C.
KUALITAS HATI
MANUSIA.
Hidup adalah saat
bersatunya ruh dengan jasmani. Hidup adalah saat terjadinya tarik menarik
antara sifat sifat alamiah ruh yang mencerminkan nilai nilai kebaikan dengan
sifat sifat alamiah jasmani yang mencerminkan nilai nilai keburukan. Jika ruh
mampu mengalahkan jasmani (jiwa taqwa) maka nilai nilai kebaikan akan menjadi
perilaku diri kita, sedangkan jika jasmani mampu mengalahkan ruh (jiwa fujur)
maka nilai nilai keburukan akan menjadi perilaku diri kita. Adanya dua buah
kondisi yang seperti ini maka keadaan ini akan mempengaruhi kualitas hati
seseorang. Yang pada akhirnya kualitas hati akan menjadi dua tingkatan seperti
yang dikemukakan oleh Allah SWT dalam AlQuran.
1. Hati Yang Jelek. Berikut ini akan kami
kemukakan 5 (lima) buah kondisi hati yang jelek yang kesemuanya termaktub di
dalam AlQuran, yaitu:
a. Hati Yang Berpenyakit. Hati ini adalah hati
yang hidup namun mengandung penyakit. Hati ini akan mengikuti unsur kuat yang
mempengaruhinya, terkadang hati ini cenderung kepada “kehidupan” dan terkadang cenderung kepada “penyakit”. Sebagaimana firmanNya berikut ini: Allah SWT berfirman: “dalam
hati mereka ada penyakit[23], lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka
siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.(surat Al Baqarah (2) ayat 10)
[23] Yakni keyakinan mereka terdahap kebenaran Nabi
Muhammad s.a.w. lemah. Kelemahan keyakinan itu, menimbulkan kedengkian,
iri-hati dan dendam terhadap Nabi s.a.w., agama dan orang-orang Islam.
Dan juga berdasarkan
firmanNya berikut ini: “agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan
oleh syaitan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada
penyakit dan yang kasar hatinya. dan Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu,
benar-benar dalam permusuhan yang sangat, (surat Al Hajj (22) ayat 53).”
Pada hati yang
berpenyakit, ada kecintaan kepada Allah SWT, keimanan, keikhlasan dan tawakal
kepada-Nya. Akan tetapi pada saat
bersamaan hati ini juga terdapat kecintaan kepada syahwat, ketamakan,
hawa nafsu, dengki, kesombongan dan sikap bangga diri. Hati ini ada diantara
dua penyeru, penyeru kepada Allah SWT, kepada Rasulullah dan kepada hari akhir
dan penyeru kepada kehidupan duniawi. Seruan
yang akan disambutnya adalah seruan yang paling dekat dan paling akrab
kepadanya. Pemilik hati ini akan senantiasa berubah-ubah, terkadang ia berada dalam
ketaatan dan kebaikan, terkadang ia berada dalam maksiat dan dosa.
Amalannya senantiasa berubah sesuai dengan lingkungannya, jika lingkungannya
baik maka ia berubah menjadi baik adapun jika lingkungannya buruk maka ia akan
terseret pula kepada keburukan.
b. Hati Yang Mengeras. Hati yang
berpenyakit, jika tidak segera diobati akan menjadi mengeras. Mereka yang
terbiasa melakukan kejahatan, hatinya tidak lagi peka terhadap kejelekan
perbuatannya. Mereka menganggap bahwa apa yang mereka kerjakan adalah benar
adanya. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam surat Al An’am (6) ayat 43
berikut ini: “Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk
merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka
telah menjadi keras, dan syaitanpun Menampakkan kepada mereka kebagusan apa
yang selalu mereka kerjakan.”
c. Hati Yang Membatu. Hati yang keras atau
hati yang telah mengeras kalau tidak segera disadari akan meningkat kualitas
keburukannya. Sebagaimana firmanNya berikut ini: “kemudian setelah itu hatimu menjadi
keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu
sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh
ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh
ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. dan Allah sekali-sekali
tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. (surat Al Baqarah (2) ayat 74)
d. Hati Yang Tertutup. Hati kita bagaikan
sebuah tabung resonansi jika tertutup, maka hati kita tidak bisa lagi menerima
getaran petunjuk dari luar. Sebagaimana dikemukakan di surat Al Muthaffifii
(83) ayat 14 berikut ini: “sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya
apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka. (surat Al Muthaffifii
(83) ayat 14)
e. Hati Yang Dikunci Mati. Jika hati sudah
tertutup maka tingkatan berikutnya adalah hati yang terkunci mati. Sama saja
bagi mereka diberi petunjuk atau tidak sebagaimana dikemukakan di dalam surat
Al Baqarah (2) ayat 6 dan 7 berikut ini: “Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja
bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak
juga akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka[20],
dan penglihatan mereka ditutup[21]. dan bagi mereka siksa yang Amat berat.
(surat Al Baqarah (2) ayat 6 dan 7).” Hati yang mati adalah hati yang
tidak mengenal siapa TuhanNya, ia tidak menyembah-Nya sesuai dengan
perintah-Nya, ia tidak menghadirkan setiap perbuatannya berdasarkan sesuatu
yang dicintai dan diridhai-Nya.
[20] Yakni orang itu tidak dapat menerima petunjuk, dan
segala macam nasehatpun tidak akan berbekas padanya.
[21] Maksudnya: mereka tidak dapat memperhatikan dan
memahami ayat-ayat Al Quran yang mereka dengar dan tidak dapat mengambil
pelajaran dari tanda-tanda kebesaran Allah yang mereka Lihat di cakrawala, di
permukaan bumi dan pada diri mereka sendiri.
Hati ini senantiasa
berjalan bersama ahwa (hawa nafsu) dan juga syaitan serta kenikmatan dunia
walaupun di dalamnya ada kemurkaan Allah SWT. Akan tetapi hati ini tidak
memperdulikan hal-hal tersebut. Baginya
yang terpenting adalah bagaimana ia bisa melimpahkan dan memperturutkan ahwa
(hawa nafsu) nya. Ia menghamba kepada selain Allah, jika ia mencinta maka
mencinta karena hawa nafsu, jika ia membenci maka ia membenci karena hawa nafsu,
demikian seterusnya sesuai dengan kehendak syaitan. Pemilik hati ini jika
dibacakan kepadanya ayat-ayat AlQuran maka dirinya tidak tergetar, ia
senantiasa ingin menjauh dari AlQuran, ia lebih senang mendengar suara-suara
yang membuatnya lalai, ia lebih senang mendengar nyanyian, mendengar musik,
mendengar suara-suara yang menggejolakkan hawa nafsunya.
Sebagaimana
dikemukakan dalam surat Al Jaatsiyah (45) ayat 23 berikut ini: “Maka
pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan
Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya[1384] dan Allah telah mengunci mati
pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka
siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat).
Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?.”
[1384] Maksudnya Tuhan membiarkan orang itu sesat, karena
Allah telah mengetahui bahwa Dia tidak menerima petunjuk-petunjuk yang
diberikan kepadanya.
Pemilik hati ini
senantiasa gelisah, ia tidak tahu harus kepada siapa ia menyandarkan dirinya,
ia tidak tahu kepada siapa ia berharap, ia tidak tahu kepada siapa ia akan meminta,
kehidupannya terombang-ambing, ke mana saja angin bertiup ia akan mengikutinya,
ke mana saja syahwat mengajaknya ia akan mengikutinya, wahai betapa menderitanya
pemilik hati ini!
2. Hati Yang Baik Lagi Sehat.
Hati
yang baik lagi sehat adalah hati yang gampang dan mudah bergetar, sebagaimana
yang dikemukakan dalam surat Al Hajj (22) ayat 35 berikut ini: “(yaitu)
orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, orang-orang
yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang yang mendirikan
sembahyang dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami
rezkikan kepada mereka.” Hati orang orang yang demikian itu lembut
adanya. Mereka gampang iba melihat penderitaan orang lain. Suka menolong. Tidak
suka kekerasan. Penyantun dan penuh kasih sayang kepada siapapun. Itulah Nabi
Ibrahim as, yang dijadikan teladan oleh Allah SWT serta menjadi kesayangan
Allah SWT sebagaimana dikemukakan dalam surat At Taubah (9) ayat 114 berikut
ini: “dan
permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah
karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala
jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, Maka Ibrahim berlepas
diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut
hatinya lagi Penyantun.” Hati yang baik lagi sehat yaitu hati yang
selamat, hati yang bertauhid (hati yang mengesakan Allah dalam setiap
peribadatannya), di mana seseorang tidak akan selamat di hari akhirat nanti
kecuali ia datang dengan membawa hati yang baik lagu sehat ini.
Hati yang baik lagi sehat
adalah hati yang terbebas dari setiap syahwat, selamat dari setiap keinginan
yang bertentangan dari perintah Allah SWT, selamat dari setiap syubhat
(kerancuan-kerancuan dalam pemikiran), selamat dari menyimpang pada kebenaran.
Pemilik hati yang sehat ini akan senantiasa dekat dengan AlQuran, ia senantiasa
berinteraksi dengan AlQuran, ia senantiasa tenang, permasalahan apapun yang
dihadapinya akan dihadapi dengan tegar, ia senantiasa bertawakal kepada-Nya
karena ia mengetahui semua hal berasal dari Allah SWT dan semuanya akan kembali
kepada-Nya. Sebagaimana firmanNya berikut ini: “(yaitu) di hari harta dan
anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah
dengan hati yang bersih, (surat As Syu’araa (26) ayat 88, 89).”
Di manapun ia berada selalu
berzikir kepada Allah SWT senantiasa
terucap dari lisannya, jika disebut nama Allah SWT bergetarlah hatinya, jika
dibacakan ayat-ayatNya maka bertambahlah imannya. Pemilik hati inilah seorang
mukmin sejati, orang yang Allah SWT puji dalam firman-Nya berikut ini: “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman[594] ialah mereka yang bila disebut nama Allah[595]
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman
mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (surat Al
Anfaal (8) ayat 2)
[594] Maksudnya: orang yang sempurna imannya.
[595] Dimaksud dengan disebut nama Allah Ialah: menyebut
sifat-sifat yang mengagungkan dan memuliakannya.
Demikianlah kualitas
dan tingkatan hati manusia berdasarkan AlQuran lalu lakukanlah interospeksi
diri kita sendiri, termasuk dalam golongan yang manakah hati kita? Apakah hati
kita termasuk dalam hati yang sehat, hati yang sakit atau malah hati kita telah
mati! Wahai dzat yang membolak-bolakkan hati, teguhkanlah hati kami diatas
agamamu, wahai dzat yang membolak-balikkan hati tuntunlah hati kami teguh di
atas ketaatan kepada-Mu…
Sekarang mari kita
bahas tentang resonansi hati. Hati adalah tempat terjadinya resonansi. Apakah
resonansi itu? Secara sederhana resonansi dapat dikatakan penularan getaran
kepada benda lain. Maksudnya, jika kita menggetarkan suatu benda, lalu ada
benda lain yang ikut bergetar, maka dapat dikatakan benda lain tersebut terkena
resonansi atau tertular getaran. Hati atau jantung manusia bagaikan sebuah
tabung resonansi seperti tabung gitar. Setiap kita berbuat sesuatu baik pada
saat berfikir atau berbuat, selalu terjadi getaran di hati kita. Getaran itu
bisa kasar, bisa juga lembut. Tergantung bagaimana getaran itu muncul. Ketika
kita gembira, hati kita bergetar. Ketika sedang bersedih hati kita jugfa
bergetar demikian juga saat kita marah maka hati kita juga bergetar.
Secara umum getaran
tersebut berasal dari dua sumber, yaitu ahwa (hawa nafsu) dan getaran Ilahiah.
Ahwa (hawa nafsu) adalah keinginan untuk melampiaskam segala kebutuhan jasadi
yang sangat dikehendaki oleh syaitan. Getarannya cenderung kasar dan bergejolak
tidak beraturan. Dalam tinjauan ilmu fisika, getaran semacam ini disebut
memiliki frekuensi rendah, dengan amplitude yang besar. Yang termasuk dalam
getaran ahwa (hawa nafsu) ini diantaranya adalah kemarahan, kebencian, dendam,
iri, dengki, berbohong, menipu, sombong, angkug dan lain sebagainya.
Sedangkan getaran Ilahiah adalah dorongan untuk mencapai
tingkatan kualitas yang lebih tinggi. Getarannya cenderung lembut dan halus,
dengan frekuensi getaran yang tinggi dan teratur. Yang termasuk dalam getaran
Ilahiah ini adalah membaca (memahami) isi kandungan AlQuran, berdzikir,
menyebut dan mengamalkan Asmaul Husna, sifat sabar dan ikhlas serta kepasrahan
diri dalam beragama. Sebagai
contoh, seseorang yang sedang marah, ketika marah, ia akan mengeluarkan getaran
kasar hawa nafsu dari hatinya. Jantung hatinya akan bergejolak dan berdetak
tidak beraturan. Mukanya merah, telinganya panas, dan tangannya bergemetaran.
Frekuensinya rendah dan kasar, denga amplitude yang besar. Jika dilihat dari
alat pengukur getaran jantung (ECG : Electric Cardio Graph), akan terlihat
betapa grapik yang dihasilkan sangatlah kasar dan bergejolak.
Getaran yang demikian
memiliki efek negatif terhadap tubuh kita. Sebuah benda yang dikenai getaran
kasar terus menerus akan mengalami kekakuan dan kemudian mengeras. Demikian
pula dengan jantung kita. Orang yang
pemarah akan memiliki resiko sakit jantung dan mengerasnya pembuluh pembuluh
darahnya. Dan secara psikologis dikatakan hatinya semakin mengeras dan tidak
mudah bergetar oleh kebajikan. Bukti lain bahwa hati semakin keras jika
dipengaruhi oleh ahwa (hawa nafsu) secara terus menerus adalah orang yang suka
berbohong dan menipu. Pada awalnya, orang yang berbohong selalu bergetar
hatinya, akan tetapi, kalau ia sering berbohong, maka hatinya tidak bergetar
lagi saat ia membohongi orang lain. Ini menunjukkan betapa hatinya semakin
keras dan sulit bergetar.Karena itu, apa yang dikemukakan oleh Allah SWT dalam
AlQuran tentang lima tingkatan hati yang buruk, sebenarnya bisa dijelaskan
secara ilmiah, bahwa hati memang akan menuju kualitas yang semakin jelek jika
digunakan untuk kejahatan yang terus menerus.
Jika hati kita
berpenyakit, dan kemudian sering mengeluarkan getaran getaran yang kasar, maka
getaran itu akan menyebabkan hati kita mengeras. Kekerasan hati kita itu akan
terus meningkat, hingga dikatakan oleh Allah SWT seperti batu atau lebih keras
lagi. Hati yang keras adalah hati yang sulit bergetar. Semakin lama semakin
tidak bisa bergetar. Jika hal ini diteruskan maka hati kita tidak mampu lagi
beresonansi. Hati yang demikian adalah hati yang tidak peka lagi terhadap
lingkungannya. Maka, pada tingkatan ini hati kita seperti tertutup karena tidak
mampu lagi beresonansi alias bergetar. Dan akhirnya, kata Allah SWT dalam
AlQuran, hati yang seperti itu dikunci hati.
Sebaliknya, hati yang
baik lagi sehat adalah hati yang lembut. Hati yang gampang bergetar, bagaikan
buluh perindu yang menghasilkan suara merdu ketika ditiup. Kenapa bisa
demikian? Karena hati yang lembut
bagaikan tabung resonansi yang bagus. Getarannya menghasilkan frekuensi yang
semakin lama semakin tinggi. Semakin lembut hati seseorang, semakin tinggi pula
frekuensinya. Pada frekuensi 10 pangkat 8 akan menghasilkan gelombang
radio. Dan jika lebih tinggi lagi, katakan pada frekuensi 10 pangkat 14, akan
menghasilkan gelombang cahaya. Jadi, seseorang yang hatinya lembut akan bisa
menghasilkan cahaya (aura) di dalam hatinya.
Dan jika cahaya ini
semakin menguat, maka ia akan merembet keluar menggetarkan seluruh bio electron
di dalam tubuhnya untuk mengikuti frekuensi cahaya tersebut. Hasilnya, tubuhnya
akan mengeluarkan cahaya atau aura yang jernih. Dan jika kelembutan itu semakin
menguat, maka aura itu akan merembes semakin jauh mempengaruhi lingkungan
sekitarnya. Karena itu, kalau kita berdekatan dengan orang orang yang ikhlas
dan penuh kesabaran, hati kita juga akan merasa tentram dan damai. Sebab hati
kita teresonansi oleh getaran frekuensi tinggi yang bersumber dari hati dan
aura tubuhnya. Sebaliknya, kalau kita berdekatan dengan seseorang yang pemarah,
maka hati kita akan ikut merasa panas dan gelisah. Semua itu akibat adanya
resonansi gelombang elektromagnetik yang memancar dari tubuh seseorang kepada
sekitarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar