah SWT dapat dipastikan tidak akan memberikan keburukan apalagi mencelakakan manusia.

 

Selanjutnya jika saat ini kita masih suka saling berantam, suka saling menghasut, suka saling memfitnah, suka berbuat tidak adil, suka berbuat ingkar janji, suka korupsi, suka menyakiti sesama, suka berbuat kerusakan, suka illegal logging, suka white collar crime, suka nepotisme dan seterusnya dari manakah itu semua atau kemana larinya nilai nilai kebaikan yang telah Allah SWT berikan kepada ruh kita? Jika ini yang terjadi jangan pernah salahkan siapapun jika kita berada di luar kehendak Allah SWT sehingga berada di dalam kehendak syaitan serta tidak pernah merasakan nikmatnya bertuhankan kepada Allah SWT. Selain daripada itu, jika ruh menang atas jasmani maka dampak dari itu semua akan berpengaruh pula kepada ruh pada waktu ruhani berpisah dengan jasmani, lalu apakah yang terjadi dengan ruh?

 

Untuk itu perhatikanlah hadits berikut ini: Dari Abu Hurairah ra,  katanya: “Apabila ruh orang-orang mukmin keluar dari tubuhnya, dua orang malaikat menyambutnya dan menaikkannya ke langit” Kata Hammad. “Karena baunya harum seperti kasturi” Kata penduduk langit, “Ruh yang baik datang dari bumi, Shallallahu ‘alaika (semoga Allah melimpahkan kebahagiaan kepadamu) dan kepada tubuh tempat engkau bersemayam.” Lalu ruh itu dibawa ke hadapan Tuhannya ‘Azza wa Jalla. Kemudian Allah berfirman, “Bawalah dia ke sidratul muntaha, dan biarkan di sana hingga hari kiamat.” Kata Abu Hurairah selanjutnya, “Apabila ruh orang kafir keluar dari tubuhnya, kata Hammad, berbau busuk dan mendapat makian, maka berkata penduduk langit, “Ruh jahat datang dari bumi.” Lalu diperintahkan, “Bawalah dia ke penjara dan biarkan di sana hingga hari kiamat.”. (Hadits Riwayat Muslim. 2248). Berdasarkan hadits ini, ruh akan berbau wangi seperti minyak kasturi dan mendapat pujian dan doa dari penduduk syurga yang berbunyi “ruh yang baik datang dari bumi dan semoga Allah SWT melimpahkan kebahagiaan kepadamu” dan kemudian ditempatkan oleh Allah SWT di Sidratul Muntaha hingga hari kiamat kelak. Harapan kami, semoga kondisi ini dapat kita peroleh, termasuk di dalamnya orang tua kita, mertua kita, suami/istri kita, anak dan keturunan kita semuanya, amiin.

 

3.     Kemungkinan yang ketiga adalah sifat-sifat alamiah ruh hanya menang tipis atas sifat-sifat alamiah Jasmani (kemungkinan seri antara ruh dengan jasmani tidak ada). Apa yang terjadi jika ruhani hanya menang tipis atas jasmani, jika hal ini terjadi maka di dalam diri manusia akan timbul atau masih sering terjadi rasa bimbang atau rasa ragu atau suka terjadi rasa penyesalan atau rasa belum percaya diri atas apa-apa yang kita lakukan baik itu perbuatan di dalam koridor kebaikan ataupun keburukan, dimana kesemuanya ini diakibatkan oleh masih ikut campurnya jasmani di waktu kita mengambil sebuah keputusan atau pekerjaan. Sebagai contoh di waktu kita berniat akan memberi sedekah sebesar Rp.100.000,- (Seratus ribu rupiah) akan timbul peperangan di dalam diri jangan berikan Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah) tetapi berikan saja Rp.10.000,- (sepuluh ribu rupiah).

 

Setelah adanya peperangan di dalam diri akhirnya kita hanya memberikan Rp.10.000,- (sepuluh ribu rupiah) untuk sedekah. Selanjutnya apa yang terjadi di dalam diri orang yang mempunyai kondisi ruh menang tipis atas jasmani? Ruh akan menyesali kenapa tidak diberikan saja Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah) padahal sudah diniatkan sedang-kan jasmani akan merasa senang memberi Rp.10.000,- (sepuluh ribu rupiah) sebab itulah yang sesuai dengan sifatnya yaitu pelit dan kikir. Manusia yang berada di dalam kondisi ruh hanya menang tipis atas jasmani akan sering mengalami hal-hal seperti yang kami sebutkan di atas termasuk di dalamnya jika kita berbuat yang tidak baik atau merugikan orang lain atau menipu orang lain.

 

Timbul pertanyaan, atas dasar apakah timbulnya rasa penyesalan atau rasa bersalah yanga ada di dalam diri? Hal ini dikarenakan diri kita telah mengenal dan tahu mana yang benar dan mana yang salah. Namun dikarenakan tarikan jasmani masih kencang terhadap ruh terjadilah hal-hal yang seharusnya tidak terjadi. Setelah terjadi barulah kita menyesal, kenapa hal itu kita lakukan. Jika hal ini sering terjadi pada diri kita, maka kita harus meningkatkan keimanan kepada Allah SWT, perbanyak saldo amal shaleh serta sering-seringlah berbuat baik kepada sesama sehingga ruhani menjadi menang mutlak dari jasmani. Allah SWT berfirman: “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan kami akan memberikan  balasan kepada orang-orang  yang bersyukur. (surat Ali Imran (3) ayat 145)

 

Setiap manusia tanpa terkecuali tidak akan dapat menghindar dari pengaruh negatif  yang berasal dari jasmani dan juga pengaruh positif yang berasal dari ruh, sekarang apa yang harus kita lakukan sedangkan di lain sisia kita harus tetap  menjadi abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi yang sesuai dengan Kehendak Allah SWT? Untuk menjadi abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya yang baik sesuai dengan kehendak Allah SWT maka kita harus dapat mengendalikan nilai-nilai keburukan yang dibawa oleh jasmani jangan sampai mengalahkan nilai nilai kebaikan yang dibawa oleh ruh. Ruh harus menang melawan jasmani. Ruh harus tetap memimpin jasmani. Jasmani harus tetap di bawah perintah dan kendali ruh. Jika kondisi ini dapat kita pertahankan maka tujuan manusia menjadi abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya di muka bumi sesuai dengan syariat akan tercapai dengan mudah dan dimudahkan oleh Allah SWT. Namun jika kita hanya ingin mendapatkan ganjaran atau keuntungan atau pahala hanya sebatas untuk kepentingan di dunia saja maka kita akan menjadi abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya yang sesuai dengan kehendak syaitan. Hal ini dimungkinkan jika kita melaksanakan atau dengan menjadikan jasmani sebagai pengendali bagi ruh. Akan tetapi jika kita ingin mendapatkan pahala akhirat maka jadikanlah ruh sebagai pengendali bagi jasmani. 

 

Ingat, selama ruh masih bersatu dengan jasmani atau selama diri kita masih hidup di muka bumi ini maka tujuan manusia untuk dijadikan oleh Allah SWT sebagai abd’ (hamba)-Nya yang juga khalifah-Nya masih tetap berlaku sampai ruh tiba dikerongkongan. Adanya kondisi ini berarti kita harus terus berusaha dan berusaha untuk menjadikan diri kita sendiri selalu sesuai dengan kehendak Allah SWT, atau selalu menjadikan diri kita menjadi pemenang sehingga bisa bertemu Allah SWT kelak. Dan jika saat ini anda masih hidup di dunia atau jika ruh kita belum berpisah dengan jasmani, ada sebuah pertanyaan mendasar yang akan kami tanyakan kepada jamaah sekalian, yaitu “Sudah berapa jauhkah kenikmatan yang telah anda dapatkan atau telah anda peroleh dari Bertuhankan kepada Allah SWT dimulai dari semenjak pernyataan Ruh di dalam rahim ibu (lihat kembali surat Al A’raaf (7) ayat 172)  sampai dengan hari ini? Apa yang telah anda peroleh? Apa yang telah anda rasakan? Apa yang telah anda nikmati? Apa yang telah anda lakukan untuk melaksanakan pernyataan untuk bertuhankan hanya kepada Allah SWT atau apakah anda belum pernah memperoleh, merasakan serta menikmati hasil bertuhankan hanya kepada Allah SWT?

 

“Kenikmatan bertuhankan kepada Allah SWT tidak bisa dialihkan,tidak bisa diwariskan, tidak bisa dipindahtangankan walaupun kepada anak dan keturunan kita sendiri.Sekarang bagaimana dengan Kegagalan di dalam melaksanakan bertuhankan kepada Allah SWT? Kegagalan di dalam bertuhankan kepada Allah SWT juga tidak bisa dialihkan, diwariskan, dipindahtangankan walaupun kepada anak dan keturunan kita sendiri.”

 

Jika anda sudah memperoleh atau sudah merasakan atau sudah menikmati hasil dari bertu-hankan hanya kepada Allah SWT, timbul pertanyaan sudah berapa kali kita merasakannya, dan apakah akan terus berharap untuk merasakan itu dari waktu ke waktu selama hayat di kandung badan? Sekarang bagaimana jika anda belum pernah merasakan atau belum pernah memperoleh atau belum pernah menikmati hasil dari bertuhankan hanya kepada Allah SWT? Jika ini yang terjadi berarti anda telah gagal di dalam melaksanakan pernyataan telah beriman kepada Allah SWT atau ada sesuatu yang salah di dalam pelaksanaan Diinul Islam yang kaffah.

 

Selanjutnya walaupun kita telah gagal melaksanakan pernyataan bertuhankan hanya kepada Allah SWT ketahuilah bahwa Allah SWT masih tetap memberikan kesempatan kepada kita untuk melaksanakan pernyataan dimaksud sepanjang ruh belum berpisah dengan jasmani melalui taubatan nasuha sekarang juga. Sekarang tergantung kita sendiri mau menentukan sikap, apakah tetap melaksanakan pernyataan untuk bertuhankan hanya kepada Allah SWT ataukah mengganti Tuhan dari Allah SWT kepada yang lainnnya seperti hawa nafsu, tahta, harta, wanita atau pekerjaan.

 

Setelah diri kita mengetahui dan memahami apa yang terjadi dalam hidup, terutama saat terjadinya apa yang dinamakan dengan pertarungan antara jasmani vs ruh, yang telah kami uraikan di atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar