Label

MEMANUSIAKAN MANUSIA: INILAH JATIDIRI MANUSIA YANG SESUNGGUHNYA (79) SETAN HARUS JADI PECUNDANG: DIRI PEMENANG (68) SEBUAH PENGALAMAN PRIBADI MENGAJAR KETAUHIDAN DI LAPAS CIPINANG (65) INILAH ALQURAN YANG SESUNGGUHNYA (60) ROUTE TO 1.6.799 JALAN MENUJU MAKRIFATULLAH (59) MUTIARA-MUTIARA KEHIDUPAN: JALAN MENUJU KERIDHAAN ALLAH SWT (54) PUASA SEBAGAI KEBUTUHAN ORANG BERIMAN (50) ENERGI UNTUK MEMOTIVASI DIRI & MENJAGA KEFITRAHAN JIWA (44) RUMUS KEHIDUPAN: TAHU DIRI TAHU ATURAN MAIN DAN TAHU TUJUAN AKHIR (38) TAUHID ILMU YANG WAJIB KITA MILIKI (36) THE ART OF DYING: DATANG FITRAH KEMBALI FITRAH (33) JIWA YANG TENANG LAGI BAHAGIA (27) BUKU PANDUAN UMROH (26) SHALAT ADALAH KEBUTUHAN DIRI (25) HAJI DAN UMROH : JADIKAN DIRI TAMU YANG SUDAH DINANTIKAN KEDATANGANNYA OLEH TUAN RUMAH (24) IKHSAN: INILAH CERMINAN DIRI KITA (24) RUKUN IMAN ADALAH PONDASI DASAR DIINUL ISLAM (23) ZAKAT ADALAH HAK ALLAH SWT YANG HARUS DITUNAIKAN (20) KUMPULAN NASEHAT UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK (19) MUTIARA HIKMAH DARI GENERASI TABI'IN DAN TABI'UT TABIIN (18) INSPRIRASI KESEHATAN DIRI (15) SYAHADAT SEBAGAI SEBUAH PERNYATAAN SIKAP (14) DIINUL ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH (13) KUMPULAN DOA-DOA (10) BEBERAPA MUKJIZAT RASULULLAH SAW (5) DOSA DAN JUGA KEJAHATAN (5) DZIKIR UNTUK KEBAIKAN DIRI (4) INSPIRASI DARI PARA SAHABAT NABI (4) INILAH IBADAH YANG DISUKAI NABI MUHAMMAD SAW (3) PEMIMPIN DA KEPEMIMPINAN (3) TAHU NABI MUHAMMAD SAW (3) DIALOQ TOKOH ISLAM (2) SABAR ILMU TINGKAT TINGGI (2) SURAT TERBUKA UNTUK PEROKOK dan KORUPTOR (2) IKHLAS DAN SYUKUR (1)

Senin, 20 Mei 2024

PROSES PERBAIKAN DAN PERUBAHAN DIRI (PART 4 of 5)

 

E.      BERJIHAD KE DALAM DIRI

 

Umat manusia, termasuk diri kita, diutus Allah SWT menjadi khalifah di muka bumi hanya sebentar saja dibandingkan dengan kehidupan di akhirat kelak. Dalam waktu sekejab itu manusia dituntut untuk mampu menyelesaikan semua masalah dunia dan mengenal akhirat, mengenal sang pencipta dalam arti yang sebenarnya. Oleh sebab itu manusia harus berusaha mengatasi permasalahan dunia dengan ilmunya. Kemudian dia harus berusaha menemui Tuhan yang disembahnya, sebelum kembali kepada-Nya sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Barangsiapa yang mengharap Pertemuan dengan Allah, Maka Sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang. dan Dialah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (surat Al Ankabuut (29) ayat 5).”

 

Setiap manusia lahir dengan bentuk tubuh yang sama, berjalan di muka bumi dan hidup dalam batas ruang serta waktu tertentu. Makhluk-makhluk hidup yang lain pun memiliki kesamaan pada sisi ini (ruang dan waktu). Namun, hakekat kelahiran dari manusia ialah kemampuan meninggalkan jejak yang mendalam di muka bumi. Pada saat itulah, ia akan menjadi manusia besar yang pernah hadir di dunia ini. Untuk merealisasikan diri kita menjadi manusia besar yang dibanggakan oleh Allah SWT bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah dan untuk itulah dibutuhkan jihad (kesungguh-sungguhan) untuk merealisasikannya.

 

Allah SWT berfirman: “dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan Jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu[993], dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, Maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, Maka Dialah Sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik penolong. (surat Al Hajj (22) ayat 78)

 

[993] Maksudnya: dalam Kitab-Kitab yang telah diturunkan kepada nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad s.a.w.

 

Ketika Nabi Muhammad SAW ditanya oleh sahabatnya: apakah yang harus kita perbuat sesudah menyelesaikan perang ini (maksudnya perang Badar) ya Rasulullah? Nabi SAW menjawab, bahwa perang yang sudah kita lakukan dengan senjata dan fisik ini belum berarti apa apa, sesudah ini kita akan menghadapi perang yang paling berat, yaitu ke dalam diri. Perang ke dalam diri ialah memerangi ahwa (hawa nafsu) yang sesuai dengan kehendak syaitan.

 

Perubahan untuk menjadi lebih baik tidak akan pernah terjadi kita sendiri tidak mau merubah apa apa yang ada pada diri kita sendiri. Katakan dari sifat malas menjadi rajin, dari sifat pelit menjadi dermawan, dari sifat tergesa gesa menjadi sabar. Untuk merubah kondisi ini dibutuhkan jihad atau kesungguhan untuk melakukan suatu terobosan dalam diri untuk menuju suatu keadaan yang lebih baik. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam  surat Ar Ra’d (13) ayat 11 berikut ini: bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (surat Ar Ra’d (13) ayat 11)”.

 

Ingat, berjihad untuk kepentingan apapun, apalagi untuk kepentingan diri sendiri bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan. Ia laksana mengubah pasir terapung untuk menjadi batu karang yang kuat membutuhkan zat kimia tertentu dan jumlah yang tertentu pula. Hal yang samapun berlaku saat diri kita ingin merubah kebiasaan pribadi yang kadung tersandera oleh ahwa (hawa nafsu), serta cinta dunia pun tidak mudah.

 

Salah satu solusi yang bisa kita lakukan adalah melalui apa yang dinamakan dengan etos ala Zainudin MZ dengan penuh humoris “Allahummapaksa” artinya Ya Allah paksa hamba untuk mengubah kebiasaan hamba. Setelah diri kita memiliki senjata ampuh berupa ‘Alllahummapaksa” maka pergunakanlah senjata ini untuk berjihad bagi kepentingan jasmani dan juga jihad untuk kepentingan ruhani.

 

1. Jihad Untuk Kepentingan Jasmani. Sebelum kami membahas jihad untuk kepentingan jasmani, ada baiknya kita mempelajari dahulu apa yang dinamakan dilema kesuksesan bagi masyarakat yang hidup di zaman modern ini. Ada sebuah cerita yang dikemukakan oleh Prof Hung Zhao Guang, seorang pakar kesehatan dunia, yaitu: Rumah sakit tempat saya bertugas, pernah merawat seorang yang kaya raya. Pada usianya yang baru 38 tahun sudah menderita ‘mycordial necrosis’ yang gawat, dan juga dinding jantung yang tipis. Suatu hari ia mengeluh kepada saya, “Prof Hung, saya ingin bertanya suatu hal, “mengapa Tuhan memperlakukan saya tidak adil, mengapa orang lain tidak menderita sakit seperti saya, kenapa saya usia 38 tahun sudah kena penyakit terkutuk ini? Kenapa nasib saya begini sial?” Saya menjawabnya: “Menurut pendapat saya, Tuhan itu paling adil! Dalam kehidupan duniawi memang banyak ditemui hal hal yang tidak adil. Akan tetapi Tuhan adalah Maha Adil. Lantas mengapa anda bisa menderita seperti ini? Jawabannya adalah sederhana saja. Anda telah melanggar hukum kesehatan empat fondasi kesehatan. Yaitu:”(1) makan dengan sepantasnya; (2) olahraga dengan takarannya yang pas. Lalu lihatlah anda ke rumah sakit naik mobil, menuju kantor ke lantai dua saja naik lift, singkatnya anda sama sekali tidak berolahraga; (3) tidak merokok dan batasi alkohol; (4) mental bathin seimbang.

 

Lihatlah kehidupan anda, setiap hari merokok dua pak, tiap kali bersantap selalu diiringi dengan alkohol yang diminum tanpa batas. Mana mungkin mental bathin anda bisa tenang seimbang. Bila transaksi dagang mendatangkan untung, anda bergairah, bila rugi, anda menjadi gelisah dan muruh.Tiada hari yang dilewatkan dengan mental bathin yang seimbang!” Semuanya telah Anda langgar. Hidup anda bertentangan dengan 4 fondasi kesehatan tersebut. Tidak heran, kalau anda dihinggapi penyakit. Contoh hidup ini dengan jelas dapat memperlihatkan Tuhan itu Maha Adil. Dihadapan hukum kesehatan setiap manusia diperlakukan sama. Siapa yang patuh terhadapnya, dia pasti akan sehat, selamat sepanjang hayatnya.” (Ismail Al Faruqi dan Syahrial Yusuf, 9 Kebiasaan Manusia Super Bahagia, Lentera Ilmu Cendekia, Jakarta, 2013).

 

Berdasarkan kisah di atas, terlihat dengan jelas tentang penderitaan hidup manusia modern yang berlimpah kekayaan tapi miskin secara kesehatan jiwa (kefitrahan ruh). Adanya kondisi ini mengharuskan diri kita tidak hanya fokus untuk menjaga kesehatan jasmani semata. Namun harus diimbangi dengan menjaga kesehatan ruh (jiwa) yang pada akhirnya kita harus seimbang menjaga keduanya.

 

Jihad untuk kepentingan jasmani adalah sebuah sikap yang harus kita ambil dengan tegas yaitu bagaimana jasmani yang telah diberikan oleh Allah SWT dijaga, dipelihara dan dirawat dan dimanfaatkan sesuai dengan kehendak Allah SWT yang sesuai dengan ilmu kesehatan dan juga ilmu gizi.

 

Dan dalam kerangka berjihad untuk kepentingan jasmani diri kita sendiri, kita dapat melakukan sebagai berikut:

 

a.  Jihad untuk memperoleh atau mendapatkan penghasilan dan juga pekerjaan yang halal. Bukan dari menipu, bukan dari korupsi dan juga bukan dari usaha yang melanggar hukum Allah SWT dan juga ketentuan negara. Lalu lanjutkan dengan selalu menjaga kebersihan dari penghasilan dan harta kita melalui program zakat, infaq dan sedekah. Allah SWT berfirman: Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (surat Al Baqarah (2) ayat 168) serta melalui firman-Nya berikut ini: Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. (surat Abasa (80) ayat 24)

 

b.   Jihad kepada jasmani melalui memberikan asupan makanan yang sesuai de-ngan ketentuan “halalan wa tayyiban. Halal dari sisi jenis makanan dan minuman yang kita konsumsi, sedangkan tayyiban sesuai dengan ketentuan ilmu gizi.

 

c.    Jihad kepada jasmani melalui menjaga tata cara mengkonsumsi makanan dan minuman yang telah diatur oleh Allah SWT melalui Nabi-Nya dengan selalu membaca Basmallah, berdoa sebelum mengkonsumsi sesuatu dan tidak berlebihan di dalam mengkonsumsi sesuatu serta makanlah sesuatu dikala lapar berhenti sebelum kenyang.

 

d.  Jihad kepada jasmani melalui menjaga keseimbangan antara makanan dan minuman yang dikonsumsi dengan sesuatu yang harus dikeluarkan dari jasmani, yaitu melalui udara kotor, melalui cairan kotor, melalui kotoran dari usus besar serta melalui aktivitas bekerja dan berolah raga untuk membakar karbohidrat dan juga lemak dalam tubuh. 

 

e.    Jihad kepada jasmani melalui membuang pikiran pikiran negatif yang berasal dari olah pikir otak seperti gampang marah, membenci orang, suka mengkritisi dan menilai orang lain, berprasangka buruk dan suka berdebat tidak akan bisa menjadikan pikiran dan tubuh yang sehat. Pikiran negatif  adalah kotoran dalam pikiran yang paling ampuh merusak kesehatan tubuh dan juga kesehatan ruhani seseorang. Maka pikiran negatif yang kotor itu perlu dibersihkan sesegara mungkin dan setuntas tuntasnya.

 

Selain daripada itu, ketahuilah ada 3 (tiga) racun yang bisa mendatangkan penderitaan, yaitu keserakahan, kebencian dan kebodohan. Orang yang suka marah besar dan dendam kepada orang lain, hidupnya selalu tegang dan pikirannya tidak bisa senang.  Ingat Rasulullah SAW pernah berkata: Ada segumpal daging yang jika ia baik maka seluruh tubuh akan baik. Dan kalau ia buruk maka seluruh tubuh akan buruk. Itulah Hati. Seharusnya ia selalu dalam kondisi indah dan baik. Selalu ikhlas, menerima ketentuan Allah SWT, bersyukur, tulus berbagi dan bahagia bersama.

 

Seperti anak bayi yang selalu bahagia dan tertawa, seperti itulah kondisi hati kita seharusnya. Pada saat hati kita sudah tidak lagi seperti itu, itulah saat penyakit muncul. Dan deteksi dini harus dilakukan. Akar permasalahan  harus diatasi. Jika ke lima hal yang kami kemukakan di atas mampu kita lakukan dalam kerangka jihad untuk kepentingan jasmani, alangkah nikmatnya hidup ini dan alangkan indahnya kita beribadah karena ditunjang dengan jasmani yang sehat.

 

2.    Jihad Untuk Kepentingan Ruh. Jihad untuk kepentingan ruh adalah suatu tinda-kan nyata guna mempertahankan dan menjaga konsep kefitrahan ruh, yaitu:  datang fitrah, dalam perjalanan fitrah dan kembali fitrah, untuk bertemu Allah SWT di tempat yang fitrah. Dalam perjalanan kehidupan manusia, ruh bisa menjadi tidak fitrah dikarenakan kita melakukan maksiat karena tidak melakukan perintah dan larangan Allah SWT atau memperturutkan ahwa (hawa nafsu) atau karena pengaruh buruk dari penghasilan dan kekayaan yang haram.

 

Berikut ini akan kami kemukakan beberap tindakan nyata yang bisa kita lakukan untuk menjaga kefitrahan atau mengembalikan kesucian diri atau mempertahankan kefitrahan, melalui hal hal sebagai berikut:

 

a.   Mengadu dan Berlindung Kepada Allah Dari Kejahatan Nafsunya. Sese-orang tidak akan kuat menghadapi ahwanya (hawa nafsunya) tanpa pertolongan dari Allah SWT. Oleh karena itu, orang yang dilindungi dan dijaga oleh Allah SWT berarti telah dibantu dan dipelihara dari kekikiran dan dari kejahatan nafsunya, serta diberi kekuatan untuk melawan dan memeranginya. Sedangkan orang yang menjadikan nafsunya sebagai pemimpin berarti telah dikuasai, ditundukkan, ditawan, dan akan digiring kepada kehancuran dan ia tidak bisa berbuat apa apa, akhirnya sengsara hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak.

 

Untuk itu pelajarilah dan perhatikan tiga buah hadits yang kami kemukakan di bawah ini: “Rasulullah SAW memberikan arahan, agar membaca doa berikut ini: “Ya Allah, beri aku petunjuk dan lindungi aku dari kejahatan nafsuku.” (Hadits Riwayat An Nassai, Ath Thirmidzi, Hakim dan Ibnu Hibban)”. Di lain sisi, Rasulullah SAW senantiasa mengawali khutbahnya dengan mengucapkan: “Segala puji hanya bagi Allah, KepadaNya kami menyampaikan pujian, meminta pertolongan, dan meminta ampunan. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan nafsu kami dan kebusukan perbuatan kami”. (Hadits Riwayat Muslim).

 

Dalam suatu riwayat yang lain juga dikemukakan ketika Abu Bakar ra, berkata kepadanya: “Wahai Rasulullah, ajari aku doa yang kubaca setiap pagi dan petang!. Rasulullah SAW bersabda, “Bacalah, Ya Allah Pencipta langit dan bumi, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang tampak, Yang Mengatur dan Memiliki segala sesuatu, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan nafsuku dan dari kejahatan syaitan dan kemusyrikan, dan dari melakukan kejahatan atas diriku atau diri seorang muslim.” Bacalah doa itu di saat pagi dan petang dan ketika hendak tidur.” (Hadits Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Ath Thirmidzi).” Oleh karena itu, hal penting yang harus dilakukan oleh seorang hamba bila ingin selamat dari gangguan ahwa (hawa nafsu) adalah memohon kepada Allah SWT agar tidak menyerahkan dirinya kepada nafsunya meski hanya sebentar.

 

Ibnul Qayyim al Jauziah mengemukakan bahwa:  orang bodoh adalah orang yang mengeluhkan ketidakadilan Allah kepada manusia. Ini puncak kebodohan dan bukti konkret bahwa dirinya tidak mengenal Allah dan siapa manusia. Jika ia mengenal Tuhannya, ia tidak akan mengeluh; jika ia mengenal siapa manusia, ia tidak akan mengadu kepada mereka.Sedangkan orang yang bijak hanya mengadu kepada Allah. Orang yang paling bijak adalah orang yang mengeluhkan kesalahan dari dirinya sendiri kepada Allah, bukan kepada orang lain.” Ingat, setiap manusia itu sangat tergantung bagaimana dia mendisain dirinya, apakah menempuh jalan kefasikan ataukah menempuh jalan ketaqwaan.

 

Jika seseorang ingin beruntung dan tinggi derajatnya maka ia harus mampu mensucikan jiwanya melalui jalan ketaqwaan. Sebaliknya, jika dia ingin merendahkan derajatnya sehingga menjadi orang yang merugi maka kotorilah jiwanya melalui jalan kefasikan atau berbuat maksiat dengan melakukan tindakan melanggar perintah dan larangan Allah SWT. Sebagaimana Allah SWT berfirman berikut ini:“dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (surat Asy Syams (91) ayat 7, 8, 9, 10)”.  

 

Sekarang pilihan hidup ada di tangan diri kita sendiri. Namun apabila kita mengalami kekotoran jiwa akibat diri kita memperturutkan ahwa (hawa nafsu) jangan pernah berharap sukses di dunia dan di akhirat kelak. Ingat, Allah SWT sudah menunjukkan adanya dua pilihan jalan kehidupan, yaitu jalan taqwa atau jalan fujur. Dan jika kita salah memilih maka resiko tanggung sendiri.

 

b.   Evaluasi Diri. Sesungguhnya kesucian dan kebersihan jiwa bergantung pada evaluasi yang dilakukan terhadap jiwa. Jiwa tidak akan menjadi suci, bersih dan baik jika tidak diperhatikan. Perhatian ini dilakukan dengan melihat aib dan kekurangan yang ada padanya. Dengan demikian, memperbaikinya dapat dimungkinkan.

Imam Ahmad mengatakan bahwa Umar ibn Khattab ra, berkata, “Perhatikanlah dirimu sebelum engkau diperhatikan. Timbanglah dirimu sebelum engkau ditimbang. Dengan memperhatikan diri sekarang, kelak engkau akan mendapat kemudahan ketika diadili di akhirat kelak. Persiapkanlah dirimu untuk menghadapi datangnya hari perhitungan. Hari itu, semua perbuatanmu ditampakkan dan tidak ada satupun yang dapat disembunyikan.”  Dan Agar upaya evaluasi diri dapat kita lakukan dengan baik, ada baiknya kita mempelajari terlebih dahulu faktor-faktor penyebab dari kegagalan yang akan menghambat diri kita melakukan jihad untuk kepentingan jasmani dan ruhani, yang bersumber dari dalam diri kita sendiri, yaitu:

 

Tidak punya tujuan pasti dalam hidupnya.

Tidak ada ambisi untuk membidik sasaran yang lebih tinggi.

Khawatir berlebihan.

Keliru memilih pasangan perkawinan.

Takhayul atau prasangka.

Tidak dapat mengendalikan birahi

Keliru memilih rekan bisnis dan pekerjaan.

Kepribadian negatif.

Kurang konsentrasi dalam berusaha.

Tidak punya disipilin diri.

Kebiasaan menghabiskan uang (boros)

Keinginan tidak terkendali terhadap sesuatu yang gratis.

Tidak memiliki Antusiasme.

Tidak toleran atau berpikiran tertutup.

Pendidikan kurang.

Kesehatan yang memburuk.

Tidak dapat bekerja sama dengan orang lain.

Memiliki kekuasaan yang tidak diperoleh dari usaha sendiri.

Egoisme dan kesombongan.

Suka menunda pekerjaan.

Ketidakjujuran yang disengaja.

Berlebihan makan dan minum.

.Tidak gigih dalam berusaha.

Menebak bukan memikirkan.

 

Setelah diri kita menemukan dan mengindentifikasi faktor-faktor yang akan menggagalkan diri untuk memulai berjihad memerangi sifat sifat alamiah jasmani yang berkesesuaian dengan nilai nilai keburukan. Untuk itulah perjuangan ini harus dimulai dengan renungan suci, mengagungkan nama-Nya, Asma-Nya dalam tekad yang kuat. Cara memeranginya agar memperoleh sifat terpuji yang sesuai dengan kehendak Allah SWT adalah:

 

1.     Jika kita memperturutkan sifat malas lawanlah dengan aktifitas karena ber-diam diri adalah musuh kesuksesan nomor satu.

2.    Jika kita memperturutkan sifat pelit lawan sifat pelit dengan berbagi, laku-kan secara rutin walaupun rutin.

3.    Jika kita memperturutkan sifat tergesa gesa lawan dengan mulai belajar sa-bar, katakan biasakan untuk mengantri.

4.     Jika kita memperturutkan sifat tamak diperangi dengan rasa cukup dari ha-sil usaha yang diperoleh.

5.    Jika kita memperturutkan sifat marah, emosi, dendam diubah menjadi sabar atau penyabar dalam menghadapi sesuati.

6.   Jika kita memperturutkan nafsu hewani/jiwa fujur harus dilawan dengan sifat malu berbuat seperti binatang.

7.    Jika kita memperturutkan sifat iri dan dengki perangi sifat ini dengan sifat kepoloson, berterus terang dan koreksi diri.

8.   Jika kita memperturutkan sifat sombong dan angkuh perangi sifat ini de-ngan sifat merendahkan diri.

9.  Jika kita memperturutkan sifat riya perangi sifat ini dengan berpindah menjadi ikhlas dalam berbuat.

 

Selain sembilan hal yang telah kami kemukakan di atas, lanjutkan dengan apa yang kami istilahkan dengan kurangi untuk menambah.

 

Kurangi analisa perbanyak usaha

Kurangi berfikir perbanyak rasa.

Kurangi menilai perbanyak perhatian

Kurangi kata lidah tingkatkan kata hati.

Kurangi kertas perbanyak pohon

Kurangi makan perbanyak puasa

Kurangi asap perbanyak udara bersih

Kurangi gadget perbanyak silaturahmi.

Kurangi mengkritik perbanyak memuji.

Kurangi penjelasan perbanyak perbuatan.

Kurangi perbedaan perbanyak pengertian.

Kurangi batasan perbanyak kebebasan.  

Kurangi meminta perbanyak memberi.

Kurangi keinginan perbanyak bersyukur

Kurangi pembelian tingkatkan berbagi.

Kurangi stress perbanyak tertawa.

Kurangi jam bersama TV tingkatkan jam bersama membaca Al Qur’an.

Kurangi mencari keluar perbanyak pencarian diri ke dalam

Kurangi bicara perbanyak diam.

Kurangi bicara tingkatkan mendengar.

Kurangi kepemilikan tingkatkan kreatifitas.

Kurangi ketergantungan tingkatkan kesadaran.

 

Manusia hidup di dunia ini dituntut untuk selalu berusaha dan bekerja keras baik untuk kehidupan di dunia maupun perbekalan untuk kepentingan akhirat. Bila kita malas untuk berdayung maka tidak mungkin akan sampai ke seberang. Bila kita belum tahu jalan hendaklah rajin bertanya agar tidak sesat di jalan.

 

Orang yang beriman adalah orang yang paling bertanggungjawab atas dirinya sendiri. Ia memperhatikannya karena Allah. Orang orang yang memperhatikan dirinya di dunia ini, kelak di akhirat akan dihisab dengan mudah. Sedangkan orang orang yang melakukan sesuatu tanpa perhatian terlebih dahulu, kelak di akahirat akan dihisab dengan penuh kesulitan.

 

Sesungguhnya orang orang yang beriman adalah mereka yang dihentikan oleh AlQur’an dari kehancurannya. Di Dunia ini, orang beriman adalah tawanan yang berusaha membebaskan dirinya. Ia tidak merasa aman hingga berjumpa denganNya. Ia mengetahui bahwa ia akan dimintai pertanggungjawaban atas pendengarannya, atas penglihatannya, atas lisannya  dan atas organ tubuhnya yang lain. Ia mengetahui bahwa ia benar benar akan dimintai pertanggung jawaban atas semuanya.

 

c.  Meninggalkan Sesuatu yang  Meragukan. Orang yang menganggap remeh segala sesuatu yang syubhat (tidak jelas halal dan haramnya) hampir dapat dipastikan suka meremehkan sesuatu yang haram. Dengan demikian ia telah mendekatinya. Nabi SAW bersabda: Nu’man ibn Basyir ra, menyatakan bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya yang halal sudah jelas dan yang haram juga sudah jelas. Di antara keduanya ada sesuatu yang syubhat. Barangsiapa menjauhi sesuatu yang syubhat berarti telah membebaskan agama dan kehormatannya. Barangsiapa terperosok ke dalam sesuatu yang syubhat, berarti telah terperosok ke dalam sesuatu yang haram, seperti orang yang menggembala di sekitar tanah larangan, hampir pasti ia terperosok ke dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap raja mempunyai batasan, dan ketahuilah bahwa batasan Allah adalah laranganNya.” (Muttafaq’Alaih)

 

Rasulullah mengemukakan bahwa orang yang terperosok ke dalam sesutau yang syubhat berarti telah terperosok ke dalam sesuatu yang haram. Orang yang terperosok ke dalam sesuatu yang syubhat diumpamakan seperti orang yang mengembalakan di sekitar tanah larangan. Ia pasti mendekatinya. Barangsiapa menjauhi batasan, berarti telah menghindar dari yang haram. Orang yang membahas suatu permasalahan kemudian tidak menemukan hukumnya yang pasti, sehingga ia ragu antara boleh dan tidak maka sikap yang tepat terhadap masalah tersebut adalah mengerjakannya apabila permasalahan tersebut berada di antara hukum mubah dan hukum wajib, dan meninggalkannya apabila permasalahan tersebut berada di antara halal dan haram.

 

d.  Menjauhi Sikap Ingin Tahu Rahasia Orang Lain. Ahwa (hawa nafsu) diciptakan dengan sifat ingin mengetahui dan menyelidiki segala sesuatu. Ia ingin mengetahui dan terlibat di dalam percakapan manusia dan isu isu yang beredar diantara mereka, baik itu berupa isu seputar harga barang, makanan, hal hal yang baru dan segala sesuatu yang tidak ada kaitan dengannya. Ia juga memperhatikan dan mencurahkan pikiran untuk hal hal yang demikian. Itu semua merupakan tindakan yang berlebihan dan tidak bermanfaat, karena di situ tidak ada sesuatu yang dibutuhkannya.

 

Perbuatan tersebut hanya membuang buang waktu, memperlemah tekad, dan menyebabkan kelalaian.Rasulullah SAW bersabda: “Salah satu tanda baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat.” (Hadits Riwayat Ath Thirmidzi dan Ibnu Madjah)”. Sesuatu yang tidak bermanfaat disini bersifat umum, bisa melihat, mendengar, berjalan, berpikir, dan seluruh aktivitas lahir maupun bathin yang lain. Hadits di atas sudah cukup untuk menjelaskan makna wara’ yang sebenarnya. Wara’ adalah meninggalkan setiap yang tidak jelas, yang tidak bermanfaat dan yang berlebihan.

 

Apabila seseorang meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat dan mengerjakan sesuatu yang bermanfaat, maka telah sempurna dan baik Islamnya. Selanjutnya agar diri kita terhindar dari perbuatan perbuatan yang tidak bermanfaat, hal hal sebagai berikut bisa kita jadikan patokannya, yaitu hindari berbicara secara berlebihan serta banyak tertawa; jangan berlebihan dalam melihat sesuatu; jangan berlebihan dalam mendengar sesuatu; jaga pikiran; jangan sampai makan berlebihan; jangan kebanyakan tidur; jangan kebanyakan bergaul.

 

Waspadalah, karena jalan yang kita lalui penuh dengan bahaya, sementara ahwa (hawa nafsu) diciptakan dengan watak zhalim dan bodoh serta memiliki sifat yang menampilkan nilai nilai keburukan. Jika seorang hamba bertekad menempuh perjalanan menuju Allah, ahwa (hawa nafsu) siap memperdaya dan menghadangnya.

 

Setelah diri kita mampu untuk berjihad untuk kepentingan jasmani dan ruhani diri kita sendiri, jangan lupa kita wajib berjihad pula untuk kepentingan keluarga, anak dan keturunan serta untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan negara secara bersamaan sebagai bukti kita pernah ada di muka bumi ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar