Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Minggu, 26 Mei 2024

HATI-HATI DENGAN TANDA-TANDA INI

Keimanan  atau Ketaqwaan adalah indikator yang dipergunakan oleh Allah SWT untuk menilai keberhasilan diri kita saat melaksanakan tugas kekhalifahan di muka bumi. Keimanan atau Ketaqwaan yang ada di dalam diri merupakan proses yang tidak datang begitu saja, melainkan proses jangka panjang yang dimulai dari adanya mengenal dan berkenalan dengan Allah SWT.

 

Ingat, semua yang ada di alam semesta ini mutlak ada dalam kekuasaan Allah SWT. Ketika melihat fenomena alam, idealnya kita bisa ingat kepada Allah SWT. Puncak ilmu adalah mengenal Allah  SWT (ma'rifatullah). Kita dikatakan sukses dalam belajar bila dengan belajar itu kita semakin mengenal Allah SWT. Jadi percuma saja sekolah tinggi, luas pengetahuan, gelar prestisius, bila semua itu tidak menjadikan kita makin mengenal Allah SWT. Mengenal Allah SWT adalah aset terbesar. Mengenal Allah SWT akan membuahkan akhlak mulia. Betapa tidak, dengan mengenal Allah SWT kita akan merasa ditatap, didengar, dan diperhatikan selalu. Inilah kenikmatan hidup sebenarnya. Bila demikian, hidup pun jadi terarah, tenang, ringan, dan bahagia. Sebaliknya, saat kita tidak mengenal Allah SWT, hidup kita akan sengsara, terjerumus pada maksiat, tidak tenang dalam hidup, dan sebagainya.

 

Tingkat keimanan atau ketaqwaan dalam diri seseorang tidak bersifat konstan dari waktu ke waktu. Tingkat keimanan atau ketaqwaan dalam diri naik dan turun yang dipengaruhi oleh adanya ganguan yang berasal dari Ahwa dan juga Syaitan. Di lain sisi, saat diri kita hidup di muka bumi ini, tentu kita akan mengalami hal hal yang dipergilirkan oleh Allah SWT, antara lain berupa ujian, cobaan, musibah ataupun tantangan, yang mengakibatkan kita merasa susah atau senang, bahagia atau merana, tertawa atau sedih dan seterusnya yang pada akhirnya bisa mempengaruhi tingkat keimanan diri atau ketaqwaan kita. Dan agar diri kita tidak salah mengambil sikap saat terjadi pergiliran yang bersifat sunnatullah berlaku kepada semua manusia, termasuk kepada diri kita. Ada baiknya kita memper-hatikan dengan seksama 20 (dua puluh) indikator yang berhubungan dengan tingkat keimanan dan ketaqwaan seseorang seperti yang kami kemukakan di bawah ini. 


1.  Ketika Anda sedang melakukan kedurhakaan atau dosa. Berhati-hatilah! Sebab, perbuatan dosa jika dilakukan berkali-kali akan menjadi kebiasaan. Jika sudah menjadi kebiasaan, maka segala keburukan dosa akan hilang dari penglihatan Anda. Akibatnya, Anda akan berani melakukan perbuatan durhaka dan dosa secara terang-terangan. Untuk itu ketahuilah bahwa Rasululllah SAW pernah berkata: “Setiap umatku mendapatkan perlindungan afiat kecuali orang yang terang-terangan. Dan, sesungguhnya termasuk perbuatan terang-terangan jika seseorang melakukan suatu perbuatan pada malam hari, kemudian dia berada pada pagi hari padahal Allah telah menutupinya, namun dia berkata, ‘Hai fulan, tadi malam aku telah berbuat begini dan begini,’ padahal sebelum itu Rabb-nya telah menutupi, namun kemudian dia menyibak sendiri apa yang telah ditutupi Allah dari dirinya.” (Hadits Riwayat Bukhari, 10/486)


Rasulullah saw. Bersabda:“Tidak ada pezina yang di saat berzina dalam keadaan beriman. Tidak ada pencuri yang si saat mencuri dalam keadaan beriman. Begitu pula tidak ada peminum arak di saat meminum dalam keadaan beriman.” (Bukhari, hadits nomor 2295 dan Muslim, hadits nomor 86)

 

2.       Ketika hati Anda terasa begitu keras dan kaku. Sampai-sampai menyaksikan orang mati yang terbujur kaku pun tidak bisa menasihati dan memperlunak hati Anda. Bahkan, ketika ikut mengangkat si mayit dan menguruknya dengan tanah. Hati-hatilah! Jangan sampai Anda termasuk orang yang dimaksud dalam ayat ini. Allah SWT berfirman: “kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. (surat Al Baqarah (2) ayat 74)


3.    Ketika Anda tidak tekun dalam beribadah.Tidak khusyuk dalam shalat. Tidak me-nyimak dalam membaca atau saat dibacakan AlQuran. Melamun dalam doa. Semua ibadah hanya dilakukan sebagai rutinitas belaka dan refleksi hafal karena kebiasaan saja tanpa ada esensi makna hakiki. Tidak berkonsentrasi sama sekali. Beribadah tanpa ruh. Ketahuilah, hadits berikut: “Rasulullah saw. berkata, “Tidak akan diterima doa dari hati yang lalai dan main-main.” (Hadits Riwayat Ath Thirmidzi, hadits nomor 3479)

 

4.   Ketika Anda terasa malas untuk melakukan ketaatan dan ibadah. Bahkan, mere-mehkannya. Tidak memperhatikan shalat di awal waktu. Mengerjakan shalat ketika “injury time” (waktu shalat sudah mau habis). Menunda-nunda pergi haji padahal kesehatan, waktu, dan biaya ada. Menunda-nunda pergi shalat Jum’at dan lebih suka berada di barisan shalat yang paling belakang. Waspadalah jika Anda berprinsip, datang paling belakangan, pulang paling duluan. Ketahuilah, hadits berikut ini: Rasulullah saw. bersabda, “Masih ada saja segolongan orang yang menunda-nunda mengikuti shaff pertama, sehingga Allah pun menunda keberadaan mereka (untuk dikeluarkan dari) dalam neraka.” (Hadits Riwayat Abu Daud, hadits nomor 679)

 

Ingat, Allah SWT juga menyebut sifat malas seperti itu sebagai sifat orang-orang munafik dalam surat An Nisaa’ (4) ayat 142 berikut ini: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka[364]. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya[365] (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali[366]. (surat An Nisaa’ (4) ayat 142)

 

[364] Maksudnya: Alah membiarkan mereka dalam pengakuan beriman, sebab itu mereka dilayani sebagai melayani Para mukmin. dalam pada itu Allah telah menyediakan neraka buat mereka sebagai pembalasan tipuan mereka itu.

[365] Riya Ialah: melakukan sesuatu amal tidak untuk keridhaan Allah tetapi untuk mencari pujian atau popularitas di masyarakat.

[366] Maksudnya: mereka sembahyang hanyalah sekali-sekali saja, Yaitu bila mereka berada di hadapan orang.

 

Jadi, hati-hatilah jika Anda merasa malas melakukan ibadah-ibadah rawatib, tidak antusias melakukan shalat malam, tidak bersegera ke masjid ketika mendengar pang-gilan adzan, enggan mengerjakan shalat dhuha dan shalat sunnah lainnya, atau menunda-nunda pembayara hutang puasa Ramadhan.

 

5. Ketika hati Anda tidak merasa lapang. Dada terasa sesak, perangai beru-bah, merasa sumpek dengan keadaan anda ataupun tingkah laku orang di sekitar Anda. Suka memperkarakan hal-hal kecil lagi remeh-temeh. Ketahuilah, hadits berikut ini: Rasulullah SAW berkata, “Iman itu adalah kesabaran dan kelapangan hati.” (As-Silsilah Ash-Shahihah, nomor 554)

 

6.  Ketika hati Anda tidak tersentuh lagi oleh kandungan ayat-ayat AlQuran. Tidak bergembira terhadap ayat-ayat yang berisi janji-janji Allah SWT. Tidak takut dengan ayat-ayat ancaman. Tidak sigap kala mendengar ayat-ayat perintah. Biasa saja saat membaca ayat-ayat pensifatan kiamat dan neraka. Hati-hatilah, jika Anda merasa bosan dan malas untuk mendengarkan atau membaca Al-Qur’an. Jangan sampai Anda membuka mushhaf, tapi di saat yang sama melalaikan isinya. Ketahuilah, Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman[594] ialah mereka yang bila disebut nama Allah[595] gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.

(surat Al Anfaal (8) ayat 2)

 

[594] Maksudnya: orang yang sempurna imannya.

[595] Dimaksud dengan disebut nama Allah Ialah: menyebut sifat-sifat yang mengagungkan dan memuliakannya.

 

7.  Ketika Anda  melalaikan  Allah SWT dalam  hal  berdzikir dan berdoa kepada-Nya. Sehingga Anda merasa berdzikir adalah pekerjaan yang paling berat. Jika mengangkat tangan untuk berdoa, secepat itu pula Anda menangkupkan tangan dan menyudahinya. Hati-hatilah! Jika hal ini telah menjadi karakter Anda. Sebab, Allah SWT telah mensifati orang-orang munafik dengan firman-Nya, berikut ini: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka[364]. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya[365] (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali[366]. (surat An Nisaa’ (4) ayat 142)

 

[364] Maksudnya: Alah membiarkan mereka dalam pengakuan beriman, sebab itu mereka dilayani sebagai melayani Para mukmin. dalam pada itu Allah telah menyediakan neraka buat mereka sebagai pembalasan tipuan mereka itu.

[365] Riya Ialah: melakukan sesuatu amal tidak untuk keridhaan Allah tetapi untuk mencari pujian atau popularitas di masyarakat.

[366] Maksudnya: mereka sembahyang hanyalah sekali-sekali saja, Yaitu bila mereka berada di hadapan orang.

 

8.  Ketika Anda tidak merasa marah  dan  terusik  terhadap  yang bathil. Ghairah Anda padam ketika menyaksikan dengan mata kepala sendiri pelanggaran terhadap hal-hal yang diharamkan Allah SWT. Anggota tubuh Anda tidak tergerak untuk melakukan nahi munkar. Bahkan, raut muka Anda pun tidak berubah sama sekali. Ingatlah, pesan Rasulullah SAW: ““Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah kemungkaran itu dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Kalau tidak sanggup, maka dengan hatinya, dan ini adalah selemah-lemahnya iman.” (Bukhari, hadits nomor 903 dan Muslim, hadits nomor 70)

 

9.  Ketika Anda gila hormat dan suka publikasi. Gila kedudukan, selalu ingin tampil sebagai pemimpin tanpa diikuti dengan kemampuan dan tanggung jawab. Suka menyuruh orang lain berdiri ketika dia datang, hanya untuk mengenyangkan jiwa yang sakit karena begitu gandrung diagung-agungkan orang. Allah SWT berfirman: “dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (surat Luqman (31) ayat 18)

 

Untuk itu berhati hatilah, lalu ingat 2 (dua) buah pesan Rasulullah berikut ini: “Sesungguhnya kamu sekalian akan berhasrat mendapatkan kepemimpinan, dan hal itu akan menjadikan penyesalan pada hari kiamat. Maka alangkah baiknya yang pertama dan alangkah buruknya yang terakhir.” (Bukhari, nomor 6729)


“Jika kamu sekalian menghendaki, akan kukabarkan kepadamu tentang kepemimpinan dan apa kepemimpinan itu. Pada awalnya ia adalah cela, keduanya ia adalah penyesalan, dan ketiganya ia adalah azab hari kiamat, kecuali orang yang adil.” (Shahihul Jami, 1420).


Untuk orang yang tidak tahu malu seperti ini, perlu diingatkan dengan 2 (dua) buah hadits  dibawah ini:  

 

“Iman mempunyai tujuh puluh lebih, atau enam puluh lebih cabang. Yang paling utama adalah ucapan ‘Laa ilaaha illallah’, dan yang paling rendah adalah menghilangkan sesuatu yang mengganggu dari jalanan. Dan malu adalah salah satu cabang dari keimanan.” (Bukhari, hadits nomor 8, dan Muslim, hadits nomor 50)

 

“Maukah kalian kuberitahu siapa penghuni neraka?” tanya Rasulullah saw. Para sahabat menjawab, “Ya.” Rasulullah saw. bersabda, “Yaitu setiap orang yang kasar, angkuh, dan sombong.” (Bukhari, hadits 4537, dan Muslim, hadits nomor 5092)

 

10. Ketika Anda bakhil dan kikir. Ingatlah perkataan Rasulullah saw. ini, “Sifat kikir dan iman tidak akan bersatu dalam hati seorang hamba selama-lamanya.”  (Shahihul Jami’, 2678)

 

11. Ketika Anda mengatakan sesuatu yang tidak Anda perbuat. Ingat, Allah SWT benci dengan perbuatan seperti itu, sebagaimana firman-Nya:“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (surat Ash Shaff  (61) ayat 2 dan 3). Apakah Anda lupa dengan definisi iman? Iman itu adalah membenarkan dengan hati, diikrarkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan. Jadi, harus konsisten.

 

12. Ketika Anda merasa gembira dan senang jika ada saudara sesama muslim mengalami kesusahan.Anda merasa sedih jika ada orang yang lebih unggul dari Anda dalam beberapa hal ? Ingatlah! Kata Rasulullah saw berikut ini: “Tidak ada iri yang dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan harta, ia menghabiskannya dalam kebaikan; dan terhadap orang yang Allah berikan ilmu, ia memutuskan dengan ilmu itu dan mengajarkannya kepada orang lain.” (Bukhari, hadits nomor 71 dan Muslim, hadits nomor 1352)


Seseorang bertanya kepada Rasulullah saw., “Orang Islam yang manakah yang paling baik?” Rasulullah saw. menjawab, “Orang yang muslimin lain selamat dari lisan dan tangannya.” (Bukhari, hadits nomor 9 dan Muslim, hadits nomor 57)

 

13. Ketika Anda menilai sesuatu dari dosa apa tidak, dan tidak mau melihat dari sisi makruh apa tidak. Akibatnya, Anda akan enteng melakukan hal-hal yang syubhat dan dimakruhkan agama. Hati-hatilah! Sebab, Rasulullah saw. pernah bersabda, “Barang-siapa yang berada dalam syubhat, berarti dia berada dalam yang haram, seperti penggembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanaman yang dilindungi yang dapat begitu mudah untuk merumput di dalamnya.” (Muslim, hadits nomor 1599)

 

Iman Anda pasti dalam keadaan lemah, jika Anda mengatakan, “Gak apa apa. Ini kan cuma dosa kecil. Gak seperti dia yang melakukan dosa besar. Istighfar tiga kali juga hapus tuh dosa!” Jika sudah seperti ini, suatu ketika Anda pasti tidak akan ragu untuk benar-benar melakukan kemungkaran yang besar. Sebab, rem keimanan anda sudah tidak pakem lagi.

 

14. Ketika Anda mencela hal yang makruf dan punya perhatian dengan kebaikan-kebaikan kecil. Ini pesan Rasulullah saw. Berikut ini: “Jangan sekali-kali kamu mencela yang makruf sedikitpun, meski engkau menuangkan air di embermu ke dalam bejana seseorang yang hendak menimba air, dan meski engkau berbicara dengan saudarmu sedangkan wajahmu tampak berseri-seri kepadanya.” (Silsilah Shahihah, nomor 1352)


Ingatlah, syurga bisa Anda dapat dengan amal yang kelihatan sepele ! Rasulullah saw. bersabda, sebagaimana berikut ini: “Barangsiapa yang menyingkirkan gangguan dari jalan orang-orang muslim, maka ditetapkan satu kebaikan baginya, dan barangsiapa yang diterima satu kebaikan baginya, maka ia akan masuk surga.” (Bukhari, hadits nomor 593)


15. Ketika Anda tidak mau memperhatikan urusan kaum muslimin dan tidak mau melibatkan diri dalam urusan-urusan mereka. Bahkan, untuk berdoa bagi keselamatan mereka pun tidak mau. Padahal seharusnya seorang mukmin seperti hadits Rasulullah berikut ini: “Sesungguhnya orang mukmin dari sebagian orang-orang yang memiliki iman adalah laksana kedudukan kepala dari bagian badan. Orang mukmin itu akan menderita karena keadaan orang-orang yang mempunyai iman sebagaimana jasad yang ikut menderita karena keadaan di kepala.” (Silsilah Shahihah, nomor 1137)

 

16. Ketika Anda memutuskan  tali  persaudaraan  dengan  saudara  Anda. “Tidak selayaknya dua orang yang saling kasih mengasihi karena Allah Azza wa Jalla atau karena Islam, lalu keduanya dipisahkan oleh permulaan dosa yang dilakukan salah seorang di antara keduanya,” begitu sabda Rasulullah saw. (Bukhari, hadits nomor 401)

 

17.Ketika Anda tidak tergugah rasa tanggung jawabnya untuk beramal demi kepentingan Islam. Tidak mau menyebarkan dan menolong agama Allah ini. Merasa cukup bahwa urusan dakwah itu adalah kewajiban para ulama. Padahal, Allah swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa Ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?" Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: "Kamilah penolong-penolong agama Allah", lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; Maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. (surat Ash Shaff (61) ayat 14)

 

18. Ketika Anda merasa resah dan takut tertimpa musibah atau mendapat problem yang berat. Lalu Anda tidak bisa bersikap sabar dan berhati tegar. Anda kalut. Tubuh Anda gemetar. Wajah pucat. Ada rasa ingin lari dari kenyataan. Ketahuilah, iman Anda sedang diuji Allah. Allah SWT berfirman: “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? (surat Al Ankabut (29) ayat 2)

 

Seharusnya seorang mukmin itu pribadi yang ajaib. Emosinya terjaga dan terpelihara serta jiwanya stabil dalam jiwa taqwa. Sebagaimana hadits berikut ini: ““Alangkah menakjubkannya kondisi orang yang beriman. Karena seluruh perkaranya adalah baik. Dan hal itu hanya terjadi bagi orang yang beriman, yaitu jika ia mendapatkan kesenangan maka ia bersyukur dan itu menjadi kebaikan baginya; dan jika ia tertimpa kesulitan dia pun bersabar, maka hal itu menjadi kebaikan baginya.” (Hadits Riwayat Muslim)

 

19. Ketika Anda senang berbantah-bantahan dan berdebat. Padahal, perbuatan itu bisa membuat hati Anda keras dan kaku. Sebagaimana hadits berikut ini: “Tidaklah segolongan orang menjadi tersesat sesudah ada petunjuk yang mereka berada pada petunjuk itu, kecuali jika mereka suka berbantah-bantahan.”  (Shahihul Jami’, nomor 5633)

 

20. Ketika Anda bergantung pada keduniaan, menyibukkan diri dengan urusan dunia, dan merasa tenang dengan dunia. Orientasi Anda tidak lagi kepada kampung akhirat, tetapi pada tahta, harta, dan wanita. Ingatlah, hadits berikut ini: “Dunia itu penjara bagi orang yang beriman, dan dunia adalah surga bagi orang kafir.” (Hadits Riwayat. Muslim)

 

Manusia seringkali menyepelekan perkara-perkara yang sangat kecil, padahal sikap seperti itu amatlah tercela. Misalnya, seorang penuntut ilmu meminjam satu kitab, namun setelah itu ia tidak mengembalikannya; atau ia masuk ke tempat orang-orang yang sedang makan dengan tujuan agar ia juga diajak makan atau memakan makanan yang dia sendiri tidak pernah dipanggil untuk memakannya; atau melihat hal hal yang diharamkan dengan anggapan bahwa hal itu hanya dosa kecil belaka.

Sikap dan perilaku tersebut di atas, setidaknya akan menodai kehormatannya dihadapan manusia, terlebih dihadapan Allah SWT. Untuk itu simaklah pengalaman orang orang yang lalai, teruslah wasapda dan cermatilah selalu akibat yang akan kita peroleh dari perilaku kita sendiri. Kenalilah betapa agungnya Dzat yang melarang kita melalukan dosa.


Berhati hatilah dengan percikan api karena bisa menghanguskan suatu kota. Ilmu dan kewaspadaan akan memberikan kita pengetahuan tentang apa yang telah kita lalaikan. Ia juga akan memberi isyarat dan petunjuk sehingga kita akan bisa melihat dengan mata hati apa yang menjadi bencana dari pekerjaan kita.

 

Ayo segera berkaca diri dengan 20 (dua puluh) keadaan yang telah kami kemukakan di atas, jangan sampai kita berada di dalam kondisi yang sesuai dengan kehendak syaitan sang laknatullah. Segera lakukan perubahan diri saat ini juga karena hanya dengan perubahanlah semuanya akan berubah. Ingat, lakukan perubahan yang sesuai dengan kehendak Allah SWT yaitu melalui pelaksanaan Diinul Islam secara kaffah. Bukan dengan yang lainnya karena Diinul Islam adalah satu satunya Agama yang diridhai oleh Allah SWT sampai dengan hari kiamat kelak.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar