Keimanan atau Ketaqwaan adalah indikator yang
dipergunakan oleh Allah SWT untuk menilai keberhasilan diri kita saat
melaksanakan tugas kekhalifahan di muka bumi. Keimanan atau Ketaqwaan yang ada
di dalam diri merupakan proses yang tidak datang begitu saja, melainkan proses
jangka panjang yang dimulai dari adanya mengenal dan berkenalan dengan Allah
SWT.
Ingat, semua yang ada
di alam semesta ini mutlak ada dalam kekuasaan Allah SWT. Ketika melihat
fenomena alam, idealnya kita bisa ingat kepada Allah SWT. Puncak ilmu adalah
mengenal Allah SWT (ma'rifatullah). Kita
dikatakan sukses dalam belajar bila dengan belajar itu kita semakin mengenal
Allah SWT. Jadi percuma saja sekolah tinggi, luas pengetahuan, gelar
prestisius, bila semua itu tidak menjadikan kita makin mengenal Allah SWT. Mengenal
Allah SWT adalah aset terbesar. Mengenal Allah SWT akan membuahkan akhlak
mulia. Betapa tidak, dengan mengenal Allah SWT kita akan merasa ditatap,
didengar, dan diperhatikan selalu. Inilah kenikmatan hidup sebenarnya. Bila
demikian, hidup pun jadi terarah, tenang, ringan, dan bahagia. Sebaliknya, saat
kita tidak mengenal Allah SWT, hidup kita akan sengsara, terjerumus pada
maksiat, tidak tenang dalam hidup, dan sebagainya.
Tingkat keimanan atau ketaqwaan dalam diri seseorang tidak bersifat konstan dari waktu ke waktu. Tingkat keimanan atau ketaqwaan dalam diri naik dan turun yang dipengaruhi oleh adanya ganguan yang berasal dari Ahwa dan juga Syaitan. Di lain sisi, saat diri kita hidup di muka bumi ini, tentu kita akan mengalami hal hal yang dipergilirkan oleh Allah SWT, antara lain berupa ujian, cobaan, musibah ataupun tantangan, yang mengakibatkan kita merasa susah atau senang, bahagia atau merana, tertawa atau sedih dan seterusnya yang pada akhirnya bisa mempengaruhi tingkat keimanan diri atau ketaqwaan kita. Dan agar diri kita tidak salah mengambil sikap saat terjadi pergiliran yang bersifat sunnatullah berlaku kepada semua manusia, termasuk kepada diri kita. Ada baiknya kita memper-hatikan dengan seksama 20 (dua puluh) indikator yang berhubungan dengan tingkat keimanan dan ketaqwaan seseorang seperti yang kami kemukakan di bawah ini.
1. Ketika Anda sedang
melakukan kedurhakaan atau dosa. Berhati-hatilah! Sebab, perbuatan dosa jika
dilakukan berkali-kali akan menjadi kebiasaan. Jika sudah menjadi kebiasaan,
maka segala keburukan dosa akan hilang dari penglihatan Anda. Akibatnya, Anda
akan berani melakukan perbuatan durhaka dan dosa secara terang-terangan. Untuk
itu ketahuilah bahwa Rasululllah SAW pernah berkata: “Setiap umatku mendapatkan
perlindungan afiat kecuali orang yang terang-terangan. Dan, sesungguhnya
termasuk perbuatan terang-terangan jika seseorang melakukan suatu perbuatan
pada malam hari, kemudian dia berada pada pagi hari padahal Allah telah
menutupinya, namun dia berkata, ‘Hai fulan, tadi malam aku telah berbuat begini
dan begini,’ padahal sebelum itu Rabb-nya telah menutupi, namun kemudian dia
menyibak sendiri apa yang telah ditutupi Allah dari dirinya.” (Hadits Riwayat
Bukhari, 10/486)
Rasulullah saw. Bersabda:“Tidak ada pezina yang di saat berzina dalam
keadaan beriman. Tidak ada pencuri yang si saat mencuri dalam keadaan beriman.
Begitu pula tidak ada peminum arak di saat meminum dalam keadaan beriman.” (Bukhari,
hadits nomor 2295 dan Muslim, hadits nomor 86)
2. Ketika hati Anda
terasa begitu keras dan kaku. Sampai-sampai menyaksikan orang mati yang
terbujur kaku pun tidak bisa menasihati dan memperlunak hati Anda. Bahkan,
ketika ikut mengangkat si mayit dan menguruknya dengan tanah. Hati-hatilah!
Jangan sampai Anda termasuk orang yang dimaksud dalam ayat ini. Allah SWT
berfirman: “kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih
keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir
sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu
keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur
jatuh, karena takut kepada Allah. dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa
yang kamu kerjakan. (surat Al Baqarah (2) ayat 74)
3. Ketika Anda tidak
tekun dalam beribadah.Tidak khusyuk dalam shalat. Tidak me-nyimak dalam membaca
atau saat dibacakan AlQuran. Melamun dalam doa. Semua ibadah hanya
dilakukan sebagai rutinitas belaka dan refleksi hafal karena kebiasaan saja
tanpa ada esensi makna hakiki. Tidak berkonsentrasi sama sekali. Beribadah
tanpa ruh. Ketahuilah, hadits berikut: “Rasulullah saw. berkata, “Tidak akan
diterima doa dari hati yang lalai dan main-main.” (Hadits Riwayat Ath
Thirmidzi, hadits nomor 3479)
4. Ketika Anda terasa
malas untuk melakukan ketaatan dan ibadah. Bahkan, mere-mehkannya. Tidak
memperhatikan shalat di awal waktu. Mengerjakan shalat ketika “injury time”
(waktu shalat sudah mau habis). Menunda-nunda pergi haji padahal kesehatan,
waktu, dan biaya ada. Menunda-nunda pergi shalat Jum’at dan lebih suka berada
di barisan shalat yang paling belakang. Waspadalah jika Anda berprinsip,
datang paling belakangan, pulang paling duluan. Ketahuilah, hadits berikut
ini: Rasulullah
saw. bersabda, “Masih ada saja segolongan orang yang menunda-nunda mengikuti
shaff pertama, sehingga Allah pun menunda keberadaan mereka (untuk dikeluarkan
dari) dalam neraka.” (Hadits Riwayat Abu Daud, hadits nomor 679)
Ingat, Allah SWT juga
menyebut sifat malas seperti itu sebagai sifat orang-orang munafik dalam
surat An Nisaa’ (4) ayat 142 berikut ini: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu
Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka[364]. dan apabila mereka berdiri
untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya[365] (dengan
shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit
sekali[366]. (surat An Nisaa’ (4) ayat 142)
[364] Maksudnya: Alah membiarkan mereka dalam pengakuan
beriman, sebab itu mereka dilayani sebagai melayani Para mukmin. dalam pada itu
Allah telah menyediakan neraka buat mereka sebagai pembalasan tipuan mereka
itu.
[365] Riya Ialah: melakukan sesuatu amal tidak untuk
keridhaan Allah tetapi untuk mencari pujian atau popularitas di masyarakat.
[366] Maksudnya: mereka sembahyang hanyalah sekali-sekali
saja, Yaitu bila mereka berada di hadapan orang.
Jadi, hati-hatilah
jika Anda merasa malas melakukan ibadah-ibadah rawatib, tidak antusias
melakukan shalat malam, tidak bersegera ke masjid ketika mendengar pang-gilan adzan,
enggan mengerjakan shalat dhuha dan shalat sunnah lainnya, atau menunda-nunda
pembayara hutang puasa Ramadhan.
5. Ketika hati Anda tidak merasa lapang. Dada
terasa sesak, perangai beru-bah, merasa sumpek dengan keadaan anda ataupun
tingkah laku orang di sekitar Anda. Suka memperkarakan hal-hal kecil lagi
remeh-temeh. Ketahuilah, hadits berikut ini: Rasulullah SAW berkata, “Iman itu
adalah kesabaran dan kelapangan hati.” (As-Silsilah Ash-Shahihah, nomor 554)
6. Ketika hati Anda tidak tersentuh lagi oleh
kandungan ayat-ayat AlQuran. Tidak bergembira terhadap ayat-ayat yang berisi
janji-janji Allah SWT. Tidak takut dengan ayat-ayat ancaman. Tidak sigap kala
mendengar ayat-ayat perintah. Biasa saja saat membaca ayat-ayat pensifatan
kiamat dan neraka. Hati-hatilah, jika Anda merasa bosan dan malas untuk
mendengarkan atau membaca Al-Qur’an. Jangan sampai Anda membuka mushhaf, tapi
di saat yang sama melalaikan isinya. Ketahuilah, Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman[594] ialah mereka yang bila disebut nama Allah[595]
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman
mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
(surat Al Anfaal (8)
ayat 2)
[594] Maksudnya: orang yang sempurna imannya.
[595] Dimaksud dengan disebut nama Allah Ialah: menyebut
sifat-sifat yang mengagungkan dan memuliakannya.
7. Ketika Anda melalaikan Allah SWT dalam hal berdzikir dan berdoa kepada-Nya. Sehingga Anda merasa berdzikir adalah pekerjaan yang paling berat. Jika
mengangkat tangan untuk berdoa, secepat itu pula Anda menangkupkan tangan dan
menyudahinya. Hati-hatilah! Jika hal ini telah menjadi karakter Anda. Sebab,
Allah SWT telah mensifati orang-orang munafik dengan firman-Nya, berikut ini: “Sesungguhnya
orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan
mereka[364]. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan
malas. mereka bermaksud riya[365] (dengan shalat) di hadapan manusia. dan
tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali[366]. (surat An Nisaa’ (4)
ayat 142)
[364] Maksudnya: Alah membiarkan mereka dalam pengakuan
beriman, sebab itu mereka dilayani sebagai melayani Para mukmin. dalam pada itu
Allah telah menyediakan neraka buat mereka sebagai pembalasan tipuan mereka
itu.
[365] Riya Ialah: melakukan sesuatu amal tidak untuk
keridhaan Allah tetapi untuk mencari pujian atau popularitas di masyarakat.
[366] Maksudnya: mereka sembahyang hanyalah sekali-sekali
saja, Yaitu bila mereka berada di hadapan orang.
8. Ketika
Anda tidak merasa marah dan terusik terhadap yang bathil. Ghairah Anda padam ketika
menyaksikan dengan mata kepala sendiri pelanggaran terhadap hal-hal yang
diharamkan Allah SWT. Anggota tubuh Anda tidak tergerak untuk melakukan
nahi munkar. Bahkan, raut muka Anda pun tidak berubah sama sekali. Ingatlah,
pesan Rasulullah SAW: ““Barangsiapa di antara kalian yang melihat
kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah kemungkaran itu dengan tangannya. Jika
tidak mampu, maka dengan lisannya. Kalau tidak sanggup, maka dengan hatinya,
dan ini adalah selemah-lemahnya iman.” (Bukhari, hadits nomor 903 dan Muslim,
hadits nomor 70)
9. Ketika
Anda gila hormat dan suka publikasi. Gila kedudukan, selalu ingin tampil sebagai pemimpin tanpa diikuti dengan kemampuan dan tanggung jawab. Suka
menyuruh orang lain berdiri ketika dia datang, hanya untuk mengenyangkan jiwa
yang sakit karena begitu gandrung diagung-agungkan orang. Allah SWT berfirman:
“dan
janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (surat Luqman (31) ayat 18)
Untuk itu berhati
hatilah, lalu ingat 2 (dua) buah pesan Rasulullah berikut ini: “Sesungguhnya
kamu sekalian akan berhasrat mendapatkan kepemimpinan, dan hal itu akan
menjadikan penyesalan pada hari kiamat. Maka alangkah baiknya yang pertama dan
alangkah buruknya yang terakhir.” (Bukhari, nomor 6729)
“Jika
kamu sekalian menghendaki, akan kukabarkan kepadamu tentang kepemimpinan dan
apa kepemimpinan itu. Pada awalnya ia adalah cela, keduanya ia adalah
penyesalan, dan ketiganya ia adalah azab hari kiamat, kecuali orang yang adil.”
(Shahihul Jami, 1420).
Untuk orang yang tidak tahu malu seperti ini, perlu diingatkan dengan 2 (dua) buah
hadits dibawah ini:
“Iman mempunyai tujuh
puluh lebih, atau enam puluh lebih cabang. Yang paling utama adalah ucapan ‘Laa
ilaaha illallah’, dan yang paling rendah adalah menghilangkan sesuatu yang
mengganggu dari jalanan. Dan malu adalah salah satu cabang dari keimanan.”
(Bukhari, hadits nomor 8, dan Muslim, hadits nomor 50)
“Maukah kalian
kuberitahu siapa penghuni neraka?” tanya Rasulullah saw. Para sahabat menjawab,
“Ya.” Rasulullah saw. bersabda, “Yaitu setiap orang yang kasar, angkuh, dan
sombong.” (Bukhari, hadits 4537, dan Muslim, hadits nomor 5092)
10.
Ketika Anda bakhil dan kikir. Ingatlah perkataan Rasulullah saw. ini, “Sifat
kikir dan iman tidak akan bersatu dalam hati seorang hamba selama-lamanya.” (Shahihul Jami’, 2678)
11. Ketika Anda mengatakan
sesuatu yang tidak Anda perbuat. Ingat, Allah SWT benci dengan perbuatan
seperti itu, sebagaimana firman-Nya:“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah
kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi
Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (surat Ash
Shaff (61) ayat 2 dan 3). Apakah
Anda lupa dengan definisi iman? Iman itu adalah membenarkan dengan hati,
diikrarkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan. Jadi, harus konsisten.
12. Ketika Anda merasa
gembira dan senang jika ada saudara sesama muslim mengalami kesusahan.Anda
merasa sedih jika ada orang yang lebih unggul dari Anda dalam beberapa hal ? Ingatlah!
Kata Rasulullah saw berikut ini: “Tidak ada iri yang dibenarkan kecuali
terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan harta, ia
menghabiskannya dalam kebaikan; dan terhadap orang yang Allah berikan ilmu, ia
memutuskan dengan ilmu itu dan mengajarkannya kepada orang lain.” (Bukhari,
hadits nomor 71 dan Muslim, hadits nomor 1352)
Seseorang bertanya kepada Rasulullah saw., “Orang Islam yang manakah yang
paling baik?” Rasulullah saw. menjawab, “Orang yang muslimin lain selamat dari
lisan dan tangannya.” (Bukhari, hadits nomor 9 dan Muslim, hadits nomor 57)
13. Ketika Anda menilai sesuatu dari dosa apa
tidak, dan tidak mau melihat dari sisi makruh apa tidak. Akibatnya, Anda
akan enteng melakukan hal-hal yang syubhat dan dimakruhkan agama. Hati-hatilah!
Sebab, Rasulullah saw. pernah bersabda, “Barang-siapa yang berada dalam syubhat,
berarti dia berada dalam yang haram, seperti penggembala yang menggembalakan
ternaknya di sekitar tanaman yang dilindungi yang dapat begitu mudah untuk
merumput di dalamnya.” (Muslim, hadits nomor 1599)
Iman Anda pasti dalam
keadaan lemah, jika Anda mengatakan, “Gak apa apa. Ini kan cuma dosa kecil. Gak
seperti dia yang melakukan dosa besar. Istighfar tiga kali juga hapus tuh
dosa!” Jika sudah seperti ini, suatu ketika Anda pasti tidak akan ragu untuk
benar-benar melakukan kemungkaran yang besar. Sebab, rem keimanan anda sudah
tidak pakem lagi.
14.
Ketika Anda mencela hal yang makruf dan punya perhatian dengan
kebaikan-kebaikan kecil. Ini pesan Rasulullah saw. Berikut ini: “Jangan
sekali-kali kamu mencela yang makruf sedikitpun, meski engkau menuangkan air di
embermu ke dalam bejana seseorang yang hendak menimba air, dan meski engkau
berbicara dengan saudarmu sedangkan wajahmu tampak berseri-seri kepadanya.”
(Silsilah Shahihah, nomor 1352)
Ingatlah, syurga bisa Anda dapat dengan amal yang kelihatan sepele
! Rasulullah saw. bersabda, sebagaimana berikut ini: “Barangsiapa yang menyingkirkan
gangguan dari jalan orang-orang muslim, maka ditetapkan satu kebaikan baginya,
dan barangsiapa yang diterima satu kebaikan baginya, maka ia akan masuk surga.”
(Bukhari, hadits nomor 593)
15.
Ketika Anda tidak mau memperhatikan urusan kaum muslimin dan tidak mau
melibatkan diri dalam urusan-urusan mereka. Bahkan, untuk berdoa bagi
keselamatan mereka pun tidak mau. Padahal seharusnya seorang mukmin
seperti hadits Rasulullah berikut ini: “Sesungguhnya orang mukmin dari sebagian
orang-orang yang memiliki iman adalah laksana kedudukan kepala dari bagian
badan. Orang mukmin itu akan menderita karena keadaan orang-orang yang
mempunyai iman sebagaimana jasad yang ikut menderita karena keadaan di kepala.”
(Silsilah Shahihah, nomor 1137)
16. Ketika
Anda memutuskan tali persaudaraan dengan saudara Anda. “Tidak selayaknya
dua orang yang saling kasih mengasihi karena Allah Azza wa Jalla atau karena
Islam, lalu keduanya dipisahkan oleh permulaan dosa yang dilakukan salah
seorang di antara keduanya,” begitu sabda Rasulullah saw. (Bukhari, hadits
nomor 401)
17.Ketika Anda tidak tergugah rasa tanggung jawabnya untuk beramal demi
kepentingan Islam. Tidak mau menyebarkan dan menolong agama Allah ini.
Merasa cukup bahwa urusan dakwah itu adalah kewajiban para ulama. Padahal,
Allah swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu
penolong (agama) Allah sebagaimana Isa Ibnu Maryam telah berkata kepada
pengikut-pengikutnya yang setia: "Siapakah yang akan menjadi
penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?" Pengikut-pengikut
yang setia itu berkata: "Kamilah penolong-penolong agama Allah", lalu
segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; Maka Kami berikan
kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu
mereka menjadi orang-orang yang menang. (surat Ash Shaff (61) ayat 14)
18.
Ketika Anda merasa resah dan takut tertimpa musibah atau mendapat problem yang
berat. Lalu Anda tidak bisa bersikap sabar dan berhati tegar. Anda
kalut. Tubuh Anda gemetar. Wajah pucat. Ada rasa ingin lari dari
kenyataan. Ketahuilah, iman Anda sedang diuji Allah. Allah SWT berfirman:
“Apakah
manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah
beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? (surat Al Ankabut (29) ayat 2)
Seharusnya seorang
mukmin itu pribadi yang ajaib. Emosinya terjaga dan terpelihara serta jiwanya
stabil dalam jiwa taqwa. Sebagaimana hadits berikut ini: ““Alangkah menakjubkannya kondisi
orang yang beriman. Karena seluruh perkaranya adalah baik. Dan hal itu hanya
terjadi bagi orang yang beriman, yaitu jika ia mendapatkan kesenangan maka
ia bersyukur dan itu menjadi kebaikan baginya; dan jika ia tertimpa kesulitan
dia pun bersabar, maka hal itu menjadi kebaikan baginya.” (Hadits Riwayat
Muslim)
19.
Ketika Anda senang berbantah-bantahan dan berdebat. Padahal, perbuatan itu bisa
membuat hati Anda keras dan kaku. Sebagaimana hadits berikut ini: “Tidaklah
segolongan orang menjadi tersesat sesudah ada petunjuk yang mereka berada pada
petunjuk itu, kecuali jika mereka suka berbantah-bantahan.” (Shahihul Jami’, nomor 5633)
20. Ketika
Anda bergantung pada keduniaan, menyibukkan diri dengan urusan dunia, dan
merasa tenang dengan dunia. Orientasi Anda tidak lagi kepada kampung
akhirat, tetapi pada tahta, harta, dan wanita. Ingatlah, hadits berikut ini: “Dunia
itu penjara bagi orang yang beriman, dan dunia adalah surga bagi orang kafir.”
(Hadits Riwayat. Muslim)
Manusia seringkali
menyepelekan perkara-perkara yang sangat kecil, padahal sikap seperti itu
amatlah tercela. Misalnya, seorang penuntut ilmu meminjam satu kitab, namun
setelah itu ia tidak mengembalikannya; atau ia masuk ke tempat orang-orang yang
sedang makan dengan tujuan agar ia juga diajak makan atau memakan makanan yang
dia sendiri tidak pernah dipanggil untuk memakannya; atau melihat hal hal yang
diharamkan dengan anggapan bahwa hal itu hanya dosa kecil belaka.
Sikap dan perilaku
tersebut di atas, setidaknya akan menodai kehormatannya dihadapan manusia,
terlebih dihadapan Allah SWT. Untuk itu simaklah pengalaman orang orang yang
lalai, teruslah wasapda dan cermatilah selalu akibat yang akan kita peroleh
dari perilaku kita sendiri. Kenalilah betapa agungnya Dzat yang melarang kita
melalukan dosa.
Berhati hatilah
dengan percikan api karena bisa menghanguskan suatu kota. Ilmu dan kewaspadaan
akan memberikan kita pengetahuan tentang apa yang telah kita lalaikan. Ia juga
akan memberi isyarat dan petunjuk sehingga kita akan bisa melihat dengan mata
hati apa yang menjadi bencana dari pekerjaan kita.
Ayo segera berkaca
diri dengan 20 (dua puluh) keadaan yang telah kami kemukakan di atas, jangan
sampai kita berada di dalam kondisi yang sesuai dengan kehendak syaitan sang
laknatullah. Segera lakukan perubahan diri saat ini juga karena hanya dengan
perubahanlah semuanya akan berubah. Ingat, lakukan perubahan yang sesuai dengan
kehendak Allah SWT yaitu melalui pelaksanaan Diinul Islam secara kaffah. Bukan
dengan yang lainnya karena Diinul Islam adalah satu satunya Agama yang diridhai
oleh Allah SWT sampai dengan hari kiamat kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar